• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR

Pembangunan kebudayaan diupayakan untuk menjawab permasalahan budaya bangsa yang memerlukan penyelesaian baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang. Pembangunan kebudayaan diharapkan dapat: (1) menemukenali akar ketegangan/konflik, solusi dan antisipasinya untuk memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (2) mengidentifikasi nilai-nilai kebangsaan dan strategi perkuatannya untuk memperkukuh NKRI; (3) mengkompilasi nilai-nilai positif dan produktif dalam rangka memantapkan kebudayaan nasional yang terwujud dalam setiap aspek kebijakan pembangunan, dan (4) memetakan seluruh pemangku kepentingan dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan sehingga dapat menyamakan persepsi terhadap permasalahan dan rekomendasi kebijakannya.

I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

(2)

menjadi krisis moral, sosial, politik, dan krisis multidimensional yang berkepanjangan dan memicu timbulnya penguatan orientasi kelompok, etnik, dan agama yang berpotensi menimbulkan konflik sosial dan bahkan disintegrasi bangsa. Keadaan ini menunjukkan adanya kelemahan kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya.

Selain itu, timbulnya ketegangan antarkelompok masyarakat serta munculnya kerawanan sosial juga berpotensi merusak integrasi bangsa. Ketegangan yang menimbulkan konflik merupakan indikasi rendahnya rasa saling percaya dalam masyarakat. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh semakin terbatasnya ruang publik yang dapat diakses dan dikelola oleh masyarakat multikultur dalam menyalurkan aspirasinya.

Pada saat yang bersamaan, terpaan arus globalisasi yang begitu deras telah mempersatukan dunia dalam satu budaya global yang berdampak pada semakin menipisnya batas negara dan budaya. Globalisasi bukan hanya memunculkan harapan saling kesepahaman antarbudaya tetapi juga melahirkan kekhawatiran terhadap perbenturan antarbudaya (class-civilization). Dalam konteks praktis, muncul kecenderungan untuk mengadopsi budaya global yang negatif dengan cepat, namun mengalami keterlambatan dalam mengadopsi budaya global yang positif dan produktif, serta bermanfaat untuk pembangunan dan karakter bangsa. Keadaan ini menunjukkan lemahnya sikap dan daya kritis sebagian besar masyarakat yang mengakibatkan kurangnya kemampuan masyarakat dalam menyeleksi nilai dan budaya global sehingga terjadi pengikisan nilai-nilai budaya nasional yang positif.

(3)

menunjukkan telah terjadi krisis identitas nasional pada Bangsa Indonesia.

Selanjutnya, kemajuan kebudayaan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari peninggalan sejarah dan budaya bangsa. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan pasca diberlakukannya otonomi daerah telah memberikan indikasi menurunnya kualitas pemeliharaan dan pengelolaan kekayaan budaya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman, apresiasi, kesadaran, komitmen, dan kemampuan pemerintah daerah dalam pengelolaan kekayaan budaya, baik kemampuan fiskal maupun kemampuan manajerial. Pengelolaan kekayaan budaya belum sepenuhnya menerapkan prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) sehingga kualitas layanannya kurang optimal.

II. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL-HASIL YANG DICAPAI

Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut maka upaya pengembangan kebudayaan diarahkan melalui kebijakan: (1) pengembangan berbagai kreasi untuk membuka terjadinya dialog kebudayaan; (2) perluasan ragam pendekatan dalam memperkukuh ikatan kebangsaan baik secara emosional maupun rasional; dan (3) pengarusutamaan budaya dalam berbagai aspek pembangunan.

(4)

Hasil-hasil yang telah dicapai dalam upaya pengelolaan keragaman budaya adalah: (1) pelaksanaan dialog antarbudaya yang terbuka dan demokratis dalam rangka mengatasi persoalan bangsa khususnya dalam rangka kebersamaan dan integrasi; (2) pelaksanaan kegiatan Jelajah Budaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap keanekaragaman budaya pasca tragedi Tsunami; (3) penyusunan Peta Budaya Indonesia secara digital dalam program database berikut pelatihan khusus melalui training of trainers (ToT) bagi tenaga operatornya untuk melayani kabupaten/kota; (4) sosialiasi direktori/buku keanekaragaman budaya bangsa dan tempat-tempat unggulan daerah yang berpotensi menjadi lokasi pembuatan film internasional bagi orang asing di Indonesia. Usaha ini bertujuan agar Indonesia yang memiliki keanekaragaman dan kekayaan budaya dapat lebih dikenal dunia perfilman internasional; (5) pembuatan film kolosal “Syekh Yusuf” untuk memberikan pemahanan bagi generasi muda mengenai perjuangan Syekh Yusuf dalam melawan penjajah dan membela bangsa; (6) persiapan untuk mengikuti Festival Film Internasional di Busan, Korea Selatan dan Taiwan; dan (7) pengiriman misi kesenian ke berbagai negara sahabat, seperti: Papua New Guinea, Afrika Selatan, dan Perancis, dalam rangka meningkatkan kerjasama kebudayaan dan meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional.

Untuk memperkukuh jati diri dan ketahanan budaya nasional diperlukan filter yang mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan mampu memfasilitasi teradopsinya budaya asing yang bernilai positif dan produktif. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain adalah: (1) penelaahan metoda aktualisasi nilai moral dan agama; (2) pelaksanaan revitalisasi dan reaktualisasi budaya lokal yang bernilai luhur termasuk pengembangan budaya maritim; dan (3) pelaksanaan transformasi budaya melalui adopsi dan adaptasi nilai-nilai baru yang positif untuk memperkaya dan memperkukuh khasanah budaya bangsa, seperti: orientasi pada peningkatan kinerja, budaya kritis, akuntabilitas dan penerapan IPTEK.

(5)

Selatan di Makassar, Gelar Budaya Spiritual di Denpasar dan Festival Nasional Musik Tradisi Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta yang diikuti oleh wakil kelompok musik tradisional dari seluruh Indonesia; (2) penyusunan revisi Undang-Undang (UU) No.8 Tahun 1992 tentang Perfilman sebagai dasar pengembangan Perfilman Nasional di masa yang akan datang; (3) penganugerahan penghargaan kebudayaan bagi pelaku dan pemerhati kebudayaan untuk mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan kebudayaan nasional; dan (4) pelaksanaan Musyawarah Nasional tentang Pelajaran Sejarah dalam rangka mendukung pembentukan kepribadian bangsa utamanya dalam konteks multikultur.

Selanjutnya, untuk meningkatkan apresiasi terhadap kekayaan budaya dan meningkatkan sistem pengelolaan, termasuk sistem pembiayaannya, agar aset budaya dapat berfungsi optimal sebagai sarana edukasi, rekreasi dan pengembangan kebudayaan, dilakukan serangkaian kegiatan yaitu: (1) pelestarian kekayaan budaya yang meliputi sejarah, benda purbakala, dan benda cagar budaya; (2) pengembangan Pusat Kebudayaan Nasional; (3) pengembangan sistem informasi dan database bidang kebudayaan antara lain peta budaya dan dokumen arsip negara; (4) peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pengelola kekayaan budaya; (5) peningkatan kapasitas kelembagaan melalui pembenahan sistem manajerial lembaga-lembaga yang mengelola kekayaan budaya sehingga memenuhi kaidah tata pemerintahan yang baik (good governance); (6) pengembangan peranserta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan kekayaan budaya; (7) review peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan kekayaan budaya; (8) transkripsi dan transliterasi naskah kuno; dan (9) pembuatan film kolosal tentang Indonesia.

(6)
(7)

III. TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmatNya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Pemahaman

Kesadaran dosen dalam menginternalisasikan nilai-nilai karakter merupakan wujud tanggung jawab dosen terhadap perkembangan peserta didik (mahasiswa). Dalam ini karena memang

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang masalah potensi wisata yang terdapat di Pasar Jumat Karanganyar, strategi pengembangan Pasar Jumat Karanganyar, dan

Materi yang disampaikan pada mata kuliah ini terdiri dari konsep sistem multimedia, representasi audio, standar kompresi audio, format dan teknik pengkodean

Larangan melakukan perkawinan sesuku tersebut bagi masyarakat Minangkabau adalah karena masyarakat Minangkabau memandang bahwa hubungan sesuku itu

Kelengkapan makalah, cara presentasi, dan keaktifan dalam dalam diskusi K: 1 T: 2 o Lubis (2015) 10 Mahasiswa mampu memahami kajian mengenai Multikulturalisme dan

Buatlah model partikel- partikel penyusun atom (proton, neutron, dan elektron) menggunakan plastisin atau kertas yang telah disediakan. Buatlah masing-masing partikel