• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memahami Perilaku Masyarakat Indonesia tentang Gizi dan Kebersihan Hasil Studi Formatif Program Komunikasi dan Kampanye Gizi Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Memahami Perilaku Masyarakat Indonesia tentang Gizi dan Kebersihan Hasil Studi Formatif Program Komunikasi dan Kampanye Gizi Nasional"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

“Memahami Perilaku Masyarakat

Indonesia tentang Gizi dan Kebersihan”

Hasil Studi Formatif

Program Komunikasi dan Kampanye Gizi Nasional

Jakarta, 23 Januari 2015

(2)

Tujuan

Mengetahui pengetahuan, sikap dan praktik tentang masalah gizi terutama yang berhubungan dengan stunting, mencakup:

pola konsumsi ibu hamil, laktasi, dan anak bawah dua tahun (baduta);

pola asuh anak;

pola higiene dan sanitasi;

pola media dari segi akses dan preferensi,

faktor penghambat dan faktor promosi komunikasi efektif

(3)

Jawa Barat:

Cianjur

45,10%

Jawa Timur:

Pamekasan

51,79%

NTB:

Lombok Tengah

45,02%

NTT:

Timor Tengah Utara

59,68%

Sulawesi Utara:

Minahasa Utara

30,42%

Gorontalo:

Gorontalo

44,14%

Maluku:

Maluku Tengah

51,24%

Kalimantan Barat:

Sekadau

33,99%

Kalimantan Tengah:

Kapuas

47,93%

Sumatera Selatan:

Ogan Komering Ilir.

57,68%

NTB:

Bima

46,59%

(4)

Metodologi

Kualitatif

FGD

IDI

Observasi

Analisis Dokumen

Kuantitatif

Survey masyarakat (PKGK-UI)

Mobile survey (GeoPoll-Mobile Accord Inc.)

Informan studi kualitatif:

Stakeholders (pejabat kabupaten, provinsi, pusat)

Orang tua bawah dua tahun

Anggota masyarakat

Tenaga kesehatan

(5)

Jumlah Informan Studi Kualitatif

Wawancara dengan Informan

Pusat Propinsi Kabupaten Kecamatan Desa

7 50 55 132 88

FGD dengan Masyarakat

66 FGD 528 peserta

Kuesioner

Ibu balita dua tahun Ibu hamil

2100

1050

(6)

HASIL-HASIL RISET

(7)

Stunting

Istilah stunting di masyarakat

67.1%

32.9%

Ibu pernah

mendengar/membaca/tahu mengenai istilah “pendek”

(bukan istilah “stunting”)

Tidak Ya

Istilah “stunting” tidak dikenal

oleh masyarakat. Masyarakat

lebih mengenal istilah lain

seperti: pendek, cebol, kerdil,

atau capul.

(8)

Stunting

Pengetahuan Tentang Penyebab “Stunting/Pendek”

• Masyarakat menganggappendekdisebabkan oleh faktor hereditas atau keturunan.

• Masyarakat tidak menganggappendek

sebagai masalah kesehatan

(9)

Stunting

Stunting di Kalangan Provider/Pemangku Kepentingan:

Informan dengan latar belakang kesehatan memiliki pengetahuan lebih baik mengenai stunting dibanding non-tenaga kesehatan, meskipun secara umum juga masih rendah.

Kader Posyandu belum mengenal istilah stunting

Pengukuran panjang badan dan tinggi badan belum dilakukan secara merata

Program terkait stunting belum ada.

(10)

Pola Makan dan Pola Asuh (1)

Praktik Konsumsi Makan Ibu Hamil

• Sekitar 43% ibu

mengonsumsi makanan kurang dari 3 kali per hari pada saat hamil

• 35% mengaku makan lebih sedikit jumlahnya terutama pada trimester 1 kehamilan dengan

alasan mual

• Masih dijumpai pantangan makanan bagi ibu hamil yang merugikan dari segi gizi

• Pantangan makanan sumber protein hewani (gurita/cumi

• Takut bayi terlilit, bayi tidak bersih/bercak, atau melahirkan sulit)

(11)

Pola makan dan Pola Asuh(2)

Pola Konsumsi Ibu Menyusui

Pada saat laktasi (menyusui) ibu mengaku mengonsumsi makanan lebih banyak dibanding saat hamil namun

makanan yang banyak dikonsumsi saat menyusui adalah

sayuran dan buah yang diyakini ibu dapat memperlancar

dan memperbanyak ASI tetapi memiliki kandungan energi

yang rendah.

(12)

Pola makan dan Pola Asuh(3)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Walaupun 65% ibu

mengaku telah menjalani Inisiasi Menyusu Dini

(IMD), prosedurnya belum dilakukan dengan benar

Prosedur yang benar:

• Bayi dibersihkan terlebih dahulu

• Bayi sudah dibungkus

• Bayi diletakkan di dada

ibu kurang dari 1 jam)

(13)

Pola makan dan Pola Asuh(4)

Makanan Pralaktal

Lebih dari 40% bayi sudah diberikan makanan/

minuman selain ASI dalam 3 hari pertama

setelah dilahirkan berupa susu formula, air putih, atau madu.

Alasan pemberian makanan pralaktal tersebut:

• Agar bayi kenyang

• Agar tenggorokan bayi basah

• Untuk meningkatkan ketahanan tubuh

• ASI belum keluar

• Atas saran orangtua.

Masih ditemui adanya anjuran pemberian susu formula sebagai makanan/minuman pralaktal oleh bidan.

(14)

Pola makan dan Pola Asuh(5)

ASI Eksklusif dan MP ASI Dini

Sekitar 55% responden tidak

memberikan ASI eksklusif 6 bulan Alasannya:

• ASI tidak keluar

• Anggapan bayi yang terus

menangis adalah karena lapar

• Ibu harus bekerja

• Bayi diasuh orang lain

Pengetahuan ibu

tentang ASI eksklusif

rendah, ada anggapan

bahwa susu formula

sama baiknya dengan

ASI

(15)

Pola makan dan Pola Asuh(6)

Praktik Pemberian Makan Bayi dan Anak Usia 6-23 Bulan

Sejumlah 62,0% anak hanya

mengkonsumsi 2 kelompok makanan atau kurang, terutama hanya serelia dan sayuran

Sejumlah 40% anak masih makan kurang dari

3 kali karena ibu hanya memberikan makan

saat anak meminta, dan tidak ada kebiasaan

sarapan.

(16)

Pola makan dan Pola Asuh(7)

Pengasuhan Anak Serta Peran Suami dan Orang Tua (Ibu Kandung/Mertua)

Peran nenek sangat besar dalam pengasuhan anak.

Peran suami tidak begitu

menonjol dalam hal pola asuh makan dan pemberian makan karena isteri/ibu mertua tidak sepenuhnya mempercayai suami dapat telaten dalam mengasuh anak.

Ditemukan dua pola peran

nenek dalam pengasuhan anak:

1. Memberikan nasihat/saran pemberian makan dan

pengasuhan kepada ibu 2. Pengganti ibu dalam

memberikan pengasuhan langsung karena ibu bekerja

(17)

Kesehatan Ibu Anak

Pemeriksaan Kehamilan

• Ibu-ibu sudah melakukan pemeriksaan kehamilan

• Konseling gizi dan menyusui saat antenatal care (ANC)

masih rendah karena fokus saat ANC adalah pemberian

informasi tentang kehamilan dan persalinan.

(18)

Kesehatan Ibu Anak (2)

Tablet Tambah Darah (TTD)

58.9

% 41.2%

Menghabiskan TTD

Ya Tidak

Konsumsi tablet tambah darah belum sepenuhnya dipatuhi, sekitar 40% ibu tidak habiskan TTD yang diterima.

Alasan: Rasa mual, ibu malas,

dan lupa.

(19)

Kesehatan Ibu Anak (3)

Praktik Persalinan & Penimbangan Bayi Baru Lahir

Sejumlah (11%

responden) belum ditolong oleh tenaga kesehatan:

• Bayi tidak ditimbang

• Bayi tidak diukur panjang badannya

• Tidak dilakukan

Inisiasi Menyusu Dini

Sekitar 40% ibu memilih persalinan dilakukan di rumah kecuali di TTU, seluruh persalinan dilaksanakan di pelayanan kesehatan sesuai

kebijakan pemda (Revolusi KIA).

Ditemukan kasus BBLR (berat

badan lahir rendah) sebesar 7,5%

(20)

Kesehatan Ibu Anak (4)

Posyandu

Kunjungan ke posyandu cukup baik.

• Masih ada sekitar 20% ibu hamil dan ibu dari anak bawah dua tahun yang bulan lalu tidak datang ke posyandu

• Alasan: ibu sibuk dan tidak ada waktu.

• Padahal di posyandu selain ada suplementasi ada

penyuluhan gizi dan kesehatan.

(21)

Pola Higiene

Sumber air minum

Sekitar 20% sumber air minum keluarga adalah dari sumur yang tidak terlindungi

Sekitar 30% keluarga tidak

melakukan pengolahan air

minum

(22)

Pola Higiene (2)

Jamban keluarga

Sekitar 25% keluarga tidak

menggunakan jamban

(23)

Pola Higiene (3)

Kebiasaan cuci tangan

Bukan saja kebiasaan mencuci tangan rendah tetapi caranya pun masih belum

menggunakan sabun dan air mengalir.

• Tempat cuci tangan yang

dilengkapi dengan sabun hanya ditemui pada sekitar 30%

• Hanya 25% cuci tangan

menggunakan air mengalir.

(24)

Pola Media (1)

Informasi Gizi Ibu dan Anak

Sekitar 50% responden pernah

mendapat informasi mengenai gizi ibu dan anak terutama dari bidan dan

petugas gizi di posyandu

(25)

Pola Media (2)

Alat komunikasi

71%

29%

Ibu memiliki HP

Ya

• Sebagian besar ibu

hamil (72,8%) dan

ibu baduta (68,6%)

memiliki telepon

seluler.

(26)

Pola Media (3)

Keterpaparan Terhadap Media

Sekitar 84% responden terpapar dengan televisi secara reguler.

Sekitar 57% responden menonton TV setiap hari.

Responden tidak mendengarkan radio, tidak

membaca koran dan majalah.

Media informasi ruang luar yang sering

diperhatikan adalah spanduk 60% dan

poster 55%

(27)

Perlu diskusi mengenai..

Apakah istilah stunting perlu dipopulerkan di kalangan masyarakat?

Pertimbangan:

• Dapat menimbulkan stigma

• Masyarakat terbiasa dengan istilah gizi kurang

Dari segi kebijakan program:

• Peralatan sarana pendukung (alat ukur, KMS) belum tersedia,

• Hasil pengukuran yang menyebabkan prevalensi gizi kurang meningkat

• Tidak populer bagi pemangku kepentingan

(28)

KESIMPULAN

(29)

Kelompok Target Isu Utama

Ibu Hamil 1. Konsumsi makanan yang rendah selama kehamilan, terutama dari segi frekuensi konsumsi kurang dari 3 kali sehari.

2. Kepatuhan konsumsi TTD masih rendah

(30)

Kelompok Target Isu Utama

Ibu Menyusui 1. Konsumsi ibu saat menyusui rendah, terutama asupan energi

2. Persepsi keliru mengenai sedikitnya produksi ASI minggu pertama

3. Pemahaman mengenai fase growth spurt pada usia bayi 3 bulan dan meningkatnya kebutuhan menyusu

(31)

Kelompok Target Isu Utama Ibu Anak Bawah

Dua Tahun 1. Pemberian makanan pralaktal di 3 hari pertama setelah melahirkan

2. Pemberian MPASI masih keliru dari segi waktu, jenis, dan frekuensi

3. Pemahaman keliru mengenai definisi, penyebab, dan dampak stunting

4. Kebiasaan mencuci tangan rendah dan caranya pun masih belum menggunakan sabun dan air mengalir.

(32)

Kelompok Target Isu Utama

Suami Belum optimalnya peran suami dalam pengasuhan anak

Ibu/Mertua Pemberi pengaruh utama bagi ibu,

namun pesan yang disampaikan belum tentu tepat

Pemuka Agama Pemberi pengaruh utama bagi masyarakat

(33)

Kelompok Target Isu Utama

Kader Kesehatan Posyandu

Minimnya pengetahuan mengenai stunting dan pengukuran

panjang/tinggi badan Tenaga Kesehatan

Puskesmas

Minimnya pengetahuan mengenai stunting

Pejabat Kabupaten/

Propinsi

Minimnya pengetahuan mengenai stunting

(34)

Disclaimer

All figures, numbers and dates stated in our presentation are based on the a study conducted by IMA World Health, as MCA- Indonesia contractor.

Any requirement stated in our presentation may change from time to time as determined by MCA-Indonesia and/or MCC and is subject to the applicable laws and regulations of the Republic of Indonesia.

Terima kasih

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kesadaran merek, sikap dan nilai yang dirasa mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap niat pembe- lian ulang produk mie instan

konstruksi kapal kayu 5.1 Memahami gambar kerja 5.2 Membuat mal konstruksi kapal. 5.3 Membuat komponen konstruksi kapal

Ke tiga anggota tim DP2M-Dikti cukup terkesan dengan besaran dana yang disediakan, publikasi dosen Unand (menurut mereka cukup banyak) dan banyaknya jenis skim penelitian

Perdagangan Internasional adalah proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing negara. Adapun motifnya adalah memperoleh manfaat perdagangan atau

prestasi manajemen yang bertanggungjawab atas kegiatan tersebut serta dapat digunakan untuk mencari sebab teijadinya penyimpangan apabila hasil dicapai tidak sesuai dengan apa

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa secara bersama-sama variabel struktur modal, likuiditas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan

Type insinerator yang digunakan secara luas untuk pengolahan limbah domestik perkotaan adalah multiple chamber incinerator (insinerator dua ruang pembakaran), yang terdiri dari