• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Ratun Tanaman Padi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Ratun Tanaman Padi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ratun Tanaman Padi

Ratun tanaman padi merupakan tunas yang tumbuh dari tunggul batang yang telah dipanen dan menghasilkan anakan baru hingga dapat dipanen (Krishnamurthy 1988). Praktek budidaya tanaman padi-ratun telah lama dilakukan petani di daerah tropis dan di daerah beriklim sedang (Gardner et al.

1991). Di Indonesia, budidaya ini banyak dilakukan untuk padi lokal yang berumur panjang. Hasil ratun sering disebut sebagai padi singgang atau turiang.

Padi lokal yang berumur panjang, setelah panen tanaman utama, akan dibiarkan oleh petani hingga musim tanam tahun berikutnya. Dalam periode tersebut petani akan memanen ratun dalam waktu sekitar setengah dari periode tanaman utama, dengan produksi berkisar antara 40-60% dari panen tanaman utamanya (Vergara et al. 1988). Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan ratun

antara lain : (a) biaya produksi lebih rendah karena tidak perlu pengolahan tanah dan penanaman ulang, (b) pupuk yang dibutuhkan lebih sedikit, yaitu setengah dari dosis yang diberikan pada tanaman utama, (c) umur panen lebih pendek, dan (d) hasil yang diperoleh dapat memberikan tambahan produksi dan meningkatkan produktivitas (Krishnamurthy 1988; Nair dan Rosamma 2002).

Kemampuan tanaman padi menghasilkan ratun dapat ditentukan oleh sifat genetik dan lingkungan, seperti ketersediaan air, tingkat kesuburan tanah, sinar matahari, suhu, dan keadaan hama dan penyakit tanaman (Mahadevappa 1988).

Secara genetik, setiap jenis padi memiliki kemampuan menghasilkan ratun yang

berbeda-beda. Beberapa varietas padi dilaporkan menghasilkan ratun antara 1.4-

3.8 t/ha. Varietas-varietas tersebut adalah IR8 menghasilkan ratun 1.4 t/h di India

(Mahadevappa dan Yogeesha 1988), IR 29 menghasilkan ratun 3.8 t/ha di China,

IR28 dan IR 42 masing-masing menghasilkan ratun 2.1 t/ha dan 2.9 t/ha di

Filipina (Krishnamurthy 1988). Padi hibrida jenis Ai You 4 menghasilkan ratun

lebih tinggi yaitu 5.0-5.8 t/ha di China (Anonim 2006). Dari evaluasi yang

dilakukan terhadap 57 padi hibrida, diketahui hibrida IR19677-34-2-2-3-3A/IR36

merupakan hibrida yang mampu menghasilkan ratun tertinggi di Filipina

(Chauhan 1988).

(2)

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan menghasikan ratun adalah panjang pemotongan, pemupukan dan pengelolaan air. Panjang pemotongan dapat mempengaruhi jumlah anakan, periode pertumbuhan, vigor ratun dan hasil biji (De Datta dan Bernasor 1988). Pada beberapa genotipe, ratun tumbuh dari ruas yang lebih tinggi, sedang ratun yang tumbuh dari ruas yang rendah atau dekat dengan tanah lebih banyak yang mati daripada yang bertahan hidup. Ditemukan juga ratun tumbuh dari setiap buku yang terdapat pada tunggul.

Pemotongan yang lebih tinggi atau jika tanaman utamanya masih tertinggal 2-3 ruas (15-20 cm), dapat mendorong pertumbuhan tunas ratun lebih baik, dan menekan kehilangan hasil (Vergara et al. 1988).

Pupuk merupakan salah satu input yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil ratun. Beberapa studi membuktikan bahwa pertumbuhan ratun sangat tergantung pada komposisi, waktu pemberian dan tingkat dosis pupuk yang diberikan pada tanaman utama dan tanaman ratun, terutama pupuk N.

Pupuk N secara nyata berpengaruh terhadap penampilan tanaman ratun, meningkatkan rumpun dan hasil ratun (McCauley et al. 2006). Di Louisiana USA hasil ratun meningkat, jika N diaplikasikan sebanyak 34-41 kg pada saat 15 hari sebelum panen tanaman utama, dan sebanyak 13.6-20.4 kg N pada saat 15 hari setelah panen (Jason 2005). Pemberian N pada tanaman utama saat 14 hari sebelum panen meningkatkan hasil ratun 10%, tetapi menurunkan hasil tanaman utama (Vergara et al. 1988). Padi hibrida yang dipupuk dengan dosis 96-125 kg N/ha menghasilkan ratun 5.0-5.6 t/ha (Charoen 2003).

Menurut Dobermann dan Fairhurst (2000), unsur N bagi tanaman

merupakan unsur penyusun asam amino, asam nukleat, dan klorofil yang bagi

tanaman padi sawah dapat mempercepat pertumbuhan (pertambahan tinggi dan

jumlah anakan) dan meningkatkan ukuran daun, jumlah gabah per malai,

persentase gabah isi dan kandungan protein gabah. Dengan demikian, unsur N

berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, seluruh komponen hasil dan

hasil padi sawah. Menurut Witt (1999), pada kondisi normal produksi biomassa

padi sangat ditentukan oleh suplai unsur hara N. Kebutuhan unsur hara makro P

dan K pada padi sawah sangat tergantung pada suplai unsur hara N. Menurut

Harada dan Yamazaki (1993), pertumbuhan akar padi sawah yang mendapat

(3)

perlakuan pemupukan N jauh lebih berkembang dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan N. Sebaliknya penggunaan pupuk lain, yaitu P dan K dilaporkan tidak banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan ratun. Di Taiwan P dan K tidak berpengaruh terhadap hasil ratun, dan di Texas P dan K yang diaplikasikan pada tanaman ratun tidak berpengaruh jika tanaman utama menerima cukup pupuk tersebut (McCauley et al. 2006).

Pengelolaan air sebelum dan sesudah panen tanaman utama dapat mempengaruhi kemampuan ratun. Secara normal hanya sekitar 60% air yang diperlukan untuk tanaman utama, tetapi ketersediaan air setelah panen sangat penting untuk keberhasilan ratun. Penggenangan selama beberapa hari setelah panen tanaman utama mendorong pertumbuhan ratun dan meningkatkan jumlah malai (McCauley et al. 2006). Waktu penggenangan dan panjang pemotongan dapat mempengaruhi hasil ratun. Penggenangan yang dimulai 4-6 hari setelah panen dengan panjang pemotongan yang lebih rendah, mendapatkan ratun yang lebih baik dibandingkan penggenangan yang dilakukan 1 hari setelah panen dengan panjang pemotongan yanhg sama. Banyak anakan yang mati ketika digenangi 5 cm pada panjang pemotongan tepat di atas permukaan tanah. Di India dan Taiwan, adanya irigasi pada tanaman ratun menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan yang non irigasi (De Datta dan Bernasor 1988).

Fisiologi untuk Meningkatkan Produktivitas Padi - Ratun

Proses fisiologi meliputi semua peristiwa di dalam tubuh tumbuhan. Dua proses terpenting yang terjadi pada semua tanaman tingkat tinggi adalah fotosintesis dan respirasi. Secara sederhana proses fotosintesis adalah proses pembentukan fotosintat oleh tumbuhan hijau, sedangkan respirasi adalah proses pemanfaatan fotosintat. Secara teori, untuk meningkatkan hasil tanaman, maka fotosintesis harus dimaksimalkan sedangkan respirasi harus diminimalkan (Sharma-Natu dan Ghildiyal 2005).

Sinar matahari atau cahaya sangat berperan dalam proses fotosintesis. Dari

semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang yang berada

pada kisaran cahaya tampak (400-700 nm) yang dimanfaatkan tumbuhan untuk

proses fotosintesis. Dalam fotosintesis terdapat dua tahap utama, yaitu reaksi

terang dan reaksi gelap. Reaksi terang terjadi pada grana (granum), dimana energi

(4)

radiasi diabsorbsi dan digunakan untuk mengkonversi energi cahaya menjadi energi kimia, sehingga menghasilkan senyawa berenergi tinggi yaitu ATP dan NADPH. Pada reaksi gelap, senyawa berenergi tinggi (ATP dan NADPH) yang diperoleh dari reaksi terang dimanfaatkan untuk menambat dan mengubah CO

2

menjadi karbohidrat (Taiz dan Zeiger 2002).

Tanaman padi yang tergolong tanaman C3, menggunakan ATP dari fotofosforilasi untuk mengubah ribulose-5-phosphat menjadi RuBP (ribulose 1,5 bisphosphate) yang berfungsi untuk menangkap CO

2

atmosfer. Siklus photosynthetic carbon reduction (PCR) terdiri atas karboksilasi, reduksi dan

regenerasi. Reaksi karboksilasi menghasilkan 3-phosphoglycerate (3-PGA).

Reaksi ini dikatalis oleh enzim ribulose bisphosphate carboxylase oxygenase (Rubisco), yaitu enzim kunci dalam fotosintesis dan merupakan protein daun yang sangat berlimpah. ATP dan NADPH hasil reaksi terang, digunakan untuk mengubah 3-PGA menjadi glukosa dan senyawa organik lainnya. Keseluruhan proses ini disebut siklus Calvin yang berlangsung di sel mesofil (Taiz dan Zeiger 2002; Makino et al. 2000). Total energi yang masuk dan tersimpan dalam sistem tanaman padi tergantung laju fotosintesis per unit area dan luas bagian tanaman yang menerima cahaya (Long et al. 2006).

Strategi peningkatan produksi tanaman padi umumnya dirancang untuk memaksimalkan penyerapan cahaya dan meningkatkan penggunaan cahaya. Hal ini dapat ditentukan antara lain oleh : (a) umur tanaman, terutama yang berhubungan dengan daya vigor yang lebih panjang (setelah antesis), (b) bentuk kanopi, (c) kondisi daun, dan (d) kandungan pigmen fotosintesis. Kemampuan memperpanjang umur dan mempertahankan kehijauan daun, akan meningkatkan laju fotosintesis tanaman dan produksi biomassa (Long et al. 2006). Dalam hubungannya struktur kanopi, padi dengan sudut daun lebih tegak akan memiliki potensi produksi lebih tinggi dibandingkan yang bersudut daun datar (Long et al.

2006). Selain itu saat cahaya matahari penuh, fotosintesis pada bagian atas kanopi

yang tegak akan terjadi secara langsung dan cepat, sehingga jumlah pati yang

terbentuk tinggi dan dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan butir pati di

kloroplas, serta di batang dan kortek untuk pertumbuhan berikutnya (Murchie et

al. 2002).

(5)

Kondisi tanaman setelah panen tanaman utama menunjukkan bahwa kelebihan asimilat yang tersusun dalam bentuk karbohidrat, lipid, dan protein, akan dimanfaatkan tanaman sebagai cadangan makanan dan sebagian akan ditranslokasikan ke daerah pemanfaatan vegetatif. Akar dan batang pada tunggul adalah bagian pemanfaatan hasil fotosintesis selama pertumbuhan ratun. Proporsi sisa hasil fotosintesis yang dimanfaatkan akar dan batang mempengaruhi pertumbuhan anakan ratun yang akan muncul dari tunggul (Gardner et al. 1991).

Jika asimilat tersedia cukup, dan tingkat kesuburan batang dapat dipertahankan, maka tunas ratun dapat muncul antara hari kedua hingga hari kesepuluh setelah panen tanaman utama (De Datta dan Bernasor 1988 ; Charoen 2003). Penundaan penuaan daun dapat meningkatkan karbohidrat tunggul tanaman utama, dan perkembangan ratun menjadi lebih baik (Vergara et al. 1988; McCauley et al.

2006). Jumlah anakan ratun menjadi lebih banyak pada konsentrasi karbohidrat yang tinggi saat panen (Vergara et al. 1988).

Ratun Padi di Lahan Pasang Surut

Di lahan pasang surut, kebiasaan sebagian besar petani meratun cukup populer. Walaupun awalnya hanya dilakukan terhadap padi lokal, dengan berubahnya pola tanam menjadi padi unggul-padi lokal, kebanyakan petani tetap membiarkan bekas pertanaman setelah panen, baik panen padi lokal maupun panen padi unggul, sampai panen ratun dilakukan; baru mengolah tanah untuk tanam berikutnya.

Pengamatan terhadap pola tanam padi dua kali setahun yang mulai

berkembang di lahan pasang surut, terdapat dua istilah yang berhubungan dengan

musim tanam, yang sering disebut “Asep dan Okmar” yang diartikan sebagai

musim tanam I dari bulan April hingga September dengan menaman padi unggul

dan musim tanam II dari bulan Oktober hingga Maret, petani sering menanam

padi lokal. Dalam dua musim, pola yang dilakukan petani adalah : jika petani

sudah selesai menaman padi unggul pada awal bulan April, maka panen dapat

dilakukan pada pertengahan bulan Juli. Dengan alasan belum turun hujan maka

bekas-bekas panen dibiarkan hingga menjelang musim tanam II datang, yaitu

bulan Oktober. Dalam periode itu petani akan memanen ratun sekali yaitu pada

(6)

bulan Agustus hingga pertengahan September. Jadi periode pertumbuhan dan panen ratun adalah Juli – September.

Periode pertanaman padi lokal yang cukup panjang dilakukan beriringan dengan pertanaman padi unggul. Lahan-lahan yang ditanami varietas unggul pada bagian pinggir disisakan sekitar 2 meter hingga batas galengan. Lahan sempit ini digunakan untuk melakukan penugalan (yaitu persemaian benih padi lokal dengan cara menaman benih dalam jumlah cukup banyak ke dalam lubang sedalam sekitar 5-10 cm). Lama tugalan 30-45 hari (umumnya dilakukan pada pertengahan bulan Mei). Selanjutnya bibit dari tugalan tersebut dipindahkan dengan cara menanam kembali sebanyak 3-4 bibit per lubang, yang disebut ampak (umumnya dibiarkan selama 25-35 hari, dan dilakukan pada pertengahan bulan Juni) hingga anakan per rumpun cukup banyak. Beriringan dengan panen padi unggul maka sebagian anakan dari ampak dipisah kembali dan ditanam menjadi anakan lacakan pada seperempat areal yang akan diusahakan. Ini berlangsung selama 70-85 hari. Kemudian bibit lacakan ditanam pada areal tanam sebagai pertanaman MT II yang dimulai pada bulan Oktober (Syafaat et al. 1997).

Sebagian petani ada yang membiarkan lacakan sekaligus pertanaman MT II pada areal yang diusahakan atau tanpa mengalami pemisahan anakan kembali dan langsung ditanam di areal pertanaman yang luas. Jadi pertanaman pada MT II anakan yang ditanam sudah berbatang kokoh dan agak tinggi. Pada bulan Oktober, tanaman padi akan mengalami genangan beberapa centimeter dalam waktu yang cukup lama (periode pasang), dan ketika air kering (periode surut), maka padi akan mulai memasuki fase reproduktif, dan akan panen pada bulan Pebruari.

Petani akan membiarkan ratun hingga dapat dipanen pada akhir bulan Maret

atau April, sambil menyiapkan lahan musim berikutnya. Dalam budidaya ratun,

petani umumnya hanya membiarkan tanaman ratun tumbuh apa adanya, tanpa

memupuk atau melakukan pemeliharaan lainnya, sehingga produksi rendah dan

kadang-kadang sebagian besar hampa. Produksi yang diperoleh berkisar antara

0.5-1.0 t/ha tergantung varietas yang ditanam dan kondisi lahan setelah panen,

seperti kelembaban tanah atau ketersediaan air setelah panen tanaman utama

(Hadrani, komunikasi pribadi 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 1 juga dapat diketahui tingkat keuntungan atau rente optimal yang dapat diperoleh sebesar Rp 107.074,11 juta per tahun pada kondisi pengelolaan sole owner atau maximum

Pada pasien yang mengalami kehilangan gigi, dapat dilakukan perawatan restoratif untuk menggantikan gigi yang hilang dengan gigi tiruan Salah satu bahan yang saat ini mulai

Reduktor adalah 6at (an' mereduksi 6al lain dalam suatu reaksi redoks+ dan 6at itu sendiri men'alami oksidasi. ksidator adalah 6at (an' men'oksidasi 6at lain dalam suatu

Prosiding Pertemuan Ilmiah (PI) ke XXXI Himpunan Fisika Indonesia (HFI) Jateng & DIY ini berisikan makalah- makalah yang disajikan dalam Pertemuan dan

Dengan Peraturan Daerah ini ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Bondowoso sebagai daerah otonom dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah tanggal 17

DAFTAR NAMA MAHASISWA PRODI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS 'AISYIYAH YOGYAKARTA Pembimbing Akademik : Rusminingsih, S.ST.,

Luar kawasan taman nasional merupakan kawasan zona penyangga (buffer zone) yang dikelola Perum Perhutani yang difungsikan sebagai kawasan hutan produksi,

A survey was conducted in Peninsular Malaysia where 1,355 respondents were interviewed using structured questionnaires to gather important information on their perception and