• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Jantung 1. Definisi jantung

Jantung adalah organ tubuh yang terdiri dari otot-otot yang berbentuk kerucut terbalik (Mahadevan, 2018). Jantung adalah pusat dari sistem peredaran darah yang memiliki dua fungsi. Pertama untuk mengumpulkan darah mengandung karbon dioksida dari jaringan tubuh dan dipompakan ke paru-paru, kedua untuk mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan dipompakan ke seluruh jaringan tubuh (Weinhaus & Roberts, 2005).

Jantung terletak diantara paru-paru di mediastinum tengah, bagian basis jantung mengarah ke kanan atas dan terdapat pembuluh darah utama, perkiraan basis terletak di kartilago costae ke 2 ,dan bagian apeks terletak mengarah ke bawah dan ke arah kiri, diperkirakan berada di costae 5 atau 6. Ukuran jantung diperkirakan sebesar kepalan tangan dengan berat antara 250-350 gram (Curran & Sheppard, 2011) 2. Anatomi Jantung

a. Dinding jantung

Secara umum dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yang memiliki fungsi dan ketebalan yang berbeda.

1. Perikardium

Jantung dilapisi oleh kantung yang disebut perikardium, perikardium berfungsi melindungi dan mencegah jantung

(2)

Perikardium terdiri dari :

a) Perikardium fibrosa: jaringan ini dibentuk oleh jaringan ikat padat dan tidak teratur (Jarvis & Saman, 2018).

b) Perikardium Serosa: Jaringan yang terdiri dari 2 lapisan, bagian luar dari kedua lapisan ini melekat kuat pada bagian dalam permukaan perikardium fibrosa, lapisan ini disebut sebagai lapisan pariental.

Lapisan pariental dipantulkan disekitar pembuluh darah besar dan terbentuk lapisan viseral (Mahadevan, 2018).

c) Rongga Perikardial: Diantara dinding perikardium serosa terdapat rongga perikardial, rongga ini diisi dengan cairan perikardial sekitar 10-15 mililiter yang disekresikan oleh membran serosa. Cairan ini berfngsi untuk mengurangi gesekan antar membran saat jantung berdetak (Curran & Sheppard, 2011).

2. Myocardium

Myocardium (myo=Muscle/Otot, Cardio=jantung). Lapisan dinding jantung yg berada ditengah dan paling tebal karena terdapat banyak lapisan serat otot disebut myocardium (Curran

& Sheppard, 2011). Myocardium terdiri dari otot-otot jantung berbentuk spiral yang bekerja memompakan darah keluar dari

(3)

jantung (Weinhaus & Roberts, 2005). Myocardium pada verntrikel kiri terdapat otot yang lebih tebal dibandingkan ventrikel kanan dikarenakan kerja dari myocardium ventrikel kiri lebih berat dibandingkan ventrikel kanan (Weinhaus &

Roberts, 2005). Jenis otot yang terdapat pada myocardium adalah otot jantung yang setiap miositnya mengandung satu nukleus yang terletak ditengah, otot ini berserat dan bercabang diperkirakan memiliki diameter 10-20 mikrometer (Curran &

Sheppard, 2011).

3. Endocardium

Endocardium (endo=didalam, cardio=jantung), yang berarti endocardium merupakan lapisan terdalam dari dinding jantung.

Endocardium adalah lembaran epitel yang disebut endotelium, terletak pada lapisan membran basal jaringan ikat (Weinhaus &

Roberts, 2005). Jaringan ini menutupi katup jantung dan berlajut dengan endotelium yang melapisi pembuluh darah utamana yang menempel pad jantung (Curran & Sheppard, 2011).

Gambar 2. 1 Dinding Jantung (Curran & Sheppard, 2011)

(4)

Jantung Terdiri empat ruang yaitu dua ruang atrium yang berada bagian atas jantung dan dua ruang ventrikel yang berada dibawah jantung. Atrium memiliki fungsi sebagai ruang yang menerima darah dari luar jantung dan memompa darah ke ventrikel. Ventrikel memiliki fungsi utama sebagai pompa jantung, yaitu memompakan darah ke paru-paru dan ke seluruh tubuh. Pada setiap sisi kiri dan kanan jantung terhubungkan antara atrium dan ventrikel melalui lubang atrio-ventrikuler dan pada setiap lubang tersebut terdapat katup (Movahed et al., 2009).

c. Katup Jantung

Terdapat empat katup yang mempertahankan aliran darah pada jantung agar tetap searah yaitu :

1) Katup pulmonalis

Katup pulmonalis berada di arteri pulmonal berfungsi sebagai pengontrol aliran darah yang membawa karbon dioksida dari jantung ke paru-paru. Katup pulmonalis terdapat di ventrikel kanan.

2) Katup aorta

Katup aorta berada pangkal aorta berfungsi sebagai pengontrol aliran darah yang membawa oksigen dari jantung ke seluruh tubuh. Katup aorta terdapat di ventrikel kiri.

3) Katup bicuspidalis/mitral

(5)

Katup bicuspidalis/ mitral ini terdapat di anteroventrikular kiri, ,katup ini dikatakan bicuspidalis karena terdapat dua penutup atau flaps yang mengontrol aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri (Curran &

Sheppard, 2011).

4) Katup tricuspidalis

Katup tricuspidalis terdapat di anteroventrikular kanan, dikatakan tricuspidalis karena terdapat tiga penutup atau flaps yang mengontrol aliran darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan (Curran & Sheppard, 2011).

Katup berada diantara disetiap atrium dan ventrikel dan di dua arteri yang berfungsi untuk mengalirkan darah keluar jantung (Curran & Sheppard, 2011). Katup pada jantung selalu mengarah ke bawah untuk mencegah darah yang telah dipompa kembali ke ruang atrium ataupun ventrikel dan bunyi dari jantung normal adalah hasil dari aposisi cups katup yang merespon terhadap perubahan tekanan yang terjadi diventrikel selama siklus jantung dan dapat dideteksi dengan auskultasi (Mahadevan, 2018). Katup terbentuk dari jaringan ikat fibrosa yang berasal dari dinding jantung, bagian luar katup dilapisi oleh endokardium (Curran &

Sheppard, 2011).

(6)

Gambar 2. 2 Katup Jantung (Curran & Sheppard, 2011) d. Pembuluh Darah

Jantung membutuhkan suplai darah yang kaya akan oksigen untuk melakukan tugasnya. Suplai darah dihantarkan melalui arteri koroner kanan dan kiri, yang terletak di epikardium dan menembus miokardium. Arteri koroner kanan dan kiri muncul dari lubang vaskular di dasar aorta. Arteri koroner kiri berjalan menuju sisi kiri jantung, terbagi menjadi arteri desendens anterior kiri dan arteri sirkumfleksi kiri. Arteri koroner kanan berjalan di sisi kanan jantung membagi menjadi arteri marginal (bagian lateral sisi kanan jantung) dan arteri desendens posterior (menyuplai bagian posterior jantung). Arteri koroner memberikan suplai darah secara berkala ke jantung, terutama saat jantung berelaksasi, dikarenakan katup terbuka (Jarvis & Saman, 2018).

(7)

Gambar 2. 3 Arteri Koroner (Jarvis & Saman, 2018)

Pada vena koroner, mengikuti jalur yang mirip dengan arteri koroner. Sinus koroner adalah kumpulan vena koroner (vena kecil, tengah, besar dan oblik, vena marginal kiri dan vena ventrikel posterior kiri) yang mengalir ke atrium kanan pada aspek posterior jantung. Dua pertiga dari darah vena jantung dikembalikan ke jantung melalui sinus koroner, sementara sepertiga dikembalikan langsung ke jantung dengan melalui vena jantung anterior memiliki katup yang langsung ke atrium kanan (Jarvis & Saman, 2018).

(8)

Gambar 2. 4 Vena Jantung (Curran & Sheppard, 2011)

Sebagian besar aliran vena dari jantung memasuki sinus koroner (2-3 cm sepanjang bagian posterior sulkus atrioventrikular). Sinus koroner mengalir ke bagian posterior atrium kanan melalui sebuah lubang yang berdekatan dengan muara vena cava inferior (Weinhaus & Roberts, 2005). Sinus koroner dilalui oleh vena berikut:

1) Vena jantung besar (yang awalnya menyertai arteri interventrikular anterior dan kemudian arteri sirkumfleksi

2) Vena jantung tengah (yang menyertai arteri interventrikular posterior)

3) Vena jantung kecil (yang menyertai arteri marginal kanan)

4) Vena posterior ventrikel kiri 5) Vena oblik atrium kiri.

(9)

Dua pertiga dari darah vena jantung dikembalikan ke jantung melalui sinus koroner, sementara sepertiga dikembalikan langsung ke jantung melalui vena jantung anterior langsung ke atrium kanan dan vena jantung kecil lansung ke keempat bilik (Jarvis & Saman, 2018).

3. Fisiologi jantung

Jantung adalah kunci utama dari sistem kardiovaskular yaitu sistem yang mengatur transportasi darah didalam tubuh. Otot yang berkontraksi secara ritmis dan otonom bekerja sama dengan pembuluh darah untuk memastikan sirkulasi darah yang berjalan secara terus menerus didalam tubuh (Jarvis & Saman, 2018). Fisiologi pada jantung dijelaskan melalui beberapa poin, yaitu:

3.1. Sirkulasi Peredaran Darah

Sirkulasi peredaran darah menyalurkan oksigen dan nutrisi ke Jaringan tubuh dan membawa karbon dioksida untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru. Sirkulasi pada paru- paru dan sistemik bersama-sama membantu dalam memenuhi peran utama jantung. Darah yang membawa karbon dioksida dari vena cava superior (dari ekstremitas atas, kepala, dan dinding dada), vena cava inferior ( organ perut dan ekstremitas bawah) dan sinus koroner (dari miokardium) masuk ke atrium kanan, lalu tekanan di ruang atrium meningkat. Ketika tekanan atrium kanan melebihi tekanan di ventrikel kanan, maka katup trikuspidalis terbuka memungkinkan darah untuk masuk ke

(10)

ventrikel kanan menumpuk dan memaksa katup trikuspidalis untuk menutup dan katup pulmonalis untuk membuka, sehingga darah keluar ke paru-paru melalui arteri pulmonalis (Movahed et al., 2009). Darah yang mengandung oksigen dari paru-paru mencapai atrium kiri melalui vena pulmonalis dan mengakibatkan, tekanan di atrium kiri meningkat dan ketika tekanan melebihi ventrikel kiri maka, katup mitral terbuka, dan memungkinkan darah masuk ke ventrikel kiri. Darah mulai mengisi ventrikel kiri, dan saat ventrikel kiri mulai berkontraksi, dan terjadi peningkatan tekanan ruang ventrikel kiri memaksa katup mitral untuk menutup dan katup aorta terbuka, sehingga darah dikeluarkan melalui aorta, untuk didistribusikan ke seluruh tubuh (Movahed et al., 2009).

Gambar 2. 5 Sirkulasi Peredaran Darah (Curran & Sheppard, 2011)

(11)

3.2. Elektrofisiologi Jantung

Jalur listrik pada jantung dimulai pada simpul Sinoatrial, atau disebut SA node , yang terletak di atrium kanan. SA node ini adalah kumpulan sel yang mengalami pergerakan secara otomatis. sel-sel ini memiliki kecepatan depolarisasi yang tidak tergantung pada sel-sel lain di jantung. Saat SA node mengalami depolarisasi, sinyal listrik secara bersamaan disalurkan dari atrium kanan ke atrium kiri melalui kumpulan sel yang disebut "Bachman's Bundle" Mengikuti konduksi SA node, arus mengalir ke nodus Atrioventrikular, atau AV node.

AV node terletak lebih rendah pada Atrium Kanan. AV node membuat jeda kecil di jalur listrik jantung. Jeda ini sangat penting karena menunda ventrikel untuk berkontraksi, sehingga membentuk kontraksi yang terjadi secara berturut-turut dari atrium lalu ventrikel. Jika jeda ini tidak terjadi, maka atrium dan ventrikel akan berkontraksi secara bersamaan, dan darah tidak dapat mengalir dengan baik melalui jantung. Arus meninggalkan AV node menuju ke seikat sel bernama "Bundle of His" yang terletak di bawah AV node di septum interventrikular. Bundel His kemudian menyalurkan konduksi ke dua cabang berkas yang melingkari kedua ventrikel yang disebut cabang bundel kanan dan kiri. Cabang berkas kanan dan kiri memiliki banyak fasikulus yang membelah dan

(12)

2021).

Gambar 2. 6 Kelistrikan Jantung (Jarvis & Saman, 2018)

B. Gagal Jantung

1. Definisi Gagal Jantung

Gagal jantung merupakan sindrom kompleks yang diakibatkan oleh adanya kerusakan secara struktural maupun fungsional jantung yang dimana fungsi utama jantung adalah sebagai pompa darah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi untuk metabolisme. Menurut Inamdar & Inamdar (2016), Gagal jantung adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh adanya cacat struktural maupun fungsional pada miokardium yang mengakibatkan gangguan pada jantung pada saat pengisian ventrikel atau saat pemompaan darah.

Gagal jantung didefinisikan oleh European Society of Cardiology (ESC) sebagai sindrom klinis yang ditandai dengan gejala seperti sesak nafas, batuk dan mengi yang terus-menerus, kelelahan, pembengkakakan pada pergelangan kaki, yang dapat disertai dengan

(13)

tanda-tanda seperti: tekanan vena jugularis, suara paru crackles, peningkatan denyut jantung dan edema perifer (Lainscak et al., 2017).

Namun tanda-tanda tersebut mungkin tidak muncul pada tahap awal dan pada pasien yang menjalani pengobatan diuretik. ketika tanda dan gejala semakin jelas hal tersebut dikarenakan oleh kelainan struktural atau fungsi jantung yang menyebabkan disfungsi ventrikel sistolik dan atau diastolik, sehingga terjadinya penurunan curah jantung saat istirahat atau selama stres.

2. Epidemiologi

Gangguan pada kardiovaskular merupakan salah satu masalah kesehatan yang memiliki angka dengan kasus paling tinggi dinegara maju dan berkembang. Penyakit akibat gangguan kardiovaskular juga merupakan penyebab kematian nomer satu di dunia, dan angka kematian akibat gangguan kardiovaskular setiap tahunnya lebih tinggi dibandingkan dengan kematian pada kasus lainnya. Menurut data yang diambil dari WHO (World Health Organization) Penyakit kardiovaskular mewakili 31% kematian didunia yaitu diperkirakan angka kematian sebesar 17,9 juta jiwa pada tahun 2016. Menurut Global Health Data Exchange (GHDx) prevalensi kasus gagal jantung didunia saat ini diperkirakan 64,34 juta kasus dengan diantaranya 29%

kasus gagal jantung ringan, 19% kasus gagal jantung sedang, dan 51%

gagal jantung berat (Lippi & Sanchis-Gomar, 2020).

Prevalensi gagal jantung di Asia berkisar 1,26-6,7%. Di Cina, gangguan kardiovaskular juga merupakan penyebab kematian utama

(14)

kasus baru setiap tahunnya. Di Malaysia terdapat 6,7% atau setara dengan 1.435 pasient dengan gagal jantung yang dirawat inap di rumah sakit umum Kuala Lumpur. Di Jepang diperkirakan 1 juta orang menjalani rawat inap dikarenakan menderita gagal jantung dengan disfungsi ventrikel kiri dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat secara bertahap dari 979.000 pada tahun 2005 menjadi 1,3 juta pada tahun 2030 (Sakata & Shimokawa, 2013). Di indonesia data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di tahun 2018, prevalensi penyakit jantung yang telah didiagnosa oleh dokter pada semua umur di Indonesia sebesar 1,5%. Paling tinggi terdapat di provinsi Kalimantan Utara yaitu sebesar 2,2%, dan provinsi yang memiliki prevalensi paling rendah adalah NTT yaitu sebesar 0,7%.

3. Klasifikasi

Berdasarkan dari lokasi terjadinya permasalahan pada jantung, gagal jantung dapat terjadi pada ventrikel kiri, ventrikel kanan, dan biventrikular. Terdapat dua macam gagal jantung yang diklasifikasikan menurut waktu terjadinya yaitu, gagal jantung akut dan kronik. Gagal jantung akut yaitu adanya serangan cepat dari tanda dan gejala gagal jantung akibat dari fungsi jantung yang abnormal. Gagal jantung kronik adalah gagal jantung yang dimana adanya penurunnya fungsi kerja jantung untuk memompa darah secara perlahan (Imaligy, 2014).

(15)

Menurut NYHA (New York Heart Association) gagal jantung diklasifikasikan menjadi 4 kelas berdasarkan gejala dan penurunan aktivitas fungsional tubuh.

a. Kelas I : pasien dengan penyakit jantung tetapi tidak mengalami keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak menimbulkan gejala.

b. Kelas II : pasien dengan penyakit jantung mengalami sedikit keterbatasan aktivitas fisik dikarenakan muncul gejala saat melakukan aktivitas yang biasa. Tetapi dapat merasa nyaman saat beristirahat.

c. Kelas III : pasien dengan penyakit jantung mengalami keterbatasan aktivitas fisik yang ringan dikarenakan munculnya gejala. Tetapi dapat merasa nyaman saat beristirahat.

d. Kelas IV : pasien dengan penyakit jantung yang tidak mampu melakukan aktivitas fisik yang ringan sekalipun dan gejala dapat timbul bahkan pada saat beristirahat.(Lainscak et al., 2017)

4. Etiologi

Menurut Rachma,(2014) Penyebab terjadinya kegagalan pada pemompaan jantung terbagi menjadi dua yaitu adanya disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik.

a. Gangguan sistolik

Gangguan sistolik terjadi ketika otot jantung kesulitan untuk memompakan darah yang mengandung oksigen ke seluruh

(16)

penyakit jantung seperti iskemik, kardiomiopati, penyakit katup jantung, dan hipertensi.

b. Gangguan diastolik

Gangguan diastolik terjadi ketika jumlah darah yang dipompa saat jantung istirahat ke s eluruh tubuh tidak mencukupi atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Penyebab tersering dari gangguan diastolik adalah yang menyebabkan sistolik yaitu hipertensi, jantung iskemik, hipertrofi, kardiomiopati, dan restriktif kardiomiopati.

5. Faktor Risiko

Pada penelitian yang dilakukan oleh Purbianto & Agustanti, (2015) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya gagal jantung yaitu:

a. Usia

Usia merupakan salah satu dari faktor risiko dikarenakan dengan bertambahnya usia seorang maka jantung dan pembuluh darah akan mengalami perubahan pada struktural maupun fungsional. Dengan bertambahnya usia sistem aorta dan arteri dapat menjadi lebih kakuh dah lurus, perubahan ini akibat dari hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri.

b. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Purbianto & Agustanti,(2015) gagal jantung lebih rentan terjadi pada pria dibandingkan wanita,

(17)

dikarenakan pada wanita terdapat hormon estrogen yang dapat melindungi wanita dari penyakit degeneratif sampai dengan wanita mengalami monopouse. Hormon estrogen dapat mengurangi kolestrol sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya penyumbatan dipembuluh darah.

c. Genetik

Faktor genetik dapat menurunkan risiko dari terjadinya penyakit kardiovaskular. Seorang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit gagal jantung akan lebih berisiko terkena gagal jantung dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat kelurga gagal jantung.

d. Merokok

Merokok merupakan penyebab utama penyakit arteri koroner, yang dimana arteri korener merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal jantung. Sehingga semakin tinggi kebiasaan seorang untuk merokok maka semakin berisiko terkena gagal jantung.

e. Hipertensi

Semakin lama seorang terkena hipertensi maka semakin besar pula kemungkinan untuk terkena gagal jantung. Dikarenakan hipetensi menyebabkan kebutuhan suplai oksigen meningkat.

6. Patofisiologi

Gagal jantung diakibatkan karena adanya ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Gagal jantung dapat terjadi

(18)

akibat adanya gangguan pada ventrikel kiri sehingga tidak dapat memompakan darah ke seluruh tubuh, gagal jantung kiri menyebabkan curah jantung kiri menurun, sehingga tekanan diastol dalam ventrikel kiri meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya kenaikan tekanan pada atrium kiri yang kesulitan dalam mengisi ventrikel kiri saat diastol, dan terjadi hambatan aliran darah dari vena pulmonalis ke atrium kiri. Jika tekanan dalam sirkulasi terus meninggi dan berlansung lama maka dapat mengakibatkan terjadi penumpukan cairan pada paru-paru sehingga terjadinya edema paru yang mengakibatkan penderita mengalami kesulitan dalam bernafas. Jika tekanan masih berlanjut maka gagal jantung kiri dapat menurun menjadi gagal jantung kanan maupun keduanya. Hal ini terjadi bila beban di ventrikel kanan terus bertambah dan mengakibatkan ventrikel kanan mengalami hipertropi sampai melebihi batas kemampuannya.(Rachma, 2014).

Selain itu gagal jantung kanan juga dapat terjadi akibat dari adanya gangguan pada ventrikel kanan yang memompakan darah ke paru-paru tanpa mendahului ventrikel kiri. Gagal jantung kanan mengakibatkan adanya tekanan pada atrium kanan dalam pengisian ventrikel kanan pada waktu diastol. Dikarenakan semakin meningginya tekanan pada atrium menyebabkan hambatan aliran darah masuk dalam jantung melalui vena cava superior dan inferior sehingga terbentuknya

(19)

penumpukan cairan pada vena-vena sistemik dan terjadinya edema pada tumit dan tungai bawah. (Rachma, 2014)

Dalam penelitian Kupper et al., (2016) mengatakan sesak nafas yang terjadi pada pasien gagal jantung dikarenakan oleh penumpukan cairan pada rongga interstisial dan alveoli paru, sehingga menghambat dari pengembangan paru-paru dan penderita mengalami kesulitan bernafas. Gangguan dari fungsi paru akibat penumpukan cairan akan berdampak pada penurunan saturasi oksigen. Saturasi oksigen merupakan kadar oksigen yang dibawa oleh sel darah merah untuk disalurkan ke seluruh tubuh. kadar oksigen yang kurang dari 95-100%

akan mengakibatkan sesak nafas (Sepdianto, 2013).

7. Manifestasi klinis

Gagal jantung menyebabakan timbulnya berbagai manifestasi klinis yang dapat diamati. Menurut American Heart Association (2012 dalam Rubiah, 2019) berikut adalah manifestasi klinis yang terdapat pada penderita gagal jantung :

a. Dispnea atau sesak nafas

Sesak nafas biasanya dirasakan oleh penderita gagal jantung saat melakukan kegiatan, saat beristirahat, bahkan saat tidur. Hal ini dikarenakan pada paru-paru terdapat adanya penumpukan cairan atau bendungan darah yang tidak dapat disalurkan ke jantung.

(20)

Batuk mengi juga disebabkan oleh adanya penumpukan cairan pada paru-paru.

c. Nyeri dada

Nyeri dada yang dirasakan seperti rasa sakit tertekan, panas, dan dapat menjalar ke bahu ataupun lengan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot pernafasan, saluran pernafasan, dan diafragma. Nyeri dapat tiba-tiba terjadi dan berhenti dengan sendirinya.

d. Kelelahan dan Penurunan kualitas hidup

Kelelahan merupakan hal yang biasa didapatkan pada penderita gagal jantung. Hal tersebut dikarenkan ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, dan terjadi kekurangan saturasi oksigen dalam tubuh.

e. Peningkatan denyut nadi.

Pada penderita gagal jantung sering terjadi adanya palpitasi atau jantung berdebar-debar, hal ini dikarenkan adanya kompensasi jantung terhadap gangguan yang terjadi.

f. Oedema perifer

Oedema perifer pada gagal jantung sering ditemui pada vena jugularis, dan tungkai bawah. Hal ini disebabkan oleh adanya cairan yang menumpuk pada jaringan. Kerusakan ginjal sehingga tidak mampu mengeluarkan natrium dan air menyebabkan retensi cairan dalam jaringan.

(21)

g. Anoreksia dan mual

Penderita gagal jantung sering mengalami mual dan tidak adanya nafsu makan karena adanya gangguan pada sistem pencernaan yang disebabkan oleh kurangnya nutrisi yang disalurkan ke sistem pencernaan. Mual dan anoreksia juga dapat disebabkan oleh asites yang menekan lambung.

C. Intervensi Fisioterapi

Program rehabilitasi pada pasien gagal jantung terbukti efektif falam meningkatkan kapasitas fungsional dan kualits hidup pasien. Penurunan kapasitas fungsional pada gagal jantung sebagian besar dikarenakan oleh aliran darah yang dialirkan ke otot rangka yang aktif tidak mencukupi hal ini akibat dari gangguan curah jantung (Piña et al., 2003).

Latihan olahraga adalah salah satu komponen utama dari program rehabilitasi jantung yang komprehensif. Latihan olahraga pada pasien gagal jantung didefinisikan sebagai olahraga yang dilakukan secara berulang untuk meningkatkan kinerja dari sistem kardiovaskular. Beberapa penelitian mengatakan bahwa latihan olahraga yang dilakukan oleh pasien gagal jantung dapat dikatakan aman dan dikaitkan dengan penurunan pada angka rawat inap dan kematian. Hal yang perlu diperhatikan dari program rehabilitasi ada beberapa seperti jenis latihan yang akan diberikan, durasi latihan (dari 2 minggu hingga 3 bulan), intensitas latihan (dari rendah hingga sedang), tingkatan intoleransi pasien terhadap latihan (Alvarez et al., 2016). Beberapa latihan yang dapat dilakukan oleh pasien gagal jantung seperti: Aerobik yang merupakan latihan yang dilakukan secara

(22)

kardiovakular seperti peningkatan volume darah dan paru. Breathing exercise adalah latihan yang berfungsi untuk meningkatkan pernafasan dan kinerja fungsional tubuh. Breathing exercise juga dapat meningkatkan kemampuan dari otot-otot pernafasan sehingga dapat meningkatkan ventilasi paru dan memperbaiki oksigenisasi (Nirmalasari, 2017).

Resistence Exerice dapat meningkatkan meningkatkan VO2 puncak, kapasitas latihan dan kualitas hidup pada pasien gagal jantung. Program resistance exercise dapat dilakukan menggunakan band sebagai alternatif. Sebuah band resisten adalah band elastis dengan resistensi yang dapat disesuaikan, yang memungkinkan dapat memvariasikan panjangnya untuk mencapai tingkat kekuatan maksimal di berbagai kelompok otot (Pranata et al., 2018).

D. Telerehabilitation

Beberapa penelitian mengatakan bahwa program rehabilitasi pada pasien gagal jantung aman dan efektif dalam meningkatkan kapasitas fungsional, dan kualitas hidup pasien, Telerehabilitation atau telerehabilitasi adalah bentuk telemedicine yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi untuk memberikan layanan rehabilitasi kepada pasien dengan jarak jauh untuk meminimalkan hambatan, jarak, waktu, dan biaya (D Leochico, 2020). Sehingga dengan menggunakan telerehabilitasi memungkinkan pasien untuk menerima intervensi dirumah tanpa kehadiran terapis ditempat. Telerehabilitasi mencangkup berbagai hal dalam rehabilitasi seperti evaluasi, penilaian, pemantauan, pencegahan,

(23)

intervensi, pengawasan, edukasi, dan konsultasi (Cox et al., 2018).

Telerehabilitasi dilakukan dengan latihan intensif di rumah di bawah pengawasan dokter atau terapis melalui web. Telerehabilitasi memberikan kesempatan yang adil kepada orang-orang yang tinggal di daerah terpencil atau daerah yang tidak dapat menjangkau layanan kesehatan setempat dikarenakan keterbatasan fisik atau saat terjadinya pembatasan layanan kesehatan seperti saat pandemi untuk mengakses layanan rehabilitasi (Maggio et al., 2020).

E. Instrumen Pengukuran Dyspnea

a. Medical Research Council (MRC)

Medical Research Council adalah salah satu skala yang digunakan untuk mengetahui tingkatan dari sesak nafas mempengaruhi mobilitas atau mengukur disabilitas pernafasan (Bestall et al., 1999). MRC memiliki 5 tingkatan

1. Sasak nafas tidak mengganggu kecuali saat sedang melakukan olahraga berat.

2. Sesak nafas saat terburu-buru atau mendaki sedikit bukit.

3. Berhenti berjalan lebih lambat dari kebanyakan orang.

Contohnya berhenti setelah berjalan 15 menit dengan kecepatannya sendiri.

4. Berhenti untuk bernafas untuk setelah beberapa menit berjalan ditanah yang datar.

5. Sesak nafas bahkan saat berpakaian dan melepaskan palaian.

(24)

CPET adalah tes global kapasitas kardiorespirasi pasien, karena mencerminkan seluruh sistem transportasi oksigen. CPET memberikan penilaian dari respon latihan integratif yang melibatkan paru, kardiovaskular, hematopoietik, neuropsikologi, dan sistem otot rangka, yang tidak cukup tercermin melalui pengukuran fungsi sistem organ individu. CPET dapat mengukur Gejala intoleransi latihan pada gagal jantung, seperti sesak napas, kelelahan, atau keduanya, merupakan hasil dari interaksi mekanisme yang kompleks yang berasal dari komponen pusat dan perifer dari sistem transportasi oksigen (Albouaini et al., 2007).

c. 6-Minute Walking Test (6MWT)

6MWT adalah tes yang dilakukan untuk menilai tingkat kapasitas fungsional submaksimal seseorang saat berjalan di permukaan yang datar dan keras dalam periode 6 menit. 6MWT dapat digunakan sebagai alat untuk pengukuran status fungsional pasien terutama dalam kasus penyakit lanjut dengan beberapa komorbiditas yang tidak dapat melakukan tes latihan yang lebih kompleks, seperti pasien dengan gagal jantung, penyakit paru obstruktif kronik atau cystic fibrosis (Giannitsi et al., 2019)

F. Instrumen Pengukuran Quality of life

a. Minnesota Living with Heart Failure Questionnaire (MLHFQ) Minnesota Living with Heart Failure Questionnaire (MLHFQ) adalah salah satu instrumen yang sering digunakan

(25)

untuk mengukur kualitas hidup pada pasien dengan gagal jantung.

Pertanyaan yang terdapat dalam MLHFQ terbagi menjadi 2 poin yaitu pertanyaan fisik dan emosional (Bilbao et al., 2016).

b. Short Form Health Survey questionnaire (SF-36)

Dalam penelitian Lins & Carvalho, 2016 Short Form Health Survey questionnaire (SF-36) adalah salah satu instrumen dar penilaian kualitas hidup pada pasien terkait masalah kesehatan. SF- 36 dapat mengukur delapan skala: fungsi fisik (PF), peran fisik (RP), nyeri tubuh (BP), kesehatan umum (GH), vitalitas (VT), fungsi sosial (SF), peran emosional (RE), dan kesehatan jiwa (MH).

c. Kansas City Cardiomyopathy Questionnaire (KCCQ)

Kansas City Cardiomyopathy Questionnaire (KCCQ) adalah kuesioner dengan 23 item yang dikembangkan untuk memberikan deskripsi peningkatan kualitas hidup yang lebih baik pada pasien dengan gagal jantung. KCCQ memiliki 23 item yang di bagi menjadi 7 bagian yaitu : frekuensi gejala, beban gejala, stabilitas gejala, keterbatasan fisik, keterbatasan sosial, kualitas hidup, dan self-efficacy (pemahaman pasien tentang bagaimana mengelola gagal jantung mereka) (Green et al., 2000).

Gambar

Gambar 2. 1 Dinding Jantung (Curran & Sheppard, 2011)
Gambar 2. 2 Katup Jantung (Curran & Sheppard, 2011)  d.  Pembuluh Darah
Gambar 2. 3 Arteri Koroner (Jarvis & Saman, 2018)
Gambar 2. 4 Vena Jantung (Curran & Sheppard, 2011)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa yang terganggu menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai harga yang jauh lebih besar

Meneliti dengan menggunakan teori uses and gratification sebagai acuan untuk mendukung penelitian, teori tersebut menjelaskan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan

Panorama keindahan laut (sun rise) di sisi timur Kelurahan Serangan menjadi salah satu potensi untuk wisatawan menikmati momen di pagi hari. Yang diperlukan hanya lokasi

Penertiban pasar simpang aur (Jalan AURI) yang selama ini ditempati untuk berjualan, dan sekarang jalan tersebut telah dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi unggah ungguh penggunaan bahasa tersebut, maka seseorang akan berbicara dengan memperhatikan status dirinya dan status orang

p) "Hukum pidana" berarti semua p er aturan huku m pidana yang ditunjuk di bawah hukum domestik, baik ya ng terkandun g dalam undang-undang pajak,

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu, Transparent DNS dapat membatasi hak akses internet dengan memaksa

Tujuan dari penulisan hukum ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah Upaya apakah yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam menanggulangi Peredaran