Halaman Judul
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA II
PENGEMBANGAN PENGETAHUAN SASTRA DAN BUDAYA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN APRESIASI TERHADAP KEANEKARAGAMAN BUDAYA BANGSA
Penyunting Ahli Dr. I Ketut Sudewa, M. Hum
Penyunting Pelaksana Drs. I Wayan Teguh, M. Hum
DENPASAR, 26 – 27 MEI 2017
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2017
ISBN 978 – 602 – 294 – 215 – 3
Halaman Judul
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA II
PENGEMBANGAN PENGETAHUAN SASTRA DAN BUDAYA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN APRESIASI TERHADAP KEANEKARAGAMAN BUDAYA BANGSA
Penyunting Ahli Dr. I Ketut Sudewa, M. Hum
Penyunting Pelaksana Drs. I Wayan Teguh, M. Hum
DENPASAR, 26 – 27 MEI 2017
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2017
ISBN 978 – 602 – 294 – 215 – 3
3
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA II
2017
i
KATA PENGANTAR
Buku ini merupakan kompilasi makalah-makalah yang dipresentasikan pada Seminar Nasional Sastra dan Budaya II yang diselenggarakan pada tanggal 26 – 27 Mei 2017 di Kampus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Universitas Udayana.
Peserta yang berpartisipasi pada Seminar ini berasal dari Universitas Institut Seni Denpasar, IKIP PGRI Bali, Universitas Tujuh Belas Agustus, Surabaya, Universitas Pajajaran, Universitas Halu Oleo Kendari, Universitas Flores, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Negeri Malang, Universitas Ahmad Dahlan, ISBI Tanah Papua, Universitas Warmadewa, Universitas Negeri makasar, Universitas Bengkulu, Universitas Negeri Banda Aceh, Universitas Hindu Indonesia, Balai Bahasa Bali dan tentunya dari Universitas Udayana. . Makalah yang diterima dikelompokkan berdasarkan makalah tentang Sastra dan makalah tentang Budaya. Seminar tahun ini mengedepankan tema ―Pengembangan Pengetahuan Sastra dan Budaya sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan dan Apresiasi terhadap Keanekaragaman Budaya Bangsa‖.
Prosiding ini dibuat untuk memudahkan para peserta seminar atau siapapun yang tertarik kepada masalah sastra dan budaya untuk memperoleh informasi yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Besar harapan kami bahwa seminar ini dapat berkontribusi terhadap kegiatan akademik yang dirancang oleh Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas staf pengajarnya.
Panitia
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined.
TIFA IN TANAH PAPUA: TEXT AND CONTEXT ... 1 I Wayan Rai S.
SASTRA DAN BUDAYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN
DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ... 19 I Wayan Resen
WAYANG MADURA: INOVASI PENGEMBANGAN SENI WAYANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN RESPONSIF BAHASA DAN
SASTRA MADURA BAGI PENUTUR MADURA ... 49 Ahmad Junaidi
PERISTIWA TUTUR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR
GROSIR BUTUNG MAKASSAR ... 58 Andi Saadillah
BALI SEBAGAI DAERAH ISTIMEWA KONSERVASI BAHASA
DAERAH: SEBUAH USULAN ... 71 Bambang Suwarno
PENGARUH CONSCIOUSNESS-RAISING GROUP DALAM KEGIATAN MEMBACA EKSTENSIF TEKS INSPIRATIF GENDER PADA SIKAP
EMANSIPATIF SISWA SMA NEGERI DI KOTA BENGKULU ... 84 Bambang Suwarno dan Agus Joko Purwadi
MOTIF HIAS KAIN PADA ARCA PERWUJUDAN DI PURA PUSEH
DESA SUMERTA, DENPASAR TIMUR ... 96 Coleta Palupi Titasari
INVENTARISASI CAGAR BUDAYA DI DESA SUMERTA KOTA
DENPASAR ... 105 Coleta Palupi Titasari, Rochtri Agung Bawono, dan Zuraidah
iii PEMBERDAYAAN BAHASA LEWAT TRADISI BERCERITA (SASTRA):
STUDI KASUS DI DESA SUMERTA, DENPASAR ... 112 I G.A.A. Mas Triadnyani, I Nyoman Suparwa, I Wayan Teguh
PARIBASA DAN PEMBENTUKAN MORAL DALAM LAGU POP
BALI ... 120 I Gede Budiasa
REPRESENTASI MULTIKULTURALISME DALAM TRILOGI
NOVEL "SEMBALUN RINJANI" KARYA DJELANTIK SANTHA ... 131 I Gede Gita Purnama Arsa Putra
PENERAPAN STRATEGI PEMELAJARAN BAHASA ASING
OLEH SISWA-SISWI KELAS 10 SMA NEGERI 3 DENPASAR ... 140 I Gede Oeinada dan I Nyoman Rauh Artana
EKSISTENSIALISME DALAM CERITA ―ON THE ROAD‖ ... 148 I Gusti Ayu Gde Sosiowati dan Ni Made Ayu Widiastuti
KAJIAN DWIBAHASA PADA PAPAN INFORMASI PUBLIK:
PERSPEKTIF ALIH BAHASA ... 156 I Gusti Ngurah Parthama
TEMA-TEMA CERITA RAKYAT SEBAGAI PEMBENTUK
KARAKTER ... 164 I Ketut Darma Laksana
PEMALI: SEBUAH KEARIFAN LOKAL MEMBENTUK KARAKTER
ANAK USIA DINI ... 175 I Ketut Jirnaya
EKSISTENSI NASKAH LONTAR PRASASTI, PRALINTIH KI GUSTI
PANIDA DI DESA SUMERTA DENPASAR ... 182 I Ketut Jirnaya, Anak Agung Gede Bawa, dan Komang Paramarta
AMANAT CERITA PENDEK ―DILARANG MENCINTAI
BUNGA-BUNGA‖ KARYA KUNTOWIJOYO ... 190 I Ketut Nama
BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TEKS SAA DALAM RITUAL
TUMPEK BUBUH ... 197 I Ketut Ngurah Sulibra
FENOMENA SOSIAL DALAM CERPEN ―PROTES‖ KARYA PUTU WIJAYA205
iv
I Ketut Sudewa
HARMONIS TRAGIS STRUKTUR HANCUR: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUNGUT LANTANG NGUTAHANG KACANG KARYA
MADE SANGGRA ... 213 I Made Suarsa
MAHABHARATA DALAM TRADISI DAN PENCIPTAAN SASTRA BALI .... 222 I Made Suastika
PERKAWINAN GANDARWA DALAM PERSPEKTIF MASA KINI (REFLEKSI PERKAWINAN DUSMANTA-SAKUNTALA DALAM
MAHABHARATA) ... 237 I Nyoman Duana Sutika
NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM SASTRA PARIBASA
BALI ... 247 I Nyoman Suarka
MAKNA PENDIDIKAN MORAL DALAM KIDUNG RĂGA WINASA
EPISODE PERSAHABATAN SI LUTUNG DENGAN SI KEKER ... 257 I Nyoman Sukartha
PRAKTIK-PRAKTIK KULTURAL KEBUDAYAAN BALI DI KELURAHAN SUMERTA DENPASAR TIMUR 2002-2017 ... 269 I Nyoman Wijaya, Anak Agung Ayu Rai Wahyuni, dan Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo
PENGARCAAN PRATIMA DEWA DEWA HINDU DI BALI:
KESINAMBUNGAN TRADISI PENGARCAAN JAMAN INDONESIA HINDU278 I Wayan Redig
MERAJUT KEBHINEKAAN DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI) BERDASARKAN BUKTI-BUKTI
ARKEOLOGI ... 286 I Wayan Srijaya
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA BALI LEWAT PENGGALIAN DAN PEMANFAATAN CERITA LISAN (SATUA) DI LINGKUNGAN SEKOLAH:
STUDI KASUS DI KELURAHAN SUMERTA, KECAMATAN
DENPASAR TIMUR ... 297 I Wayan Suardiana
v MAKNA AIR DALAM TEKS ADI PARWA ... 306 I Wayan Suteja
SASTRA SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN TRADISIONAL:
KAJIAN EKOKRITIK CERITA RAKYAT BALI AGA ... 319 Ida Ayu Laksmita Sari; I Nyoman Weda Kusuma
EKSPRESI BUDAYA SEPAT GANTUNG: MENATA KERUKUNAN HIDUP BERTETANGGA DALAM MASYARAKAT TRADISIONAL
DI BALI ... 327 Ida Bagus Rai Putra
PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERMAINAN
TRADISIONAL ... 331 Intan Susanti, dkk
MARABOT: KESALEHAN SOSIAL DALAM KEHIDUPAN
SOSIO-KULTURAL MASYARAKAT BALI ... 337 Ketut Darmana
SATUA BALI PADA ERA GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN SOSIO-KULTURAL MASYARAKAT BALI:
Studi Kasus Kelurahan Sumerta, Kota Denpasar ... 346 Ketut Darmana, I Wayan Suwena, Anak Agung Ayu Murniasih, dan Aliffiati
DESA PENGLIPURAN BANGLI: ADAT DAN BUDAYANYA.. ... 256 Kt. Riana, Putu Evi W. Citrawati, dan I.G.A. Istri Aryani
FILOSOFI KEPEMIMPINAN DALAM CERITA RAKYAT
KOLOPE BHALA TUMBU (UBI HUTAN) PADA MASYARAKAT
MUNA ... 363 La Ode Ali Basri
RATAPAN DEWI DRUPADI KETIKA DI WIRATA DALAM
GEGURITAN KICAKA ... 373 Luh Ratu Puspawati
KONSEP SASTRA HIJAU DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN
DALAM SASTRA LISAN NGADHA DI FLORES ... 387 Maria Matildis Banda
vi
KEGIATAN LITERASI SEKOLAH DAN PENGARUHNYA BAGI
MINAT MEMBACA KARYA SASTRA DI SMAN 3 DENPASAR ... 396 Maria Matildis Banda, dkk
MENDEDAH TRANSFER BUDAYA DALAM SASTRA ANAK KANIA‘S DREAM: RAHASIA UNIK BEKICOT LEZAT KARYA
NELFI SYAFRINA ... 404 Mateus Rudi Supsiadji dan Linusia Marsih
SASTRA NUSANTARA SEBAGAI MEDIA AJAR BUDAYA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA ... 411 Muna Muhammad
NILAI KEPAHLAWANAN DALAM "PERANG PANIPI" CERITA RAKYAT GORONTALO SEBAGAI BENTUK PENGUATAN KARAKTER
BANGSA ... 419 Muslimin
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TEKS DAKSA CURSES LORD
SIVA ... 431 Ni Ketut Dewi Yulianti
GEGAR BUDAYA YANG DIALAMI MAHASISWA INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROGRAM PERTUKARAN DI JEPANG: STUDI KASUS TERHADAP MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA ... 438 Ni Luh Putu Ari Sulatri dan Silvia Damayanti
PROFIL PEMAKAIAN BAHASA DI KELURAHAN SUMERTA
DENPASAR TIMUR ... 446 Ni Luh Sutjiati Beratha, Ni Wayan Sukarini dan Made Rajeg
CECIMPEDAN: SEBUAH SARANA BERMAIN DAN BELAJAR
KETANGKASAN BERPIKIR SERTA PENGENALAN LINGKUNGAN
PADA ANAK ... 456 Ni Made Suryati
EKSISTENSI GUNUNG DALAM MASYARAKAT JEPANG ... 464 Ni Putu Luhur Wedayanti
MENGAPA PEMAKAIAN BEBERAPA KOSAKATA BAHASA
INDONESIA DALAM KOMUNIKASI TIDAK LELUASA?.. ... 470 Ni Putu N. Widarsini
vii SEKAR RARE: SISTEM BUDAYA MASYARAKAT BALI DAN UNSUR
PEMBENTUK PENDIDIKAN KARAKTER ... 476 Ni Wayan Sumitri
MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM NOVEL
MADOGIWA NO TOTTOCHAN ... 492 Novi Andari dan Sudarwati
PENDIDIKAN KARAKTER DAN PEMERTAHANAN NILAI-NILAI
BUDAYA LOKAL MELALUI LAGU DAERAH DI ALBUM BALI KUMARA ... 501 P.A.A. Senja Pratiwi
RITUS DAN METAFORA BUNGA DI BALI DALAM PUISI-PUISI
TAHUN 1960—2015 ... 510 Puji Retno Hardiningtyas
KONSEPSI ‗SEJAHTERA‘ SUDARWATI DALAM TEKS BUDAYA
BALI TELAAH ANTROPOLINGUISTIK ... 522 Putu Sutama
MAKAM TROLOYO: BUKTI KOMUNITAS MUSLIM DALAM
KERAJAAN MAJAPAHIT ... 531 Rochtri Agung Bawono
NILAI KEKUATAN CINTA DALAM NOVEL ‗THE GREAT GATSBY‘ ... 539 Sang Ayu Isnu Maharani
EKOLOGI SASTRA DALAM MANGA KISEKI NO RINGOError! Bookmark not defined.
Silvia Damayanti, Ni Luh Ari Sulatri
KEARIFAN LINGKUNGAN NOVEL WIJAYA KUSUMA DARI KAMAR NOMOR TIGA KARYA MARIA MATILDIS BANDA: PENDEKATAN
EKSPRESIF ... 560 Sri Jumadiah
PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK MELALUI CERITA RAKYAT
NUSANTARA ... 568 Ni Ketut Sri Rahayuni
PENGARCAAN PRATIMA DEWA DEWA HINDU DI BALI:
KESINAMBUNGAN TRADISI PENGARCAAN JAMAN INDONESIA HINDU574 I Wayan Redig
SOSIOLOGI MASYARAKAT JEPANG PADA NOVEL UTSUKUSHISA TO KANASHIMI TO DAN IZU NO ODORIKO KARYA KAWABATA YASUNARI Zida Wahyuddin dan Eva Amalijah ... 582
viii
WUJUD KEBERAGAMAN DI MASA LALU TERCERMIN PADA
BEBERAPA TINGGALAN ARKEOLOGI ISLAM ... 597 Zuraidah
9
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya II Denpasar, 26-27 Mei 2017
131
REPRESENTASI MULTIKULTURALISME DALAM TRILOGI NOVEL "SEMBALUN RINJANI" KARYA DJELANTIK
SANTHA
I Gede Gita Purnama Arsa Putra Jurusan Bahasa Bali, Fakultas Ilmu Budaya
penabicara85@gmail.com Abstrak
Pengkajian terhadap novel Sembalun Rinjani, Gitaning Nusa Alit dan Suryak Suung Mangmung bertujuan untuk mengungkapkan sejauh mana trilogi novel tersebut merepresentasikan multikulturalisme. Hadirnya nuansa multikulturalisme menjadi salah satu faktor kuat yang merefleksikan keharmonisan. Jangkauan penelitian terhadap trilogi novel ini meliputi analisis unsur-unsur multikulturalisme yang terepresentasi dalam trilogi novel ini.
Selanjutnya, dianalisis reaksi tiap-tiap tokoh terhadap multikulturalisme. Analisis terhadap reaksi tiap-tiap tokoh meliputi analisis terhadap tokoh utama dan tokoh sekunder, baik protagonis maupun antagonis. Pandangan dunia pengarang menjadi bagian analisis terakhir yang meliputi dunia mistis dalam masyarakat multikultur dan kedudukan perempuan dalam masyarakat multikultur.
Semua proses analisis tersebut menggunakan teori sosiologi sastra sebagai pijakan, dibantu dengan teori konflik dan integrasi.
Representasi unsur-unsur multikulturalisme yang terdapat di dalam trilogi novel Sembalun Rinjani adalah unsur bahasa, adat dan tradisi, serta religi. Tiap-tiap tokoh dalam trilogi novel Sembalun Rinjani memberikan reaksi yang beragam terhadap multikulturalisme.
Tokoh utama berdiri pada posisi mendukung secara penuh keberadaan multikultur. Tokoh sekunder protagonis bersikap sama dengan tokoh utama, mendukung multikulturalisme sebagai ideologi hidup. Tokoh sekunder antagonis hadir sebagai tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, mereka menolak keberadaan multkultur.
Pandangan dunia pengarang dapat dilihat dari trilogi novel Sembalun Rinjani di antaranya keberadaan dunia mistik dalam masyarakat multikultur dan kedudukan perempuan dalam masyarakat multikultur. Dunia mistik cenderung identik dengan tradisionalisme, bahkan identik dengan ketidaklogisan. Kedudukan perempuan dalam masyarakat multikultur digambarkan dengan tokoh perempuan yang bersikap tegas menolak diskriminasi dan yang tetap menerima pengkultusan dirinya sebagai mahluk inferior. Tokoh perempuan yang berani hadir sebagai tokoh yang telah berhasil berperan, tidak hanya di sektor domestik tetapi juga disektor publik. Sementara itu, hadir pula tokoh perempuan yang tetap bertahan dalam dominasi kaum laki-laki, dominasi patriarki, yang sejatinya telah merampas sebagian kebebasannya sebagai individu.
Prosiding Seminar Nasional Sastra dan Budaya II Denpasar, 26-27 Mei 2017
132
Kata kunci: representasi, multikulturalisme, trilogi novel Sembalun Rinjani, dan pandangan dunia.
PENDAHULUAN
Rekonstruksi terhadap realitas sosial masyarakat Bali menjadi perhatian bagi banyak sastrawan, baik dari Bali sendiri maupun di luar Bali. Anwar (2007) dalam artikelnya menyatakan ―sebagai kultur, Bali memang khas dan kompleks dibandingkan dengan kultur (etnik) lain di negeri ini. Itulah yang menyebabkan karya-karya sastrawan tentang Pulau Dewata menarik untuk dibicarakan‖.
Djelantik Santha merupakan salah seorang sastrawan Bali yang tertarik berkarya dalam bidang sastra Bali modern. Salah satu karya Djelantik Santha yang kental nuansa multikultur adalah Trilogi Novel Sembalun Rinjani. Trilogi ini terdiri atas novel Sembalun Rijani (2000), novel Gita Ning Nusa Alit (2002), dan novel Suryak Suwung Mangmung (2005). Multikulturalisme hadir sebagai isu yang mendasar dalam trilogi novel karya Djelantik Santha. Usaha Djelantik Santha menghadirkan unsur multikultur dalam trilogi novel ini ditunjukkan melalui tokoh dan latar dalam novel. Tokoh tak hanya hadir dari etnik Bali, tetapi juga dari etnik Sasak, Dayak, Tionghoa, dan Timor. Tokoh utama berasal dari etnik Bali, yaitu Gusti Ngurah Darsana dan Lale Dumilah dari etnik Sasak.
Pengarang dalam trilogi novelnya menggambarkan multikultur dengan jalan menyatukan beberapa budaya pada sebuah hubungan sosial yang sangat erat.
Perkawinan endogami1 menjadi salah satu pilihan menyatukan perbedaan dalam sebuah keharmonisan. Selain munculnya tokoh dengan latar belakang etnik yang berbeda, seperti etnik Bali, Sasak, Timor, Dayak, dan Tionghoa, terlihat juga tradisi-tradisi beberapa etnik tersebut. Tokoh dan tradisi yang beragam berbaur dalam keselarasan pada sebuah komunitas sosial. Meskipun tidak dapat
1 Endogami merupakan bentuk perkawinan antara etnis, klan, suku, kekerabatan dalam lingkungan yang sama.
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya II Denpasar, 26-27 Mei 2017
133 dimungkiri bahwa persinggungan antaretnik kadang kala memunculkan konflik.
Konflik sosial dalam novel tidak hanya terjadi di tingkat individu, tetapi juga terjadi dalam tataran masyarakat tradisi.
Djelantik Santha adalah pengarang sastra Bali modern yang sangat konsisten mengangkat isu-isu multikulturalisme. Sejak mulai menulis dalam sastra Bali modern, Djelantik Santha selalu memasukkan unsur multikulturalisme, termasuk dalam semua novel yang pernah ditulis. Namun, dalam trilogi novel ini, unur multikulturalisme memiliki kuantitas dan kualitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan karya-karya Djelantik Santha lainnya. Djelantik Santha mencoba untuk menunjukkan pada pembaca betapa kita harus menyikapi dengan arif multikultur yang dianugerahkan Tuhan pada Indonesia di tengah merosotnya rasa persatuan bangsa ini. Meskipun muncul konflik dalam persinggungan antaretnik, sikap saling menghargai dan toleransi menjadikan segala sesuatunya lebih baik.
METODOLOGI
Multikultur secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu multi
‘banyak/beragam‘ dan kultur/budaya atau kebudayaan‘, yang berarti keberagaman budaya (KBBI, 1989). Multikultur adalah sebuah filosofi yang juga kadang ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial yang sama dalam masyarakat modern. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadikan multikultur sebagai sarana untuk kerja sama, pengakuan kesederajatan, dan berapresiasi dalam dunia yang kian kompleks dan tidak monokultur lagi (Parekh, 2008:7).
O‘Sullivan menyebutkan bahwa multikulturalisme lebih menekankan pada aspek kualitatif hubungan antaretnik dan budaya (Putra, 2008:121). Studi terhadap multikulturalisme tidak menekankan bahwa satu kelompok berbeda dengan kelompok lainnya, tidak juga menekankan pada eksotika atau keunikan tradisi tiap-tiap kelompok saja, tetapi lebih mengarah pada interaksi antarkelompok yang berbeda. Kualitas hubungan antaretnik dalam berinteraksi di tengah keberagaman
Prosiding Seminar Nasional Sastra dan Budaya II Denpasar, 26-27 Mei 2017
134
tradisi menjadi prioritas dalam studi multikulturalisme. Oleh karena itu, yang menjadi fokus dalam penelitian adalah kualitas multikulturalisme itu sendiri, sejauh mana multikulturalisme memengaruhi kehidupan individu di dalam masyarakat sosial yang heterogen.
Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra sebagai dasar melihat segala fenomena sosial yang terdapat dalam trilogi novel ini. Artinya, mengkaji karya sastra dengan melihat unsur-unsur sosial yang tersirat dan tersurat dalam teks dengan tidak melupakan pengarang sebagai kreator lalu menghubungkannya dengan masyarakat sosial. Teori Goldmann turut mendukung penelitian ini dengan konsep simetri atau homologi, kelas-kelas sosial, subjek transindividual, dan pandangan dunia.
Representasi Unsur-Unsur Multikulturalisme
Multikultur merupakan sebuah fenomena berbaurnya berbagai kebudayaan dalam sebuah komunitas sosial. Interaksi yang melibatkan berbagai individu dengan latar belakang agama, etnik, bahasa, dan tradisi masing-masing. Kualitas dan kuantitas bertemunya (interaksi) berbagai etnik dengan latar belakang yang berbeda merupakan hal utama yang menjadi pokok pembahasan dalam kajian multikultur. Hal ini menjadi faktor penentu kualitas masyarakat multikultur itu sendiri. Jika intensitas bertemunya berbagai etnik semakin tinggi dan positif, kualitas masyarakat multikulturnya akan semakin baik. Analisis representasi unsur-unsur multikulturalisme dalam trilogi novel Sembalun Rinjani melihat sejauh mana unsur-unsur budaya dalam tiap etnik bersinggungan dalam kehidupan tokoh-tokoh cerita. Unsur-unsur budaya itu, antara lain bahasa, adat serta tradisi, dan religi.
Pergaulan antaretnik dalam sebuah masyarakat multikultur sering kali mempertemukan dua bahasa atau lebih dalam sebuah komunikasi. Upaya menyikapi perbedaan bahasa yang terjadi dalam pergaulan multikultur tersebut, sering kali bahasa yang dipakai sebagai komunikasi adalah bahasa yang berkombinasi. Namun, dengan syarat bahwa tiap-tiap komunikator memahami
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya II Denpasar, 26-27 Mei 2017
135 dengan budaya atau bahasa etnik lainnya2. Komunikasi dengan bahasa yang berkombinasi ini bertujuan untuk menghormati atau sebagai bentuk variasi dan usaha untuk masuk ke kultur lawan bicara. Namun, pembicaraan seperti ini cenderung mengarah pada pembicaraan pada situasi santai (nonformal) dan akrab.
Istilah untuk keadaan ini dalam linguistik dikenal dengan campur kode (Nababan, 1991:32).
Kesadaran akan manfaat campur kode dalam komunikasi multikultur terjadi pada hampir setiap tokoh etnik yang berperan dalam trilogi novel, etnik Bali yang diwakili Gusti Ngurah Darsana, etnik Sasak oleh Amaq Gading, serta etnik Timor oleh David dan Alex. Kesadaran ini bukan hanya sekadar sebuah toleransi, melainkan juga pemahaman yang baik terhadap perbedaan bahasa yang ada di antara mereka. Kesadaran dan pemahaman terhadap campur kode ini terjadi hampir merata pada setiap tokoh sehingga wacana multikultur terbangun di sektor bahasa.
Salah satu fenomena dari sisi tradisi yang terjadi dalam masyarakat multikultur adalah pernikahan endogami. Pernikahan endogami merupakan pernikahan yang terjadi antaretnik, klan, atau suku dalam satu lingkungan yang sama. Pernikahan ini hanya mungkin terjadi pada masyarakat multikultur, baik dengan latar belakang etnik, suku, maupun klan yang beragam dan berinteraksi dalam satu lingkungan sama.
Pernikahan endogami tidak hanya terjadi pada tokoh utama, tetapi juga dilakukan oleh beberapa tokoh sekunder. Tokoh-tokoh yang menjalani pernikahan edogami berawal dari persahabatan dan interaksi dalam satu lingkungan. Tidak semua pernikahan endogami yang dijalani tokoh-tokoh dalam novel dapat diterima begitu saja oleh pihak keluarga, tetapi semuanya mengalami proses yang
2Campur kode juga memungkinkan terjadinya pembelajaran kebudayaan melalui penggunaan kata-kata asing yang digunakan saat berkomunikasi. Ini terjadi pada tataran leksikal yang dapat juga disebut interferensi leksikal.
Prosiding Seminar Nasional Sastra dan Budaya II Denpasar, 26-27 Mei 2017
136
cukup panjang. Dalam hal ini meleburnya batas-batas etnik melalui perkawinan memang bukan hal yang mudah. Pernikahan edogami bisa saja dijadikan indikator sejauh mana tingkat penerimaan masyarakat terhadap multikulturalisme.
Latar belakang etnik yang berbeda pada beberapa tokohnya menjadikan novel ini juga menghadirkan beragam keyakinan yang dipercaya oleh setiap tokoh etnik. Religiusitas setiap tokoh memang berbeda, sistem kepercayaannya pun berbeda, tetapi mereka tidak canggung untuk bertukar pikiran, bahkan ikut merasakan kegiatan spiritual tokoh etnik lain. Hal ini merupakan bentuk nyata bahwa religi mampu menembus batas agama dan menciptakan keterbukaan antarmanusia. Hal itu bisa dilihat ketika Gusti Ngurah Darsana dan teman- temannya melakukan tirta yatra ke Gunung Rinjani (Sembalun Rinjani, 167).
Novel trilogi Sembalun Rinjani memperlihatkan dunia supranatural atau mistis menjadi bagian perjalanan kehidupan tokoh. Di dalamnya terdapat kurang lebih empat peristiwa yang melibatkan tokoh utama dengan ilmu hitam. Dunia mistis yang selalu berkaitan dengan ilmu hitam, dukun, atau benda-benda pusaka seakan berada dekat mendampingi religiusitas para tokoh. Pola hidup tokoh yang modern, berpikir maju dengan mengutamakan rasionalitas seolah digiring kembali pada hal-hal mistis yang bersifat tradisional dan tidak masuk akal.
Cara-cara penyembuhan yang ditawarkan melalui pengombinasian antara cara tradisional dengan cara-cara yang terkandung dalam ajaran suatu agama bukan merupakan sesuatu yang baru. Sistem pengobatan tiap etnik berbeda yang pada umumnya masuk humoral medicine dan memiliki elemen-elemen magis. Hal ini menunjukkan bahwa agama-agama yang dianut oleh seseorang tidak lantas menghilangkan cara-cara tradisional yang telah diwariskan jauh sebelum agama- agama formal tersebut diyakini. Diagnosis yang dilakukan oleh para dukun tersebut adalah sebuah interpretasi alternatif, bukan merupakan diagnosis biomedis. Walaupun hasil analisis yang dilakukan dukun lebih pada sebuah interpretasi, hasil maksimal yang ditunjukkan dalam mengobati pasien mampu menumbuhkan tingkat kepercayaan pengguna jasa perdukunan.
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya II Denpasar, 26-27 Mei 2017
137 Pandangan Dunia Pengarang
Budaya yang terintegrasi merupakan kebiasaan-kebiasaan dan tradisi- tradisi yang bersifat dinamis sehingga terus-menerus berkembang lalu diwariskan secara turun-temurun. Salah satu unsur budaya yang diwariskan secara berkelanjutan adalah sistem religi. Sistem religi pada masyarakat budaya mencakup dua pokok khusus, yaitu sistem religi dan sistem ilmu gaib atau mistik (Koentjaranigrat, 1990:376). Dalam novel trilogi Sembalun Rinjani dunia mistik yang dihadirkan oleh pengarang menunjukkan bahwa dalam masyarakat modern sekalipun hal ini sangat lekat. Setiap bagian dari trilogi novel ini selalu menghadirkan konflik yang cukup intensif antara tokoh utama dan dunia mistik.
Hal menarik dari trilogi ini dalam hubungannya dengan dunia mistis atau supranatural, yaitu pengarang tidak begitu saja menafikan peran-peran tradisi pada dunia modern yang dibangunnya dalam trilogi novel ini. Justru pengarang memberikan tempat yang seimbang antara posisi pengobatan modern dan pengobatan tradisional. Baik pengobatan tradisional maupun pengobatan modern meskipun merupakan dua hal yang sering kali berseberangan, keduanya tidak pernah menjadi kekuatan oposisi yang berhadapan secara frontal dan sporadis.
Kesadaran pengarang akan hal ini menepis stigma bahwa segala yang berbau
―Barat‖ seperti pengobatan modern jauh lebih baik daripada warisan tradisi.
Kedudukan perempuan dalam masyarakat multikultur digambarkan dengan sangat menarik dalam trilogi novel Sembalun Rinjani. Tokoh perempuan dalam novel yang menunjukkan konsistensinya dalam mendukung wacana kesetaraan gender adalah Gusti Biang Ngurah, Marieta Victoria, dan Diah Rengsi Pitaloka. Ketiganya adalah cermin perempuan yang mampu menunjukkan diri sebagai wanita yang tanggguh dalam masyarakat multikultur. Mereka mampu menunjukkan eksistensinya sebagai perempuan modern yang tidak lagi takluk pada laki-laki. Namun, bangkit dari keterpurukan (Gusti Biang Ngurah dan Marieta Victoria yang ditinggal suaminya) lalu bersaing di ranah publik untuk mendapatkan pengakuan dan pendapatan. Perempuan mampu bekerja, mampu
Prosiding Seminar Nasional Sastra dan Budaya II Denpasar, 26-27 Mei 2017
138
mencukupi kebutuhan finansial, dan moral keluarga tanpa bantuan suami (Diah Rengsi).
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Wan. 2007. ‖Potret Gelap Keluarga Griya dalam Novel Kenanga karya Oka Rusmini.‖ Makalah yang disampaikan pada pelatihan APRESDA Guru Tingkat Nasional.
Atmosuwito, Subijantoro. 1989. Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra.
Bandung: CV Sinar Baru.
Nababan, P.J.W. 1991. Sosiolinguistik, Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Parekh, Bhiku. 2008. Rethinking Multiculturalism, Keberagaman Budaya dan Teori Politik (Terj. Bambang Kukuh Adi). Jakarta: Kanisius.
Putra, I Nyoman Darma. 2008. Bali dalam Kuasa Politik. Denpasar: Arti Foundation.
___________________. 2010. Tonggak Baru Sastra Bali Modern. Denpasar:
Pustaka Larasan.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Cetakan Kedua.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santha, Djelantik. 2000. Sembalun Rinjani. Denpasar: Majalah SARAD.
____________________. 2003. Gita Ning Nusa Alit. Denpasar: Balai Bahasa.
____________________. 2005. Suryak Suwung Mangmung. Denpasar: Balai Bahasa.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
BIOGRAFI PENULIS
I Gede Gita Purnama Arsa Putra, lahir di Denpasar pada 29 Oktober 1985. Saat ini bertugas sebagai dosen kontrak di Jurusan Bahasa Bali, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana. Selain aktif menjadi tenaga pengajar, aktif juga di berbagai organisasi sosial terutama yang bergerak di bidang budaya. Sejak tahun 2012 menjadi Sekretaris Jenderal Aliansi Peduli Bahasa Bali, sebuah lembaga sosial yang bergerak di bidang pelestarian dan pengembangan bahasa Bali. Sebagai
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya II Denpasar, 26-27 Mei 2017
139 kordinator Paguyuban Penulis Muda Sastra Bali Modern, sebuah komunitas penulis muda Bali yang intensif menulis berbagai karya sastra Bali modern.
Menerima penghargaan Sastra Rancage pada tahun 2016 atas jasa dan usaha- usaha pengembangan sastra Bali. Turut serta menggawangi lahirnya beberapa buku, di antaranya tahun 2012 ―Dendang Denpasar Nyiur Sanur‖ (bersama I Nyoman Darma Putra dan A.A. Oka Wiranata), tahun 2014 ―Dénpasar lan Don Pasar” (bersama I Nyoman Darma Putra dan A.A Oka Wiranata). Pada tahun 2014 turut serta berpartisipasi dalam menulis buku biografi I Wayan Bratha, Seniman Kelas Dunia. Tahun 2014 menerbitkan buku kumpulan cerpen ―Smara Reka”. Tahun 2015 menggawangi lahirnya buku antologi puisi penulis muda sastra Bali modern ―Angripta Rum”. Terakhir pada tahun 2016 menjadi editor dalam buku kumpulan puisi Penyuluh Bahasa Bali ―Campuhan Rasa I & II”.
Aktif menulis di media massa khususnya media massa, berbahasa Bali, yaitu Bali Orti dan Media Swari.
1