• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Gambar 4.1 Single Line Diagram Jaringan dengan Triple-stage Splitter

ANALISIS DAN PENGUJIAN

4.1 Data Jaringan

Untuk menghitung link power budget pada jaringan Apartemen Paddington Heights Alam Sutera South Section ini digunakan data-data sebagai berikut :

a. Daya pancar optik (OLT) : 3,2 dBm

b. Sensifitas perangkat detektor (ONT) : -28 dBm

c. Redaman konektor : 0,5 dB

d. Redaman passive splitter 1:4 : 7,22 dB

e. Redaman passive splitter 1:16 : 13,95 dB f. Safety margin (Standar PT. Netciti) : 3 dB/km g. Prx triple-stage splitter dengan OPM di lapangan : -34,83 dBm 4.1.1 Link Power Budget

Jaringan fiber optik sering mempersyaratkan perhitungan link power budget yang terperinci. Tujuan dari perhitungan link budget ini adalah untuk memastikan bahwa total redaman pada jaringan tidak melebihi nilai sensitivitas operasi dari penerima. Tabulasi semua redaman fiber optik dapat diperoleh dengan mudah dari pengukuran di lapangan atau perhitungan jaringan fiber optik dengan menggunakan spesifikasi perangkat. Ketika suatu perhitungan link power budget memiliki total redaman yang besar dari spesifikasi sensitivitas operasi detektor (ONT) maka sistem tersebut tidak berjalan dengan baik dan akan menimbulkan high bit errors.[10]

(2)

Perhitungan link power budget ini akan dilakukan berdasarkan jarak terjauh dari Central Office (CO) ke user seperti pada Gambar 4.1. Pada pengukuran Prx jaringan triple-stage splitter yang dilakukan di lapangan sebelumnya dengan menggunakan OPM didapatkan nilai sebesar -34,83 dBm.

Unit apartemen yang memiliki jarak terjauh dari CO adalah unit nomor 4106 dan 4107 yang terhubung pada ODP-7 dengan total jarak dari CO hingga ke user yaitu 952,36 meter atau 0,95236 Kilo meter. Dalam melakukan perhitungan link power budget ini persamaan yang digunakan yaitu persamaan 2.1 untuk menghitung nilai total redaman dan persamaan 2.2 untuk menghitung nilai daya yang diterima (Prx). Panjang gelombang yang diimplementasikan pada jaringan ini untuk downstream menggunakan 1490 nm. Maka untuk data tambahan seperti attenuation loss fiber optik yang terdapat pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5 akan menggunakan panjang gelombang 1490 nm.

Downstream

Sehingga :

s Sp α c Ns.

optik Nc.α fiber tot L.α

α    

7,22 0,05) x (3 0,5) x (4 0,28) x (0,789 )

Paddington South

ODC to tot(CO

α

59dB , 9

13,95 0,05) x (1 0,5) x (1 0,23) x (0,12936 7)

ODP to Paddington South

tot(ODC

α

52dB , 14

7,22 0,05) x (2 0,5) x (4 0,23) x (0,034 ONT)

to 7 tot(ODP

α    

32dB , 9

 32 , 9 52 , 14 59 , tot 9

α   

43dB , 33

SM tot- α - Ptx Prx

dB 3 - dB 33,43 - dBm 3,2 Prx

dBm 33,23 - Prx

Syarat : Prx ≥ minimum daya sensitifitas detektor ONT -33,23 dBm ≤ -28 dBm

(3)

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa nilai Prx adalah -33,23 dBm.

Nilai Prx tersebut masih lebih kecil daripada nilai minimum daya sensitifitas

perangkat detektor ONT yang digunakan oleh PT. Netciti Persada yaitu -28 dBm sehingga tidak memenuhi syarat perangkat untuk melakukan

layanan. Agar layanan dapat beroperasi nilai Prx harus lebih besar daripada nilai minimum daya sensitifitas ONT yang disyaratkan oleh perangkat.

Selanjutnya akan dihitung pada sisi upstream dengan panjang gelombang yang digunakan yaitu 1310 nm.

Upstream

Sehingga :

Untuk upstream pada jaringan yang diimplementasikan ini menggunakan panjang gelombang 1310 nm. Dari hasil perhitungan link power budget upstream, Prx masih lebih kecil dari minimum daya sensitifitas detektor ONT, sehingga jaringan tersebut tidak layak untuk beroperasional.

s Sp α c Ns.

optik Nc.α fiber tot L.α

α    

7,22 0,05) x (3 0,5) x (4 0,35) x (0,789 )

Paddington South

ODC to tot(CO

α

64dB , 9

13,95 0,05) x (1 0,5) x (1 0,35) x (0,12936 7)

ODP to Paddington South

tot(ODC

α

54dB , 14

7,22 0,05) x (2 0,5) x (4 0,35) x (0,034 ONT)

to 7 tot(ODP

α    

33dB , 9

 33 , 9 54 , 14 64 , tot 9

α   

51dB , 33

SM tot- α - Ptx Prx

3dB - dB 33,51 - dBm 3,2 Prx

dBm 33,31 - Prx

Syarat : Prx ≥ minimum daya sensitifitas detektor ONT -33,31 dBm ≤ -28 dBm

(4)

Tabel 4.1 Spesifikasi perangkat untuk perhitungan rise time budget

4.1.2 Rise Time Budget

Analisis rise time budget adalah metode untuk menentukan batas dispersi dari sebuah jaringan fiber optik. Untuk kabel fiber optik single-mode tidak mengalami intermodal dispersi. Metode rise time budget ini sangat membantu untuk menganalisis jaringan transmisi digital karena dengan menggunakan metode ini dapat ditentukan apakah keseluruhan performansi jaringan yang diimplementasikan telah tercapai dan sesuai dengan kapasitas kanal yang diinginkan.[9] Spesifikasi perangkat untuk menghitung rise time budget adalah seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 menjelaskan tentang spesifikasi perangkat yang diimplementasikan untuk perhitungan rise time budget. Perhitungan rise time budget dilakukan pada jarak terjauh dari CO hingga ke user yaitu pada unit kamar nomor 4106 dan 4107 dengan total jarak 0,95236 Km (0,789 Km dari CO sampai ODC Paddington south section ; 0,12936 Km dari ODC Paddington south section ke ODP-7; 0,034 Km dari ODP-7 sampai ke ONT di unit 4106 atau 4107).

No Parameter Nilai / Keterangan

1 Panjang gelombang 1490 nm (downstream)

1310 nm (upstream)

2 Bit Rate 2,5 Gbps (downstream)

1,25 Gbps (upstream)

3 Spectrum Widthσ 1 nm

4 Optical Rise / Fall Time 180 Ps = 0,18 ns 5 Material Dispersion (Dm) 1310 nm 3,56 ps/nm.km 6 Material Dispersion (Dm) 1490 nm 13,64 ps/nm.km

7 Line coding NRZ Coding

(5)

Downstream

Dalam melakukan perhitungan ini menggunakan persamaan 2.3, persamaan 2.5, persamaan 2.8. Bit rate downlink (Br) = 2,5 Gbps, dengan menggunakan line coding NRZ maka :

𝑡𝑟 =0,7

𝐵𝑟 = 2,5 𝑥 100,7 9 = 0,28 ns 𝑡𝑚𝑎𝑡. = ∆σ x L x Dm

= 1𝑛𝑚 𝑥 0,95236𝑘𝑚 𝑥 0,0136 𝑛𝑠 𝑘𝑚. 𝑛𝑚⁄ = 0,012952096 𝑛𝑠

Karena fiber optik yang digunakan merupakan single-mode, maka t intermodulasi = 0 , maka :

𝑡𝑠𝑦𝑠2 = 𝑡𝑡𝑥2 + 𝑡𝑚𝑎𝑡2+ 𝑡𝑟𝑥2 𝑡𝑠𝑦𝑠= √𝑡𝑡𝑥2+ 𝑡𝑚𝑎𝑡2+ 𝑡𝑟𝑥2

= √(0,18)2 + (0,012952096)2 + (0,18)2 = 0,254 𝑛𝑠

Agar sistem dapat melewatkan bit rate yang ditransmisikan maka diharuskan memenuhi persyaratan nilai tsys ≤ tr. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai tsys = 0,254 ns. Sedangkan nilai tr yang telah dilakukan kalkulasi dengan formasi modulasi NRZ adalah sebesar 0,28 ns. Hal ini berarti nilai tsys ≤ tr, maka rise time budget untuk sistem downstream masih memenuhi kelayakan standar yang telah ditetapkan.

Upstream

Bit rate uplink (Br) = 1,25 Gbps, dengan menggunakan line coding NRZ maka :

𝑡𝑟 =0,7

𝐵𝑟 = 1,25 𝑥 100,7 9 = 0,56 ns 𝑡𝑚𝑎𝑡. = ∆σ x L x Dm

= 1𝑛𝑚 𝑥 0,95236𝑘𝑚 𝑥 0,0356 𝑛𝑠 𝑘𝑚. 𝑛𝑚⁄ = 0,033904016 𝑛𝑠

(6)

Gambar 4.2 Hasil Desain Ulang Single Line Diagram Jaringan dengan Double-stage Splitter

Karena fiber optik yang digunakan merupakan single-mode, maka t intermodulasi = 0 , maka :

𝑡𝑠𝑦𝑠2 = 𝑡𝑡𝑥2 + 𝑡𝑚𝑎𝑡2+ 𝑡𝑟𝑥2 𝑡𝑠𝑦𝑠= √𝑡𝑡𝑥2+ 𝑡𝑚𝑎𝑡2+ 𝑡𝑟𝑥2

= √(0,18)2 + (0,033904016)2 + (0,18)2 = 0,256 𝑛𝑠

Dari hasil perhitungan di atas didapatkan nilai tsys = 0,256 ns. Nilai ini masih di bawah batasan waktu maksimum tr yaitu 0,56 ns dengan formasi modulasi NRZ. Hal ini berarti nilai tsys ≤ tr, maka rise time budget untuk sistem upstream masih memenuhi kelayakan standar yang telah ditetapkan.

4.2 Desain Ulang Jaringan dengan Double-Stage Splitter

Meskipun nilai rise time budget telah memenuhi standar yang telah ditetapkan tetapi desain jaringan yang ditunjukan oleh Gambar 4.1 setelah

dianalisis ternyata tidak memenuhi kriteria untuk link power budget yaitu nilai Prx ≥ minimum daya sensitifitas detektor. Hal itu akan berakibat tidak akan

beroperasinya proses komunikasi melalui jaringan fiber optik tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan desain ulang pada jaringan fiber optik tersebut. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan tidak memakai splitter pada ODC Silkwood, sehingga instalasi kabel dari CO sampai ODC Paddington Heights South Section diteruskan atau dikenal dengan istilah passthrough tanpa diterminasikan ke splitter.

(7)

Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa telah dilakukan desain ulang pada jaringan fiber optik dengan menghilangkan splitter 1:4 yang ada pada ODC Silkwood. Sehingga koneksi fiber optik jenis G.652 dari CO hingga ODC Paddington Heights South Section diinstalasi secara langsung dengan jarak 789 meter. Setelah dilakukan desain ulang jaringan dengan menggunakan double-stage splitter dilakukan pengukuran di sisi ONT user dengan menggunakan OPM dan didapatkan nilai Prx sebesar -24,18 dBm.

4.2.1 Analisis Link Power Budget Jaringan Fiber Optik Double-Stage Splitter Dalam melakukan analisis link power budget ini digunakan persamaan 2.1 dan persamaan 2.2. Untuk transmisi downstream menggunakan panjang gelombang 1490 nm sedangkan upstream menggunakan panjang gelombang 1310 nm.

Downstream

Sehingga didapatkan hasil daya penerima adalah sebagai berikut,

Upstream

s Sp α c Ns.

optik Nc.α fiber tot L.α

α    

0 0,05) x (2 0,5) x (3 0,28) x (0,789 )

Paddington South

ODC to tot(CO

α

82dB , 1

13,95 0,05) x (1 0,5) x (1 0,23) x (0,12936 7)

ODP to Paddington South

tot(ODC

α

63dB , 14

0,23) (4 x 0,5) (2 x 0,05) 7,22 x

(0,034 ONT)

to 7 tot(ODP

α    

32dB , 9 32 

, 9 63 , 14 82 , tot 1

α   

77dB , 25

SM tot- α - Ptx Prx

dB 3 - dB 25,77 - dBm 3,2 Prx

dBm 25,57 - Prx

Syarat : Prx ≥ minimum daya sensitifitas detektor ONT -25,57 dBm ≥ -28 dBm

s Sp α c Ns.

optik Nc.α fiber tot L.α

α    

28dB , 23

(0,034 x 0,35) (4 x 0,5) (2 x 0,05) 7,22 13,95 7)

ODP to tot(ONT

α     

(8)

Sehingga didapatkan hasil daya penerima adalah sebagai berikut,

Dapat dilihat dari perhitungan di atas bahwa setelah dilakukan perubahan desain yaitu dengan menghilangkan splitter 1:4 yang ada di ODC Silkwood berpengaruh terhadap link power budget yang diharapkan yaitu -25,57 dBm untuk downstream sedangkan untuk upstream bernilai -25,72 dBm, kedua nilai tersebut sesuai dengan persyaratan yaitu nilai Prx harus lebih besar daripada nilai minimum daya sensitifitas detektor ONT -28 dBm.

4.3 Analisis Simulasi

Analisis simulasi ini menggunakan karakteristik data yang telah diimplementasikan di lapangan, dengan tujuan agar hasil yang didapat pada simulator mendekati nilai yang telah diperhitungkan dan nilai pengukuran yang telah dilakukan.

4.3.1 Nilai Prx (Power Receive) pada Simulator Jaringan Triple-Stage Splitter Perhitungan nilai Prx dilakukan pada jarak terjauh dari CO hingga ke user yaitu pada unit kamar nomor 4106 dan 4107 dengan total jarak 0,95236 Km (0,789 Km dari CO sampai ODC Paddington south section ; 0,12936 Km dari ODC Paddington south section ke ODP-7; 0,034 Km dari ODP-7 sampai ke ONT di unit 4106 atau 4107). Perangkat yang digunakan pada simulator Optisystem disesuaikan dengan spesifikasi perangkat yang ada di lapangan

0 0,05) x (2 0,5) x (3 0,35) x (0,789 CO)

to Paddington South

tot(ODC

α

0 0 0,5) x (1 0,35) x (0,12936 )

Paddington ODC

to 7 tot(ODP

α

54dB , 0

87dB , 1

 87 , 1 54 , 0 28 , tot 23

α   

69dB , 25

SM tot- α - Ptx Prx

dB 3 - dB 25,69 - dBm 2,97 Prx

dBm 25,72 - Prx

Syarat : Prx ≥ minimum daya sensitifitas detektor ONT -25,72 dBm ≥ -28 dBm

(9)

agar didapatkan hasil yang mendekati implementasi. Adapun perangkat yang digunakan pada simulasi ini adalah sebagai berikut :

a. Transmitter (Tx) dari OLT dengan daya 3,2 dBm untuk link downstream dan dari sisi ONT memiliki daya 2,97 dBm untuk link upstream. Daya pancar ini di luar dari safety margin yang digunakan oleh PT. Netciti Persada yaitu 3 dB.

b. Konektor sebanyak 8 buah dari link OLT hingga ONT.

c. Kabel fiber optik single-mode G.652 untuk kabel backbone dan kabel fiber optik G.657 untuk kabel drop / ke sisi user.

d. Receiver (Rx) sebagai ONT pada saat link downstream dan sebagai OLT pada saat link upstream.

e. Power Splitter , merupakan perangkat untuk melakukan pembagian Ptx. Di dalam simulasi ini menggunakan power splitter 1x16 dan 1x4 sesuai dengan yang diimplementasikan di lapangan dengan nilai attenuation loss sebesar 13,95 dB untuk splitter 1x16 dan 7,22 dB untuk splitter 1x4.

Downstream

Panjang gelombang yang digunakan untuk link downstream pada simulasi ini adalah 1490 nm sesuai dengan implementasi di lapangan. Ptx (Power Transmitter) bernilai 3,2 dBm juga mengikuti perangkat yang diimplementasikan. Kabel fiber optik diberi redaman / attenuation loss sesuai dengan panjang gelombang yang bekerja pada link downstream yaitu 1490 nm dengan nilai redaman sebesar 0,28 dB/Km untuk kabel fiber optik G.652 sedangkan untuk kabel fiber optik G.657 memiliki nilai redaman sebesar 0,23 dB/Km. Nilai redaman untuk masing-masing konektor adalah 0,5 dB dimana terdapat 9 buah konektor.

(10)

Gambar 4.3 Konfigurasi Jaringan Triple-Stage Splitter Simulasi Link Downstream pada Optisystem

Gambar 4.4 Nilai Prx Jaringan Triple-Stage Splitter Link Dowsntream pada Simulator

Gambar konfigurasi link downstream untuk jaringan triple-stage splitter dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 4.3 memperlihatkan konfigurasi jaringan triple-stage splitter pada simulasi link downstream. Kabel fiber optik keluaran dari CO diterminasikan terlebih dahulu dengan splitter 1:4 yang ada di ODC Silkwood kemudian output 1 core dari splitter 1:4 tersebut diteruskan ke ODC Paddington south section. Untuk mengetahui nilai Prx pada sisi ONT maka dilakukan pengukuran dengan Optical Power Meter (OPM) pada Optisystem.

Hasil pengukuran dengan OPM untuk nilai Prx simulasi di Optisystem dapat dilihat pada Gambar 4.4 yaitu -28,642 dBm. Nilai tersebut tidak memenuhi kelayakan operasi jaringan komunikasi fiber optik karena nilai Prx masih lebih kecil dari minimum daya sensitifitas detektor ONT sebesar -28 dBm.

(11)

Gambar 4.5 Konfigurasi Jaringan Triple-Stage Splitter Simulasi Link Upstream pada Optisystem

Upstream

Panjang gelombang yang digunakan pada link upstream adalah 1310 nm menyesuaikan implementasi yang ada di lapangan pada Apartemen Paddington Heights. Ptx (Power Transmitter) yang digunakan sebesar 2,97 dBm. Attenuation loss kabel fiber optik memiliki nilai sesuai dengan panjang gelombang yang bekerja pada link upstream yaitu 1310 nm dengan nilai redaman sebesar 0,35 dB/Km untuk kabel fiber optik G.652 maupun kabel fiber optik single mode G.657. Nilai redaman untuk masing-masing konektor adalah 0,5 dB dimana terdapat 9 buah konektor. Konfigurasi link upstream untuk simulasi dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini.

Gambar 4.5 memperlihatkan konfigurasi jaringan triple-stage splitter pada simulasi link upstream. Kabel fiber optik keluaran dari ONT user diterminasikan di Roset kemudian diterminasikan pada splitter 1:4. Keluaran dari splitter 1:4 masuk ke splitter 1:16, dari splitter 1:16 masuk ke ODC Paddington south section. Dari ODC Paddington kabel fiber optik diterminasikan terlebih dahulu dengan splitter 1:4 yang ada di ODC Silkwood kemudian ke OTB di CO dan dilanjutkan ke OLT yang ada di CO. Untuk

(12)

Gambar 4.6 Nilai Prx Jaringan Triple-Stage Splitter Link Upstream pada Simulator

mengetahui nilai Prx pada sisi ONT maka dilakukan pengukuran dengan Optical Power Meter (OPM) pada Optisystem.

Hasil pengukuran dengan OPM untuk nilai Prx simulasi link upstream di Optisystem dapat dilihat pada Gambar 4.6. Didapatkan nilai Prx sebesar -30,543 dBm. Nilai tersebut tidak memenuhi kelayakan operasi jaringan komunikasi fiber optik karena nilai Prx masih lebih kecil dari minimum daya sensitifitas detektor ONT sebesar -28 dBm.

4.3.2 Nilai Prx (Power Receive) pada Simulator Jaringan Double-Stage Splitter

Downstream

Panjang gelombang yang digunakan untuk link downstream pada simulasi ini adalah 1490 nm menyesuaikan implementasi yang ada di lapangan pada Apartemen Paddington Heights. Ptx (Power Transmitter) yang digunakan sebesar 3,2 dBm, menyesuaikan dengan spesifikasi perangkat yang telah diimplementasikan.

Kabel fiber optik diberi redaman / attenuation loss sesuai dengan panjang gelombang yang bekerja pada link downstream yaitu 1490 nm dengan nilai redaman sebesar 0,28 dB/Km untuk kabel fiber optik G.652 sedangkan untuk kabel fiber optik G.657 memiliki nilai redaman sebesar 0,23 dB/Km.

Nilai redaman untuk masing-masing konektor adalah 0,5 dB dimana terdapat 8 buah konektor.

Gambar konfigurasi link downstream untuk jaringan double-stage splitter pada simulasi dapat dilihat di bawah ini.

(13)

Gambar 4.7 Konfigurasi Jaringan Double-Stage Splitter Simulasi Link Downstream pada Optisystem

Gambar 4.8 Nilai Prx Jaringan Double-Stage Splitter Link Downstream pada Simulator

Pada Gambar 4.7 dapat dilihat simulasi konfigurasi jaringan link downstream pada simulator Optisystem. Jaringan fiber optik dimulai dari CO hingga ke ONT user di Apartemen Paddington Heights. Untuk mengetahui nilai dari Prx maka dilakukan pengukuran dengan Optical Power Meter pada simulator.

Dapat dilihat pada Gambar 4.8 nilai power receiver yang diukur pada simulator adalah sebesar -22,251 dBm. Nilai tersebut telah memenuhi persyaratan kelayakan sebuah jaringan fiber optik dengan perangkat detektor ONT yang diimplementasikan yang memiliki nilai Prx minimum adalah -28 dBm.

Upstream

Untuk link upstream panjang gelombang yang digunakan adalah 1310 nm menyesuaikan implementasi yang ada di lapangan pada Apartemen

(14)

Gambar 4.9 Konfigurasi Jaringan Double-Stage Splitter Simulasi Link Upstream pada Optisystem

Gambar 4.10 Nilai Prx Jaringan Double-Stage Splitter Link Upstream pada Simulator

Paddington Heights. Ptx (Power Transmitter) yang digunakan sebesar 2,97 dBm.

Attenuation loss kabel fiber optik memiliki nilai sesuai dengan panjang gelombang yang bekerja pada link upstream yaitu 1310 nm dengan nilai redaman sebesar 0,35 dB/Km untuk kabel fiber optik G.652 maupun kabel fiber optik single mode G.657. Nilai redaman untuk masing-masing konektor adalah 0,5 dB dimana terdapat 8 buah konektor. Konfigurasi link upstream untuk simulasi dapat dilihat di bawah ini.

Pada Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa jaringan simulasi link upstream memiliki elemen perangkat yang hampir serupa dengan link downstream.

Hanya saja posisinya dijadikan terbalik yaitu yang semula OLT sebagai Tx berubah menjadi Rx begitupun juga yang terjadi pada ONT, semula merupakan Rx tetapi di link upstream ini menjadi Tx.

(15)

Gambar 4.11 Diagram Mata Jaringan Triple-Stage Splitter Link Downstream pada Simulator

Nilai Prx yang diukur pada simulator dapat dilihat pada Gambar 4.6 yaitu sebesar -22,634 dBm. Nilai tersebut telah memenuhi persyaratan

kelayakan link power budget sebuah jaringan fiber optik yaitu Prx ≥ minimum daya sensitifitas detektor dengan perangkat detektor ONT yang

diimplementasikan memiliki nilai Prx minimum sebesar -28 dBm.

4.3.3 Nilai BER pada Simulator Jaringan Triple-Stage Splitter

Bit Error Ratio (BER) atau biasa dikenal juga dengan istilah bit error rate merupakan rasio jumlah error yang diterima dengan total jumlah bit yang ditransmisikan. Pada simulasi ini nilai BER dapat dilihat dengan menggunakan perangkat BER Analyzer pada masing-masing link transmisi yang akan digunakan.

Downstream

Pada Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa hasil nilai BER untuk jaringan triple-stage splitter untuk link downstream adalah 1. Nilai BER tersebut tidak memenuhi persyaratan nilai objektif dari sebuah BER yang tidak boleh lebih besar dari 10-9. Perfomansi yang tidak layak juga ditunjukan diagram mata

(16)

Gambar 4.12 Diagram Mata Jaringan Triple-Stage Splitter Link Upstream pada Simulator

pada Gambar 4.11 dimana diagram tersebut tidak membentuk pola mata dan tidak menunjukan perbedaan yang jelas antara bit “1” dan bit “0”. Sehingga performansi jaringan komunikasi fiber optik triple-stage splitter ini tidak layak beroperasi.

Upstream

Nilai BER pada link upstream jaringan triple-stage splitter adalah 1 seperti yang terlihat pada Gambar 4.12. Sama seperti hasil nilai BER pada link downstream sebelumnya, nilai BER tersebut tidak memenuhi persyaratan nilai objektif dari sebuah BER yang tidak boleh lebih besar dari 10-9. Jaringan triple-stage splitter ini tidak layak beroperasi dengan ditambah hasil dari diagram tidak membentuk pola mata dan tidak menunjukan perbedaan yang jelas antara bit “1” dan bit “0”.

(17)

Gambar 4.13 Diagram Mata Jaringan Double-Stage Splitter Link Downstream pada Simulator

4.3.4 Nilai BER pada Simulator Jaringan Double-Stage Splitter Downstream

Berdasarkan hasil analisis perancangan jaringan fiber optik double- stage splitter simulasi link downstream pada Optisystem didapatkan data bahwa nilai BER untuk link downstream adalah sebesar 2,1098 x 10-14 seperti yang nampak pada Gambar 4.13. Nilai tersebut masih lebih kecil dibandingkan ketetapan yang telah ditentukan oleh ITU-T yaitu 10-9[10] yang artinya jaringan tersebut layak beroperasi. Performansi yang baik juga ditunjukan oleh diagram mata pada Gambar 4.13 dimana menunjukan perbedaan yang jelas antara bit “1” dan bit “0”. Oleh karena itu, performansi jaringan double-stage splitter ini layak untuk beroperasi.

(18)

Gambar 4.14 Diagram Mata Jaringan Double-Stage Splitter Link Upstream pada Simulator

Upstream

Dari simulasi yang telah dilakukan pada Optisystem ini, untuk link upstream dengan panjang gelombang 1310 nm didapatkan bahwa nilai BER sebesar 7,61521 x 10-28 seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.14. Nilai tersebut masih lebih kecil dibandingkan nilai yang telah ditetapkan oleh ITU- T yaitu sebesar 10-9 [10] yang artinya jaringan tersebut layak beroperasi.

Diagram mata dari link upstream ini juga baik, karena terlihat sangat jelas perbedaan antara bit “1” dan bit “0”.

(19)

Tabel 4.3 Perbandingan Pengukuran Prx Jaringan Triple-Stage Splitter Tabel 4.2 Nilai Rise Time Budget

4.4 Analisis Hasil

Nilai rise time budget dapat dilihat pada Tabel 4.2, baik pada jaringan triple-stage splitter dan double-stage splitter menggunakan perangkat OLT yang sama, bit rate yang digunakan juga sama untuk masing-masing link (downstream dan upstream) serta menggunakan line coding yang sama yaitu NRZ sehingga untuk parameter rise time budget telah memenuhi persyaratan tsys ≤ tr.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan yaitu analisis perhitungan dengan persamaan matematis serta analisis simulasi dengan Optisystem, dan juga pengukuran di lapangan yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan OPM di ONT user didapatkan perbandingan hasil sebagai berikut.

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai Prx berdasarkan pengukuran di lapangan dengan menggunakan OPM di sisi ONT user, perhitungan matematis, dan pengukuran simulasi. Untuk pengukuran simulasi tersebut belum diakumulasikan dengan nilai safety margin yaitu sebesar 3 dB,

sehingga apa bila diakumulasikan dengan nilai safety margin akan memiliki nilai

Parameter Nilai

Satuan Downstream Upstream

tsys 0,254 0,256 ns

tr 0,258 0,56 ns

Parameter Pengukuran di lapangan

Perhitungan Matematis Pengukuran Simulasi

DOWNSTREAM UPSTREAM DOWNSTREAM UPSTREAM

Ptx (dBm) 3,2 3,2 2,97 3,2 2,97

Prx (dBm) 1 -34,83 -33,23 -33,31 -28,642 -30,543

Prx (dBm) 2 -33,96 -33,23 -33,31 -28,642 -30,543

Prx (dBm) 3 -30,68 -33,23 -33,31 -28,642 -30,543

(20)

-31,642 dBm untuk pengukuran simulasi link downstream dan -33,543 dBm untuk pengukuran simulasi link upstream. Berdasarkan Tabel 4.3, didapatkan nilai Prx lebih kecil daripada nilai minimum daya sensitifitas detektor ONT sebesar -28 dBm sehingga jaringan triple-stage splitter tidak layak untuk beroperasi.

Perbedaan nilai Prx berdasarkan pengukuran di lapangan, perhitungan matematis, dan pengukuran simulasi dengan Optisystem dapat dilihat pada Tabel 4.4. Untuk nilai pengukuran simulasi yang ada pada Tabel 4.4 di atas belum diakumulasikan dengan safety margin yang sesuai dengan spesifikasi standar PT.

Netciti Persada yaitu sebesar 3 dB, sehingga nilai pengukuran simulasi yang sudah diakumulasikan dengan safety margin tersebut adalah -25,251 dBm untuk link downstream dan -25,634 dBm untuk link upstream. Nilai Prx memenuhi persyaratan Prx ≥ minimum daya sensitifias detektor ONT yaitu sebesar -28 dBm.

Sehingga jaringan double-stage splitter tersebut layak untuk beroperasi. Perbedaan yang terjadi antara pengukuran matematis dengan pengukuran simulasi yang telah diakumulasikan dengan safety margin adalah sebesar 0,319% untuk link downstream dan 0,086% untuk link upstream hal ini membuktikan desain jaringan komunikasi fiber optik double-stage splitter layak beroperasi dan mendekati ideal.

Parameter Pengukuran di lapangan

Perhitungan Matematis Pengukuran Simulasi

DOWNSTREAM UPSTREAM DOWNSTREAM UPSTREAM

Ptx (dBm) 3,2 3,2 2,97 3,2 2,97

Prx (dBm) 1 -25,00 -25,57 -25,72 -22,251 -22,634

Prx (dBm) 2 -26,48 -25,57 -25,72 -22,251 -22,634

Prx (dBm) 3 -25,79 -25,57 -25,72 -22,251 -22,634

Tabel 4.4 Perbandingan Pengukuran Prx Jaringan Double-Stage Splitter

Gambar

Gambar 4.1 Single Line Diagram Jaringan dengan Triple-stage Splitter
Tabel 4.1 Spesifikasi perangkat untuk perhitungan rise time budget
Gambar 4.2 Hasil Desain Ulang Single Line Diagram Jaringan dengan Double-stage Splitter
Gambar 4.3 Konfigurasi Jaringan Triple-Stage Splitter  Simulasi Link Downstream pada Optisystem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik secara individu, berpasangan, dan atau kelompok melakukan hasil rancangan pola penyerangan dan pertahanan beladiri pencak silat yang disusun

“Penerapan Knowledge Management System (KMS) Pada PT Y-Tec Autoparts Indonesia Bagian Quality Control Dengan Menggunakan Seci Model” adalah cara untuk melakukan transfer

Dari pembahasan dan analisis yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu pada perlakuan panas dengan tanpa perlakuan panas dengan temperatur yang

Ketika program di run angka muncul tampilan untuk memasukan angka , masukan angka 10 seperti contoh diatas , program akan otomatis menampilkan hasil perkalian dari

ada kepastian, baik bagi petugas pajak maupun semua wajib pajak dan seluruh masyarakat (Rosdiana dan Tarigan, 2005, p. Asas kepastian antara lain mencakup kepastian

Sinarmas Multifinance Cabang Bima dan umumnya pada organisasi atau perusahan agar dapat membantu karyawan dalam mengatasi stres kerja, karena kalao karyawan mengalami

tersedianya pakan yang cukup maka ratu lebah akan lebih banyak menghasilkan telor dan lebah pekerja juga lebih giat membuat sarang baru.  Menyiapkan calon Ratu untuk ditempatkan

RIPLAY-UMUM/BT1/12.2020/V1 PT Asuransi Jiwa Sequis Life terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan serta keterangan lainnya yang berhubungan dengan Pertanggungan ini