• Tidak ada hasil yang ditemukan

RABIES PADA SAPI DAN KAMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RABIES PADA SAPI DAN KAMBING"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

RABIES PADA SAPI DAN KAMBING

Oleh : Ngepkep GINTING

PENDAHULUAN

Publikasi terakhir mengenai rabies ditulis oleh Lembaga Penelitian Penyakit Hewan pada tahun 1957. Apabila kita membaca semua publikasi yang dikeluarkan, maka kita tidak akan menemukan perincian jenis hewan yang diserang rabies tersebut (3, 4, 5, 6). Dari publikasi beberapa penulis di luar Lembaga Penelitian Penyakit Hewan dapat disimpulkan bahwa di Indonesia hewan yang paling peka terhadap rabies ialah anjing, kucing dan kera. Di samping itu pernah juga dilaporkan kejadian rabies pada kerbau, kuda, leopard, musang dan meong congkok (7, 9). Bagaimana keadaan rabies pada sapi dan kambing, dapat kita ikuti pada tulisan ini berdasarkan data yang ada di Lembaga Penelitian Penyakit Hewan selama lima tahun terakhir.

Dari laporan-laporan peneliti di luar negeri dapat kita ketahui bahwa masalah rabies masih santer di mana-mana di muka bumi (2). Perbedaannya hanya dalam masalah kepekaan hewan terhadap rabies dapat kita lihat secara nyata. Beberapa negara yang dinyatakan bebas rabies adalah : Australia, New Zealand, New Guinea dan Oceania. Negara-negara yang telah berhasil memberantas rabies adalah : Swedia, Norwegia dan Britania Raya. Di samping itu ada beberapa negara yang telah berhasil mengurangi kejadian rabies yaitu : fepang, Taiwan, Hongkong dan Malaysia (12).

MATERIAL DAN METODA

Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari tahun 1973 sampai bulan Nopember tahun 1978. Semua bahan pemeriksaan yang dikirim dari daerah yang ada kaitannya dengan rabies pada sapi dan kambing diteliti mulai dari surat-surat pengantarnya (sebagai anamnese). Bahan pemeriksaan yang diterima pada tahun 1973 adalah tiga dari sapi dan satu dari kambing, tahun 1974 dua dari sapi dan satu dari kambing, tahun 1975 dua dari sapi, tahun 1976 satu dari sapi, tahun 1977 dua dari sapi dan pada tahun 1978 satu dari sapi. Di laboratorium bahan pemeriksaan dari otak yang dikirim dalam glycerin 50%

dibersihkan dari glycerinnya dengan larutan NaC1 fisiologik steril untuk selanjutnya dibuat sediaan sentuh dan sediaan apus diwarnai dengan Seller serta dilihat pada mikroskop biasa untuk membuktikan ada tidaknya badan-badan Negri (1, 10). Bahan pemeriksaan yang sama digerus dengan mortir dan dibuat suspensi 20% secara steril, diberi penicillin 500 U dan streptomycin 2 mg, dan

(2)

NGEPKEP GirrriNG: Rabies pada sapi dan kambing

dibiarkan 30 menit, kemudian disuntikkan pada tikus putih (Albino Swiss Mice) untuk pemeriksaan biologik (1). Bahan pemeriksaan yang dikirim dalam formalin 10% atau alkohol 70%, dibuat sediaan histopatologik diwarnai dengan hematoksilin eosin untuk diperiksa pada mikroskop biasa untuk membuktikan ada tidaknya badan-hadan Negri terutama pada sitoplasma sel-sel Purkinye hipokampus (1, 8, 11). Diagnosa dititik-beratkan kepada ada tidaknya badan-badan Negri baik secara pewarnaan cepat maupun dalam sediaan histopatologik. Setelah dikumpulkan data anamnese, basil pemeriksaan mikroskopik, histopatologik dan biologik maka diambil kesimpulan terhadar bahan pemeriksaan yang merupakan diagnosa.

HAS IL PENELITIAN

Penjelasan dari surat-surat yang diterima dari daerah tidak banyak membantu karena terlalu ringkas. Apabila disimpulkan maka gejala-gejala klinik yang dapat dilihat pada sapi dan kambing yang diduga menderita rabies tersebut sebelum mati atau dipotong adalah sebagai berikut: tiha-tiba sakit, tidak mau makan (karena susah inenelan), air Judah keluar banyak (salivasi), memperlihatkan sifat ganas dan mengejar prang yang berada di sekitarnya.

Dari ernpat bahan pemeriksaan yang diterima pada tahun 1973 diperoleh hasil dua kasus positif rabies yang berasal dari dua ekor sapi, masing-rnasing dari Dinas Peternakan Daerah Tingkat II Liot di Muara Fnim (Sumatera Selatan) dan Dinas Peternakan Kabupaten Tingkat H Solok (Sumatera Barat).

Tahun 1974 diterima tiga bahan pemeriksaan, hasilnya dua positif masing-masing dari seekor sapi dan seekor kambing. Sapi yang positif berasal dari Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Jambi dan kambing berasal dari Dinas Peternakan Daerah Tingkat II Liot di Muara Enim (Sumatera Selatan). Tahun 1975 diterima dua bahan pemeriksaan dari sapi dan satu di antaranya positif yaitu bahan yang dikirim dari Laboratorium Kesehatan Hewan Bukittinggi (Sumatera Barat). Tahun 1976 hanya diterima satu bahan pemeriksaan dari sapi yang berasal dari Kotamadya Padangpanjang (Sumatera Barat) dan setelah diperiksa ternyata positif. Tahun 1977 diterima dua bahan pemeriksaan dari sapi, setelah diperiksa ternyata satu positif yang berasal dari Kecamatan Luhak (Sumatera Barat). Satu bahan pemeriksaan yang diterima tahun 1978 ternyata negatif rabies. Salah satu sediaan histopatologik yang

(3)

Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 18, 1979

membuktikan badan-badan Negri tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Pemeriksaan biologik tidak ada yang berhasil, diduga disebabkan virusnya teiah mati di perjalanan karena rata-rata pengiriman bahan pemeriksaan memerlukan waktu lebih dari satu minggu.

PEMBAHASAN

Sesuai dengan data, sebagai hasil penelitian ini maka rabies pada sapi telah ditemukan pada tahun 1973 dan pada kambing tahun 1974. Hal yang sangat menarik dan justru sangat menguntungkan ialah kasus rabies pada sapi dan kambing sangat jarang sekali di Indonesia. Demikian juga apabila kita bandingkan dengan beberapa negara di luar negeri, Indonesia sangat beruntung karena kasus rabies pada hewan carnivora liar juga jarang sekali (3, 4, 5, 6, 7, 9).

Penelitian ke arah hewan-hewan yang peka terhadap rabies tentu perlu dikembangkan pada masa mendatang ini. Pemeriksaan yang sederhana adalah cara cepat dengan pewarnaan Seller dan histopatologik (sekarang sudah ada cara dengan mikroskop fluorescence).

KESIMPULAN

Berdasarkan data di Lembaga Penelitian Penyakit Hewan telah ditemukan rabies pada sapi di Indonesia pada tahun 1973, 1974, 1975, 1976 dan tahun 1977, dan pada kambing pada tahun 1974. Cara pemeriksaan adalah dengan pewarnaan Seller, biologik dan histopatologik.

SUMMARY

Based on data at Animal Diseases Research Institute collected from 1973 until 1978 some cases of rabies in cattle and goats have been recorded. The cases on cattle were found in 1973, 1974, 1975, 1976 and in 1977, but in goats only in 1974.

Diagnostic methods were based on Seller's stain, biological and histological examinations.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama ditujukan kepada Drh. Sutijono yang telah merintis penelitian ini sehingga sekarang dapat disajikan ke tengah-tengah kita. Kepada teman-teman sejawat yang bertugas di daerah, karena tanpa bahan pemeriksaan

(4)

NGEPKEP GINTING: Rabies pada sapi dan kambing

yang dikirim olch mcrcka ke Lembaga Penelitian Penyakit Hewan tidak mungkin diadakan penelitian ini. Terakhir kepada karyawan di Bagian patologi/toksikologi, terutama kepada. Sdri. Sriyana yang selalu tekun dalam mcmbantu, schingga tulisan ini dapat disajikan pada pembaca.

DA FTA R PUSTA K A

1. Atanasiu et al. 1966. Laboratory Techniques in Rabies. 2nd ed. World Health Organization Genewa. Academic.

2. Baer George, M. 1975. The Natural History of Rabies, Vol. I, II. Press, New York, San Francisco, London.

3. Direktur Lembaga Pusat Penyakit Hewan. 1955. Hemera Zoa, 62: 160 - 163.

4. Dircktur Lembaga Pusat Penyakit Hewan. 1956. Hcmcra Zoa, 63: 388 - 390.

5. Djaenoedin. R., Utojo, R. P. dan Kurjana, R. 1956. Hemera Zoa, 63: 433 - 440.

6. Djaenoedin, R. dan Utojo, R. P. 1957. Hemera Zoa, 64: 328 - 333.

7. Hardjosworo, Soehardjo. 1977. Kursus Zoonosis Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan Jakarta.

8. Luna Lee, G. 1968. Manual of Histologic Staining Methods of the Armed Forces Institute of Pathology. 3rd ed. Mc GRAW - HILL BOOK COMPANY, New York, Toronto, London, Sydney.

9. Ressang, A. A. 1963. Patologi Chusus Veteriner, : 479 - 485.

10. Smith, Jones, & Hunt, 1972. Veterinary Pathology. 4th ed.: 351 - 356. Lea

& Febiger, Philadelphia.

11. Sandritter, W. & Wartman, W. B. 1973. Color Atlas & Textbook of Tissue and Cellular Pathology. 4th ea. Year Book Medical Publishers. Inc.

Chicago.

12. The Merck Veterinary Manual. 1973. 4th ed. : 232 - 236. Merck & Co., Inc.

Rahway, N. Y., U. S. A.

(5)

Lembaga Penelitian Penyuktt Hewan. Bulletin no. 18, 1979

Gambar 1. Badan Negri pada sitoplasma sel-sel Purkinye hipokampus.

Gambar

Gambar 1. Badan Negri pada sitoplasma sel-sel Purkinye hipokampus.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan cairan rumen sapi dan kambing pada proses perendaman pelepah tanaman salak terhadap waktu

pengetahuan para pakar, sehingga para peternak dapat mengetahui cara membudidayakan bibit unggul pada ternak sapi dan kambing mereka, tetapi sistem pakar tidak dapat

Yoghurt dengan bahan baku susu berbeda yaitu susu sapi dan susu kambing ternyata tidak berbeda nyata secara statistik dalam hal kandungan lemaknya namun yoghurt susu kambing

Ekstrak pituitary sapi dapat meningkatkan tampilan reproduksi kambing lokal yang ditandai dengan peningkatan persentase kebuntingan dan jumlah anak per kelahiran tetapi

Jenis hewan penghasil daging yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia yaitu sapi, kambing, domba, kerbau, kuda dan babi.. Komposisi kimia daging meliputi air, protein,

Kotoran sapi dan kotoran kambing merupakan salah satu bahan untuk membuat biogas, suatu limbah yang cukup melimpah jika terpantau dari limbah masyarakat terutama di daerah desa yang

TABEL 1.DESAIN PEMBERIAN STARTER KEFIR DENGAN LEVEL YANG BERBEDA PADA PEMBUATAN KEFIR SUSU KAMBING DAN SUSU SAPI Perlakuan Kefir Susu Kambing KSK Kefir susu sapi WSK Kontrol 3%