• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membangun sinergi adalah proses yang sebenarnya unik dan memerlukan komitmen bersama sebagai satu kekuatan bangsa. Fokus area telaah sinergi secara holistik menyangkut : (1) karakter dan daya saing sebagai basis sinergi keolahragaan, (2) iklim sinergi dan kepedulian, (3) sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah nasional, (4) sinergi dalam simbiosis bidang kepemudaan dan keolahragaan, (5) sinergi antar ruang lingkup keolahragaan, (6) sinergi KONI dan KOI cermin tata kelolalingkup olahraga berprestasi, (7) belajar sinergi dari dualisme PSSI (Agus Kristiyanto, 2016:30). Pada dasarnya prestasi yang telah dicapai dalam olahraga bukan merupakan sesuatu yang berdiri sendiri melainkan merupakan sesuatu prestasi yang akumulatif dari berbagai usaha. Banyak faktor yang turut mempengaruhi dan menentukan prestasi tersebut. Definisi prestasi olahraga yang didefinisikan oleh Agus Kristiyanto (2016:151) Prestasi olahraga adalah tindakan yang sangat kompleks yang sangat tergantung pada berberapa faktor kondisi dan berbagai pengaruh. Adapun unsur-unsur prestasi olahraga adalah: (1) keterampilan dan teknik yang diperlukan ,dikembangkan,dikuasai dan dimantapkan atau di otomatisasikan, (2) kemampuan-kemampuan yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan latihan yang menyehatkan tubuh kemampuan gerak kemampuan belajar dan koordinasi , (3) perilaku yang memadai untuk situasi tertentu dengan sportif misalnya perubahan kompetisi kanan kekalahan dan sebagainya, (4) pengembangan strategi dan taktik dan, (5) kualitas perilaku afektif kognitif dan sosial. Prestasi olahraga merupakan faktor yang dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa dimata dunia Internasional. Prestasi olahraga dapat dicapai apabila sistem pembinaan yang ada dapat direncanakan dan terlaksana dengan baik. Sistem pembinaan tersebut merupakan sebuah tuntutan tata kelola standar untuk mengupayakan peningkatan prestasi menuju prestasi yang optimal.

(2)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UUSKN) pada pasal 12 ayat 1 menjelaskan bahwa pemerintah mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan serta standarisasi bidang keolahragaan secara Nasional.UUSKN tersebut juga menjelaskan mengenai peran Pemerintah Daerah dalam memajukan olahraga prestasi (pasal 20 ayat 5) bahwa Pemerintah Daerah dapat mengembangkan (1) perkumpulan olahraga, (2) pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan, (3) sentra pembinaan olahraga prestasi, (4) pendidikan dan pelatihan tenaga keolahragaan, (5) prasarana dan sarana olahraga prestasi, (6) sistem pemanduan dan pengembangan bakat olahraga, (7) sistem informasi keolahragaan, (8) melakukan uji coba kemampuan prestasi olahragawan pada tingkat daerah, Nasional dan Internasional sesuai dengan kebutuhan.

Pembinaan olahraga dapat dilaksanakan dari daerah atau Provinsi sebagai garda terdepan dalam memajukan prestasi olahraga Nasional. Induk olahraga dimasing-masing Provinsi diharapkan lebih memperhatikan dan mengatur secara terencana, sistematik, dan mengelola secara profesional setiap bentuk penyelenggaraan keolahragaan.Kejelasan dan ketegasan pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan urusan pemerintahan, mutu pelayanan publik dibidang keolahragaan dan pengembangan potensi unggulan daerah melalui keikutsertaan masyarakat, serta langkah-langkah nyata optimalisasi potensi keunggulan lokal sebagai upaya pendorong untuk meningkatkan prestasi olahraga Nasional.

Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Indonesia merupakan daerah yang mempunyai potensi olahraga yangcukup besar. Berbagai prestasi olahraga yang diukir Indonesia sebagian dikontribusikan oleh atlet berasal dari Provinsi Jawa Tengah seperti Chris John diolahraga tinju, Bambang Pamungkas disepakbola, dan Tantowi Ahmad dibulu tangkis. Beberapa pelatih terbaik di Indonesia juga banyak yang berasal dari Jawa Tengah. Jawa Tengah jika dilihat dari aspek historis menorehkan tonggak sejarah penyelenggaraan olahraga yang monumental, terutama suksespenyelenggaran PON I Tahun 1948 di Surakarta. Jawa Tengah pula yang terpilih sebagai tempat pencanangan lahirnya Hari Olahraga

(3)

Nasional (Haornas) pada 9 September 1986.

Potensi dan aspek historis yang besar tidak berbanding lurus dengan prestasi olahraga Jawa Tengah. Pekan Olahraga Nasional (PON) merupakan salah satu parameter yang dapat dijadikan acuan untuk melihat perkembangan prestasi olahraga disuatu Provinsi di Indonesia. Prestasi yang ditorehkan atlet Jawa Tengah kurang maksimal dalam tiga perhelatan PON terakhir. Jawa Tengah tidak mampu bersaing dengan beberapa Provinsi lain seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur yang beberapa tahun terakhir menjadi penguasa diajang olahraga empat tahunan ini.

Gambar 1.1 Data Peringkat dan Perolehan Medali Jawa Tengah di PON

No Tahun Peringkat Perolehan Medali Emas Perak Perunggu

1 2000 4

2 2004 4 56 58 64

3 2008 5 52 81 80

4 2012 4 47 52 68

5 2016 4 32 56 85

Perolehan medali Jawa Tengah disetiap ajang PON juga terus mengalami penurunan yang menjadikan Jawa Tengah semakin jauh tertinggal dari Provinsi lain.

Perolehan jumlah medali beberapa Provinsi bahkan hanya terpaut sedikit dengan Jawa Tengah, jika hal ini tidak segera dibenahi maka peringkat Jawa Tengah terancam semakin terpuruk pada perhelatan PON yang akan datang.

Penurunan prestasi atlet-atlet Jawa Tengah dalam perolehan medali di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) Tahun 2016 di Jawa Barat yang lalu, setidaknya dapat memberikan gambaran sejauhmana pembinaan olahraga prestasi di Jawa Tengah. Hasil PON terakhir tersebut dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk melakukan evaluasi baik secara teknis maupun non teknis, sehingga secara komprehensif dapat ditemukan pokok persoalan yang menjadi point utama

“ketidakberhasilan” olahraga prestasi di Jawa Tengah untuk dapat bersaing dengan provinsi-provinsi lain terutama seperti DKI, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Persoalan pembinaan prestasi olahraga perlu disadari bahwa diperlukan pemikiran dan dukungan secara khusus dalam berbagai aspek yang saling

(4)

mempengaruhi, dalam hal ini tidak hanya masalah program latihan dengan berbagai komponen-komponen teknis saja, melainkan aspek lain seperti kualitas sumberdaya manusia olahraga yang dimiliki (pembina, wasit, pelatih, dan atlet), sarana-prasarana olahraga prestasi yang tersedia, suasana/atmosfir yang kondusif di lingkungan kepengurusan KONI, cabang olahraga, masyarakat dan pemerintah, serta yang tidak kalah pentingnya adalah persoalan kecukupan dukungan pendanaan.

Penataan kembali sistem keolahragaan serta pembinaan yang lebih intensif harus dilakukan sebagai upaya mengembalikan kejayaan olahraga Jawa Tengah dikancah Nasional. Program pengembangan olahraga unggulan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh prestasi tertinggi dalam olahraga. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005Tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UUSKN) Pasal 34 ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota wajib mengelola sekurang-kurangnya satu cabang olahraga unggulan yang bertaraf Nasional dan/atau Internasional.

Peningkatan prestasi olahraga Jawa Tengah dapat dilakukan dengan melakukan pengkajian olahraga unggulan. Program olahraga unggulan Provinsi Jawa Tengah sudah sepantasnya untuk dikaji ulang secara menyeluruh. Faktor gagalnya pencapaian target medali emas yang ditetapkan dalam setiap even PON salah satu penyebabnya yaitu banyaknya cabang olahraga unggulan yang mengalami penurunan perolehan medali. Program pengembangan olahraga unggulan meliputi perencanaan pengembangan komponen-komponen yang dapat mendukung tumbuhnya olahraga potensial daerah menjadi cabang olahraga unggulan sebagai kebanggan suatu daerah.

Terobosan pembinaan olahraga lain perlu dikaji sebagai upaya peningkatan olahraga Jawa Tengah. Olahraga-olahraga baru dapat dijadikan alternatif sebagai cabang olahraga alternatif untuk meningkatkan prestasi olahraga Jawa Tengah dengan berbagai pertimbangan yang rasional. Olahraga baru yang secara resmi masuk sebagai anggota KONI Provinsi Jawa Tengah ada 12 yaitu: barongsai, arung jeram, kriket, woodball, soft tennis, muaythai, bola tangan, petanque, korfball, 3 on 3 rugby, dan gateball (Wakil Ketua UmumII KONI Jawa Tengah).

(5)

Olahraga petanque merupakan salah satu cabang olahraga baru di Jawa Tengah yang sedang berkembang. Olahraga petanque merupakan olahraga yang berasal dari negara Perancis. Petanque adalah suatu bentuk permainan boules yang tujuannya melempar bola besi sedekat mungkin dengan bola kayu yang disebut jackdan kaki harus berada di lingkaran kecil. Permainan ini biasa dimainkan di tanah keras tapi juga dapat dimainkan di rerumputan, pasir atau permukaan tanah lain.

Perkembangan olahraga petanque di Indonesia dapat dikatakan cukup pesat.

Olahraga petanque mulai dikenal sejak tahun 2011 silam bersamaan dengan dibentuknya Pengurus Besar Federasi Olahraga Petanque Indonesia (PB FOPI) yang merupakan induk organisasi petanque di Indonesia. Perkembangan olahraga petanque terus berlanjut dikalangan kejuaraan tingkat Nasional yang diawali dengan diadakannya eksibisi olahraga petanque pada POMNAS XIV Aceh 2015. Eksibisi cabang olahraga petanque pada POMNAS Aceh 2015 diikuti oleh 14 Provinsi dari total 34 provinsi yang ada di Indonesia.

Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) merupakan kegiatan rutin setiap 2 tahun sekali yang dilaksanakan Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) yang bertujuan meningkatkan dan mengembangkan prestasi olahraga mahasiswa sebagai upaya membantu pemerintah untuk meningkatkan prestasi olahraga Nasional. POMNAS XIV Aceh merupakan sejarah bagi olahraga petanque di Indonesia karena pertama kalinya cabang olahraga petanque diselenggarakan di ajang olahraga multi event Indonesia. Eksibisi olahraga petanque di POMNAS XIV Aceh mempertandingkan 5 nomor. Pada POMNAS XV Makassar Cabang Olahraga Petanque secara resmi dipertandingkan dengan mempertandingkan 11 nomor.

Secara resmi Jawa Tengah mempunyai kepengurusan olahraga petanque pada bulan Januari 2016 yaitu Pengurus Provinsi Federasi Olahraga Petanque Indonesia Jawa Tengah (Pengprov FOPI Jawa Tengah). FOPI Jawa Tengah telah mempunyai beberapa perkumpulan/klub olahraga petanque yang berpusat di Universitas Negeri Semarang dan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

Motivasi dan komitmen Jawa Tengah untuk memajukan olahraga petanque sangat tinggi, walaupun dengan persiapan yang kurang Jawa Tengah mampu mengirim

(6)

atletnya untuk bertanding di POMNAS Aceh 2015. Jawa Tengah diwakili dua atletnya yang berasal dari Universitas Negeri Semarang dalam eksibisi POMNAS XIV Aceh 2015. Jawa Tengah mengikuti tiga dari lima nomor yang dipertandingkan dieksibisi cabang olahraga petanque.

Prestasi yang diperoleh tim olahraga petanque Jawa Tengah di POMNAS cukup memuaskan. Tim petanque Jawa Tengah berhasil mendapatkan medali perunggu dari nomor men’single. Pada Eksibisi PON XIX/Jawa Barat tahun 2016, Pengprov FOPI Jawa Tengah mengirinkan atletnya dan berhasil mendapatkan medali perunggu di nomor Double Mix dari 9 nomor yang dipertandingkan. Di tahun 2017 Tim Petanque Jawa Tengah mengirimkan atletnya di Kejurnas Mahasiswa yang diselenggarakan di Medan, Sumatra Utara. Dalam event tersebut, Tim Petanque Jawa Tengah berhasil mendapatkan 2 medali perunggu di nomor Double Men dan double mix. Pada tahun yang sama, Pengprov FOPI Jawa Tengah Juga mengirimkan atletnya di Kejurnas Petanque yang diselenggarakan oleh PB.

FOPI di Tabanan, Bali. Pada kesempatan itu, Tim Petanque Jawa Tengah berhasil meraih 2 medali emas dan 1 perak. Dan puncaknya pada event POMNAS XV/Makassar Tim Petanque Jawa Tengah berhasil mempersembahkan 2 emas dan 2 perunggu untuk Jawa Tengah dan merupakan medali penentu Jawa Tengah dalam mempertahankan peringkat 4. Ini merupakan capaian yang sangat luar biasa, mengingat Pengprov FOPI Jawa Tengah baru 2 tahun berdiri akan tetapi bisa eksis dalam pembinaan prestasi olahraga khususnya di Jawa Tengah dan mampu berkontribusi menyumbangkan medali untuk Jawa Tengah.Prestasi yang ditorehkan tim petanque Jawa Tengah dalam berbagai event sudah memberikan pandangan bahwa petanque dapat dijadikan sebagai salah satu cabang olahraga unggulan Jawa Tengah dalam ajang kejuaraan Nasional/Internasional baik single event maupun multievent.

Penurunan prestasi olahraga dan gagalnya pencapaian target cabang olahraga unggulan Jawa Tengah dari PON ke PON harus segera dikaji. Pengkajian cabang olahraga unggulan dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong pencapaian target perolehan medali dalam ajang kejuaraan yang diikuti Jawa Tengah. Kajian multi aspek tersebut merupakan keharusan agar dalam melihat profil olahraga unggulan

(7)

tidak melalui jalan instan dan jangka pendek. Prestasi olahraga terbentuk melalui hasil pengolahan potensi dasar yang kemudian dipelihara dan ditingkatkan melalui pengkajian komponen-komponen tersebut.

Olahraga petanque merupakan salah satu olahraga baru yang cukup menjanjikan karena total jumlah nomor yang dipertandingkan cukup banyak yaitu 11 nomor dibawah cabang atletik dengan 47 nomor dan renang dengan 40 nomor. Perlu adanya perhatian yang intensif untuk olahraga petanque agar ke depan semakin berkembang dan dapat menjadi salah satu olahraga unggulan yang menjadi penyumbang medali dalam kejuaraan tingkat Nasional bagi Jawa Tengah. Upaya mendasar yang pertama dilakukan adalah dengan mengkaji aspek pendukung prestasi dari olahraga petanque. Pengkajian yang dilakukan haruslah menyeluruh dari segala aspek yang berpengaruh terhadap prestasi olahraga petanque Jawa Tengah yaitu yang berkaitan dengan komponen lingkup olahraga prestasi. Aspek tersebut mencakup: (1) Organisasi dan Manajemen, (2) Pendanaan, (3) Dukungan Pemerintah, (4) Sumber Daya Manusia, (5) Prasarana dan Sarana, (6) Pembinaan Klub, dan (7) Penerapan IPTEK.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan : (1) Prestasi olahraga Jawa Tengah yang kurang maksimal, (2) Perolehan medali Jawa Tengah yang semakin menurun di Pekan Olahraga Nasional, (3) Tidak tercapainya target medali Jawa Tengah dalam Pekan Olahraga Nasional, (4) Tidak tercapainya target perolehan medali dari cabang-cabang olahraga unggulan Jawa Tengah dalam Pekan Olahraga Nasional, (5) Terbatasnya sarana dan prasarana olahraga petanque yang mendukung prestasi olahraga petanque di Jawa Tengah, (6) Kurangnya jumlah event pertandingan olahraga petanque di Jawa Tengah, (7) Kurangnya pembinaan cabang olahraga petanque di setiap jenjang umur.

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Manajemen Pengurus Provinsi Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Jawa Tengah dalam mendukung Prestasi Olahraga Di Jawa Tengah.

(8)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah disampaikan pada latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasiAnalisis ManajemenPengurus Provinsi Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Jawa Tengah dalam mendukung Prestasi Olahraga Di Jawa Tengah. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur organisasi Pengprov FOPI Jawa Tengah ?

2. Bagaimana sistem manajemen rekrutmen atlet Pengprov FOPI Jawa Tengah?

3. Bagaimana manajemen sarana dan prasarana olahraga Pengprov FOPI Jawa Tengah?

4. Bagaimana manajemen pendanaan Pengprov FOPI Jawa Tengah?

5. Bagaimana manajemen pelaksanaan latihan Atlet Pengprov FOPI Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang Manajemen Pengurus Provinsi Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Jawa Tengah dalam mendukung Prestasi Olahraga Di Jawa Tengah. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendiskripsikan struktur organisasi Pengprov FOPI Jawa Tengah.

2. Mengidentifikasi sistem manajemen rekrutmen atlet Pengprov FOPI Jawa Tengah.

3. Mendiskripsikan manajemen sarana dan prasarana dalam mendukung prestasi atlet Pengprov FOPI Jawa Tengah

4. Mendiskripsikan manajemen pendanaan Pengprov FOPI Jawa Tengah.

5. Mengidentifikasi manajemen pelaksanaan latihan atlet Pengprov FOPI Jawa Tengah

(9)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan konsep pengembangan manajemen Pengprov Cabang Olahraga dan sebagai upaya peningkatan prestasi olahraga di Jawa Tengah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pengprov FOPI Jawa Tengah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian teoretis dan evaluasi untuk mampu membawa olahraga petanque Jawa Tengah berprestasi.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan sosialisasi, masukan, evaluasi serta petunjuk dalam pelaksanaan pembinaan olahraga petanque di Jawa Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Setelah desain usulan dibuat, maka dilakukan evaluasi desain usulan dengan menggunakan metode WEBUSE, hasil nilai dan level usability yang didapatkan pada desain

Peubah biologi yang diamati meliputi: 1) lama waktu perkembangan yang dibutuhkan sejak telur diletakkan oleh imago betina sampai menetas menjadi nimfa instar

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan strategi pembelajaran Learning Contract dapat meningkatkan minat belajardan hasil belajar siswa kelas IV pada tema

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Pengaruh Substitusi Tepung Terigu dengan Tepung Wortel Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik Mie Basah.. Skripsi Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian,

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam