• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mengacu dan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku. Namun, hal ini. hal itu memerlukan pemahaman dan kemampuan yang mumpuni untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mengacu dan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku. Namun, hal ini. hal itu memerlukan pemahaman dan kemampuan yang mumpuni untuk"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas tentunya harus mengacu dan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku. Namun, hal ini sepertinya menjadi suatu hal yang terasa berat bagi para pendidik karena hal itu memerlukan pemahaman dan kemampuan yang mumpuni untuk menerapkannya.

Begitu pula halnya dengan Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dasar. Pada mata pelajaran ini lebih diarahkan pada kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra yang dilaksanakan secara terintegrasi (Resmini, dkk, 2009:53).

Dalam hal penggunaan bahasa terdapat empat keterampilan dasar berbahasa yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca dan menulis (Cahyani dan Hodijah, 2007:8). Seperti yang terlihat dalam Tabel berikut ini.

Lisan Tulisan

Reseptif Mendengarkan Membaca

Produktif Bercicara Menulis

Dari keempat keterampilan berbahasa ini, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilam berbahasa yang dipergunakan untuk

1

(2)

berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1994:3).

Kegiatan menulis tentunya berbeda dengan kegiatan secara lisan atau berbicara dan bahkan banyak siswa yang beranggapan bahwa menulis adalah suatu hal yang lebih sulit dibanding dengan berbicara atau kegiatan lisan lainnya yaitu membaca. Sebagai contoh, di kelas V SDN Ibu Dewi 4 Kabupaten Cianjur, disaat guru sedang mengajarkan kegiatan pembelajaran menulis puisi, siswa tampak sudah jenuh lebih dahulu.

Jangankan untuk menuangkan ide-ide mereka, maksud menulis puisi itu sendiripun mereka seperti aneh dan merasa kebingungan. Tentunya hal tersebut bukan tidak mengandung alasan, artinya ada beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa hal ini bisa terjadi. Apakah cara gurunya yang tidak jelas dalam memberikan arahan pada pebelajaran tersebut, atau mungkin siswanya itu sendiri yang sulit menerima penjelasan atau kebingungan dalam menerima arahan guru mereka, atau mungkin faktor lain misalnya siswa kurang motivasi belajar. Nah, dua sisi permasalahan tersebut yang menjadi dasar kegiatan menulis puisi kurang diminati para siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, khususnya dalam Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia tentunya tidak terlepas dari pembelajaran

Sastra, dan Puisi merupakan salah satu dari tiga bagian sastra yang harus

dipelajari selain Prosa dan Drama yang ketiganya termasuk ke dalam

karya sastra imajinatif (Cahyani dan Hodijah, 2007:171). Namun, pada

(3)

kenyatannya di lapangan seperti yang diungkapkan oleh guru kelas V sekolah Dasar Negeri Ibu Dewi 4 Kab. Cianjur bahwa menulis puisi adalah suatu kegiatan yang sepertinya membuat anak jadi cepat bosan dan tidak menyenangkan.

Di sinilah titik yang menjadi dasar, bahwa harus ditemukan solusi untuk menjadi sebuah jalan keluar yang akan memutar balikkan anggapan- angapan negatif tersebut. Penulis sangat berharap dapat menemukan jalan keluarnya sehingga kegiatan menulis puisi menjadi suatu hal yang menyenangkan dan bersifat rekreatif yang akan berujung pada suatu kesimpulan menarik bahwa anak atau perserta didik bisa dengan mudah, produktif dan bangga dengan kegiatan menulis puisi tersebut.

Menulis puisi adalah sebuah kejujuran hati, dimana seseorang akan merasakan kelegaan dalam dirinya bila mencurahkan isi hatinya kedalam sebuah tulisan berupa syair-syair yang puitis. Ibaratnya puisi adalah gambaran jiwa seseorang akan suatu peristiwa atau sikap dan perilaku seseorang ketika melihat, mendengar dan merasakan sesuatu yang berada di sekelilingnya. Dengan menulis puisi hidup akan menjadi lebih bermakna karena terkandung pesan-pesan yang kuat dalam setiap kata dan kalimat.

Tentu dalam hal ini peran seorang guru sangat penting. Selain

menguasai materi ajar, seorang guru tentunya dituntut untuk menguasai

teknik-teknik pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk menciptakan proses

(4)

pembelajaran yang baik, seorang guru harus memperhatikan karakteristik anak dan berbagai teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, serta penggunaan alat peraga yang sesuai dengan materi ajar sehingga dapat tercipta proses pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang timbul perlu ditelusuri dengan menggunakan tindakan-tindakan yang mengacu kepada penelitian yaitu dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui Penelitian Tindakan Kelas selain memperoleh gambaran mengenai masalah tersebut, juga berupaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis Puisi dan mengembangkan daya imajinasi siswa dalam membuat Puisi yang baik dan menarik. Sebagai salah satu solusi penulis berkehendak untuk menerapkan suatu tekhnik yang menarik dalam pembelajaran yaitu konsep Peta Pikiran ( Mind Map), yaitu diagram yang digunakan untuk menggambarkan sebuah tema, ide atau gagasan utama dalam materi pembelajaran, (Andri Saleh, 2008:68). Mind Map merupakan salah satu cara kreatif yang dapat digunakan oleh guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Sementara itu konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan, seorang ahli psikologi dari Inggris pada tahun 1970-an.

Ia membuat konsep tersebut karena terinspirasi oleh sebuah diagram buku

novel fiksi. Dengan menggunakan diagram, pembaca lebih mudah untuk

mengetahui isi novel fiksi tersebut. Namun berdasarkan hasil penelitian,

konsep Mind Map ternyata telah digunakan pada sekitar abad ke-3 Masehi.

(5)

Pada saat itu, konsep Mind Map dikembangkan oleh Porphyry dari Tyros. Ia membuat semacam diagram yang sederhana untuk mengguakan sebuah konsep dari Aristoteles. Diagram tersebut memiliki satu kata kunci sebgai tema, ide, atau gagasan utama.

Menjelang tahun 1960, Dr. Allan Collins dan M. Ross Quillian berhasil mengembangkan konsep Mind Map. Meskipun tetap memiliki kata kunci sebagai tema, ide, atau gagasan utama, namun diagram dibuat lebih tersusun secara sistematis sehingga lebih mudah untuk digunakan.

Atas segala usahanya mengembangkan konsep Mind Map ini, maka Dr.

Allan Collin dianggap sebagai “Bapak Mind Map Modern” (Andri Saleh, 2008:72).

Diharapkan melalui tekhnik Peta Pikiran / Mind Map ini siswa mampu mencatat poin-point utama untuk menulis sebuah puisi. Sementara itu untuk materi pembelajaran yang dipilih adalah menulis puisi bebas sesuai dengan kompetensi dasar yang tercantum dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006:72)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wawan (2003:48)

membuktikan bahwa dengan menerapkan metode mewarnai Mind

Mapping menunjukkan adanya perubahan yang positif terhadap prestasi

hasil belajar siswa pada mata pelajran IPS kelas IV SDN Dawuan Kota

Cimahi. Begitu juga penelitian yang dilakukakan oleh Lamtiar (2005:87)

(6)

membuktikan bahwa teknik peta pikiran meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas III SMLB Cicendo Bandung.

Sementara itu Komala (2008:97) berhasil melaksanakan pembelajaran menulis cerita dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping dalam pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SD Negeri Pancasila Lembang.

Oleh karena mengingat pembelajaran menulis merupakan hal yang sangat penting sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa/ peserta didik seperti yang telah diuraikan, maka peneliti mengangkat judul, “Model Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Map) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Di Kelas V SDN Ibu Dewi 4 Kabupaten Cianjur”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi pembelajaran menulis dengan tekhnik Mind Map pada permasalahan bagaimana caranya agar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

Dari permasalahan pokok tersebut dijabarkan dalam rumusan yang lebih khusus sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk perencanaan pembelajaran menulis puisi

melalui Metode Mind Map di kelas V SDN Ibu Dewi 4

Cianjur?

(7)

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis puisi melalui Metode Mind Map di kelas V SDN Ibu Dewi 4 Cianjur?

3. Bagaimanakah hasil peningkatan pembelajaran menulis Puisi melalui Metode Mind Map di kelas V SDN Ibu Dewi 4 Cianjur?

C. Tujuan Penelitian

Beranjak dari rumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a) Untuk memproleh gambaran tentang perencanaan pembelajaran menulis puisi melalui teknik Mind Map di kelas V SD Negeri Ibu Dewi 4 Cianjur.

b) Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan teknik Mind Map dalam pembelajaran menulis puisi di kelas V SD Negeri Ibu Dewi 4 Cianjur.

c) Untuk mengetahui peningkatan tentang hasil kemampuan siswa dalam menulis puisi setelah diterapkan pebelajaran teknik Mind Map di kelas V SD Negeri Ibu Dewi 4 Cianjur.

D. Manfaat Penelitian

Tentunya penulis berharap penelitian ini dapat menghasilkan suatu

manfaat yang bisa dirasakan yaitu memberikan gambaran dalam upaya

(8)

meningkatkan kemampuan menulis puisi melalui implementasi teknik pemetaan pikiran (Mind Map) di kelas V SD Negeri Ibu Dewi IV Cianjur.

Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk Sekolah

a. Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan skill / kemampuan mengajar kepada siswanya.

b. Memberikan solusi kepada guru maupun siswa dalam mengatasi kesulitan pembelajaran menulis puisi.

c. Dapat meningkatkan apresiasi siswa dan guru dalam menguasai pembelajaran menulis puisi.

2. Bagi Guru

a. Mengatasi kesulitas guru dalam memberikan materi pembelajaran menulis puisi kepada siswa.

b. Meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai Metode Mind Map/ Peta Pikiran.

c. Meningkatkan rasa percaya diri kepada guru dalam pembelajaran menulis puisi.

3. Siswa

a. Mengatasi kesulitas siswa dalam pembelajaran menulis Puisi di kelas 5 SD.

b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi di kelas 5

SD

(9)

c. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis Puisi di kelas 5 SD.

E. Anggapan Dasar

Dalam penelitian ini penulis berusaha melakukan penelitian dengan berpijak pada sebuah anggapan dasar yaitu yang searah dengan keilmuan yang sudah ada. Dimana anggapan dasar itu merupakan sebuah landasan konsep yang dijadikan pijakan secara teoritis maupun kebenaran umum oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Lebih lanjut bahwa ngaapan dasar tersebut mencakup beberapa hal berikut ini:

1. Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori- teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa.

2. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis serta menumbuhkan apesiasi terhadap hasil karya kesusastraan (Diknas, 2007:5) dikutip oleh Resmini dkk, 2009:29.

3. Guru akan berhasil apabila bisa membuktikan untuk selalu berinovasi dalam pembelajaran guna meningkatkan kualitas dan membantu memecahkan masalah pendidikan

4. Guru memiliki peran yang amat penting dalam proses pembelajaran di

kelas. Gurulah yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk

(10)

menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan melakukan tindak lanjut. Dalam konteks demikian, gurulah yang akan menjadi “aktor” penentu keberhasilan peserta didik dalam menerima pembelajaran yang diberikan. Maka untuk mencapai keberhasilan tersebut guru harus sekreatif mungkin menciptakan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tetap disesuaikan dengan keadaan peserta didik.

F. Definisi Operasional

Definisi opersional merupakan batasan pengertian terhadap istilah yang dipakai dalam judul. Sehingga tidak menimbulkan salah pengertian atau pemahaman. Beberapa istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran menulis: proses belajar mengajar menulis yang dilaksanakan oleh guru-murid dalam suatu inetraksi belajar mengajar yang didasarkan pada prosedur pembelajaran tertentu, dalam hal ini Mind Map.

2. Menulis Puisi adalah mengekspresikan pengalaman batin mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa tulis yang secara padu dan utuh serta dipadatkan kata-katanya

3. Puisi adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme

ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.

(11)

4. Metode Mind Map adalah merupakan teknik untuk menulis puisi menggunakan diagram untuk menggambarkan sebuah tema, ide atau gagasan utama dalam materi pembelajaran. Tema ide atau gagasan utama ditempatkan di tengah-tengah diagram. Masing-masing tema, ide atau gagasan utama tersebut membentuk jaringan yang sangat luas.

Jaringan-jaringan dibuat saling berkaitan satu dengan yang lainnya,

selanjutnya menjadi sebuah puisi yang baik dan menarik

Referensi

Dokumen terkait

GUTI ( GUTI (Globally Unique Temporary Identity  Globally Unique Temporary Identity  ) di gunakan ) di gunakan kurang lebih hanya untuk menyembunyikan identitas

Sarana yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kepada wisatawan antara lain seperti fasilitas umum (toilet), restaurant, ruang informasi, sarana transportasi di dalam

Setelah intervensi hari tiga sampai 7 (minggu pertama) peneliti melakukan evaluasi kepada responden dengan hasil terjadi penurunan nyeri dengan intensitas kadang

Winarno Surachman, Perkembangan Pribadi dan Keseimbangan Mental, IKIP, Bandung, 1965, hlm.7... 1) Pengayoman Polri kepada masyarakat, harus menyentuh setiap lapisan

Sebelum digunakan, inkubator, wadah dan alat-alat untuk mengambil telur dicuci dengan alkohol 10%, sedangkan air yang digunakan diberi larutan Malachite green dengan

Pengusaha-pengusaha tambang di Australia bergerak melalui komunitas pertambangan yang ada di Australia melalui saluran-saluran seperti misalnya demonstrasi, media massa serta

Apabila dalam perjanjian kerja antara perusahaan penerima pemborongan pekerjaan atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruhnya tidak memuat adanya pengalihan

(6) Tarif retribusi pelayanan medik dokter spesialis tamu, komponen jasa sarana sesuai dengan jenis dan klasifikasi pelayanan yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang