• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Resitasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII MTS Muhammadiyah Bantaeng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Metode Resitasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII MTS Muhammadiyah Bantaeng"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Metode Resitasi Dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII

MTS Muhammadiyah Bantaeng

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Magfiratul Jannah Nim : 10519186713

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1438 H/2017 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

viii KATA PENGANTAR

مي ِح َّرلا ِنمْحَّرلا ِالله ِمْسِب

ىَلَع َو َنْيِلَس ْرُمْلا َو ِءاَيِبْنَلأْا ِفَرْشَأ ىَلَع ُمَلاَّسلا َو ُةَلاَّصلا َو َنْيِمَلاَعْلا ِّبَر ِللهِ ُدْمَحْلا

ِهِبْحَص َو ِهِلَا

ُدْعَب اَّمَأ َنْيِعَم ْجَأ

Sebuah kata yang paling indah dan patut penulis ucapkan Alhamdulillah dan syukur kepada Allah SWT. Yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya berupa nikmat kesehatan, kekuatan dan kemampuan yang tercurah pada diri penulis sehingga diberikan kemudahan dalam usaha untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Pendidikan Islam Di Dusun

Ralla Kabupaten Barru “. Salawat dan taslim selalu tercurah kepada

baginda Rasulullah Muhammad Saw, kepada para keluarganya dan sahabat yang senatiasa menjadi suri tauladan kepada kita sebagai ummat-Nya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan dan tantangan yang penulis hadapi. Akan tetapi dengan pertolongan Allah SWT. Yang datang melalui dukungan dari berbagai pihak yang telah digerakkan hatinya baik secara langsung maupun tidak langsung serta dengan kemauan dan ketekunan penulis sehingga hambatan dan tantangan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua yang telah memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat diwujudkan.

(7)

ix

Terima kasih yang sedalam-dalamnya Ananda haturkan kepada Ayahanda Arifuddin dan Ibunda Sitti Zaenab. Yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang. Harapan dan cita-cita luhur keduanya senantiasa memotivasi penulis untuk berbuat dan menambah ilmu, juga memberikan dorongan moral maupun material serta atas doanya yang tulus buat Ananda. Juga kepada saudara-saudaraku Uyunul Jannah dan Heri Siswanto yang senantiasa memberi motivasi serta dukungan yang diberikan kepada penulis, semua itu sangat berarti bagi diri penulis. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya serta penghargaan yang tak ternilai kepada:

1. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta stafnya.

2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta stafnya.

3. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Pendidikan Agama Islam.

4. Nurhidayah Mukhtar, S. Pd., M. Pd. I. Sekretaris Program Studi Pendidikan Agama Islam.

5. pembimbing I Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si dan Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I sebagai pembimbing II atas segala kesediaan dan kesabarannya meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam

(8)

x

membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam yang tidak sempat peneliti ucapkan satu persatu yang telah mendidik, membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman yang tak ternilai selama di bangku kuliah. Hanya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan doa yang setulus-setulusnya yang dapat peneliti berikan. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan Bapak dan Ibu.

7. Dra. Hj. Aidah Pakkanna dan Mantasiah, S.Ag

.

Kepala sekolah MTs

Muhammadiyah Bantaeng dan guru mata pelajaran Fiqih yang telah memberikan izin penelitian dan seluruh siswa (i) yang telah meluangkan waktunya.

8. Kepada semua keluargaku yang telah memberikan doa dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi ini.

9. Keluarga baruku Ade Safitri Yunus dan Saskia Anastasyia Maharani, atas kebersamaannya selama ini dan telah memberikan motivasi dan dukungan selama peneliti melalui proses dari awal sampai penyelesaian studi.

10. Nur Afni Zainuddin, Saraswati, Mayang Sari, Muhammad Irsyad Triadi, Massiare, Riskawati dan kepada semua pihak yang tidak bisa saya cantumkan namanya satu persatu dalam kalimat ini. Semoga amal

(9)

xi

kebaikan, do’a dan bantuan selama ini kepada saya dapat menjadi catatan timbangan kebaikan akhirat kelak.

11. Seluruh teman-teman Prodi Pendidikan Agama Islam khususnya angkatan 2013 kelas C yang tidak sempat saya sebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuan-bantuan, motivasi dan kebersamaannya. 12. Serta semua pihak yang tidak sempat dituliskan satu persatu yang

telah memberikan bantuannya kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung, semoga menjadi amal ibadah di sisi-Nya.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi diri penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritikan dari berbagai pihak yang sempat membaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Billahi fi sabililhaq, fastabiqulkhaerat. Assalamu ‘AlaikumWr.Wb.

Makassar, Agustus 2017 Penulis,

(10)

v ABSTRAK

Magfiratul Jannah. 105 191 867 13. 2017. Penerapan Metode Resitasi

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Bantaeng. Skripsi. Dibimbing oleh Amirah Mawardi dan Abdul Fattah

Latar belakang masalah dalam sripsi ini adalah Proses belajar mengajar berjalan dengan baik jikalau metode yang digunakan betul-betul tepat, karena antara pendidikan dengan metode saling berkaitan. Perlu disadari bahwa yang diharapkan guru terhadap siswanya adalah bahan pelajaran yang diterima siswa dapat dikuasai dengan baik oleh karena itu, salah satu cara yang ditempuh adalah tugas yang diberikan oleh guru tidak hanya dikerjakan di kelas yang sempit dan terbatas oleh waktu, akan tetapi perlu dilanjutkan di rumah, di perpustakaan, di laboratorium dan hasilnya harus dipertanggung jawabkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode resitasi dalam pembelajaran, hasil belajar dan peningkatan hasil belajar fiqih melalui penerapan metode resitasi Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Bantaeng. Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus pertama tuntas secara individual dari 38 siswa hanya 18 siswa atau 47,,3% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan secara klasikan belum terpenuhi karena nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 79,4% atau berada pada kategori sedang. Sedangkan pada siklus dua diamana dari 38 siswa terdapat 36 siswa atau 94,7% yang telah memenuhi kriteria minimal (KKM) dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 85,9% atau berada dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Penerapan Metode Resitasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Bantaeng mengalami peningkatan yang signifikan .

Kata kunci: penerapan metode resitasi dan hasil belajar Fiqih MTs Muhammadiyah Bantaeng.

(11)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

BERITA ACARA MUNAQASAH iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN XIV

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Resitasi 11

1. Pengertian Metode Resitasi 11

2. Langkah-Langkah Pemberian Tugas 16

3. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Resitasi 18

B. Hasil Belajar 19

1. Pengertian Hasil Belajar 19

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar 22

C. Bidang Studi Fiqih 26

1. Pengertian Fiqih 26

2. Tujuan Pembelajaran Fiqih di MTs 29

3. Ruang Lingkup Materi Bidang Studi Fiqih di MTs 30

(12)

xi

xi BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian 32

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian 32

C. Faktor Yang Diselidiki 32

D. Prosedur Penelitian 33

E. Instrumen Penelitian 36

F. Teknik Pengumpulan Data 37

G. Teknik Analisis Data 38

H. Indikator Keberhasilan 39

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTs Muhammadiyah Bantaeng 40

B. Penerapan Metode Resitasi Dalam Mata Pembelajaran Fiqih

MTs Muhammadiyah Bantaeng 48

C. Hasil Belajar Fiqih Melalui Metode Resitasi Siswa MTs

Muhammadiyah Bantaeng 51

D. Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Penerapan Metode

Resitasi Siswa MTs Muhammadiyah Bantaeng 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 66

B. saran 66

DAFTAR PUSTAKA 68

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses itu berupa transformasi nilai-nilai pengetahuan, tekhnologi dan keterampilan. Penerima proses adalah anak atau siswa yang sedang tumbuh dan berkembang menuju ke arah pendewasaan kepribadian dan penguasaan pengetahuan. Selain itu, pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang diperoleh melalui proses panjang dan berlangsung sepanjang kehidupan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Bab I ayat satu tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.1

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan amanat undang-undang di atas, maka dalam proses pembelajaran dibutuhkan suatu metode yang tepat, efektif, dan efisien, agar kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran fiqih dapat berjalan dengan baik serta mampu menarik minat siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

1

Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 1.

(15)

Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11 sebagai berikut:                                  Terjemahnya :

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.2

Dari ayat di atas menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang beriman dan berilmu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Orang yang berilmu akan dihormati orang lain karena mampu mengelolah sesuatu dengan baik.

Perkembangan ilmu pengetahuan membutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak salah satunya yaitu keluarga. Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi setiap anak yang lahir, tumbuh dan berkembang secara manusiawi dalam mencapai kematangan fisik dan mental masing-masing anak. Didalam keluarga, setiap anak

2

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: Dipenogoro, 2007), h. 543.

(16)

3

memperoleh pengaruh yang mendasar sebagai landasan pembentukan pribadinya.

Untuk meningkatkan potensi pada diri anak, orang tua tidak hanya mendidik anaknya di rumah, akan tetapi mereka mengirimkan atau menitipkan anaknya ke sekolah, agar mampu memenuhi tuntunan zaman sekaligus meningkatkan pendidikan pada anak tersebut.

Sekolah merupakan pendidikan yang berlangsung secara formal artinya terikat oleh peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan dilaksanakan. Di sekolah, murid atau anak tidak lagi diajarkan oleh orang tua, tetapi gurulah sebagai pengganti orang tua.

Salah satu bidang studi yang diajarkan di MTs adalah Fiqih yang secara umum merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak membahas tentang hukum yang mengatur pola hubungan manusia dengan tuhannya, antara manusia dan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Melalui bidang studi Fiqih, ini diharapkan siswa tidak lepas dari jangkauan norma-norma agama dan menjalankan aturan syariat Islam.

Dalam peningkatan mutu pendidikan pemerintah selalu berusaha semaksimal mungkin untuk terbentuknya pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang mampu berperan dalam persaingan global di era masa kini. Salah satu bentuk konkrit usaha pemerintah tersebut dengan mengadakan penataran guru-guru bidang studi, mengadakan buku-buku paket, dan menambahkan sarana dan

prasarana untuk kegiatan proses belajar mengajar.3

3

Sitti zaenab, 2015. Skripsi, penerapan metode demonstrasi dan pemberian tugas belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama islam kelas IV SD Inpres jagong kecamatan bantaeng kabupaten bantaeng, h. 2.

(17)

Proses belajar mengajar berjalan dengan baik jikalau metode yang digunakan betul-betul tepat, karena antara pendidikan dengan metode saling berkaitan. Disini guru sangat berperan dalam membimbing anak didik ke arah terbentuknya pribadi yang diinginkan.

Dua kegiatan ini saling mempengaruhi dan dapat menentukan hasil belajar. Disini kemampuan guru dalam menyampaikan atau menginformasikan bidang studi dengan baik, merupakan syarat mutlak yang tidak dapat ditawarkan lagi karena hal ini dapat memperngaruhi proses mengajar dan hasil belajar siswa.untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan baik agar siswa lebih mudah memahami pelajaran, seorang guru selain harus menguasai materi, guru juga dituntut untuk terampil dalam memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk situasi dan kondisi yang dihadapinya. Seorang guru sangat dituntut untuk dapat memiliki pengertian secara umum mengenai metode, baik

mengenai kebaikan metode maupun mengenai

kelemahan-kelemahannya.

Ada beberapa metode yang dikenal dalam pengajaran, misalnya yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, metode pemberian tugas, metode eksperiment, metode tanya-jawab, dan sebagainya. Dengan memilih metode yang tepat, seorang guru selain dapat menentukan output atau hasil lulusan dari lembaga pendidikan

MTs Muhammadiyah Bantaeng sebagai salah satu lembaga pendidikan yang sangat menjunjung keberhasilan pembelajaran, sehingga

(18)

5

siswa yang diharapkan mampu menjadi seseorang multidimesi yang berlandaskan agama. Usaha seperti itu banyak dilakukan oleh lembaga terkait, seperti pemenuhan sarana prasarana, media pembelajaran dan guru professional dengan harapan mampu menciptakan pengelolaan pembelajaran dengan baik, yang pada akhirnya akan menjadi lembaga yang berkualitas.

Upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan khususnya pada pembelajaran fiqih senantiasa terus dikembangkan melalui pengkajian berbagai komponen pendidikan. Perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, bahan ajar, manajemen pendidikan, dan proses pembelajaran sudah banyak dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk memajukan pendidikan nasional dan meningkatkan hasil

pendidikan, tidak terkecuali bidang Pendidikan Agama Islam.4

Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas tidaknya kualitas out put (lulusan) pendidikan sekolah ini sendiri. Semakin besarnya out pun tersebut disertai kualitas yang bagus dalam artian mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, maka tentu saja pengaruhnya sangat positif bagi masyarskat. Sebaliknya apabila out put yang dikeluarkan dengan SDM yang rendah secara kualitas itu juga akan menjadi masalah, tidak saja bagi out put yang bersangkutan tetapi berpengaruh juga bagi masyarakat.

4

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran,(Cet.I; Jakarta : Prestasi Pustaka, 2010), h. 16.

(19)

Masyarakat pada umumnya, siswa dan guru pada khususnya selalu menginginkan hasil belajar yang baik. Hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar dirinya (lingkungannya). Faktor yang ada dalam diri individu atau si pelajar yang mempegaruhi usaha dan keberhasilan belajarnya. Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek jasmaniah maupun rohania dari individu. Sedangkan faktor-faktor yang ada di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat”.5

Kesuksesan belajar mengajar , banyak sekali hal-hal yang harus diketahui oleh setiap pelajar, agar meraih suatu hasil pembelajaran yang maksimal. Dalam kegiatan pembelajaran, bukan hanya ditempuh melalui pendidikan formal melainkan juga melalui pendidikan informal. Lingkungan

sekolah yang kondusif, sangat mendukung kenyamanan dan

kelangsungan proses belajar mengajar di suatu sekolah. Perkembangan dunia yang cepat seiring dengan era globalisasi, menambah semakin besar ragam pengaruh lingkungan yang menerpa dunia pendidikan. Apalagi perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, hampir setiap pelajar punya hendphone dan akses internet tersedia mudah dan relatif murah. Pengaruh kemajuan tetap ada dua dampak positif dan negatif. Pengaruh lingkungan yang ada di upayakan menekan dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.

5

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) ,h.162-163.

(20)

7

Pelajaran Fiqih merupakan salah satu penopang ilmu, sehingga hasil belajar Fiqih harus mendapat perhatian yang lebih serius. Kondisi lingkungan juga mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar Fiqih yang dicapai siswa. Salah satu masukan dalam sistem pendidikan adalah lingkungan, jadi lingkungan merupakan suatu komponen sistem yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Dalam kondisi lingkungan sekolah menjadi perhatian karena faktor ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar Fiqih.

Dengan keterkaitan ini peran guru sangat diperlukan, tujuannnya agar hasil belajar Fiqih, meningkat, untuk itu guru harus memiliki model pembelajaran alternatif. Salah satu alternatifnya adalah pembelajaran hendaknya senantiasa diarahkan dengan cara peserta didik melakukan tugas dan menentukan sendiri konsep yang diharusnya dipelajari dengan bantuan guru. Guru Senantiasa mengarahkan agar peserta didik tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran.

Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit, dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi kadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan

(21)

demikian IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.

6

Resitasi adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar bilamana guru memberikan tugas tertentu dan murid mengerjakannya,

kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru7. Dengan

cara demikian diharapkan agar siswa belajar bebas tapi bertanggung jawab dan siswa akan berpengalaman berbagai kesulitan yang kemudian siswa berusaha mengatasi masalah tersebut.

Perlu disadari bahwa yang diharapkan guru terhadap siswanya adalah bahan pelajaran yang diterima siswa dapat dikuasai dengan baik oleh karena itu, salah satu cara yang ditempuh adalah tugas yang diberikan oleh guru tidak hanya dikerjakan di kelas yang sempit dan terbatas oleh waktu, akan tetapi perlu dilanjutkan di rumah, di perpustakaan, di laboratorium dan hasilnya harus dipertanggung jawabkan.

Berdasarkan keterangan di atas proses pembelajaran akan lebih bermakna bila peserta didik ”mengalami” bukan hanya “mengetahui” apa yang dipelajari. Dengan demikian pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara

6

Abu Ahmadi, Dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013), h. 77.

7Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara,

(22)

9

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggaota keluarga dan masyarakat.

Dengan berpijak pada beberapa persoalan yang ada di atas, maka hal itulah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dan mengambil judul, “Penerapan Metode Resitasi Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Bantaeng” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut:

Bagaimana penerapan, hasil belajar, dan peningkatan metode resitasi dalam pembelajaran Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Bantaeng?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu:

Untuk mengetahui penerapan, hasil belajar, dan peningkatan hasil belajar metode resitasi dalam pembelajaran hasil belajar Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoristis

a. Bagi akademis menjadi bahan informasi, masukan serta pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang pendidikan

(23)

agama Islam bidang studi Fiqih dalam meningkatkan mutu mahasiswa dalam jurusan tersebut.

b. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai sarana untuk menelaah sejauh mana ilmu pengetahuan yang telah peneliti pelajari, dengan kenyataan dalam praktek.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga/pihak sekolah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan kontrol terhadap proses belajar mengajar serta penemuan cara belajar yang tepat bagi siswa

(24)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Resitasi

1. Pengertian Metode Resitasi

Kegiaan interaksi belajar mengajar harus selalu ditingkatkan efektifitas dan efisiennya. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah, dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi di sekolah, maka sangat menyita waku siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu

memberikan tugas di luar jam pelajaran.1

Dalam pengertian yang umum, “Metode adalah suatu cara yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode perlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode, mengajar yang dirumuskan dan

dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan”.2

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengertian metode adalah suatu cara sistematis yang digunakan guru dalam

1

Rostiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),h. 132.

2

Syaiful Bahri Djamarah Dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 46.

(25)

menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh siswa dalam kegiatan belajar. Dengan demikian metode itu cara yang ditempuh dengan sistematis di dalam dalam fungsi terletak suatu tujuan tertentu yang hendak tercapai. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara untuk mencapai tujuan yang akan dikehendaki sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, “resitasi adalah

pembacaan hafalan di muka umum”.3

Jadi, resitasi merupakan tugas yang harus dipertanggungjawabkan di muka umum baik di kelas maupun ditempat lain.

Resitasi adalah penyajian kembali atau penimbulan kembali sesuatu yang sudah dimiliki, diketahui atau dipelajari. Metode ini sering

disebut metode pekerjaan rumah.4 Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh

peserta didik dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, atau dimana saja asal tugas tersebut dapat

diselesaikan.5

Metode resitasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan sejumlah tugas terhadap anak didik untuk mempelajari

sesuatu, kemudian mempertanggungjawabkannya.6

3Depdikbud, “kamus besar Bahasa indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),h.

952.

4

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h. 164

5

op.cit, h. 96.

6

(26)

13

jawabkan dimaksudkan tugas-tugas yang diberikan harus dikerjakan peserta didik sendiri, baik secara individu maupun kelompok.

Metode resitasi berarti sebuah metode yang menjadikan seorang peserta didik sebagai penggali informasi dalam pemenuhan tugas dengan bahan pelajaran yang telah disajikan oleh seorang guru. Metode resitasi juga menekankan pertanggung-jawaban seorang peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut.

Metode resitasi akan membentuk peserta didik menjadi seorang pribadi yang mempunyai rasa tanggung-jawab yang tinggi. Dengan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru secara makimal dan penuh kedisiplinan.

Jadi metode resitasi adalah suatu cara atau jalan untuk mengkaji bahan pelajaran dengan guru memberikan tugas kepada siswa, tugas itu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas, akan tetapi, boleh dikerjakan diluar kelas seperti : di rumah, perpustakaan, laboratorium, atau tempat lain. Tugas itu dapat dikerjakan sesuai batas waktu yang telah ditentukan dan hasil tugas itu dipertanggungjawabkan kepada guru, dan fase mempertanggungjawabkan tugaslah disebut resitasi.

Metode resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa lebih melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalaman yang

(27)

berbeda. Di samping itu memperoleh pengetahuan dengan cara melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa disekolah, melalui kegiatan di luar sekolah tersebut.

Dengan kegiatan melaksanakan tugas siswa menjadi lebih aktif dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggungjawab sendiri. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa untuk memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal menunjang belajarnya, dengan mengisi kegiatan-kegiatan

yeng berguna.7

“Teknik pemberian tugas memilki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap karena siswa lebih melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas sehingga pengalaman

siswa dapat mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi”.8

Apabila guru ingin menerapkan metode ini maka perlu memperhatikan :

a. Tujuan yang akan dicapai dalam pemberian tugas, sehingga siswa dapat melaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

b. Tugas yang diberikan, cukup dipahami siswa.

c. Melakukan pengawasan dalam proses pelaksanaan tugas, apakah tugas dikerjakan siswa sendiri, atau dikerjakan orang lain. d. Mempersiapkan alat evaluasi, agar dapat menilai hasil kerja siswa

dan dapat memberi gambaran yang objektif mengenai usaha siswa dalam melaksanakan tugas.

e. Dalam prosesnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan hasil pekerjaan orang lain, agar siswa dapat memperdalam pengetahuan.

f. Perbedaan kemampuan individu siswa.9

7 op.cit, h. 133. 8 , loc.cit, h. 133 9 Ibid, h. 133-134.

(28)

15

Dalam praktek, guru perlu memahami waktu belajar siswa di sekolah yang sangat terbatas dalam menyajikan sejumlah materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Untuk mengatasi hal tersebut guru dapat memberikan tugas kepada siswa di luar jam pelajaran, baik secara perorangan maupun perkelompok dengan tetap guru melakukan pengawasan. Setelah memberikan tugas kepada siswa, selanjutnya adalah mengecek atau memeriksa tugas yang telah diberikan kemudian dilakukan penilaian hasil belajar berdasarkan kemampuan individu. Kesan model seperti ini akan memberikan manfaat yang banyak bagi siswa, terutama dalam meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa.

Dengan demikian dengan belajar Fiqih dengan metode pemberian tugas adalah belajar dengan menitik beratkan pada sejumlah tugas yang diberikan kepada siswa, sehingga siswa diberi kesempatan, baik secara individual maupun secara kelompok agar mengaplikasikan dan menerapkan yang telah diperolehnya di kelas maupun di luar kelas. Melalui metode ini siswa diharapkan dapat mengukur kemampuan pemahamannya, terhadap materi yang telah diterima melalui pemecahan soal atau tugas yang diterimanya.

Belajar Fiqih dengan metode ini, siswa tidak hanya bersifat menerima sejumlah informasi yang disampaikan oleh gurunya, tidak hanya menulis apa saja yang ada di papan tulis, namun siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai idenya melalui jawaban yang ditulisnya. Di samping itu, dengan tugas yang diberikan siswa akan

(29)

merasa ditantang untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa harus selalu dibimbing oleh guru atau tanpa harus selalu mendapat petunjuk guru.

2. Langkah-Langkah Pemberian Tugas

Pemberian tugas dalam proses belajar mengajar didasarkan pada pemikiran bahwa dengan diberikannya tugas tersebut siswa akan belajar. Semakin sering diberi tugas, siswa akan sering belajar, dan semakin sering siswa tersebut belajar maka prestasinya akan meningkat.

Metode resitasi mempunyai 3 fase, yakni : a. Guru memberi tugas

b. Siswa melaksanakan tugas (belajar)

c. Siswa mempertanggung jawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari. Dalam sifatnya situasi ini adalah resitusi, umpamanya dalam bentuk tanya jawab, diskusi atau barangkali sebuah test tertulis.10

Langkah-langkah metode pemberian tugas menurut Djamarah terbagi menjadi 3 fase, yaitu:

a. Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

10

Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: CV.Rajawali, 1984), h. 58.

(30)

17

1) Tujuan yang akan dicapai.

2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.

3) Sesuai dengan kempuan siswa.

4) Ada petunjuk atau sumber-sumber yang membantu siswa. 5) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b. Fase pelaksaan tugas adalah sebagai berikut:

1) Siswa dberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru. 2) Siswa diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja

3) Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh oranglain.

4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang telah mereka peroleh

c. Fase mempertanggung jawabkan tugas

Hal yang harus dikerjakan pada fase ini adalah:

1) Laporan siswa lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakan

2) Ada tanya jawab atau diskusi kelas.

3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes ataupun cara lain.11

Langkah-langkah yang harus diikuti dalam pemberian tugas

11

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 85.

(31)

3. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Resitasi

Metode resitasi mempunyai beberapa kelebihan-kelebihan dalam penggunaannya, kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya adalah:

a. Pengetahuan yang pelajar peroleh dari hasil belajar, hasil eksperimen atau penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minta mereka dan yang lebih mereka rasakan berguna untuk hidup mereka, akan lebih lama diingat.

b. Murid berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian

mengambil inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri.12

Sedang metode resitasi juga memiliki beberapa kelemahan dalam penggunaannya, kelemahan-kelamahan tersebut antara lain:

a. Seringkali siswa melakukan penipuan di mana siswa hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa mengajar.

b. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawas. c. Apabila tugas selalu sering diberikan, apalagi bila tugas-tugas itu

sukar dilaksanakan oleh siswa, ketenangan mental mereka dapat terpengaruh.

d. Sukar memberikan tugas memenuhi perbedaan individual.13

12

op.cit, h. 59.

13

(32)

19

B. Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan.

Belajar adalah berubah. Dalam hal yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa sesuatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. Ada beberapa teori berpendapat bahwa proses belajar itu pada prinsipnya bertumpuh pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep, serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu

kesatuan yang memiliki makna dari subjek didik14. Adanya suatu

ketegasan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar mengajar, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, disadari maupun tidak disadari. Dalam proses belajar mengajar ini akan di peroleh hasil, yang pada umumnya di sebut hasil pengajaran atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil pembelajaran akan tetapi untuk memperoleh hasil yang optimal, proses belajar harus di lakukan dengan cara sadar n sengaja secara terorganisasi dengan baik.

14

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2003), h. 21.

(33)

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan peilaku dalam domain-domain tersebut ehingga hasil belajar merupakan perubahan

perilaku dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.15

Siswa adalah pelajar, murid. Siswa atau biasa juga disebut anak didik adalah subjek utama dalam pendidikan yang belajar setiap saat dengan jadwal belajar yang telah diprogramkan. Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan (skill) maupun kepribadian, kecakpn yang dimiliki masing-masing siswa itu meliputi kecakapan potensial yang memungkinkan untuk dikembangkan, seperti bakat dan kecerdasan,

maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar.16

Siswa identik dengan kata “belajar”. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleksyang terjadi pada semua orang dn berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu tanda bahwa orang khususnya siswa telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut

15 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.

54.

16

(34)

21

menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (Kognitif) dan keterampilan (Psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).17

Berdasarkan uraian di atas, maka menurut peneliti siswa yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peserta didik yang mengalami proses belajar mengajar yang memiliki pola pikir yang dapat berkembang karena adanya pengaruh dari lingkungan.

a. Siswa

Anak didik atau sering juga disebut sebagai siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit ialah anak atau pribadi yang belum dewasa yang di serahkan kepada tanggung jawab pendidik, karena itu anak didik memiliki beberapa karakteristik, di antaranya :

1) Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.

2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.

3) Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpaduh, menyakut seperti kebutuhan

17

(35)

biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara,

perbedaan individual dan sebagainya.18

Dalam proses pendidikan, kedudukan siswa sangatlah penting. Proses pendidikan tersebut akan berlangsung di dalam situasi pendidikan yang dialaminya. Dalam situasi pendidikan yang dialami tersebut, anak

didik merupakan komponen yang hakiki.19

Inti dari kegiatan pendidikan adalah memberikan bantuan kepada anak didik dalam rangka mencapai kedewasaan. Implikasinya dalam hal ini adalah sebagai berikut :

1) Orang yang dibantu bukanlah seseorang yang sama sekali tidak dapat berbuat akan tetapi makhluk yang bisa bereaksi terhadap rangsangan yang ditunjukan kepadanya.

2) Pencapaian kemandirian harus dimulai dengan menerima realita tentang ketergantungan anak yang mencakup kemampuan untuk

berinteraksi, bekerja sama, dan meniru pendidikannya.20

b. Pengertian belajar

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah lepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dengan demikin dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu di mana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti bahwa

18 Ibid., h.23. 19

Ibid., h.23.

(36)

23

belajar idak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubhan

yang menuntut terjadinya aktivitas belajar.21

Belajar merupakan satu kata yang sudah akrab dengan semua lingkungan masyarakat. Bagi para pelajar kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing lagi bagi mereka, bahkan merupakan bagian yang tidak akan terpisahkan dari semua kegitan mereka dapat menempuh ilmu baik

di lembaga pendidikan formal maupun di lembaga pendidikan nonformal.22

Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar,

menurutnya belajar adalah suatu prose usaha yang dilkukn individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.23

Belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam meningkatkan derajat kehidupan mereka.

Akhirnya dapat si simpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.24

21 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.32 22 Djamarah Syaiful Bahri , Starategi Belajar Mengajar, (Edisi II ;Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2008),h.12

23 ibid. h. 13.

24 Djamarah Syaiful Bahri , Starategi Belajar Mengajar, (Edisi II ;Jakarta: PT

(37)

c. Hakikat belajar

Dalam pengertian belajar kata yang sangat penting untuk

dibahas yaitu kata “change” atau perubahan.25

Ketika kata peruahan dibicarakan dan dipermasalahkan maka kata itu bagian dari masalah belajar. Inti dari pengertian dari belajar. Inti dari pengertian belajar yaitu masalah perubahan yang terjadi dalam diri

individu yang belajar.26

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhiri dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka seseorang itu telah melakukan

kegiatan belajar.27

Maka dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar merupakan

perubahan dn setiap perubahan adalah hasil belajar.28

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar

diri siswa atau faktor lingkungan.29

Adapun faktor-faktor baik yang datang dari dalam siswa atau yang datang dari luar adalah sebagai berikut :

25 Ibid., h. 14. 26 Ibid., h. 14 27 Ibid., h. 15. 28 Ibid., h. 14-15. 29

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru algensindo, 2010),h.76

(38)

25 a. Luar: 1) Lingkungan: a) Sekolah b) Keluarga c) Masyarakat 2) Instrumental: a) Kurikulum b) Program

c) Sarana dan fasilitas d) Guru

b. Dalam: 1) Fisiologi: a) Kondisi fisiologi b) Kondisi panca indera

2) Psikologis a) Minat b) Kecerdasan c) Bakat d) Motivasi e) Kemampuan kognitif.30 30 op. cit. h. 177.

(39)

C. Bidang Studi Fiqih 1. Pengertian fiqih

Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum MTs adalah salah satu bagian mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam yang benar. Pengamanan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum islam, disiplin dan bertanggung-jawab yang tinggi dala kehidupan pribadi maupun sosial.

Fiqih menurut bahasa adalah mengetahui, paham, mengetahui dan paham disini maksudnya adalah mengetahui dan paham tentang masalah-masalah agama. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah ayat 122 sebagai berikut :







































(40)

27









Terjemahnya:

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat

menjaga dirinya.31

Pengertian fiqih seperti yang tergambar dalam ayat di atas merupakan pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut dalam perkembangannya selanjutnya mengalami penyempitan makna. Fiqih yang pada mulanya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang agama, mencakup hukum, keimanan, akhlak, Al-quran dan hadits. Tetapi istilah itu kemudian dipakai khusus menyangkut pengetahuan tentang hukum agma saja.

Fiqih itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syaria’at islam yang diambil dari dalil-dailnya yang terperinci. Menurut Hasan Ahmad Al-Khitab: “fudhu islami ialah sekumpulan hukum syara’ yang sudah dibukukan dalam berbagai mazhab, baik dari mazhab yang empat

maupun azhab yang lainnya.32

Menurut Al-Jurnaini menyebutkan bahwa Fiqih menurut bahasa berarti paham terhadap tujuan seseorang pembicara. Menurut istilah Fiqih

31

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: Dipenogoro, 2007), h. 206.

32

Zakiah darajat, Methodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (jakarta : Bumi Aksara, 2008), h. 78.

(41)

ialah mengetahui hukum-hukum syara yang amaliah mengenai perbuatan,

perilaku dengan melalui dalil-dalilnya yang terperinci.33

Menurut Imam Ghazali dari mazhab Syafi’i mendefinisikan tentang fiqih sebagai fiqih itu mengetahui dan memahami, akan tetapi dalam tradisi ulama, Fiqih diartikan dalam tentang suatu syara’ yang tertentu bagi perbuatan dan mukallaf seperti wajib, haram, sunnah, mubah, makhruh,

sah, fasad, batal dan sejenisnya.34

Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembahasan ilmu Fiqih itu ada 2 macam:

a. Pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia praktis. Oleh karena itu hukum-hukum mengenai I’tiqad (keyakinan) seperti keesaan Allah SWT, terutama para Rasul, serta penyampaian risalah Allah kepada Rasul, keyakinan tentang hari kiamat dan hal-hal yang terjadi pada saat itu, kesemuanya tidak termaksud didalam pengertian fiqih secara istilah.

b. Pengetahuan tentang dalil-dalil yang terperinci (terdetail) pada setiap permaslahan. Jadi pembahasan ilmu Fiqih adalah hukum terperinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal, haram, makruh atau wajib

beserta dalilnya masing-masing. 35

33

A. Dzajuli, Ilmu fiqih penggalian, perkembangan dan penerapan hukum islam, (Jakarta : kencana, 2010), H. 4.

34

Ibid, h. 16.

35

Muhammad Yusuf, dkk., Fiqh dan Ushul Fiqh, (Yogyakarta, POKJA AKADEMIK UIN Sunan Kalijaga, 2005), h. 3.

(42)

29

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Fiqih merupakan bagian rumpun mata pelajaran yang membahas ketentuan-ketentuan hukum dalam syari’at Islam yang dibelajarkan melalui mata pelajaran Fiqih yang cakupannya sangat luas sekali. Oleh karena itu dalam setiap jenjang pendidikan Islam, pembelajaran Fiqih memiliki aspek penekanan dan tujuan yang berbeda-beda. Pembagian materi pembelajaran Fiqih dalam setiap jenjang pendidikan secara psikologis disesuaikan dengan tingkat perkembangan pola pikir anak didik seperti yang sudah disyariatkan agama Islam.

2. Tujuan Pembelajaran Fiqih di MTs

Fiqih di MTs bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum islam, disiplin dan bertanggung-jawab yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

Pembelajaran Fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik

dapat memahami pokok-pokok hukum islam dan tata cara

pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat islam secara kaffah (sempurna).

(43)

3. Ruang Lingkup Materi Bidang Studi Fiqih

Ruang lingkup fiqih di MTs dalam kurikulum berbasis kompetensi berisi pokok-pokok materi:

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT. Hubungan manusia dengan Allah SWT, meliputi materi: Thaharah, Shalat, Zakat, Haji dan umrah, Aqiqah, Shadaqah, Infak, Hadiah dan Wakaf.

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia. Bidang ini meliputi Muamalah, Munakahat, Penyelenggaraan Jenazah dan Ta’ziyah, Warisan, Jinayat, Hubbul Wathan dan Kependudukan.

c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan. Bidang ini mencakup materi, Memelihara kelestarian alam dan lingkungan, Dampak kerusakan lingkungan alam terhadap kehidupan, Makanan dan minuman yang dihalalkan dan diharamkan, Binatang

sembelihan dan ketentuannya.36

36

Departemen Agama RI, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mts. Bidang Studi Fiqih, (Direktorat Jenderal, Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2003), hs. 3.

(44)

31

D. Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini tertera pada gambar di bawah ini:

Landasan yuridis formal Menurut UU RI NO. 20 tahun 2003 bab 1 ayat 1 (UU Sistem Pendidikan Nasional)

Landasan ayat:

Sebagaimana firman Allah SWT dalam (Q.S.al- Mujadilah : 11)

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir Kondisi awal sebelum tindakan

Proses Tindakan

Menerapkan metode resitasi Siklus I

Siklus II

(45)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penulisan proposal penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). PTK merupakan penelitian yang menggunakan beberapa siklus, setiap siklus terdapat empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection), yang dirancang untuk menemukan

dan memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang terjadi di kelas.1

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di MTs Muhammadiyah Bantaeng Wilayah Sulawesi Selatan yang terletak di Kecamatan Bantaeng Kota Bantaeng. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah Bantaeng wilayah Sulawesi Selatan C. Faktor Yang Diselidiki

Ada tiga faktor yang diselidiki yaitu siswa, guru, dan sumber pembelajaran.

1. Faktor siswa dilihat dari segi sikap, minat dan prestasi terhadap pelajaran Fiqih.

2. Faktor guru akan dilihat dari segi guru mempersiapkan materi pelajaran, dan strategi yang diterapkan.

1

Moh Asrori, Model-Model Pembelajaran (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2012). h. 100

(46)

33

3. Faktor sumber belajar meliputi bahan yang digunakan apakah sudah sesuai dengan tujuan, relevansi materi tes yang diberikan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini direncakan dalam dua siklus. Setiap siklus Penelitian dilaksanakan sebanyak tiga kali dan satu kali evaluasi. Adapun skema alur siklus yang direncanakan dalam penelitian

ini disajikan sebagai berikut :2

2

Suharjono, Metode Penelitian, (Jakarta; PT. Rineka Cipta. 2007). Hlm. 103 Ide Awal Menyusun Rencana Siklus I Tindakan Siklus I  Persiapan Pembelajaran  Pelaksanaan Pembelajaran  Evaluasi Observasi Siklus I Refleksi Analisis Evaluasi Belum berhasil Menyusun Rencana Siklus II Tindakan siklus II  Perencanaan pembelajaran  Pelaksanaan pembelajaran  Evaluasi Observasi Siklus II Berhasil Refleksi Analisis

(47)

34

Berdasarkan skema diatas, maka prosedur kerja penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut

1. Siklus I

a. Perencanaan

Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan peneliti adalah :

1. Menelaah kurikulum Pendidikan Agama Islam bidang studi fiqih MTs Muhammadiyah Bantaeng Menyusun skenario pembelajaran

2. Membuat lembar Observasi b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah kegiatan belajar mengajar untuk mengimplementasikan materi yang telah disiapkan. Adapun rincian pelaksanaan kegiatan tersebut adalah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru menyajikan materi

3. Kesimpulan

4. Evaluasi dan refleksi 5. Penutup

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara kontinu setiap kali pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati tindakan guru dan aktivitas siswa.

(48)

35

d. Refleksi

Pada tahap refleksi peneliti bersama guru bertindak sebagai observer mengkaji kekurangan dan tindakan yang telah diberikan. Hal ini dilakukan dengan melihat observasi pada siklus I. Jika refleksi menunjukkan bahwa tindakan siklus I memperoleh hasil yang belum optimal yaitu tidak tercapai kriteria ketuntasan minimal (memperoleh nilai 75), maka dilakukan siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah : 1. Menyusun Rencana Pembelajaran yang disesuaikan dengan

siklus I

2. Menyusun skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan siklus I

3. Membuat lembar observasi yang disesuaikan dengan siklus I b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah

melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dirancang yang sesuai dengan siklus I

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru menyajikan materi

(49)

36

4. Evaluasi dan refleksi 5. Penutup

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara kontinu, setiap kali pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati tindakan guru dan aktivitas siswa.

d. Refleksi

Tahap refleksi ini peneliti bersama guru bertindak sebagai observer telah mengkaji kekurangan dan tindakan yang telah diberikan tindakan perbaikan-perbaikan sesuai dengan siklus I sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Jika hasil yang diperoleh pada siklus II sudah optimal yaitu tercapai kriteria ketuntasan minimal (memperoleh nilai 80), maka tidak perlu dilakukan siklus berikutnya karena tercapai ketuntasan belajar.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipakai dalam melaksanakan penelitian sehingga dapat berjalan secara sistematis dan terstruktur. Oleh karena itu, untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang diteliti maka instrumen penelitian yang dianggap tepat untuk digunakan adalah:

(50)

37

1. Lembar observasi berupa catatan tentang situasi dan kondisi belajar siswa mengenai kehadiran murid, perhatian dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

2. Tes prestasi belajar fiqih berupa tugas yang dilakukan setiap pertemuan akhir siklus yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran fiqih setelah mengikuti proses pembelajaran yang terlihat pada nilai yang diperolehnya

3. Dokumentasi merupakan catatan berupa peristiwa yang telah berlalu. Dengan tekhnik dokumentasi, peneliti memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada informan atau tempat, dimana informan bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari. Tekhnik dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian ini, maka teknik peneliti menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, yaitu :

1. Teknik observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan pengelolaan Metode Resitasi oleh guru dan partisipasi siswa secara

(51)

38

keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara individual maupun kelas bagi keaktifan belajar merek.

2. Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah diajarkan sehingga dapat ditentukan hasil belajar yang diperoleh oleh setiap siswa. Tes ini dilakukan pada akhir pertemuan setiap siklus.

G. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data, peneliti membandingkan hasil catatan yang

dilakukan peneliti sendiri dengan catatan kolaborator. Dengan

perbandingan tersebut, unsur kesubjektifan dapat dikurangi. Hasil penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Data hasil belajar yang diperoleh dikategorikan berdasarkan kategori standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional kategorisasi tersebut terdiri dari 5 kriteria penilaian terhadap hasil belajar, yaitu kategori sangat rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi, sebagai beriikut :3

Tingkat Penguasaan Kategori

0 – 54 Sangat Rendah 55 – 64 Rendah 65 – 79 Sedang 80 – 89 Tinggi 90 – 100 Sangat Tinggi 3

(52)

39

H. Indikator kebehasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

1. Pemahaman pembelajaran Fiqih siswa berdasarkan tes akhir siklus meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas pemahaman dari siklus I ke siklus II dengan kriteria 75% dalam total siswa dalam kelas, tuntas minimal pada tingkat 3 atau memuaskan dengan sedikit kekurangan. 2. Ativitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila dalam proses

pembelajaran terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari minimum aktivitas belajar siswa berkategori aktif dan baik.

3. Presentase hasil belajar siswa mengalami perbandingan dari siklus I ke siklus berikutnya dengan Kriteria Ketuntasan Minumal (KKM) sebesar 75.

(53)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTs Muhammadiyah Bantaeng

Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian, namun sebelum terlalu jauh membahas tentang mengenai hasil ini, terlebih dahulu peneliti memberikan gambaran tentang lokasi penelitian sebagai berikut:

1.

Sejarah singkat lokasi penelitian

MTs muhammadiyah bantaeng didirikan pada tahun 1974, madrasah ini sebelumnya bernama Muallimin Muhammadiyah, sederajat dengan P G A 4 tahun dan P G A 6 tahun.

Namun berhubung dengan kebijakan menteri agama pada tahun 1973 bahwa semua P G A yang dikelolah oleh lembaga pendidikan swasta tidak diperkenan mengelolah P G A sehingga diubah menjadi MTs dan MA.

MTs Muhammadiyah Bantaeng terletak di tengah kota bantaeng dan jarak sekolah favorit smp negeri 1 bantaeng dan smp negeri 2 bantaeng kira2 50 meter dan 100 meter, sehingga perkembangan jumlah siswa tidak signifikan dari tahun ke tahun, terkadang jumlah siswa hanya 20 orang angkatan atau terkadang 3 sampai 7 orang angkatan, namun mulai tahun 2000an, tingkat kepercayaan masyarakat mulai sudah mulai Nampak,

(54)

41

sehingga dari tahun ketahun mengalami perkembangan jumlah siswanya, namun belum memenuhi harapan dari persyerikatan.

Berdasarkan riwayat singkat MTs Muhammadiyah Bantaeng membentuk visi, misi dan tujuan sebagai berikut:

 Visi

Menjadi lembaga pendidikan yang menghasilkan insan paripurna berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah

 Misi

1. Membina peserta didik menjadi insan yang beriman dan berakhlak mulia.

2. Membentuk peserta didik menjadi insan yang kreatif, inovatif, produktif dan mandiri.

3. Melaksanakan pembelajaran kreatif dan model pembelajaran Contextual Learning (CTL).

4. Menerapkan model manajemen partisipasi.  Tujuan

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenanga pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas.

2. Menjalin kerjasama dengan yang terkait dalam rangka

pengembangan sekolah.

3. Meningkatkan pembinaan rohani siswa dengan menerapkan konsep tazkiyatun nufus ( pencucian jiwa).

(55)

42

4. Meningkatkan kemajuan siswa dalam mengaplikasikan teknologi informasi.

 Keadaan guru

Posisi guru dalam suatu sekolah adalah sangat penting terhadap proses belajar dan interaksi lainnya. Karena setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda dalam dirinya.Dengan keahlian guru dalam mendidik tentu dia tahu bagaimana perkembangan anak didiknya dan mengetahui kesulitan-kesulitan belajar anak didiknya.

Mengenai keberadaan guru di sekolah MTs Muhammadiyah bantaeng , peneliti memberi gambaran sebagaimana tercamtum dalam taber berikut ini:

Table I

Keadaan guru MTs Muhammadiyah Bantaeng

No Nama Jabatan Status Guru

1 Dra. Hj. Aidah pakkanna Kepala sekolah PNS

2 Mantasiah, S.Ag Wakil kepala

sekolah PNS

3 Sitti marliah, S.Ag Guru PNS

4 Nurdiana, S.Ag, S.Pd. Guru PNS

5 Suaeba, S.S Guru CPNS

6 Subair, S. Pd.I Guru PNS

7 Sitti Shamriati, S.Ag, S.Pd. Guru PNS

(56)

43

9 Amiruddin, S.Pd Guru PNS

10 Amelia, SE, S.Pd Guru PNS

11 Khairil anwar, , SE, S.Pd Guru GTY

12 Kasmawati, S.Pd Guru PNS

13 Ferawati, S.S, S.Pd Guru PNS

14 Analiah, SR, S.Pd Guru PNS

15 Islamiah, S.Pd. Guru PNS

16 Harianto, S.Pd. Guru PNS

17 Ya’la, S. Pd.I Guru PNS

18 Husain Ruddi, S. Pd.I Guru PNS

19 Sabar, S.Pd. Guru CPNS

20 Irvan, S.E KTA GTY

21 Hadiah - Honor

22 Naing - Honor

Sumber Data: Dokumentasi Sekolah MTs Muhammadiyah Bantaeng 20171

Tabel II

Keadaan Guru MTs Muhammadiyah Bantaeng

Sumber Data: Dokumentasi Sekolah MTs Muhammadiyah Bantaeng 20172

1 Sumber Data: Dokumentasi Sekolah MTs Muhammadiyah Bantaeng 2017

Ijazah tertinggi

Status kepegawaian

Jumlah guru tetap Jumlah guru tidak tetap/honorer S3 / S2 0 0 S1 6 15 D3 0 0 D2 / D1 / SLTA 0 0

(57)

44

Table III

2 Sumber Data: Dokumentasi Sekolah MTs Muhammadiyah Bantaeng 2017

N o Bidang / Mata Pelajaran Jumlah Personil Per-MP Kesesuaian dengan latar Keterangan Tenaga Rangkap Mengajar MP Sesuai ( Match) Tidak Sesuai ( Mis Match)

1 Qur’an Hadits 1 Sesuai - Mulok

2 Kemuhammadiyaa n 1 sesuai - Bahasa Arab 3 Fiqih 1 Sesuai - 4 SKI 1 Sesuai -

5 Aqidah Akhlak 2 sesuai -

6 Mulok 1 sesuai -

7 Bahasa Arab 1 sesuai -

8 Matematika 1 Sesuai -

9 IPS Terpadu 2 sesuai -

10 IPA Terpadu 2 sesuai -

11 Pendidikan Jasmani 1 sesuai - 12 Teknologi Informasi 2 sesuai -

13 Bahasa Indonesia 2 sesuai -

14 Bahasa inggris 1 sesuai -

15 PKn 1 sesuai -

(58)

45

Keadaan Guru MTs Muhammadiyah Bantaeng

Sumber Data: Dokumentasi Sekolah MTs Muhammadiyah Bantaeng 20173

 Keadaan siswa

Siswa bagian dari komponen yang tidak dapat di pisahkan dari sekolah karena siswa merupkan objek pendidikan dan tujuan untuk diberi pengajaran. Pendidik tidak mungkin terlaksana tanpa adanya siswa sebagai objek yang menerima pendidikan.

Dengan demikian sehingga menjadi sarana pokok dalam proses belajar mengajar adalah siswa sehingga tujuan dari pendidikan dan pengeajaran adalah merubah pola tingkah laku anak didik kearah kematangan kepribadiannya. Untuk mengetahui kedaan siswa sekolah MTs Muhammdiyah Bantaeng

Table IV

Jumlah Siswa MTs Muhammadiyah Bantaeng

Sumber Data: Dokumentasi Sekolah MTs Muhammadiyah Bantaeng 2017.4

3

Sumber Data: Dokumentasi Sekolah MTs Muhammadiyah Bantaeng 2017 Keadaan siswa Kelas VII (orang) Kelas VIII (orang) Kelas IX (orang) Jumlah Jumlah 48 56 47 151

(59)

46

 Keadaan dan prasarana

Sarana dan prasarana sangat menunjak proses belajar mengajar, di samping kemampuan siswa menerima pelajaran dan cara guru menyajikan materi pelajaran yang disampaikan yang sesuai dengan keadaan dan situasi siswa, akan tetapi sangat berpengaruh juga dengan fasilitas atau sarana dan prasarana yang dapat menunjang keefektiifan belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

Untuk lebih jelasanya mengenai sarana dan prasarana yang ada disekolah MTs Muhammadiyah Bantaeng kabupaten Bantaeng dapat dilihat dari tabel sarana dan prasarana yang ada pada sekolah tersebut:

Tabel V

Sarana Dan Prasarana Sekolah MTs Muhammadiyah Bantaeng

4 Sumber Data: Dokumentasi Sekolah MTs Muhammadiyah Bantaeng 2017

No Jenis Ruangan Jumlah Luas

ruangan (m2) kondisi ket Baik Rusak 1 Kelas / teori 8 42 Baik Rusak 6 Ruang Rusak Berat

2 Ruang guru 1 42 Baik

3 Ruang kepala sekolah/ kantor 1 12 Baik 4 Laboratorium IPA ( Fisika, Biologi ) 1 42 Baik

Gambar

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir Kondisi awal sebelum tindakan
Tabel II
Table III
Table IV
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu untuk memperbaiki hasil belajar siswa kelas X AK dibutuhkan media yang dapat membantu proses pembelajaran serta metode yang sesuai dalam kegiatan

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar

berlangsung. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi untuk

Cara mengajar dikatakan efektif jika mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009, hal. Untuk mencapai hal tersebut, maka perlu dilakukan inovasi dalam proses

Pendidikan merupakan masa depan masyarakat dan bangsa. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk

melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti”.( Suharsimi Arikunto, 2013:17) Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan

Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar

Sedangkan pada siklus Dua dimana dari 38 orang siswa terdapat 34 siswa atau 94,7% yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (65) dan secara klasikal sudah