• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN PENGGUNAAN EVALUATIVE LANGUAGE UNTUK PROMOSI DESTINASI WISATA BAGI POKDARWIS TUNJUNG MEKAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELATIHAN PENGGUNAAN EVALUATIVE LANGUAGE UNTUK PROMOSI DESTINASI WISATA BAGI POKDARWIS TUNJUNG MEKAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Proceeding Senadimas Undiksha 2021 | 495 Ni Putu Era Marsakawati1, Rima Andriani Sari2, Putu Ayu Prabawati Sudana3

ABSTRACT

This article aims to report on training activities conducted to assist members of Pokdarwis Tunjung Mekar to improve their promotional English. The training was held on June 4-5, 2021. The participants of this training were sixteen people. The training involved three resource persons and three facilitators. The training was carried out by following the text-based teaching method, which consists of four main stages: building knowledge of the field, modeling of the text, joint construction of the text, and independent construction of the text. The results showed that a) the participants had positive attitude on the training; b) the majority of the participants could use evaluative language to promote their tourist destinations well; and c) the training had run well and satisfied the participants. It is expected that the participants can use the learned knowledge and skills in their field of works.

ABSTRAK

Artikel ini bertujuan untuk melaporkan kegiatan pelatihan yang dilakukan untuk membantu anggota Pokdarwis Tunjung Mekar dalam meningkatkan keterampilan Bahasa Inggris promosi. Pelatihan ini dilakukan pada tanggal 4-5 Juni 2021. Peserta pelatihan ini berjumlah enam belas orang. Kegiatan pelatihan ini melibatkan tiga narasumber dan tiga pendamping. Pelatihan dilaksanakan dengan mengikuti metode pengajaran berbasis teks, yang terdiri dari empat tahapan utama: building knowledge of the field, modeling of the text, joint construction of the text, and independent construction of the text. Hasil kegiatan pelatihan ini menunjukkan bahwa a) peserta memiliki sikap yang positif terhadap kegiatan pelatihan; b) sebagian besar peserta mampu menggunakan evaluative language untuk mempromosikan destinasi wisatanya; dan c) kegiatan pelatihan telah berjalan dengan baik dan memuaskan peserta pelatihan. Dari pelatihan ini diharapkan agar peserta pelatihan mampu menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari melalui pelatihan ini dalam konteks pekerjaan mereka.

PENDAHULUAN

Kegiatan pelatihan ini menyasar anggota Pokdarwis Tunjung Mekar. Pokdarwis ini telah berdiri sejak tahun 2004. Pokdarwis ini dibentuk sebagai upaya untuk mendukung dan mengembangkan potensi pariwisata yang ada di Desa Sambangan. Pada tahun 2021, Pokdarwis Tunjung Mekar diketuai oleh Bapak Dedy Sastrawan. Beliau adalah seorang praktisi wisata yang aktif untuk mengembangkan

wisata alam yang ada di Desa Sambangan.

Keanggotaan Pokdarwis ini direkrut secara sukarela, mayoritas anggotanya adalah pemuda pemudi yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab untuk menggerakkan pariwisata di desanya. Sebagian besar anggotanya memiliki pendidikan pada jenjang SMA. Walaupun demikian, anggota Pokdarwis ini memiliki semangat tinggi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, khususnya dalam bidang Bahasa Inggris. Mereka rutin mengikuti kursus

PELATIHAN PENGGUNAAN EVALUATIVE LANGUAGE UNTUK PROMOSI DESTINASI WISATA BAGI POKDARWIS TUNJUNG

MEKAR

1,2,3Jurusan Bahasa Asing FBS Undiksha Email:era.marsakawati@undiksha.ac.id

Keywords: English for promotion, tour guides, text-based teaching

Kata-kata kunci:bahasa inggris promosi, bahasa evaluative, pembelajaran berbasis teks

(2)

Proceeding Senadimas Undiksha 2021 | 496 Bahasa Inggris yang diajarkan secara sukarela

oleh ketua Pokdarwis.

Selain mengikuti kursus yang diselenggarakan secara rutin di lingkungan Pokdarwis, anggota Pokdarwis juga mengikuti pelatihan-pelatihan Bahasa Inggris yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Pendidikan Ganesha. Seperti pada tahun 2020, Pokdarwis Tunjung Mekar mengikuti pelatihan Bahasa Inggris untuk pariwisata dan hospitaliti (English for Tourism and Hospitality) yang kami lakukan. Keaktifan mereka mengikuti kegiatan pelatihan ini merupakan upaya sadar yang mereka lakukan untuk mengembangkan potensi dirinya sebagai pelaku wisata.

Sayangnya, kegiatan kursus dan pelatihan Bahasa Inggris yang selama ini mereka ikuti lebih banyak memberikan penekanan pada penggunaan Bahasa Inggris percakapan. Belum banyak anggota Pokdarwis yang mengikuti pelatihan bahasa Inggris untuk promosi wisata. Padahal, menurut Ketua Pokdarwis, pengetahuan dan keterampilan ini dibutuhkan oleh anggota kelompoknya.

Pernyataan dari ketua Pokdarwis ini sejatinya memperkuat informasi yang disampaikan oleh anggota Pokdarwis yang mengikuti pelatihan kami pada Tahun 2020.

Dalam angket evaluasi program kegiatan, peserta pelatihan mengusulkan agar pada kegiatan pelatihan tahun berikutnya, mereka dilatihkan penggunaan Bahasa Inggris untuk promosi wisata.

Salah satu peserta pelatihan tahun lalu- Bapak Maharba- menyebutkan bahwa bahasa Inggris untuk promosi sangat mereka butuhkan agar mereka bisa melakukan kegiatan promosi wisata yang ada di Desa Sambangan dengan baik. Hal ini juga dilakukan untuk menjalankan himbauan dari pemerintah untuk malakukan promosi wisata di “Era New Normal”. Bapak Maharba, selanjutnya menunjukkan bahwa beliau dan beberapa teman di Pokdarwis Tunjung Mekar telah melakukan promosi beberapa destinasi Desa Wisata melalui media Youtube. Salah satunya bisa diklik pada tautan

berikut https://www.youtube.com/watch?v=- uoYt6RQsVA&feature=youtu.be.

Pada unggahan video ini dapat dilihat bahwa Pak Maharba sudah cukup mampu untuk menggunakan Bahasa Inggris dengan baik.

Tetapi, dalam video ini, Bapak Maharba masih sedikit menggunakan evaluative language untuk mempromosikan destinasi wisatanya.

Padahal, pada suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempromosikan sesuatu, evaluative language adalah elemen yang penting untuk digunakan (Ho & Suen, 2015;

Pasaribu, 2019). Hal ini karena evaluative language mengandung kosakata tertentu yang bertujuan untuk membangun hubungan interpersonal dengan pendengar (Martin &

White, 2005).

Selain itu, struktur teks yang digunakan belum sepenuhnya bertujuan untuk membujuk atau mempengaruhi target sasaran untuk mau berkunjung ke tempat wisata yang dipromosikannya. Padahal, untuk memenuhi tujuan komunikatif dari suatu promosi, pemasar perlu mengikuti beberapa struktur dan fitur linguistik, seperti penggunaan verba keberadaan dan memiliki, penggunaan item kosa kata yang menunjukkan sikap pembicara, penggunaan modalitas yang kuat untuk menunjukkan sikap pembicara dan penggunaan kata kerja melakukan (Hammond, Burns, Joyce, Brosnan, & Gerot, 1992; Hyland, 2004).

Sayangnya, menurut hasil wawancara dengan ketua Pokdarwis Tunjung Mekar, secara umum, belum semua anggota Pokdarwis ini memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan evaluative language ini. Bahkan, menurut beliau istilah ini baru pertama mereka dengar. Belum banyak kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang memberikan pelatihan terkait penggunaan evaluative language untuk promosi wisata.

Sebagian besar memberikan pelatihan bahasa inggris pariwisata untuk melayani tamu.

Dengan demikian, sangat penting untuk dilakukan kegiatan PkM tentang penggunaan evaluative language untuk mempromosikan destinasi wisata yang ada di Desa Sambangan.

(3)

Proceeding Senadimas Undiksha 2021 | 497 METODE

Kegiatan pelatihan dilakukan pada tanggal 4-5 Juni 2021 di Balai Subak Desa Sambangan.

Peserta pelatihan ini berjumlah enam belas orang. Pelatihan ini melibatkan tiga narasumber dan tiga pendamping. Kegiatan dilakukan melalui beberapa tahapan: tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

Seluruh tahapan kegiatan ini dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.

Pada tahap persiapan, kami melakukan beberapa kegiatan seperti a) mendata peserta.

Proses pendataan dan perekrutan peserta dilakukan dengan melakukan kordinasi dengan Ketua Pokdarwis Tunjung Mekar. Hal ini dilakukan agar kegiatan ini benar-benar menyasar anggota yang benar-benar membutuhkan; b) menyiapkan materi pelatihan.

Sesuai dengan tujuan pelatihan, materi utama yang diberikan adalah penggunaan bahasa inggris evaluative, yang meliputi struktur teks promosi, fitur kebahasaan yang harus ada pada teks promosi, dan unsur-unsur non-verbal seperti gestur, postur, mimik wajah, dan gerakan tangan; c) menyiapkan instrumen penilaian dan evaluasi. Terdapat tiga jenis instrumen yang kami siapkan: tes lisan, lembar observasi, dan kuesioner. Tes lisan berisi tentang uraian tagihan unjuk kerja peserta. Tes lisan ini dilengkapi dengan rubrik penilaian.

Contoh rubrik penilaian dapat dilihat pada Tabel 1. Lembar observasi berisi indikator untuk menilai partisipasi peserta pelatihan.

Contoh lembar partisipasi dapat dilihat pada Tabel 2; d) menyiapkan tim pendamping. Kami melibatkan tiga pendamping. Mereka merupakan mahasiswa Program Studi DIII Bahasa Inggris yang sudah mengambil mata kuliah English for Sales and Marketing dan mendapat nilai A pada mata kuliah ini.

Pemilihan ini dilakukan agar ketiga mahasiswa ini bisa mendampingi peserta dengan baik; dan e) menyiapkan tempat pelatihan. Pemilihan tempat pelatihan dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan Ketua Pokdarwis dan Kepala Desa Sambangan.

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pelatihan dilakukan dengan megikuti tahapan pembelajaran berbasis teks. Pada hari pertama:

4 Juni 2021, kami melakukan tahapan building knowledge of the field dan modelling of the text.

Pada hari kedua: 5 Juni 2021, kami melakukan tahapan joint construction of the text dan independent construction of the text. Adapun masing-masing tahapan kegiatan secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut.

Tahapan bulding knowledge of the field bertujuan untuk mengarahkan peserta kegiatan kepada materi pelatihan. Pada tahapan ini, narasumber menunjukkan sebuah contoh promosi destinasi wisata melalui tayangan video. Contoh video bisa diakses pada link https://www.youtube.com/watch?v=Z3rVP7kq RFQ&t=193s. Narasumber meminta peserta untuk menonton video ini, lalu menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan video promosi tersebut.

Tahapan modelling of the text bertujuan untuk memberikan scaffolding kepada peserta pelatihan tentang teks promosi lisan serta fitur- fitur bahasa dan non-bahasa. Pada tahap ini, narasumber menunjukkan model teks promosi yang dilakukan oleh pembicara professional.

Narasumber juga memberikan penjelasan tentang pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta pelatihan agar mereka bisa menggunakan evaluative language untuk mempromosikan destinasi wisata mereka.

Dalam tahapan ini, peserta pelatihan juga diajak berdiskusi untuk memperdalam pengetahuannya terkait materi yang dilatihkan.

Tahapan joint construction of the text memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk bekerja secara berkelompok berlatih tentang materi yang dilatihkan. Ada dua jenis kegiatan pada tahapan ini: a) mengidentifikasi dan menganalisis bahasa evaluative pada teks promosi dan b) merancang draft teks promosi. Selain didampingi oleh narasumber, kegiatan pada tahapan ini juga dibantu oleh tim pendamping, dan fasilitator.

Tahap independent construction of the text. Pada tahap ini, peserta mempraktekkan

(4)

Proceeding Senadimas Undiksha 2021 | 498 pengetahuan dan keterampilannya secara

individu. Peserta pelatihan melakukan promosi wisata secara lisan. Sebelum melakukan unjuk kerja, mereka diberikan pedoman penilaian berupa rubrik (Tabel 1). Mereka diberi penjelasan tentang kriteria presenter yang baik.

Setelah kegiatan unjuk kerja selesai, tiap-tiap peserta kembali diberikan feedback oleh narasumber terkait penampilan mereka. Hal ini dilakukan agar peserta pelatihan mengetahui kelebihan dan kelemahan mereka.

Tabel 1. Kriteria Penilaian Unjuk Kerja (Diadaptasi dari Marsakawati, Sari, Sudana, 2020) Indikator Baik (>85) Cukup (65-85) Kurang(>65)

Ekspresi Bahasa Sangat sesuai dengan konteks

Cukup sesuai dengan konteks

Kurang sesuai dengan konteks

Pengucapan Sangat

jarang ditemukan kesalahan

pengucapan

Sering ditemukan kesalahan pengucapan

Selalu ditemukan Kesalahan

Grammar Sangat

jarang ditemukan kesalahan

pengucapan

Sering ditemukan kesalahan pengucapan

Selalu ditemukan Kesalahan

Kelancaran Berbicara dengan sangat lancar, tanpa filler

Berbicara dengan cukup lancar, dengan sedikit filler

Berbicara dengan terbata-bata dengan banyak filler

Bahasa tubuh Bahasa tubuh sangat sesuai

Bahasa tubuh cukup sesuai

Bahasa tubuh tidak sesuai

Tabel 2. Kriteria Penilaian Partisipasi Peserta (Diadopsi Marsakawati, Sari, Sudana, 2020)

Indikator Tinggi Sedang Rendah

Kehadiran Hadir ke tempat kegiatan sebelum acara dimulai

Hadir ke tempat kegiatan on time

Hadir ke tempat kegiatan terlambat

Attentive Mendengar

penjelasan fasilitator dengan bersungguh- sungguh

Mendengar

penjelasan fasilitator dengan cukup bersungguh-sungguh

Mendengar

penjelasan fasilitator dengan tidak

bersungguh-sungguh Aktif Diskusi secara aktif Diskusi cukup aktif Diskusi tidak

nampak

Pada tahapan evaluasi, kami melakukan tiga jenis evaluasi: evaluasi proses, evaluasi hasil, dan evaluasi program kegiatan. Evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui sikap dan

partisipasi peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan. Evaluasi ini dilakukan pada saat proses kegiatan berlangsung melalui metode pengamatan dengan mengacu pada kriteria

(5)

Proceeding Senadimas Undiksha 2021 | 499 penilaian di Tabel 2. Evaluasi hasil bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana peserta pelatihan mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan evaluative language untuk melakukan promosi wisata. Kegiatan ini dilakukan dengan merujuk kriteria penilaian Tabel 1. Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan ini dilakukan dengan menyebarkan angket kepada peserta pelatihan.

Dalam angket tersebut, peserta diminta untuk melakukan refleksi kegiatan serta memberikan penilaian terkait pelaksanaan pelatihan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan evaluasi proses, evaluasi hasil, dan evaluasi program kegiatan yang kami lakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

A. Peserta kegiatan memiliki sikap yang positif terhadap pelaksanaan pelatihan

Selama kegiatan pelatihan berlangsung, peserta kegiatan menunjukkan sikap yang positif dan antusias. Hal ini ditunjukkan dari aspek kehadiran peserta, keseriusan peserta selama mengikuti pelatihan, dan keaktifan peserta.

Dari aspek kehadiran, seluruh peserta hadir di kegiatan pelatihan selama dua hari penuh. Mereka datang ke tempat pelatihan sebelum acara di mulai. Hal ini dilakukan agar proses registrasi bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan protokol kesehatan. Mereka bergiliran menuju tempat registrasi. Setelah melakukan registrasi dan mendapatkan handout dari panitia, peserta pelatihan mulai membaca handout. Mereka ingin tahu lebih awal materi yang akan dilatihkan selama kegiatan. Foto registrasi peserta dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Registrasi peserta pelatihan

Dari aspek keseriusan, seluruh peserta menunjukkan sikap bersungguh-sungguh selama mengikuti pelatihan. Sikap sungguh- sungguh mereka ditunjukkan pada keempat tahapan metode pmebelajaran: tahap building knowledge of the field (BKoF), tahap modelling of the text (MoT), tahap joint construction of the text (JCoT), dan tahap independent construction of the text (ICoT). Pada tahap BKoF, peserta pelatihan mengamati tayangan video yang ditunjukkan oleh narasumber dengan fokus dan seksama seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peserta pelatihan menyimak video Pada tahap MoT, peserta nampak dengan sungguh-sungguh menyimak penjelasan dari narasumber, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

(6)

Proceeding Senadimas Undiksha 2021 | 500 Gambar 3. Peserta menyimak penjelasan

narasumber

Pada tahap JCoT, peserta pelatihan menunjukkan keseriusan dalam mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh narasumber.

Hal ini bisa dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Peserta mengerjakan latihan dengan sungguh-sungguh

Setelah mereka mengerjakan latihan, mereka lalu melaporkan hasilnya secara bergiliran.

Dalam proses ini, mereka akan diberikan masukan oleh narasumber. Mereka mendengarkan masukan dari narasumber dengan serius.

Pada tahap ICoT, peserta pelatihan dengan bersungguh-sungguh berusaha mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dilatihkan oleh narasumber. Mereka menunjukkan keterbukaan dalam menerima masukan yang diberikan oleh narasumber.

Dari aspek keaktifan, sebagian besar peserta terlihat sangat aktif dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Mereka aktif bertanya saat sesi tanya jawab maupun diskusi. Begitupun pada saat narasumber memberikan pertanyaan,

mereka dengan cepat merespon dan memberi jawaban, seperti yang tampak pada Gambar 5.

Gambar 5. Peserta aktif bertanya kepada narasumber

Sikap positif yang ditunjukkan oleh peserta pelatihan bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan. Dalam konteks pelatihan ini, materi yang diberikan berdasarkan hasil dari analisis kebutuhan yang dilakukan sebelumnya melalui wawancara langsung dengan ketua Pokdarwis dan pelaku wisata di desa Sambangan. Dengan memberikan materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka merasa termotivasi untuk mengikuti pelatihan dengan baik karena mereka merasa akan mendapatkan manfaat dari pelatihan ini.

Kedua, materi pelatihan yang dilatihkan merupakan materi yang otentik. Pada pelatihan ini, narasumber menggunakan materi yang bersumber dari video dimana dalam video ini terdapat muatan materi yang otentik dan kontekstual. Hal ini secara empiris telah dibuktikan melalui beberapa penelitian, seperti Sari, Hafifah, dan Mayasari (2020). Dalam penelitian kajian pustaka yang mereka lakukan, mereka menemukan bahwa penggunaan materi yang otentik dan konteksual mampu meningkatkan minat dan motivasi peserta didik dalam belajar. Pradana dan Ena (2021) secara lebih khusus membuktikan bahwa penggunaan materi yang otentik mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar berbicara Bahasa Inggris.

(7)

Proceeding Senadimas Undiksha 2021 | 501 Ketiga, gaya mengajar narasumber.

Dalam kegiatan pelatihan ini, tim pelaksana melibatkan narasumber yang tidak hanya kompeten secara keilmuan tetapi juga memiliki kompetensi pedagogis yang baik. Dengan demikian, mereka mampu menyampaikan materi dengan efektif, luwes, ramah dan menyenangkan. Narasumber sesekali menyelipkan humor ketika menjelaskan materi.

Hal ini mampu mengurangi ketegangan dan menciptakan suasana belajar yang positif.

Dengan demikian, siswa (peserta latihan) merasa semangat dan termotivasi dalam belajar (Rahmat & Jannatin, 2018).

B. Peserta kegiatan mampu mempromosikan destinasi wisata yang ada di Desa Sambangan dengan menggunakan evaluative language.

Berdasarkan hasil evaluasi hasil diperoleh data sebagai beikut:

Tabel 3. Penilaian unjuk kerja peserta pelatihan

No Peserta Nilai Kategori

1 Peserta 1 88 Baik

2 Peserta 2 86 Baik

4 Peserta 4 87 Baik

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Peserta 5 Peserta 6 Peserta 7 Peserta 8 Peserta 9 Peserta 10 Peserta 11 Peserta 12 Peserta 13 Peserta 14 Peserta 15 Peserta 16

90 80 75 88 87 90 86 89 65 70 88 87

Baik Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup Baik Baik

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa secara umum peserta pelatihan telah mampu

mengimplementasikan penggunaan evaluative language untuk mempromosikan destinasi wisata dengan baik.Melalui wawancara dengan peserta diperoleh informasi bahwa mereka terbantu dengan penggunaan metode berbasis teks. Tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran ini membantu mereka untuk memahami materi dengan baik. Secara empiris, penggunaan pembelajaran berbasis teks memang terbukti mampu untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam keterampilan berbicara, seperti penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Rahmaningtyas, Febrianti, dan Inayati (2016) dan Puspitasari, Lestariana, dan Widodo (2018).

C. Kegiatan pelatihan telah berjalan dengan sangat baik

Berdasarkan evaluasi program kegiatan diperoleh informasi sebagai berikut. a) kegiatan pelatihan telah membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka, terutama penggunaan evaluative language. Mereka menyampaikan bahwa setelah mengikuti pelatihan mereka bisa menambah kosakata yang bisa mereka gunakan untuk mempromosikan objek wisata di Desa Sambangan. Selain kosakata, pelatihan ini juga membantu mereka dalam hal pengucapan dan tata bahasa, khusunya simple present tense; b) kegiatan pelatihan dikemas dengan baik, dari pemilihan narasumber dan pendamping, materi dan tempat pelatihan. Dengan demikian, peserta pelatihan merasa senang dan puas mengikuti pelatihan ini; c) Kegiatan pelatihan telah mengakomodasi kebutuhan peserta pelatihan.

Hal ini menyebabkan peserta merasa termotivasi dan semangat mengikuti pelatihan;

dan d) kegiatan pelatihan ini menginspirasi peserta pelatihan untuk terus meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris mereka sehingga mereka mengharapkan agar lebih banyak lagi pelatihan-pelatihan lanjutan yang bisa diberikan kepada mereka di masa yang akan datang.

(8)

Proceeding Senadimas Undiksha 2021 | 502 SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan penggunaan evaluative language bagi Pokdarwis Tunjung Mekar untuk mempromosikan destinasi wisata di Desa Sambangan telah berjalan dengan lancar dan mampu memberi manfaat kepada peserta pelatihan dengan baik. Hal ini dibuktikan dari hasil evaluasi proses, hasil, dan program kegiatan yang telah dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan.

Beberapa hal yang dapat disarankan terkait dengan kegiatan pelatihan ini adalah sebagai berikut. a) tim pelaksana kegiatan sebaiknya secara reguler dan berkelanjutan mengadakan kegiatan-kegiatan pelatihan yang serupa dengan menyasar anggota pelatihan yang lebih banyak lagi, b) peserta pelatihan sebaiknya menggunakan hasil pelatihan ini dalam mempromosikan destinasi wisatanya, dan c) kerjasama antara pihak Undiksha dan Desa Sambangan, khususnya Pokdarwis Tunjung Mekar agar senantiasa terjalin dengan dengan baik untuk mengatasi permasalahan- permasalahan yang ada di masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

Ho, V., & Suen, A. (2015). Promoting a city’s core values using evaluative language.

International Journal of Applied Linguistics, 27(1), 286-308.

Hammond, J., Burns, A., Joyce, H., Brosnan, D., & Gerot, L. (1992). English for social purposes. A Handbook for teachers of adult literacy. Australia:

Macquarie University.

Hyland, K. (2004). Genre and second language writing. Michigan: The University of Michigan Press.

Marsakawati, N.P.E., Sari, R.A., & Sudana, P.A.P. Pelatihan bahasa inggris pariwisata dan hospitality skills bagi

pemandu wisata di

Sambangan.Proceedings Senadimas Undiksha, 5, 424-430.

Martin, J. R., & White, P. R. R. (2005). The Language of evaluation. Appraisal in English. New York: Palgrave Macmilan.

Pasaribu, A. N. 2019. Analisis appraisal citra joko Widodo pada harian kompas pada pemilihan presiden 2014. Jurnal Ilmiah Kohesi, 3(2), 118-124.

Pradana, H. D., & Ena, O. T. (2021). The outcome of authentic material-based teaching in speaking class. Journal of English Education and Teaching (JEET), 5(2), 216-230.

Puspitasari, D., Lestariyana, D., & Widodo, H.P. (2018). Engaging Young Learners of English with Digital Stories:

Learning to Mean. Indonesian Journal of Applied Linguistics, 8(2), 488-494.

Rahmaningtyas, H., Febrianti, Y., & Inayati, N.

(2016). Using Student-Selected Texts in Speaking Class. Dalam P. Mickan

& E. Lopez (Eds). Text-based Research and Teaching. A Social Semiotic Perspective on Language in Use. Adelide: Palgrave Macmillan.

Rahmat, H., & Jannatin, M. (2018). Hubungan gaya mengajar guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris. El-Midad. Jurnal Jurusan PGMI, 10(2), 98-111.

Sari, F.P., Hafifah, G.N., & Mayasari, L.

(2020). The use of authentic material in teaching reading descriptive text:

review of literature. Academic Journal PERSPECTIVE: Language, Education and Literature, 8(2), 122-134.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi panitia pengabdian masyarakat kegiatan pelatihan tentang penggunaan Zoom sebagai kegiatan sosial untuk berbagi pengetahuan kepada TPQ Darul Hikmah memperoleh

Perancangan Promosi Destinasi Wisata Danau Toba, Steven Kosasih, Universitas Multimedia Nusantarav. PERANCANGAN PROMOSI DESTINASI WISATA

Pelatihan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatihan penggunaan internet sehat terhadap anak – anak yatim Yayasan Pemberdayaan Insan

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka produk modifikasi start block ini masuk dalam kriteria sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan sarana

Metode kegiatan dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah pelatihan bahasa Inggris untuk pemandu wisata yang akan meliputi language expressions atau ujaran, pelafalan

Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah memberikan pelatihan kepada UMKM Kelurahan Palmerah Jakarta Barat terkait dengan Penggunaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah memberikan penyuluhan serta diskusi dalam konteks memberikan pelatihan dan

Oleh karena itu, pada kegiatan pengabdian ini dilakukan pelibatan masyarakat dalam memetakan potensi wisata, pelatihan pemanfaatan TI yang menekankan pada