DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL PECAHAN DITINJAU DARI GENDER PADA
SISWA KELAS VII MTs NEGERI 2 BULUKUMBA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH :
MUH. NUR JULIANTO NIM. 10536 11084 16
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Nama : Muh. Nur Julianto
Nim : 105361108416
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dalam Menyelesaikan Soal Pecahan Ditinjau dari Gender pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Bulukumba
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Desember 2020 Yang Membuat Pernyataan
Muh. Nur Julianto
NIM. 105361108416
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Nama : Muh. Nur Julianto Nim : 105361108416
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dalam Menyelesaikan Soal Pecahan Ditinjau dari Gender pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Bulukumba
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Desember 2020 Yang Membuat Perjanjian
Muh. Nur Julianto
NIM. 105361108416
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Ada tiga hal yang bisa membuatmu berhasil Kemampuan dengan pengalaman
Bantuan orang lain Dan keberuntungan ”
Kupersembahkan karya ini untuk:
Ibu dan ayah yang telah melalui banyak perjuangan dan
rasa sakit. Tapi saya berjanji tidak akan membiarkan semua itu
sia-sia. Saya ingin melakukan yang terbaik untuk setiap
kepercayaan yang diberikan. Saya akan tumbuh, untuk menjadi
yang terbaik yang saya bisa. Pencapaian ini adalah persembahan
istimewa saya untuk ibu dan ayah tercinta.
iv ABSTRAK
Muh. Nur Julianto. 2020. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dalam Menyelesaikan Soal Pecahan Ditinjau dari Gender pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Bulukumba. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhammad Darwis M. dan Pembimbing II Ma’rup.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam menyelesaikan soal pecahan ditinjau dari gender pada kelas VII MTs Negeri 2 Bulukumba. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Instrumen yang digunakan yaitu tes tertulis dengan jumlah 2 soal essay dan wawancara siswa yang terpilih guna memastikan kemampuan berpikir kritis yang dilakukan dalam menyelesaikan soal pecahan. Dalam menentukan subjek, peneliti menggunakan tes kemampuan berpikir kritis, selanjutnya peneliti memilih 4 siswa dari 14 siswa kelas VII.4, yaitu 1 siswa laki- laki dan 1 siswa perempuan dengan kemampuan berpikir kritis yang tinggi dan 1 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan dengan kemampuan berpikir kritis yang sedang untuk diwawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kemampuan berpikir kritis siswa mengacu pada 4 kategori yaitu: interpretasi, analisis, evaluasi dan inferensi. Hasil penelitian yang menjadi subjek wawancara yaitu subjek penelitian dari masing- masing tingkatan, laki-laki tinggi yaitu MH, laki-laki sedang MFR, perempuan tinggi S, dan perempuan sedang NA. Berdasarkan tahap berpikir kritis matematis yang dicapai subjek laki-laki dan subjek perempuan maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan ditinjau dari gender. Terlihat pada jawaban subjek laki- laki dan subjek perempuan menggunakan strategi yang sama dalam menyelesaikan soal. Adapun tindakan sangat berergantung pada hafalan rumus sehingga siswa kesulitan dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan soal. Dari hasil penelitian ini diharapkan lebih mengetahui dan memahami kemampuan berpikir kritis siswa jika ditinjau dari gender dan sebagai acuan untuk memperbaiki mutu pengajaran serta mengarahkan dan membimbing siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya dalam proses pembelajaran matematika.
Kata Kunci : Kemampuan berpikir kritis, Gender
v
KATA PENGANTAR
Tiada kata lain selain mengucapkan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., sebab hanya dengan izinnnya skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Skripsi ini berjudul “Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dalam Menyelesaikan Soal Pecahan Ditinjau dari Gender pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Bulukumba”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mencapi gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti dapatkan, oleh karena itu dengan rendah hati penulis mohon maaf atas segala kekurangannya.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa ada bantuan dan kerjasama dari pihak lain. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku Bapak Hamzah Tapsir dan Ibunda Suarni serta keluarga, terima kasih telah memberi dukungan baik spiritual maupun material, kasih sayang yang luar biasa, kalian adalah pembangkit semangatku. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendorong terwujudnya skripsi ini.
Segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
vi
2. Ayahanda Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ayahanda Mukhlis, S.Pd., M.Pd dan Ayahanda Ma’rup, S.Pd., M.Pd Selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ayahanda Dr. Muhammad Darwis M., M.Pd. dan Ayahanda Ma’rup, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, menasehati, memotivasi penulis selama penyusunan skripsi.
5. Ayahanda Dr. Muhammad Darwis M., M.Pd. dan Ayahanda Ahmad Syamsuadi, S.Pd., M.Pd. selaku validator yang telah memberikan arahan dan petunjuk terhadap instrumen penelitian.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mendidik dan mengajar penulis selama masa perkuliahan.
7. Seluruh staf Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah melayani dengan penuh sabar demi kelancaran proses perkuliahan.
8. Ibunda Drs. Sabil, M.Pd.I selaku Kepala MTs Negeri 2 Bulukumba yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
9. Ibunda Nurlaela, S.Pd selaku guru MTs Negeri 2 Bulukumba yang telah membantu penulis dalam proses penelitian.
10. Siswa-siswi kelas VII.4 MTs Negeri 2 Bulukumba yang telah bekerja sama
dalam melaksanakan penelitian ini.
vii
11. Teman-teman kelas Algoritma’16 C yang banyak memberikan perhatian selama penulis menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Unismuh Makassar.
12. Seluruh pihak yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.
Makassar, Desember 2020 Penulis
Muh. Nur Julianto
viii DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN ... i
SURAT PERJANJIAN ... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Batasan Istilah ... 5
BAB II ... 6
KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Kajian Teori ... 6
B. Materi Pecahan ... 14
C. Penelitian Relevan ... 16
BAB III ... 17
METODE PENELITIAN ... 17
A. Jenis Penelitian ... 17
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 17
C. Prosedur Penelitian ... 18
D. Instrumen Penelitian... 19
E. Teknik Pengumpulan Data ... 20
F. Teknik Analisis Data ... 21
G. Keabsahan Data ... 23
ix
BAB IV ... 24
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24
A. Hasil Penelitian ... 24
B. Pembahasan ... 43
BAB V ... 49
KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
A. Kesimpulan... 49
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 51
LAMPIRAN ... 54
RIWAYAT HIDUP ... 91
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1 Tahapan berpikir kritis menurut Thyer (Sani, 2019:141)……... 10
Tabel 2. 2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis……… 12
Tabel 4. 1 Skor Hasil Tes yang diperoleh Siswa pada Setiap Butir Soal…. 26
Tabel 4. 2 Pengkodean Subjek Penelitian……… 27
Table 4. 3 Hasil Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis……… 48
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. 1 Jawaban Siswa………... 3 Gambar 2. 1 Tahapan berpikir kritis menurut Thyer (Sani, 2019:141)……... 10 Gambar 4. 1 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek Laki-laki Kemampuan
Tinggi………. 27
Gambar 4. 2 Hasil Kerja Nomor Dua Subjek Laki-laki Kemampuan Tinggi…. 30 Gambar 4. 3 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek Laki-laki Kemampuan
Sedang……… 32
Gambar 4. 4 Hasil Kerja Nomor Dua Subjek Laki-laki Kemampuan Sedang.... 34 Gambar 4. 5 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek Perempuan Kemampuan
Tinggi………. 36
Gambar 4. 6 Hasil Kerja Nomor Dua Subjek Perempuan Kemampuan
Tinggi………. 38
Gambar 4. 7 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek Perempuan Kemampuan
Sedang……… 40
Gambar 4. 8 Hasil Kerja Nomor Dua Subjek Perempuan Kemampuan
Sedang……… 42
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu cara memperoleh pengetahuan, dimana pendidikan ialah perwujudan rancangan keadaan pembelajaran serta rencana pendidikan buat peserta didik untuk keterampilan pada dirinya agar peningkatan spiritual agama, pengendalian diri, character, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang berguna bagi diri sendiri serta masyarakat. Undang- undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pembelajaran Nasional, pembelajaran nasional bertujuan yakni meningkatkan keterampilan peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, berbadan sehat, cerdas, terlatih, kreatif, bebas, serta menjadikan masyarakat yang berdemokratis dan bertanggung jawab.
Matematika bagaikan sesuatu keahlian yang secara nyata membutuhkan
rencana dalam berpikir dengan baik buat dianjurkan kepada peserta didik, yang
dimana tercantum bermacam perspektif dalam mengarahkan peserta didik buat
berpikir nalar bagi bentuk serta ketentuan agar teratur dengan baik. Sehingga
kerapkali bertujuan mengarahkan matematika yang bukan lain agar peserta didik
sanggup berpikir nalar, kritis serta sistematis. Terkhusus berpikir kritis, dibutuhkan
untuk kehidupan peserta didik, agar sanggup memilah data, memilah pantas
ataupun tidaknya sesuatu yang dibutuhkan, mempertimbangkan kebenaran yang
biasanya terdapat kebohongan, serta seluruh perihal yang bisa saja memastikan
kehidupan mereka. Terlebih pada pendidikan matematika yang banyak
mempengaruhi keahlian energi nalar, butuh melatih keahlian bernalar peserta didik (terkhusus berpikir kritis) biar sanggup menanggulangi kasus pendidikan matematika yang biasanya menjurus abstrak..
Baron serta Sternberg (1987) menerangkan kalau berpikir kritis ialah sesuatu yang terpikirkan agar dapat memilih apa yang sudah menjadi pilihan buat dilakukan. Pengertian ini ialah terdapat pada 5 perihal di dalam berpikir kritis ialah praktis, reflektif, masuk akal, keyakinan serta aksi. Pendapat seragam pula dipaparkan oleh Ennis (1991) mengartikan kalau berpikir kritis ialah sesuatu rancangan penggunaan keahlian bernalar secara nyata serta reflektif memiliki tujuan buat menentukan suatu keputusan yang diyakini ataupun dicoba. Perihal adanya tentang berpikir kritis bagi Ennis (2011), ialah berpikir kritis yang dipentingkan ke dalam penafsiran suatu yang dicoba dengan penuh pemahaman serta menuju suatu tujuan.
Dalam menyelesaikan soal matematika, setiap siswa memiliki proses berpikir yang berbeda-beda. Menurut Pai’pinan (2015: 71) mengemukakan kalau salah satu perbandingan antara pria serta wanita dalam belajar matematika ialah pria lebih unggul dalam penalaran, sebaliknya wanita lebih unggul dalam ketelitian, kecermatan, serta keseksamaan berpikir. Dengan demikian bisa dikatakan kalau perbandingan gender menyebabkan terdapatnya perbandingan pola pikir antara pria serta wanita.
Salah satu materi yang tepat digunakan untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis matematis siswa adalah materi pecahan, karena pada materi ini siswa
dituntut untuk menyelesaikan soal-soal dengan kemampuan berpikir kritis yang
mereka miliki. Kenyataan di lapangan berdasarkan observasi awal peneliti pada
3
tanggal 11 Februari 2020 di MTs Negeri 2 Bulukumba pada siswa kelas VII dengan jumlah siswa 28 orang, kualitas hasil belajar menunjukkan bahwa siswa MTs pada pelajaran matematika khususnya pada kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa MTs ditunjukan dalam proses pembelajaran, yang mana sebagian siswa masih belum dapat mengetahui kemampuan berpikir kritisnya dalam menyelesaikan materi yang diberikan.
Penelitian ini menggunakan materi operasi hitung bilangan pecahan yang jenis soalnya uraian serta berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Materi ini dipilih dengan alasan yakni soal uraian menuntut siswa agar tidak hanya menyebutkan dan mengingat tetapi siswa harusnya juga menganalisis soal matematika dengan mengidentifikasi materi yang tidak dibutuhkan atau yang dibutuhkan, mengaitkankan dengan pengetahuan yang sebelumnya sudah didapatkan, dan dituntut agar dapat menarik kesimpulan dengan benar. Adapun tes awal pada saat observasi yang diberikan kepada siswa di materi pecahan.
Gambar 1. 1 Jawaban Siswa
Siswa cenderung dapat menuliskan atau menyampaikan yang diketahui,
namun tidak bisa menyampaikan hal yang ditanya, dalam menyelesaikan soal
menggunakan strategi yang tepat namun siswa tidak dapat menuliskan maupun
menyampaikan kesimpulannya saat menyelesaikan soal.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dalam Menyelesaikan Soal Pecahan ditinjau dari Gender pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Bulukumba”.
B. Rumusan Masalah
Berlandaskan pada latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kritis matematis dalam menyelesaikan soal pecahan ditinjau dari gender pada siswa kelas VII MTs Negeri 2 Bulukumba?
C. Tujuan Penelitian
Berlandaskan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis matematis dalam menyelesaikan soal pecahan ditinjau dari gender pada siswa kelas VII MTs Negeri 2 Bulukumba.
D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Siswa
Dari hasil penelitian ini diharapkan siswa lebih mengetahui kemampuan berpikir kritisnya terhadap pembelajaran matematika pada materi pecahan.
2. Untuk Guru
Dari hasil penelitian ini diharapkan lebih mengetahui dan memahami
kemampuan berpikir kritis siswa jika ditinjau dari gender dan sebagai acuan untuk
memperbaiki mutu pengajaran serta mengarahkan dan membimbing siswa,
5
sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran matematika.
3. Untuk Peneliti Lain
Menambah wawasan, pengetahuan, dan memberi dorongan kepada peneliti lainnya untuk melaksanakan penelitian sejenisnya serta hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau pembanding untuk penelitian berikutnya dan dapat dikembangkan lebih luas lagi.
E. Batasan Istilah
1. Deskripsi adalah menggambarkan suatu objek secara rinci sesuai keadaan yang sebenarnya agar dapat dimengerti oleh orang-orang yang membacanya.
2. Kemampuan berpikir kritis matematis ialah aktivitas mental pada bidang matematika yang menggunakan langkah-langkah metode ilmiah.
3. Gender adalah perbedaan yang terdapat antara laki-laki dan perempuan yang
dibentuk oleh faktor sosial kultural dan terbentuk secara biologis.
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
Tenaga pendidik menjadi tolak ukur dalam menciptakan suasana yang kondusif dalam belajar dan menyenangkan untuk menuntun siswa mencapai tujuan secara optimal, dan tenaga pendidik harus mampu memposisikan dirinya secara fleksibel dan dinamis baik sebagai organizer, informan, evaluator, ataupun transformator agar dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Corey (Sagala, 2014), konsep dalam pembelajaran ialah sebuah proses yang secara sengaja seseorang mengelola lingkungan dimana memungkinkannya untuk menghasilkan respon pada situasi tertentu atau ikut serta pada kondisi khusus dan tingkah laku tertentu. Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2014), pembelajaran merupakan kegiatan pendidik untuk mendesain instruksional secara terprogram dan membuat peserta didik aktif dalam belajar yang ditekankan untuk menyediakan sumber pembelajaran. Kemudian pada UUSPN Nomor 20 tahun 2003 (Sudijono, 2012), memaparkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses siswa dan guru dalam berinteraksi di suatu lingkungan dan sumber belajarnya.
Salah satu mata pelajaran yang terdapat di semua tingkat pendidikan, baik itu di tingkat sekolah dasar sampai tingkat universitas ialah pelajaran matematika.
Bahkan matematika juga diajar secara informal pada taman kanak-kanak. Menurut
7
Ahmad Susanto (Purnamasari, S.R., 2017), matematika menjadi salah satu ilmu untuk mendisiplinkan dalam peningkatan kemampuan berpikir serta dalam memberi agument dan kontribusi dalam menyelesaikan permasalahan di kehidupan nyata maupun di dunia pekerjaan, selain itu juga memberi dukungan dan motivasi dalam mengembangkan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Menurut Sujono (Fathani, 2012), memaparkan bahwa cabang ilmu pengetahuan secara sistematis yang terorganisir dan eksak merupakan matematika. Selain itu dikemukakan juga bahwa ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penalaran yang logis dan berhubungan dengan masalah pada bilangan ialah matematika.
Asal kata matematika dari bahasa Yunani yaitu mathein atau manthenein artinya ialah mempelajari, sesuai dengan pendapat Andi Hakim Nasution (Sudijono, 2012). Kata tersebut erat hubungannya dengan kata Sansekerta pada bahasa Belanda yaitu Medha atau Widya artinya ialah ketahuan, inteligensi atau kepandaian yang pada bahasa Belanda biasa disebut dengan wiskunde artinya yaitu ilmu tentang belajar.
Belajar dan mengajar ialah dua macam kegiatan yang tidak bisa untuk
dipisahkan dalam proses pembelajaran matematika. Ketika antara seorang guru,
siswa dan lingkungannya saling berinteraksi maka kedua aspek tersebut secara
terpadu akan saling berkolaborasi menjadi suatu kegiatan antara yang satu dengan
yang lain. Menurut Ahmad Susanto (Purnamasari, S.R., 2017), seorang guru yang
membangun sebuah proses belajar mengajar dalam pengembangan kreativitas
berpikir siswa ialah pembelajaran matematika. Hal ini menjadi upaya dalam
meningkatkan penguasaan yang baik untuk peningkatan dalam kemampuan
berpikir siswa dan mengkonstruksi pengetahuan baru terhadap materi matematika.
Sesuai dengan pendapat di atas maka kesimpulannya ialah pembelajaran matematika merupakan sebagai bantuan yang diberikan kepada siswa dalam mengembangkan konsep matematika dengan kemampuannya sendiri dengan cara atau upaya yang diperlukan melalui proses antara guru dan siswa yang saling berinteraksi.
2. Berpikir Kritis Matematis
Definisi dari berpikir kritis menurut pendapat beberapa para ahli yaitu sebagai berikut:
1. Fisher (2011) menyatakan bahwa berpikir kritis ialah kemampuan sesorang dalam menginterpretasi, mengevaluasi dan menganalisis pendapat, ide dan gagasan.
2. Menurut Pikket dan Foster (Susiyati, 2014), menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai cara berpikir yang lebih tinggi dimana bukan hanya sekedar penghafalan materi namun juga memanipulasi dan menggunakan bahan dalam situasi baru yang telah dipelajari.
3. Menurut Scrivan (Fisher, 2011) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan aktivitas yang ahli dalam menginterpretasi dan mengevaluasikan hasil dari informasi maupun argumen serta observasi maupun komunikasi.
Sesuai dengan beberapa definisi di atas kesimpulannya ialah berpikir kritis
merupakan kemampuan seseorang atau individu dalam menafsir, mengevaluasi
dan menganalisis baik itu sebuah informasi, argumen, ide maupun hasil dari
observasi, serta berupa sebagai bukti yang menjadi dasar dalam membuat suatu
keputusan.
9
Berpikir kritis matematika mengacu pada kemampuan dan kombinasi dalam disposisi dengan kemampuan awal, penalaran matematik, serta strategi kognitif dalam mengeneralisasi, pembuktian, akses situasi matematis secara reflektif yang tidak biasa sesuai dengan pendapat Glazer (2001). Hal yang sama juga dinyatakan Sumarmo (2012) bahwa terdapat perbedaan antara berpikir kritik dan keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kritis mengacu pada seluruh komponen serta mencakup juga tentang disposisi dalam berpikir kritis namun sebaliknya pada berpikir tingkat tinggi disposisi dalam berpikir kritis tidak termasuk di dalamnya.
Sehingga akan terjadi saling terlibatnya antara kemampuan maupun disposisi di dalam suatu proses berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis matematis yang baik dapat dimiliki oleh siswa
yang terlihat pada kemampuan siswa tersebut ketika mengidentifikasikan atau
merumuskan dan memberikan jawaban yang pertimbangannya kredibilitas pada
suatu sumber, kemampuan untuk mempertimbang dan memikirkan pengambilan
keputusan serta kemampuan untuk membuat kesimpulan dan pertimbangan pada
nilai dari suatu keputusan . Adapun Farikhah (2014: 11) memaparkan bahwa
kemampuan berpikir kritis tidak hanya mengumpul informasi saja biasanya
seseorang yang memiliki ingatan yang baik serta mengetahui informasi yang
banyak dalam berpikir kritis yang informasi tersebut belum tentu baik. Dalam
penyelesaian sebuah masalah dan pencarian sumber informasi yang relevan dari
informasi yang telah di miliki dan di ketahui maka informasi tersebut digunakan
untuk membantu menyelesaikan suatu masalah karena orang yang berpikir kritis
harusnya memiliki kemampuan untuk membuat kesimpulan.
Dari uraian para ahli tersebut, dapat diartikan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan seorang individu dalam menyesimpulkan setiap informasi yang diketahui, dan juga mampu mengetahui cara penggunaan informasi yang diperoleh tersebut dalam menyelesaikan suatu masalah, dan mendapatkan informasi dari sumber yang relevan sehingga dapat membantu dalam penyelesaian suatu masalah yang diaplikasikan untuk menilai situasi guna membuat pertimbangan dan keputusan yang baik.
Tahapan berpikir kritis
Refleksi Bertanya Konstektual
Evaluasi Analisis Observasi
Gambar 2. 1 Tahapan berpikir kritis menurut Thyer (Sani, 2019:141) Dalam setiap tahapan pada berpikir kritis dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
Tabel 2. 1 Tahapan berpikir kritis menurut Thyer (Sani, 2019:141) Tahapan
berpikir kritis Deskripsi
Observasi
a. Memberikan informasi yang telah diperoleh b. Memperoleh informasi dari berbagai sumber
c. Memastikan informasi yang telah diperoleh tersebut
d. Mengeksplorasikan perbedaan pendapat atau pandangan
e. Mengidentifikasikan perbedaan dan kesamaan yang ada
11
Tahapan
berpikir kritis Deskripsi
Analisis Menguraikan tema atau argumen utama dari dalam informasi
Evaluasi
a. Mendiskriminasikan nilai dari informasi b. Memprioritaskan informasi yang penting c. Membedakan antara opini dan fakta
Kontekstualisasi Kontekstualisasi informasi dalam hubungannya dengan sejarah, etika, politik, budaya, lingkungan
Bertanya
a. Mempertimbangkan alternative yang mungkin b. Mengembangkan hipotesis yang baru
Refleksi
a. Menanyakan dan menguji kesimpulan b. Refleksi dampak yang mungil
(Sumber: Sani, 2019: 141) Ennis dalam Siswono (2018: 12) menyatakan bahwa kemampuan atau keterampilan berpikir kritis yaitu kemampuan seperti dibawah ini:
a. Mampu memberikan perbedaan antara tuntutan nilai dengan fakta yang dapat di verifikasi.
b. Mampu memberikan perbedaan antar alasan, informasi, dan tuntutan baik yang relevan ataupun yang tidak relevan.
c. Dapat menentukan fakta yang akurat.
d. Dapat menentukan sumber yang memiliki kredibilitas.
e. Dapat mengidentifikasikan tuntutan serta argumen yang sifatnya ambigu.
f. Dapat mengidentifikasikan asumsi yang tidak diungkapkan.
g. Dapat mendeteksikan bias.
h. Dapat mengidentifikasikan logika yang keliru i. Dapat mengenali logika yang tidak konsisten.
j. Dapat menentukan argumentasi ataupun tuntutan yang paling kuat.
Dalam berpikir kritis seseorang akan mampu apabila mempunyai kemampuan seperti dibawah ini :
a. Memilihkan kata atau frasa dalam sebuah penyataan yang penting dan secara hati-hati akan didefinisikan.
b. Mendukung suatu kesimpulan ketika di paksa untuk menerimanya.
c. Menganalisis keyakinan serta membedakan antara suatu fakta dari asumsi.
d. Menentukan asumsi penting baik tertulis maupun tidak tertulis dalam kesimpulan tersebut.
e. Mengevaluasi asumsi, menerima beberapa, dan menolak lainnya.
f. Mengevaluasi pendapat, menerima atau menolak kesimpulan.
g. Memeriksa kembali asumsi yang telah dilakukan dan dipercaya sebelumnya.
Dalam suatu proses berpikir kritis yaitu terdiri dari:
a. Mengenal situasi.
b. Memberikan pertimbangan pendapat sesuai dengan bukti, data, atau asumsi.
c. Memberikan argument melampaui bukti.
d. Melapor dan mendukung kesimpulan/keputusan/solusi.
e. Mengaplikasikan kesimpulan/keputusan/solusi.
Tabel 2. 2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
No Indikator Keterangan Indikator
1. Interpretasi
Memahami masalah yang di tunjukkan dengan
menuliskan yang diketahui maupun ditanyakan soal
dengan tepat.
13
2. Analisis
Mengidentifikasikan hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep yang telah diberikan pada soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika dan memberi penjelasan yang tepat.
3. Evaluasi
Menggunakan strategi dalam melakukan perhitungan yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap, dan benar.
4. Inferensi Dapat membuat kesimpulan dari sesuatu yang ditanyakan dengan tepat
(Sumber: Karim, 2015)
3. Gender
Selama ini, perbedaan gender seringkali disebut-sebut sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan perkembangan biologis, dan perkembangan kognitifnya. Adapun beberapa definisi gender menurut para ahli sebagai berikut : a. Suhapti (Novianti, 2018: 121) gender ialah perbedaan peran antar perempuan
dan laki-laki yang mengakibatkan perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki pada masyarakat.
b. Stoller (Utamaningsih, 2017: 2) gender adalah perbedaan yang bukan bersifat biologis dan bukan kodrat tuhan.
c. Baron dan Bayne (Hodiyanto, 2014: 32) gender ialah atribut lain yang didefenisikan sebagai seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berada dalam kebudayaan dan lebih mengacu pada suatu hubungan antara tingkah laku dan jenis kelamin individu tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbedaaan gender
mengakibatkan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan baik dalam hal
peran, tingkah laku, mental dan karakter masing-masing yang mengalami
perkembangan sesuai dengan lingkungannya. Perbedaan gender ini juga dapat
menjadi penyebab adanya perbedaan fisiologi sehingga menjadi pengaruh dalam
perbedaan psikologis saat belajar, baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan yang perbedaannya terdapat pada tahap pembelajaran materi pecahan.
B. Materi Pecahan
Pecahan adalah bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk j/k (dibaca j per k), dengan bentuk dimana j dan k merupakan bilangan bulat, k tidak sama dengan nol, dan bilangan j bukan kelipatan bilangan k. Secara sederhana, dapat dikatakan pecahan yakni sebuah bilangan yang memiliki penyebut dan pembilang.
Pada sekolah menengah pertama yang dimaksudkan pecahan ialah penyebut maupun pembilang dalam pecahan merupakan suatu bilangan bulat atau biasa disebut juga bilangan yang rasional. Namun dalam bentuk yang tidak lazim, pembilang maupun penyebut pecahan merupakan sembarang bilangan real yang jelas penyebut pada pecahan ≠ 0
Contoh soal
1) Pak Ripat , pak udin, pak Beni memiliki beras hasil panen masing-masing 1,5 ton, 2
14
ton dan 2
35
ton. Sebanyak 60% dari hasil panen mereka akan disimpan dilumbung KUD Tani Makmur. Berapa ton jumlah padi mereka yang disimpan di KUD?
Diketahui : Pak Ripat = 1,5 𝑡𝑜𝑛, Pak Udin = 2
14
𝑡𝑜𝑛, dan Pak Beni = 2
35
𝑡𝑜𝑛
Sebanyak 60% 𝑡𝑜𝑛 hasil panen akan disimpan di lumbung KUD Tani Makmur
Ditanyakan : Berapa 𝑡𝑜𝑛 jumlah padi mereka yang disimpan di KUD?
15
Penyelesaian :
= (1,5 + 2 1 4 + 2 3
5 ) × 60%
= (1,5 + 2,25 + 2,6) × 0,6
= 6,35 × 0,6
= 3,81
Jadi, jumlah padi yang disimpan di KUD sebanyak 3,81 𝑡𝑜𝑛
2) Febri memiliki buah jeruk sebanyak 18
34
kg. Setiap 1 kg berisi 8 buah. Ternyata dari keseluruhan jeruk yang dibeli, terdapat
110
jeruk yang busuk. Kemudian Febri akan membagikan buah jeruk yang masih segar kepada anak yatim piatu di Panti Asuhan. Jika terdapat 45 anak, maka berapakah buah yang didapatkan setiap anak?
Diketahui : Febri memiliki buah jeruk sebanyak 18
34
𝑘𝑔 ,1 𝑘𝑔 terisi 8 buah,
110
jeruk yang busuk Febri ingin membagikan buah jeruk yang masih segar kepada 45 anak yatim
Ditanyakan : Berapakah yang didapatkan setiap anak buah yang segar?
Penyelesaian :
a. = 18
34
× 8 =
754
× 8
= 150 buah
Banyak buah jeruk yang masih segar
b. = (1 −
110
) × 150 ÷ 45
=
910
× 150 ÷ 45 = 3 buah
Jadi, banyak buah segar yang diberikan kepada setiap anak yatim adalah 3 buah C. Penelitian Relevan
Berdasarkan hasil penelitian Martyanti dan Suhartini tahun 2019, menjelaskan pada risetnya bahwasanya sampel yang menjadi bahan pertimbangan memiliki tingkatan keterampilan yang sama, serta mempunyai keterampilan komunikasi yang sama. Sehingga kesamaan antara sampel laki-laki serta perempuan berpikir kritis yakni belum mampu menganalisis, evaluasi, menjelaskan serta menuliskan keputusan, namun ada perbedaannya seperti indikator interpretasi, untuk sampel laki-laki mampu untuk interpretasi namun pada sampel perempuan belum mampu.
Berdasarkan hasil penelitian Crismasanti dan Tri Nova Hasti Yunianta pada
tahun 2017, menjelaskan pada risetnya bahwasanya untuk sampel FD mampu
berpikir kritis tidak berubah dikarenakan untuk 3 soal yang diberikan kepada
sampel FD mampu melalui 5 langkah-langkah berpikir kritis dengan tepat yakni
strategies and tactics. Untuk sampel AB pada soal nomor 1 melalui langkah-
langkah strategies and tactics. Namun untuk soal nomor 2 hanya bisa pada langkah
advanced clarifications serta untuk nomor 3 pada langkah basic support. Sampel
EK mampu berpikir kritis pada langkah-langkah basic support untuk soal nomor 1
dan 3, namun pada nomor 2 hanya mampu pada langkah-langkah advanced
clarification. Sehingga hasil ini bahwasanya adanya perbedaan keterampilan
berpikir kritis pada tingkatan pendidikan dan keterampilan matematika yang sama.
17 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yang bertujuan untuk mengungkap atau menggambarkan keadaan yang terjadi selama penelitian.
Metode penelitian kualitatif deskriptif digunakan untuk menyajikan dan memberikan gambaran kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam menyelesaikan soal pecahan.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini MTs Negeri 2 Bulukumba di Jl. Pendidikan, kelurahan Jawijawi, kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.4 yang diperoleh dari
rekomendasi guru matematika kelas VII. Dalam menentukan subjek, peneliti
menggunakan tes kemampuan berpikir kritis, untuk mengelompokkan siswa
menjadi dua kelompok yaitu kelompok siswa yang memperoleh nilai tinggi dan
sedang. Adapun subjek dalam penelitian ini berjumlah 4 orang siswa, yaitu 1 orang
siswa laki-laki dan 1 orang siswa perempuan yang berkemampuan berpikir kritis
tinggi dan 1 orang siswa laki-laki dan 1 orang siswa perempuan yang
berkemampuan berpikir kritis sedang. Pemilihan subjek ini dilakukan agar
mendapatkan suatu hasil atau data penelitian yang diharapkan. Adapun langkah- langkah pemilihan subjek, yaitu:
a. Menetapkan tingkatan kelas calon subjek
b. Memberikan tes kemampuan berpikir kritis kepada siswa berupa soal pecahan 2 nomor untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis matematis siswa c. Menetapkan 2 subjek tinggi dan 2 subjek sedang berdasarkan hasil tes
kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada materi pecahan.
C. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi awal.
b. Membuat surat izin untuk melakukan penelitian.
c. Bertemu dengan kepala sekolah menyerahkan surat izin penelitian dan menjelaskan hal-hal yang akan dilakukan di sekolah.
d. Bertemu dengan guru mata pelajaran untuk mengidentifikasi mengenai kelas yang akan dilakukan penelitian.
e. Membuat instrumen yang diperlukan dalam penelitian.
f. Melakukan validasi ahli untuk instrument penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan penelitian sebagai berikut.
a. Memberikan soal tes kemampuan berpikir kritis kepada calon subjek penelitian.
b. Memeriksa jawaban hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa dan
menganalisis data yang diperoleh pada soal tes untuk menentukan calon
subjek penelitian.
19
c. Melakukan wawancara terhadap subjek penelitian mengenai tes yang diberikan yaitu soal materi pecahan.
d. Menyimpulkan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan hasil wawancara.
3. Tahap Deskriptif
Tahap deskriptif dilakukan pada saat data yang telah dikumpulkan sudah dapat menggambarkan pemahaman konsep siswa dalam menyelesaikan soal tes pemahaman konsep pecahan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan sebagai alat yang terdiri instumen utama dan instrumen pedukung. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri atau peneliti sebagai instrumen kunci karena ikut secara aktif dalam penelitian termasuk dalam penentuan subjek, pengumpulan data, menganalisis, dan memberikan interpretasi dari hasil penelitian. Sedangkan instrumen pendukung pada penelitian ini, yaitu:
1. Soal Tes Berpikir Kritis
Lembar tes berpikir kritis digunakan ialah berupa soal uraian materi pecahan. Tes tersebut diberikan kepada subjek penelitian untuk mengungkap kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam menyelesaikan soal pecahan.
Tes berpikir kritis dibuat langsung oleh peneliti dengan memperhatikan subjek
kemampuan berpikir kritis berdasarkan gender dan melakukan validasi terkait
kelayakan instrumen dalam penelitian sehingga mengarah pada ketercapaian tujuan
yang diinginkan oleh peneliti. Untuk menguatkan keabsahan instrumen pendukung tersebut, instrumen penelitian tersebut akan divalidasi oleh validator.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang disusun berdasarkan dengan indikator berpikir kritis. Wawancara yang digunakan pada penelitian merupakan wawancara tidak terstruktur akan dipakai agar mengetahui kemampuan berpikir kritis berdasarkan gender, selanjutnya diuraikan hingga didapat berpikir kritis matematis berdasarkan gender. Pedoman wawancara disusun untuk menunjukkan instrumen yang diperoleh melalui tes tertulis tersebut. Dalam menyusun pedoman wawancara, akan dikonsultasikan dengan tim validasi dan dosen pembimbing. Setelah peneliti melakukan validitas, maka dapaat disimpulkan bahwa pedoman wawancara tersebut telah memenuhi validitas item karena kejelesan jenis wawancara dan item pertanyaan sesuai dengan jenis wawancara yang dilakukan, dan juga bahasa yang digunakan menggunakan kalimat yang mudah dipahami. Berikut pertanyaan pokok yang diberikan saat wawancara, sebagai berikut:
a. Apakah siswa memahami maksud soal?
b. Apa yang pertama dipikirkan pada saat akan menyelesaikan soal?
c. Kenapa anda memutuskan menuliskan cara penyelesaian ini?
d. Bagaimana anda memutuskan penyelesaian ini?
e. Jelaskan proses berpikir anda dalam memecahkan permasalahan ini?
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode dalam pengumpulan data adalah salah satu cara digunakan peneliti
untuk mendapatkan data yang diperlukan sebagai berikut:
21
1. Pemberian Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Tes kemampuan berpikir kritis diberikan kepada siswa kelas VII MTs Negeri 2 Bulukumba. Tes kemampuan berpikir kritis yang dibuat berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis, sehingga diperoleh kemampuan berpikir kritis siswa dan dapat ditentukan subjek dari hasil tes tersebut.
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan setelah hasil tes siswa sudah ada dan terpilih 4 orang siswa yang akan diwawancarai untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam menyelesaikan soal materi pecahan. Wawancara dilakukan satu persatu secara bergantian dengan mengadakan tatap muka sehingga peneliti lebih mudah mendeskripsikan tingkat kemampuan berpikir kritis yang dialami siswa dalam menyelesaikan setiap butir soal yang diberikan. Wawancara dalam penelitian ini diberikan kepada siswa kelas VII MTs Negeri 2 Bulukumba yang telah ditentukan menjadi subjek pada penelitian ini.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dapat dimaknai dengan tahapan yang sangat urgen
dalam suatu penelitian. Oleh karerna itu, sebagai seorang peneliti mestinya dapat
menguasai benar-benar tahapan ini. Untuk data deskriptif atau data textular yaitu
menggunakan pola analisis non-statistik. Data deskriptif pada umumnya dianalisis
berdasarkan isi. Adapun yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik analisis
data Miles&Hubberman (Sugiyono, 2018), yaitu:
1. Reduksi Data
Data yang akan direduksi menampakkan bentuk pola yang lebih jelas nantinya akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data setelahnya, serta mencari jika dibutuhkan. Adapun tahap reduksidata dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan soal tes berpikir kritis 2) Menganalisis hasil tes pekerjaan subjek
3) Menggolongkan subjek ke dalam 2 kategori subjek laki-laki tinggi dan sedang, serta 2 subjek perempuan tinggi dan sedang berdasarkan hasil uraian jawaban subjek
4) Wawancara subjek yang telah ditentukan
5) Hasil wawancara disusun dengan bahasa yang baik kemudian ditransformasikan kedalam bentuk uraian.
2. Penyajian Data
Dalam menyajikan digunakan dengan memilih dan memperlihatkan informasi yang sudah tersusun dan terpisah-pisah sesuai kategorinya, sehingga mempermudah dalam menarik kesimpulan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan sebagai berikut.
1) Menampilkan hasil yang telah dibuat oleh subjek, yang nantinya akan digunakan untuk bahan wawancara.
2) Menampilkan hasil dialog wawancara sehingga dapat disajaikan hasil
wawancara berbentuk dialog.
23
3. Kesimpulan
Verification digunakan untuk membandingkan hasil penyelesaian subjek dan hasil dialog wawancara. Sehingga hal ini dapat ditarik menjadi sebuah kesimpulan.
G. Keabsahan Data
Uji keabsahan data yakni dengan mengunakan triangulasi metode ialah
pengecekan untuk mengetahui data kepada subjek yangsama dengan teknik yang
berbeda yaitu melakukan tes berpikir kritis, dan wawancara. Jika terdapathasil yang
tidak sama maka peneliti harus mengkonfirmasi kepada sumber data guna
memperoleh data lebih meyakinkan. Teknik ini diperoleh dengan melakukan tes
berpikir kritis. dan.pedoman wawancara.
24 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian, membahas hasil tersebut dalam pembahasan. Adapun bagian-bagian yang akan dipaparkan adalah proses pelaksanaan penelitian, penyajian data dan analisis data penelitian, setelah itu akan masuk pada bagian pembahasan.
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Tes Pemilihan Subjek
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bulukumba. Lebih tepatnya di MTs Negeri 2 Bulukumba kelas VII.4, pada materi pecahan. Tes kemampuan berpikir kritis ini dilakukan dikelas VII.4 yang berjumlah 28 siswa, namun pada penelitian ini peneliti diizinkan oleh sekolah hanya 14 siswa untuk diberikan tes kemampuan berpikir kritis.
Proses pelaksanaan penelitian diawali dengan observasi dan wawancara di MTs Negeri 2 Bulukumba pada tanggal 11 Februari 2020. Peneliti mendapat izin dari pihak sekolah sekaligus mewawancarai guru mata pelajaran matematika.
Setelah melakukan observasi, pada tanggal 09 Oktober 2020, peneliti memberikan
surat izin penelitian kepada pihak sekolah untuk melakukan penelitian. Kemudian
pada tanggal 14 Oktober 2020 peneliti melakukan tes kemampuan berpikir kritis
dikelas VII.4. Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis pada subjek dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
25
Tabel 4. 1 Skor Hasil Tes yang diperoleh Siswa pada Setiap Butir Soal
No. Nama Peserta Didik Skor tiap Butir Soal
Total Skor Kriteria
1 2
1. MH 16 16 32 T
2. MFR 12 8 20 S
3. AMA 10 8 18 S
4. AS 8 8 16 S
5. AR 15 14 29 T
6. S 14 12 26 T
7. NA 11 8 19 S
8. I 6 10 16 R
9. MA 10 7 17 S
10. MF 8 11 19 S
11. RF 9 13 22 T
12. RA 12 14 26 T
13. UK 10 16 26 T
14. SA 4 6 10 R
Dari tabel diatas diperoleh subjek yang berkemampuan tinggi dan sedang, selanjutnya subjek tersebut diwawancarai.
2. Pengkodean Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih Berlandaskan pada hasil tes kemampuan berpikir kritis yang masing-masing berkemampuan tinggi, dan sedang sesuai gender.
Adapun pengkodean subjek penelitian sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Pengkodean Subjek Penelitian No. Inisial Siswa Kode Subjek Keterangan
1. MH SLT Subjek Laki-laki Kemampuan Tinggi
2. MFR SLS Subjek Laki-laki Kemampuan Sedang
3. S SPT Subjek Perempuan Kemampuan Tinggi
4. NA SPS Subjek Perempuan Kemampuan Sedang
Berlandaskan pada data hasil tes tertulis dan wawancara subjek, maka akan dipaparkan hasil penelitian kemampuan berpikir kritis matematis dalam menyelesaikan soal pecahan ditinjau dari perbedaan gender, dapat dilihat dalam uraian Adapun.
3. Paparan Data
a. Subjek Laki-laki Kemampuan Tinggi
Adapun ini disajikan hasil tes dan dialog wawancara subjek laki-laki kemampuan tinggi pada soal nomor 1.
Gambar 4. 1 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek Laki-laki Kemampuan Tinggi
27
Berlandaskan pada hasil kerja subjek laki-laki kemampuan tinggi, dapat diperhatikan bahwasanya subjek dapat mengerjakan soal nomor 1 secara sangat baik. Hal tersebut dapat diperhatikan bahwasanya subjek SLT bisa menuliskan unsur yang diketahuidanditanyakan pada soal. Selanjutnya subjek SLT dapat mengidentifikasi hubungan antara konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal nomor 1. Pada inidikator evaluasi, subjek SLT menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal dengan baik dan benar, serta dapat membuat kesimpulan dari soal tersebut.
Adapun paparan dialog petikan wawancara pada subjek laki-laki kemampuantinggi:
Kode Uraian
P : Coba adek baca kembali soal nomor 1?
SLT : (Membaca soal)
P : Apa yang adek pahami dari soal ini?
SLT : Pertama itu kak, yang diketahui dari soalnya kak gaji Pak Ripat sebesar Rp.2.700.000, dari gajinya itu kak
13
digunakan untuk kebutuhan rumah tangga,
110
untuk membayar pajak, dan 25% membayar biaya pendidikan anak. Terus yang ditanyakan jumlah uang yang ditabung oleh Pak Ripat. Itu kak yang saya pahami
P : Kemudian bagaimana caranya selesaikan ini soal dek?
SLT : Saya gunakan konsep pecahan kak yang sudah diajarkan sama pak guru yang operasi hitung penjumlahan, pengurangan, sama perkalian pecahan kak
P : Coba paparkan bagaimana proses pengerjaan soalnya dek?
SLT : Pertama itu kak,
13
𝑥2.700.000 = 900.000, kemudian yang kedua
110
𝑥2.700.000 = 270.000, ketiga itu kak
25
100
𝑥2.700.000 = 675.000, dari hasilnya ketiga itu kak di
jumlahkan kemudian dikurangkan kak 2.700.000, jadi hasilnya itu kak 855.000
P : Jadi bagaimana caranya dek untuk tentukan kesimpulannya?
SLT : Kan yang ditanya itu kak jumlah uang yang ditabung oleh Pak Ripat. Jadi, jumlah uang yang ditabung oleh Pak Ripat sebesar Rp.855.000. seperti itu kak
P : Oke dek
Adapun paparan dialog petikan wawancara di atas, dapat diperhatikan bahwasanya subjek laki-laki kemampuantinggi dapat memahami apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal, kemudian subjek dapat memaparkan menemukan konsep yang diberikan untuk menyelesaikan soal tersebut, selain itu subjek juga dapat menjelaskan cara penyelesaian pada jawaban dengan benar, dan subjek juga dapat menarik kesimpulan dari apa ditanyakan pada soal secara benar.
Berlandaskan pada tes dan wawancara pada subjek laki-laki kemampuan tinggi nomor 1 menunjukkan bahwa subjek memenuhi keempat indikator berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi.
Adapun ini disajikan hasil tes dan dialog wawancara subjek laki-laki kemampuan tinggi untuk soal nomor 2.
29
Gambar 4. 2 Hasil Kerja Nomor Dua Subjek Laki-laki Kemampuan Tinggi Dilihat dari hasil kerja nomor 2, subjek SLT dapat mengerjakannya dengan sangat baik. Pada saat ingin menuliskan unsur yang diketahui dan yang ditanyakan subjek SLT awalnya ragu tapi berhasil menuliskannya dengan benar. Selanjutnya subjek SLT menuliskan konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal.
Adapun strategi yang digunakan dalam menyelesaikan soal sudah baik dan tepat.
Kemudian subjek SLT juga menuliskan kesimpulan pada jawabannya.
Adapun ini disajikan dialog wawancara pada subjek laki-laki kemampuan tinggi:
Kode Uraian
P : Selanjutnya, coba baca soal nomor 2 dek?
SLT : (Membaca soal)
P : Apa yang adek pahami dari soal ini?
SLT : Dari yang saya baca dari soal kak, jumlah kotak kue Febri sebanyak 5, jumlah kue setiap kotak itu ada 36, kemudian
16
kuenya untuk guru,
23
kue untuk siswa perempuan, dan
136
kue dimakan sama Febri, dan yang ditanyakan itu kak berapa kue yang akan diberikan kepada siswa laki-laki
P : Kemudian bagaimana caranya selesaikan ini soal dek?
SLT : Saya gunakan konsep pecahan kak yang sudah diajarkan sama pak guru yang operasi hitung penjumlahan, pengurangan, sama perkalian pecahan kak
P : Coba paparkan bagaimana proses pengerjaan soalnya dek?
SLT : Pertama itu kak saya kalikan banyak kotak kue dan jumlah kuenya kak, kemudian saya samakan penyebutya yang diketahui kak kemudian saya kalikan mi dengan jumlah hasil kali banyak kotak dan jumlah kue setiap kotaknya. Hasilnya itu kak 25 kue yang diberikan kepada siswa laki-laki
P : Jadi bagaimana caranya dek untuk tentukan kesimpulannya?
SLT : Kan yang ditanya itu kak kue yang diberikan kepada siswa laki-laki, jadi, jumlah kue yang diberikan kepada siswa laki- laki sebanyak 25 kue, seperti itu kak
P : Yakin maki dengan jawabannya itu?
SLT : Yakin kak
P : Oke dek
Adapun paparan dialog petikan wawancara di atas, dapat diperhatikan bahwasanya subjek laki-laki kemampuan tinggi dapat memahami apa saja yang diketahui dan ditanyakan, kemudian subjek dapat memaparkan dari mana menemukan konsep yang diberikan untuk menyelesaikan soal tersebut, selain itu subjek juga dapat menjelaskan cara penyelesaian pada jawaban dengan benar, dan subjek juga dapat menarik kesimpulan dari apa yang di tanyakan pada soal secara benar.
Berlandaskan pada hasil tes dan wawancara pada subjek laki-laki
kemampuan tinggi nomor 2 menunjukkan bahwa subjek memenuhi keempat
indikator berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi.
31
b. Subjek Laki-laki Kemampuan Sedang
Adapun ini disajikan hasil tes dan dialog wawancara subjek laki-laki kemampuan sedang pada soal nomor 1.
Gambar 4. 3 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek Laki-laki Kemampuan Sedang Berlandaskan pada hasil kerja subjek laki-laki kemampuan tinggi di atas, diperhatikan bahwasanya subjek dapat mengerjakan soal nomor 1 sangat baik. Hal tersebut dapat diperhatikan bahwasanya subjek SLS dapat dituliskan unsur yang di ketahui dan yang di tanyakan. Selanjutnya subjek SLS dapat mengidentifikasi hubungan antara konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal nomor 1.
Pada inidikator evaluasi, subjek SLS menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal dengan baik dan benar, serta belum dapat menuliskan
kesimpulan dari soal tersebut.
Adapun ini disajikan dialog wawancara pada subjek laki-laki kemampuan sedang:
Kode Uraian
P : Coba adek baca kembali soal nomor 1?
SLS : (Membaca soal)
P : Apa yang adek pahami dari soal ini?
SLS : Ehh…, yang diketahui pertama kak gaji Pak Ripat sebesar Rp.2.700.000, dari gajinya itu kak
13
digunakan untuk kebutuhan rumah tangga,
110
untuk membayar pajak, dan 25%
membayar biaya pendidikan anak. Kemudian yang ditanyakan jumlah uang yang ditabung oleh Pak Ripat.
P : Kemudian bagaimana caranya selesaikan ini soal dek?
SLS : Saya gunakan konsep pecahan kak yang sudah diajarkan sama pak guru yang operasi hitung penjumlahan, pengurangan, sama perkalian dengan bilangan bulat kak P : Coba paparkan bagaimana proses pengerjaan soalnya dek?
SLS : Saya jumlahkan bilangan yang diketahui semua kak tapi sebelumnya saya samakan dulu penyebutnya kak, kemudian saya kurang dengan 1, kemudian dari hasilnya itu kak saya kalikan dengan gaji Pak Ripat sehingga saya dapat hasilnya 855.000
P : Jadi bagaimana caranya dek untuk tentukan kesimpulannya?
SLS : Saya tidak tahu kak bagaimana cara menuliskan kesimpulannya kak
P : Oke dek
Adapun paparan dialog petikan wawancara di atas, dapat diperhatikan
bahwasanya subjek laki-laki kemampuan sedang dapat memahami apa saja yang
diketahui dan ditanyakan pada soal, kemudian subjek dapat memaparkan konsep
yang diberikan untuk menyelesaikan soal tersebut, selain itu subjek juga dapat
menjelaskan cara penyelesaian pada jawaban dengan benar, dan subjek belum dapat
menarik kesimpulan dari apa yang di tanyakan pada soal secara benar.
33
Berlandaskan pada hasil tes dan wawancara pada subjek laki-laki kemampuan sedang nomor 1 menunjukkan bahwa subjek memenuhi keempat indikator berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, dan evaluasi
Adapun ini disajikan hasil tes dan dialog wawancara subjek laki-laki kemampuan tinggi pada soal nomor 2.
Gambar 4. 4 Hasil Kerja Nomor Dua Subjek Laki-laki Kemampuan Sedang
Dilihat dari hasil kerja nomor 2, subjek SLS dapat mengerjakannya dengan
sangat baik. Pada saat ingin menuliskan unsur yang diketahui dan yang ditanyakan
subjek SLS awalnya ragu tapi berhasil menuliskannya dengan benar. Selanjutnya
subjek SLS lupa menuliskan konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan
soal. Adapun strategi yang digunakan dalam menyelesaikan soal dapat dilihat pada
gambar.
Adapun ini disajikan dialog wawancara pada subjek laki-laki kemampuan sedang:
Kode Uraian
P : Selanjutnya, coba baca soal nomor 2 dek?
SLS : (Membaca soal)
P : Apa yang adek pahami dari soal ini?
SLS : Dari yang saya baca dari soal kak, jumlah kotak kue Febri sebanyak 5, jumlah kue setiap kotak itu ada 36, kemudian
16
kuenya untuk guru,
23
kue untuk siswa perempuan, dan
136
kue dimakan sama Febri, dan yang ditanyakan itu kak berapa kue yang akan diberikan kepada siswa laki-laki
P : Kemudian bagaimana caranya selesaikan ini soal dek?
SLS : Saya ragu-ragu kak, karna tidak saya pahami baik soalnya kak, makanya saya tidak tulis konsep apa yang saya gunakan kak
P : Coba paparkan bagaimana proses pengerjaan soalnya dek?
SLS : Pertama itu kak saya kalikan banyak kotak kue dan jumlah kuenya kak, kemudian saya samakan penyebutya yang diketahui kak kemudian saya kalikan mi dengan jumlah hasil kali banyak kotak dan jumlah kue setiap kotaknya. Hasilnya itu kak 25 kue yang diberikan kepada siswa laki-laki
P : Jadi bagaimana caranya dek untuk tentukan kesimpulannya?
SLS : Saya kurang yakin kak untuk menuliskan kesimpulannya kak
P : Oke dek
Adapun paparan dialog petikan wawancara di atas, dapat diperhatikan
bahwasanya subjek laki-laki kemampuan sedang dapat memahami apa saja yang
diketahui dan ditanyakan pada soal, kemudian subjek ragu-ragu memaparkan dari
mana menemukan konsep yang diberikan untuk menyelesaikan soal tersebut
sehingga lupa menuliskan konsep yang digunakan, selain itu subjek juga dapat
35
menjelaskan cara penyelesaian pada jawaban dengan benar, tapi subjek tidak menuliskan kesimpulan dari apa yang ditanyakan dari soal.
Berlandaskan pada hasil tes dan wawancara pada subjek laki-laki kemampuan sedang nomor 2 bahwa subjek memenuhi dua indikator berpikir kritis yaitu interpretasi, dan evaluasi.
c. Subjek Perempuan Kemampuan Tinggi
Adapun ini disajikan hasil tes dan dialog wawancara subjek perempuan kemampuan tinggi pada soal nomor 1.
Gambar 4. 5 Hasil Kerja Nomor Satu Subjek Perempuan Kemampuan Tinggi
Berlandaskan pada hasil kerja subjek perempuan kemampuan tinggi di atas,
dapat diperhatikan bahwasanya subjek dapat mengerjakan soal nomor 1 dengan
sangat baik. Hal tersebut dapat diperhatikan bahwasanya subjek SPT menuliskan
unsur yang di ketahui dan yang di tanyakan. Selanjutnya subjek SPT kurang
lengkap mengidentifikasi hubungan antara konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal nomor 1. Pada inidikator evaluasi, subjek SPT menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal dengan baik dan benar, serta dapat membuat kesimpulan dari soal tersebut.
Adapun ini disajikan dialog wawancara pada subjek perempuan kemampuan tinggi:
Kode Uraian
P : Coba adek baca kembali soal nomor 1?
SPT : (Membaca soal)
P : Apa yang adek pahami dari soal ini?
SPT : Diketahui dari soalnya kak gaji Pak Ripat sebesar Rp.2.700.000, dari gajinya itu kak
13
digunakan untuk kebutuhan rumah tangga,
110
untuk membayar pajak, dan 25%
membayar biaya pendidikan anak. Terus yang ditanyakan jumlah uang yang ditabung oleh Pak Ripat
P : Kemudian bagaimana caranya selesaikan ini soal dek?
SPT : Saya gunakan konsep pecahan kak yang sudah diajarkan sama pak guru yang operasi hitung penjumlahan kak
P : Coba paparkan bagaimana proses pengerjaan soalnya dek?
SPT : Langkah awalnya itu kak,
13
𝑥2.700.000 = 900.000, kemudian yang kedua
110
𝑥2.700.000 = 270.000, ketiga itu kak
25100