• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2014: 78-83

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2014: 78-83"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGARUH SESAR CIMANDIRI TERHADAP MORFOLOGI DAERAH PADALARANG

Iyan Haryanto1), Edy Sunardi2)

1)Laboratorium Geodinamik, Fakultas Teknik Geologi – Universitas Padjadjaran

2)Laboratorium Sedimentologi dan Geologi Kuarter, Fakultas Teknik Geologi – Universitas Padjadjaran

ABSTRACT

Cimandiri Fault is a regional fault that stretching from Pelabuhanratu (Sukabumi) to end up in the complex area of Mt. Tangkubanprahu – Mt. Burangrang (Subang - Northward of Bandung). Regional fault has been widely studied, but there are differences of opinion, especially regarding the type of shift.

This study aimed to examine all aspects relating to Cimandiri Fault, especially along the segment Tagokapu-Cibogo (Padalarang-Citatah), so that can be known about the type of the fault. Steps and methods of research, among others, to analyze the landscape through satelite image, make observations, descriptions and measurement of geological structure elements, data processing by program using "dip" and "Paleostress" softwares. Cimandiri fault lines along the segment Tagokapu- Cibogo, can be recognized from various aspects, among others, from the aspect of geomorphology characterized by differences in the shape and elevation of the hills; from stratigraphical aspects there are contact between rock formations of different ages; from fold structure aspects there are found standing upright rock layers; and from the aspect of fault outcrop, there were indications that the fault is generally associated with horizontal fault. From the results of the analysis showed that the lineament of Cimandiri Fault along Tagokapu-Cibogo segment, controlled by a reverse fault and normal faults that formed in different tectonic period.

Keywords geomorphology, elevation, lineament, folds, faults, stratigraphy.

ABSTRAK

Sesar Cimandiri merupakan sesar regional yang membentang mulai dari Pelabuhanratu (Sukabumi) hingga berakhir di daerah kompleks Gunung Tanggubanprahu-Gunung Burangrang (Subang-Bandung Utara). Walaupun sesar regional ini telah banyak diteliti, namun masih terdapat perbedaan pendapat tertutama mengenai jenis pergeserannya. Sesar Cimandiri merupakan sesar regional yang membentang mulai dari Pelabuhanratu (Sukabumi) hingga berakhir di daerah kompleks Gunung Tanggubanprahu- Gunung Burangrang (Subang-Bandung Utara). Walaupun sesar regional ini telah banyak diteliti, namun masih terdapat perbedaan pendapat terutama mengenai jenis pergeserannya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan Sesar Cimandiri terutama sepanjang segmen Tagokapu-Cibogo (Padalarang-Citatah, sehingga dapat diketahui mengenai jenis dari sesar tersebut. Langkah dan metoda penelitian antara lain menganalisis bentang alam melalui citra indraja, melakukan pengamatan, deskrispsi dan pengukuran unsur-unsur strkutur geologi, pengolahan data dengan mempergunakan program perangkat lunat “dip” dan “Paleostress”. Jalur sesar Cimandiri di sepanjang segmen Tagokapu-Cibogo, dapat dikenali dari berbagai aspek, antara lain dari aspek geomorfologi ditandai dengan adanya perbedaaan bentuk dan elevasi perbukitan; dari aspek stratigrafinya terdapat kontak antar formasi batuan yang berbeda umur; dari aspek struktur lipatan ditemukan kedudukan lapisan batuan yang tegak; dan dari aspek singkapan sesarnya ditemukan indikasi patahan yang umumnya berhubungan dengan sesar mendatar. Dari hasil analisis menunjukan bahwa kelurusan Sesar Cimandiri di sepanjang segmen Tagokapu-Cibogo, dikontrol oleh sesar naik dan sesar normal yang terbentuk pada periode tektonik yang berlainan.

Kata kunci: geomorfologi, elevasi, kelurusan, lipatan, sesar, stratigrafi.

PENDAHULUAN

Sesar Cimandiri merupakan sesar regional yang membentang mulai dari Pelabuhanratu (Sukabumi) hingga berakhir di daerah kompleks Gunung Tanggubanprahu-Gunung Burangrang (Subang-Bandung Utara) (van Bemmelen, 1949). Walaupun sesar regional ini telah banyak diteliti, na- mun masih terdapat perbedaan pen-

dapat terutama mengenai jenis per- geserannya.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk

mempelajari segala aspek yang ber-

hubungan dengan Sesar Cimandiri

terutama sepanjang segmen Tagok-

apu-Cibogo (Padalarang-Citatah, se-

hingga dapat diketahui mengenai je-

(3)

nis dari sesar tersebut. Langkah dan metoda penelitian antara lain meng- analisis bentang alam melalui citra indraja, melakukan pengamatan, deskrispsi dan pengukuran unsur- unsur strkutur geologi, pengolahan data struktur dengan mempergu- nakan program “dip” dan “Paleo- stress”.

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Morfologi dan Stratigrafi Melalui DEM dapat dilihat dengan jelas suatu bentuk kelurusan perbu- kitan yang membentang mulai dari Teluk Pelabuhan Ratu hingga menca- pai komplek Gunungapi Burangrang dan Tanggubanprahu. (Gambar 1).

Sebagian dari jalur Sesar Cimandiri berstatus sebagai pembatas antara fisiografi Zona Bandung dengan Zona Pegunungan Selatan.

Dari data lapangan diketahui jalur pegunungan yang berada di bagian se-latan jalur Sesar Cimandiri, disu- sun oleh batuan berumur Eosen hing- ga Miosen Bawah (Formasi Bayah, Formasi Batuasih, Formasi Rajaman- dala dan Formasi Citarum; Sedangkan di bagian utaranya yang berlevasi le- bih landai berumur lebih muda, yaitu Pliosen hingga Kuarter (Gambar 2).

Kedua jalur pegunungan di atas memiliki lereng yang terjal hingga di beberapa tempat mendekati vertikal.

Lereng terjal inilah yang membatasi morfologi perbukitan dengan lembah yang berada di utaranya (Depresi Ciranjang).

Atas dasar aspek morfologinya da- pat disimpulkan bahwa kelurusan Se- sar Cimandiri dikontrol oleh sesar nor- mal, yaitu pada bagian utara merupa- kan blok yang turun dan membentuk Depresi Ciranjang, sedangkan di ba- gian selatannya merupakan blok yang naik serta membentuk rangkaian per- bukitan. Atas dasar ini maka bidang sesar normal Cimandiri miring ke arah utara. Selanjutnya dari aspek stra- tigrafi, kedudukan umur formasi batu- annya juga bersesuaian, dalam hal ini pada bagian yang naik, disusun oleh

batuan berumur tua antara lain For- masi Bayah, Formasi Batuasih, For- masi Rajamandala dan Formasi Cita- rum; sedangkan pada bagian yang turun disusun oleh Formasi Beser dan batuan volkanik Kuarter.

Aspek Struktur Lipatan

Seluruh formasi batuan sedimen Tersier yang tersingkap di sepanjang jalur sesar Cimandiri, kondisinya su- dah terlipat dengan jurus lapisan ba- tuan umumnya berarah timurlaut-ba- ratdaya (sesuai dengan jalur perbu- kitan sedimennya) dan besar sudut kemiringannya mulai dari 20° hingga mendekati 90°. Adanya perbedaan kemiringan lapisan batuan tersebut, menunjukan adanya pengaruh struk- tur sesar (Gambar 3). Beberapa lokasi yang menunjukan kedudukan lapisan batuannya dipengaruhi oleh proses pensesaran, antara lain di Sungai Ci- bogo yaitu kedudukan lapisan batuan Formasi Citarum relative tegak dan berhubungan dengan sesar naik; di daerah Citatah, ditemukan micro fold pada lapisan batulempung Formasi Batuasih yang berhubungan dengan tektonik kompresi (Gambar 3).

Di dalam zona sesar Cimandiri ( di bagian selatan jalur sesar) terbentuk struktur lipatan antiklin regional (fore limb thrust). Pada penampang utara- selatan yang memotong batuan sedi- men Paleogen, diketahui sebaran for- masi batuan yang sama tidak mene- rus, atau berubah menjadi formasi la- innya yang berbeda umur. Dengan mengkompilasi data-data structural yang ditemukan di lapangan, menun- jukan perubahan tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh sesar naik.

Atas dasar geometri struktur lipat- an, dapat disimpulkan transport tectonic adalah dari selatan ke utara.

Selanjutnya juika dikaitkan dengan

aspek stratigrafinya maka, struktur

sesar yang mempengaruhi kondisi

geologi di daerah tersebut dikontrol

oleh sesar naik yang miring ke arah

selatan.

(4)

Aspek Cermin Sesar

Banyak ditemukan cermin sesar pada tubuh batugamping Formasi Ra- jamandala. Dari hasil pengamatan dan pengukuran cermin sesar, diketa- hui sesar mendatar yang paling ba- nyak ditemukan, sedangkan jenis se- sar lainnya relative sedikit. Bidang cermin sesar mendatar, umumnya berarah baratlaut-tenggara dan utara- selatan. Dengan demikian sesar men- datar di lokasi ini bukan sebagai sesar utama (sesar Cimandiri), melainkan sebagai sesar sekunder yang terben- tuk bersamaan dengan pembentukan struktur lipatan anjakan. Dikaitkan dengan aspek morfologinya, tidak di- temukan kelurusan struktur regional yang arahnya sesuai dengan bidang cermin sesar mendatar (baratlaut- tenggara dan utara-selatan). Selan- jutnya Cermin sesar dengan pergeser- an vertikal ditemukan sejajar dengan jurus lapisan batuan. Dengan meng- gunakan konsep triaxial stress, dapat dsisimpulkan cermin sesar tersebut berhubungan dengan sesar naik.

Analisis Struktur

Hubungan stratigrafi Formasi Ba- yah (Eosen Atas) hingga Formasi Cita- rum (Miosen Tengah) adalah selaras (martodjojo, 1984). Seluruh formasi tersebut mengalami tektonik kompresi pada umur yang lebih muda dari se- luruh formasi tersebut, yaitu setelah Miosen Tengah. Dikaitkan dengan stratigrafi regional Jawa Bagian Barat, mulai dari umur Eosen Atas hingga Pliosen, hubungan stratigrafinya juga selaras, hanya pada daerah tertentu (lokal) memiliki hubungan yang tidak selaras. Atas dasar aspek stratigrafi dan deformasi batuannya, maka di- simpulkan struktur lipatan dan sesar naik (termasuk di dalamnya Sesar Cimandiri) terbentuk pada periode tektonik Akhir Tersier atau Plio- Plistosen.

Masih pada periode tektonik yang sama, sewaktu terbentuknya struktur lipatan dan sesar naik Cimandiri (ba-

gian dari struktur lipatan-anjakan Jawa), diikuti oleh pergeseran secara lateral (sesar mendatar). Terben- tuknya sesar mendatar di lokasi ini, disebabkan adanya perbedaan kece- patan gerak lateral di setiap segmen- nya. Fenomena seperti ini dikenal sebagai tear fault.

Tektonik kompresi yang berlang- sung pada Akhir Tersier secara ber- angsur menurun, sehingga terjadi proses kesetimbangan. Proses tekto- nik ini menghasilkan sesar normal, terutama pada daerah dengan inten- sitas retakan yang tinggi, yaitu di sekitar zona sesar naik Cimandiri dan puncak dari antiklin regional (Gambar 4).

KESIMPULAN

Kelurusan Sesar Cimandiri dikon- trol oleh sesar naik dan sesar nor- mal

Sesar naik terbentuk terlebih da- hulu diikuti oleh sesar mendatar dan sesar normal

Sesar mendatar merupakan sesar sekunder yang tidak mengontrol kelurusan Sesar Cimandiri

Seluruh struktur sesar terbentuk pada periode tektonik yang sama yaitu Akhir Tersier atau Plio- Plistosen.

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, I., 2014. Evolusi Tektonik Pulau Jawa Bagian Barat Selama Kurun Waktu Kenozoikum. Tesis Doktor, Pasca Sarjana UNPAD.

(Tidak dipublikasikan).

Martodjojo, S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor, Jawa Barat, Tesis Doktor, Pasca Sarjana ITB.

(Tidak dipublikasikan).

van Bemmelen, R. W. 1949. The Geology of Indonesia vol. IA : General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, (second edition 1970 – reprint), Martinus Nijhoff, The Hague.

(5)

Gambar 1.

Zona sesar Cimandiri diekspresikan dengan adanya bentuk kelurusan perbukitan dan lembah yang membujur dengan arah barat-timur (Segmen Cimandiri) hingga timurlaut-baratdaya (Segmen Rajamandala).

Gambar 2.

Stratigrafi di sepanjang kelurusan sesar Cimandiri (Haryanto, 2014;

dimodifikasi)

(6)

Gambar 3.

Data lapangan menunjukan adanya proses pensesaran (Foto oleh

Haryanto).

(7)

Gambar 4. Penampang struktur utara-selatan menggambarkan

kedudukan dan jenis sesar Cimandiri segemen tagokapu-Cibogo

(Haryanto, 2014).

Gambar

Gambar 4. Penampang struktur utara-selatan menggambarkan  kedudukan dan jenis sesar Cimandiri segemen tagokapu-Cibogo  (Haryanto, 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Nilai TDS tertinggi yang tercatat di daerah telitian sebesar 190 mg/L, tidak melebihi 500 mg/L, sehingga secara keseluruhan kondisi titik pengamatan termasuk kedalam

Judul Tahun Level Peneliti Deskripsi Penelitian Rancang Bangun Sistem Pengendalian Robot. Mobil dengan Wireless

Jika sekiranya kedua belah pihak tidak sepakat, jual beli (akad) dinyatakan tidak sah. Seperti jika si penjual mengatakan: ” Saya jual kepadamu baju ini seharga lima ribu”, dan

Sebagai media online di Kota Semarang, website magazine “Pranala” membuka kolom iklan kepada siapa saja yang ingin bekerja sama untuk mengiklankan produk atau jasa mereka

Langkah pertama untuk mendapatkan sertifikasi CBIB yaitu mengirimkan surat permohonan Sertifikasi CBIB kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya dengan melampirkan Surat

Jika tanah berada pada kondisi kering atau kadar air rendah, nilai dayadukung tanah akan relatif besar, sementara pada kondisi tanah basah, kadar airtanah

"How Far Have We Moved Toward the Integration of Theory and Practice in Self-Regulation?", Educational Psychology Review,

Salah satu pendapatan asli daerah yang berasal dari daerah sendiri adalah retribusi daerah, menurut Undang-undang Republik Indonesia, Nomor :28 Tahun 2009, menyatakan bahwa