• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Jurnal Prosto Revisi Ok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Jurnal Prosto Revisi Ok"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN ZIRKONIA SEBAGAI BAHAN PENGGANTI RESIN AKRILIK PADA KASUS GIGI

TIRUAN LENGKAP ABRASIF

Joanne M. Livaditis, Gus J. Livaditis

Reviewer

Arif Rachman D.

1

, Farah Addina Z.

1

, Affan Wirutomo

1

, Prabani Putri P.

1

, Aris Aji Kurniawan

2 1. Mahasiswa profesi dokter gigi Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman.

2. Bagian Ilmu Prostodonsia Jurusan Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Abstrak

Pendahaluan Tujuan utama perawatan kedokteran gigi pada pasien adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pada pasien yang mengalami kehilangan gigi, dapat dilakukan perawatan restoratif untuk menggantikan gigi yang hilang dengan gigi tiruan Salah satu bahan yang saat ini mulai digunakan adalah zirkonia. Zirkonia merupakan suatu kristal dioksida dari zirkonium. Zirkonium memiliki sifat metal yang sangat kuat dan memiliki kriteria secara kekuatan fisik dan kimia mirip dengan bahan titanium. Zirkonia yang memiliki ketahanan yang kuat juga dapat bertahan pada kondisi beban kunyah yang berat. Perawatan pada gigi tiruan yang mengalami abrasif akibat konsumsi makanan keras adalah dengan mengehentikan kebiasaan pasien konsumsi makanan yang keras. Laporan kasusSeorang pasien 50 tahun dengan 13,5 bulan memakai gigi tiruan penuh dirujuk untuk dilakukan evaluasi dan pengobatan. Gigi tiruan bagian anterior berkontak tapi pemakain ekstrim terjadi pada bagian posterior, dengan tingkat pengikisan sisi kiri lebih tinggi dari sisi kanan. Oklusal dimensi vertikal pasien (OVD) dipertahankan oleh gigi anterior, tidak menunjukkan abrasi pada gigi anterior. Tingkat abrasi paling parah terjadi pada gigi posterior mengakibatkan pengikisan 5 sampai 7 mm ruang interoklusal. Abrasi terjadi pada basis gigi tiruan rahang atas yang berlubang dengan pembukaan sekitar 7 × 20 mm. gigi tiruan pasien sebelumnya juga mengalami kasus serupa berupa abrasi selama pemakaian 27 bulan.Kesimpulan Penggunaan zirkonia dipadukan dengan basis gigi tiruan resin akrilik merupakan hal yang baru dicoba lakukan di bidang prostodonsia. Bahan zirkonia biasanya digunakan dengan keseluruhan alat berbahan zirkonia. Dengan adanya eksperimen menggunakan paduan bahan zirkonia dengan resin akrilik diharapkan akan memberikan pilihan alternatif baru pada perawatan prostodonsia. Keyword: abrasi, zirkoni, gigi tiruan lengkap

Pendahuluan

Pasien dengan kondisi kehilangan gigi, dapat dilakukan perawatan restoratif untuk menggantikan gigi yang hilang. Salah satu perawatan yang dapat dilakukan adalah gigi tiruan. Semakin berkembangnya jaman, kualitas dari bahan yang digunakan untuk membuat gigi tiruan semakin menyita perhatian dari dokter gigi dan pekerja laboratorium gigi agar gigi tiruan yang digunakan dapat bertahan lama bahkan sampai puluhan tahun.1

Gigi tiruan penuh pun dapat mengalami abrasi. Penyebab paling sering terjadinya abrasi adalah penggunaan sikat gigi yang salah dan dipadukan dengan bahan cleanser yang abrasif. Penyebab lain dari abrasi salah satunya adalah makanan yang keras. Makanan keras akan meningkatkan kinerja pengunyahan dan akan mengikis permukaan gigi. Lesi abrasif akibat makanan akan tergantung pada gigi yang paling sering digunakan. Bila yang digunakan gigi posterior, maka lesi abrasi di gigi posterior akan berbentuk datar pada bagian oklusal.2

Perawatan pada gigi tiruan yang mengalami abrasif akibat konsumsi makanan keras adalah dengan mengehentikan kebiasaan pasien konsumsi makanan yang keras. Apabila gigi tiruan ingin diperbaiki, perawatan yang dapat dilakukan tergantung pada tingkat keparahan dan perluasan abrasinya. Jika abrasi hanya terlokalisasi pada satu bagian dapat dilakukan perbaikan anasir gigi yang terkena saja.3 Perbaikan gigi tiruan dapat dilakukan

dengan memperbaiki anasir gigi dengan bahan yang lebih kuat. Salah satu bahan yang tahan abrasif dan saat ini mulai digunakan adalah zirkonia.4

Zirkonia merupakan suatu kristal dioksida dari zirkonium. Zirkonia ini memiliki karakteristik seperti biokompatibilitas yang baik, memiliki tingkat kekerasan yang tinggi, warna yang dimiliki lebih estetis bila dibandingkan dengan porselen, dan fleksural yang tinggi. Dalam dunia kedokteran gigi, zirkonia ini sering dipakai pada beberapa bidang, khususnya bidang prostodonsia. Dalam bidang prostodonsia, zirkonia banyak digunakan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan (bridge) dan implant.4

(2)

Zirkonia memiliki sifat estetis yang baik, sifat biokompabilitas yang baik, dan memiliki toksisitas yang rendah. Zirkonia juga memiliki sifat daya tahan kimia yang kuat, tahan abrasi, tahan korosi, tidak menghantarkan listrik, konduktifitas termal rendah dan kekuatan termal lebih baik dari pada alumnia.4,5

yang memiliki ketahanan yang kuat juga dapat bertahan pada kondisi beban kunyah yang berat. Zirkonia telah terbukti dapat bertahan pada kondisi-kondisi pasien yang mengalami tekanan pengunyahan yang berat atau adanya trauma ksternal.5

Tujuan dari penulisan jurnal ini yaitu untuk mendeskripsikan penatalaksanaan gigi tiruan abrasif dengan zirkonia sebagai bahan pengganti resin akrilik.

Laporan Kasus

Seorang pasien 50 tahun dengan 13,5 bulan memakai gigi tiruan penuh dirujuk untuk dilakukan evaluasi dan pengobatan. Gigi tiruan bagian anterior berkontak tapi pemakain ekstrim terjadi pada bagian posterior, dengan tingkat pengikisan sisi kiri lebih tinggi dari sisi kanan. Oklusal dimensi vertikal pasien (OVD) dipertahankan oleh gigi anterior, tidak menunjukkan abrasi pada gigi anterior. Tingkat abrasi paling parah terjadi pada gigi posterior mengakibatkan pengikisan 5 sampai 7 mm ruang interoklusal. Abrasi terjadi pada basis gigi tiruan rahang atas yang berlubang dengan pembukaan sekitar 7 × 20 mm (Gambar 1). Dokter gigi menginformasikan bahwa gigi tiruan pasien sebelumnya juga mengalami kasus serupa berupa abrasi selama pemakaian 27 bulan. Kedua gigi tiruan penuh sebelumnya terbuat dari gigi tiruan berbasis resin. Selama konsultasi pertama, pasien memiliki banyak gigi yang diekstraksi

terlebih dahulu

sebelum gigi tiruan pertama.

Gambar 1. (A) Gigi anterior tidak mengalami abrasi dan mempertahankan OVD.(B) Abrasi gigi mengakibatkan kurangnya oklusi gigi posterior. (C) Pengunyahan lebih besar terjadi pada sisi yang disukai pasien. (D) Pengunyahan berlebuhan pada permukaan gigi yang mengakibatkan perforasi basis gigi tiruan

.Gambar 2. (A) Zirkonia dipasang pada segmen empat gigi. bentuk rongga untuk mengurangi berat gigi zirkonia. (B) Lubang diciptakan di daerah subgingiva untuk memberikan retensi ke basis gigi tiruan.

Pasien memakai gigi tiruan di malam hari dan menggunakan gigi tiruan perekat selama periode 40 bulan pemakaian gigi tiruan. Diidentifikasi tidak ada kebiasaan seperti memegang atau menggigit benda dengan gigi. Setelah meninjau dietnya, pasien mengungkapkan tidak ada kebiasaan buruk kecuali sering ngemil snack pretzel. Dia juga memiliki kebiasaan bruxing

(3)

Gambar 3. Segmen zirkonia berwarana seperti komposit untuk mencegah perubahan warna dengan resin basis gigi tiruan berwarna pink. Retensi tambahan menggunakan filler komposit.

Gambar 4. Percobaan try in dengan resin gigi tiruan gigi. Gigi posterior zirkonia yang sudah dipola dan dikontur.

Gambar 5. (A) Segmen posterior gigi tiruan. Segmen direplikasi untuk dilakukan pemangkasan. Segmen yang dureposisi agar akurat saat dipasang pada basis gigi tiruan. (B) Segmen yang dipangkas ke bentuk abutment prostodontik tetap. (C) Segmen abutment yang posisinya di dasar gigi tiruan. (D) Segmen abutment siapdipasang

dan disesuaikan untuk menghasilkan segmen zirconia gigi.

Gambar 6. Dilakukan penghalusan, diarahkan cahaya, dan segmen mengkilap yang posisinya di dasar gigi tiruan dengan gigi anterior. Oklusi dan adaptasi pasien dari pengaturan estetika dievaluasi selama penyisipan.

Terdapat prominent ridge pada kedua lengkungnya. saat pasien dievaluasi Gigi tiruan ditemukan beradaptasi dengan baik dan stabil pada ridge. Retensi tidak dapat dinilai akibat perforasi yang besar. Tidak adanya oklusi posterior sehingga pasien ketergantungan pada perekat gigi tiruan. Jaringan lunak tampak normal, dan tidak ada indikasi jaringan iritasi, lekukan jaringan, atau bintik-bintik tekanan akibat bruxing. Kecuali akibat pemakaian ekstrim pada gigi palsu, pasien dievaluasi sebagai kelas I pasien berdasarkan Indeks Diagnostik Prostodonsia

(4)

.

Gambar 7. (A) Gigi tiruan yang diproses, halus, dan dipoles. (B)Gigi tiruan diberikan kepada pasien setelah penyesuaian.

Gambar 8. (A) Pada saat 8 bulan pemakaian , gigi tiruan menunjukkan hilangnya kilau pada gigi tiruandaerah basis. (B) pada saat 8 bulan pemakaian menunjukkan gigi tiruan bagian oklusi posterior utuh Pola keausan pada gigi tiruan yang terjadi adalah abrasi yang terlokalisasi dan tidak dapat dikaitkan dengan gesekan, karena tidak ada potensi kontak gesekan gigi posterior setelah memakai awal (Gambar 1B, C).Abrasi yang signifikan terjadi pada gigi posterior, penyebab abrasi karena materi atau

obyek yang cukup besar yaitu menghasilkan 5 sampai 7 ruang mm di daerah posterior. Pasien menceritkan memakan tiga tas 16-oz snack pretzel (Utz Kualitas Makanan, Inc, Hanover, PA) per minggu selama periode 40-bulan. Snack Pretzel ditandai dengan loop tebal adonan, konsistensi dalam keras, dan bentuk yang kaku dengan butiran garam besar. Lebar loop pretzel (sekitar 13 sampai 15 mm) cukup untuk menyebabkan keausan gigi posterior. Butiran garam memproyeksikan bisa disajikan sebagai bahan abrasif, dan ukuran granula yang besar (sekitar 1 sampai 2 mm diameter) mengkonsumsi garam dalam jangka waktu lama dapat meningkat abrasi pada gigitiruan

Setelah diketahui abrasi disebabkan oleh makanan ringan pretzel, Pasien direkomendasikan untuk mengurangi konsumsinya. Ketika merencanakan gigi tiruan baru, penggunaan resin, termasuk komposit, untuk gigi tiruan posterior dikesampingkan. Pemasangan protesa implant ditolak oleh pasien. Alternatif lain dianggap untuk mencegah abrasi yang sama termasuk penggunaan gigi porselen gigi tiruan atau gigi logam onlay gigi tiruan.

Pasien diberitahu bahwa zirkonia digunakan untuk restorasi pada gigi asli dan pada implan gigi menjadi pilihan tahan abrasi untuk gigi tiruan penuh. Pasien itu menerima kemungkinan memperoleh gigi tiruan lebih tahan lama dan mempertahankan pilihan untuk gigi tiruan konvensional dalam hal upaya itu tidak berhasil. Pasien ini memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi penerapan gigi zirkonia dalam prosedur gigi tiruan lengkap.

Berbagai bentuk macromechanical yang mungkin untuk memberikan retensi gigi di dasar gigi tiruan. Untuk pasien ini, retensi dicapai oleh pengeboran beberapa lubang di daerah subgingiva gigi zirkonia selama presintered tahap (Gambar 2). Metode ini digunakan sebagai pengganti ikatan basis gigi tiruan untuk zirkonia, karena zirkonia biasanya tidak memiliki ikatan tanpa persiapan tambahan dari permukaan zirkonia. Bonding bermanfaat, untuk mencegah potensi kebocoran dan pewarnaan pada basis gigi tiruan dan gigi. Beberapa prosedur telah diteliti untuk menciptakan permukaan dapat menyimpan dan active pada ikatan zirkonia. Ini termasuk (a) menggabungkan bubuk zirkonia dan "pore former" ke permukaan zirkonia pra atau post sintered dan kemudian membakar off "pore former"

(5)

untuk menciptakan permukaan mikromekanik untuk ikatan, dan ( b) menggunakan selektif infiltrasi etsa dimana mengandung senyawa kaca yang dipanaskan ke panggung cair untuk diffusi sepanjang batas butir. Setelah pendinginan, kaca akan dilarutkan dalam bak asam, memperlihatkan permukaan.11,12 Prosedur ketiga melibatkan sekering porselen etchable ke zirkonia, diikuti oleh etsa porselen dengan asam fluorida untuk membuat retensi mikromekanik untuk resin.13-16 Selain itu, dua sistem yang tersedia secara komersial untuk embedding silika pada permukaan zirkonia menggunakan abrasi udara dengan aluminium partikel trioksida dimodifikasi dengan silika. Sebuah versi laboratorium menggunakan 110 μm silika dilapisi partikel alumina (Rocatec, 3M ESPE, St. Paul, MN), sementara sistem chairside menggunakan 30 μm partikel (CoJet, 3M ESPE). Kedua sistem menanamkan silika pada permukaan zirkonia, membuat permukaan kimia reaktif untuk resin dengan agen kopling silan. Proses custom dan bentuk lekuk gigi merupakan cara yang tahan lama dan efisien untuk retensi gigi ke basis gigi tiruan. Micromechanical retention dan / atau adhesi kimia merupakan perlekatan restorasi prostodontik tetap.

Gigi tiruan berongga, mirip dalam bentuk dengan mahkota konvensional atau FDP (Gambar 2), dianggap lebih baik untuk zirkonia yang kuat untuk mengurangi berat gigi tiruan tanpa mengorbankan kekuatan. Zirkonia secara substansial lebih berat daripada porselen tradinasional atau resin; bahkan yang sudah dibentuk berongga, gigi zirkonia adalah sekitar tiga kali berat gigi porselen dan lima kali berat gigi berbasis resin. Sebuah komplikasi potenesensial dari desain berlubang bisa discolorasi. Gigi tiruan yang tidak tersedia dalam cetakan zirkonia atau warna, dan tidak ada program perangkat lunak komputer yang dirancang untuk membuat gigi tiruan di zirkonia dikenal penulis pada saat prosedur ini. Program komputer seperti kemungkinan akan tersedia tidak hanya mekanisme untuk merancang dan penggrindingan gigi zirkonia saja, tetapi juga sebuah metode untuk memembuat penggrindingan gigi zirkonia secara akurat menentukan posisi gigi zirkonia pada dasar gigi tiruan seluruh proses. Sebuah peralatan program perangkat lunak dan penggrindingan dirancang untuk prosedur

prostodontik tetap digunakan dalam prosedur laboratorium sesuai kebutuhan.

Prosedur klinis dan laboratorium

Fase klinis untuk gigi palsu zirkonia mengikuti prosedur gigi tiruan lengkap tradisional untuk tayangan awal dan menguasai, serta untuk penyempurnaan dari oklusal dan untuk catatan interoklusal. Gigi palsu zirkonia baru dirancang untuk menyertakan gigi anterior berbasis resin karena tidak ada memakai terjadi di daerah anterior dari gigi palsu sebelumnya. gigi gigi tiruan yang ditetapkan untuk membuat pengaturan disesuaikan, intraoral untuk estetika optimal dan oklusi (Gambar 4). prosedur laboratorium juga sejajar prosedur gigi tiruan lengkap tradisional, kecuali untuk fabrikasi dan pengolahan gigi zirkonia.

Gigi zirkonia diproses di empat gigi posterior. Sebuah pengaturan disesuaikan gigi untuk gigi palsu sidang selesai sebelum pemindaian; Oleh karena itu, tidak ada manfaat akan diturunkan oleh penggrindingan 16 gigi individu. Sebuah sistem

omputer-aided design and computer-aided manufacturing (CAD/CAM) untuk restorasi zirkonia prostodontik tetap digunakan untuk merancang dan membuat segmen gigi zirkonia gigi tiruan (DLMS-Crystal Zirkonia, Scottsdale, AZ). Pertama, scan dibuat dari segmen posterior dari susunan percobaan gigi untuk menghasilkan kontur dan anatomi oklusal gigi zirkonia. Selanjutnya, dibuat dari segmen posterior dari susunan gigi, kesan dituangkan dalam batu, dan shell vakum dibentuk diciptakan untuk setiap segmen. Gigi posterior telah dihilngkan dari basis gigi tiruan, dan daerah pengindeksan terbentuk di dasar percobaan untuk reposisi akhirnya segmen. Menggunakan kerang vakum-terbentuk, segmen posterior yang direplikasi dalam bahan kesan polieter semirigid (Ramitec, 3M ESPE) pada basis gigi tiruan saat mendaftar daerah pengindeksan. Segmen posterior, dibentuk dengan bahan (Ramitec) dengan sifat yang difasilitasi ukiran (Gambar 5), telah dihapus dan diukir untuk mensimulasikan bentuk persiapan gigi untuk mahkota. segmen diukir yang posisinya di dasar gigi tiruan menggunakan daerah pengindeksan. Kemudian, segmen diukir dipindai untuk melayani mati sebagai siap untuk desain segmen mahkota oleh komputer program. Program komputer terintegrasi scan awal gigi sepenuhnya berkontur ke persiapan gigi scan untuk mengaktifkan merancang,

(6)

pengolahan, dan penggrindingan masing-masing empat gigi fixed prostodontik.

Semua segmen yang digrinding untuk memberikan ketebalan zirkonia sekitar 1,5 mm kecuali untuk daerah margin (Gambar 2). Segmen dibentuk menggunakan zirkonia (DLMS) dan digrinding (SPKM, Cercon, Dentsply Intl, York, PA). Setelah penggrindingan dan sebelum sintering segmen, perforasi dibuat di daerah subgingiva gigi untuk retensi dari segmen dalam basis gigi tiruan

Segmen zirkonia yang posisinya di daerah uji coba gigi tiruan dan dievaluasi intraoral untuk mengkonfirmasi hubungan oklusal yang tepat (Gambar 6). Daerah jaringan lunak dari gigi tiruanyang disempurnakan dalam gigi tiruan percobaan dan siap untuk diproses. Setelah flasking gigi tiruan dan menghilangkan basis gigi tiruan lilin, segmen zirkonia diisi dengan resin berwarna gigi(Vita Zeta, Vita Zahnfabrik, Bad Sackingen, ¨ Jerman). Retensi tambahan diciptakan di resin yang memenuhi segmen (Gambar 3). Gigi tiruan diproses, dihapus dari termos, dibersihkan, dan dipoles. Mereka diberikan kepada pasien dengan pemeriksaan rutin dan penyesuaian. Penyesuaian oklusal dibuat menggunakan bur diamond konvensional dan dipoles dengan rubber wheels (Dedeco Klasik # 4950 dan # 4960, Dedeco Intl., Long Eddy, NY) (Gambar 7).

Kasus Pasien diikuti selama 8 bulan sebelum ini publikasi. Pada kunjungan 8 bulan, pasien dilaporkan memiliki sudah menghentikan snack pretzel. Dalam periode 8 bulan penggunaan gigi tiruan zirkonia pasien mengkonsumsi snack pretzel selama 4,5 bulan. Basis Gigi tiruan tampak kehilangan kilau (Gambar 8). Pasien melaporkan menjadi sangat puas dengan gigi palsu. Ketika diberitahu tentang possi-ble "klik" dari gigi, seperti yang kadang-kadang ditemui dengan gigi porselen, pasien menunjukkan tidak ada kesadaran tersebut. Pasien terus menggunakan gigi tiruan perekat karena ia memiliki dari waktu ekstraksi, dan memakai gigi tiruan di malam hari. Pasien terus dipantau untuk perubahan gigi zirkonia dan abrasi dari basis gigi tiruan yang berdekatan.

Pembahasan

Abrasi adalah suatu kondisi berkurangnya suatu struktur gigi akibat proses mekanis dengan objek asing. Benda asing yang dapat menyebabkan

abrasi dapat bermacam-macam. Gigi tiruan penuh pun dapat mengalami abrasi. Penyebab paling sering terjadinya abrasi adalah penggunaan sikat gigi yang salah dan dipadukan dengan bahan cleanser yang abrasif. Pada penggunaan sikat gigi yang salah lesi abrasi akan cenderung cekung dan halus pada servikal gigi. Lesi yang timbul pada permukaan gigi mengikuti alur pergerakan penyebab dari abrasi.1

Penyebab lain dari abrasi salah satunya adalah makanan yang keras. Makanan keras akan meningkatkan kinerja pengunyahan dan akan mengikis permukaan gigi. Lesi abrasif akibat makanan akan tergantung pada gigi yang paling sering digunakan. Bila yang digunakan gigi posterior, maka lesi abrasi di gigi posterior akan berbentuk datar pada bagian oklusal.2

Kondisi pada kasus yang dipaparkan, terlihat adanya abrasi pada gigi tiruan. Kehilangan struktur gigi tiruan mencapai hingga 5-7mm pada bagian oklusal gigi posterior. Pola lesi abrasi yang terdapat pada bagian oklusal gigi posterior menunjukkan penyebab lesi abrasi adalah akibat konsumsi makanan keras. Hal ini juga didukung dengan pola konsumsi pasien. Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan ringan pretzel yang sudah dikenal memiliki struktur yang keras. Akibat konsumsi pretzel yang cukup sering dan lama, permukaan gigi tiruan menjadi abrasif.

Perawatan pada gigi tiruan yang mengalami abrasif akibat konsumsi makanan keras adalah dengan menghentikan kebiasaan pasien konsumsi makanan yang keras. Apabila gigi tiruan ingin diperbaiki, perawatan yang dapat dilakukan tergantung pada tingkat keparahan dan perluasan abrasinya. Jika yang mengalami abrasi hampir semua bagian gigi tiruan maka lebih baik gigi tiruan dibuat ulang dengan bahan yang lebih keras. Namun, jika abrasi hanya terlokalisasi pada satu bagian dapat dilakukan perbaikan anasir gigi yang terkena saja.3

Pada kasus yang dipaparkan, perbaikan gigi tiruan dilakukan dengan memperbaiki anasir gigi posterior dengan bahan yang lebih kuat. Gigi tiruan yang sedang dipakai adalah gigi tiruan resin akrilik dan sudah terbukti terkikis dengan makanan ringan yang dikonsumsi pasien.

Gigi tiruan yang sudah kehilangan struktur gigi anasir akibat abrasi jika dibiarkan terlalu lama dan

(7)

kebiasaan pasien tidak dihentikan akan membuat lesi abrasif meluas dan membuat dimensi vertikal gigi tiruan berkurang. Jika dimensi vertikal berkurang gigi tiruan akan tidak pas dan mengganggu pengunyahan. Pengunyahan yang terganggu juga akan menimbulkan rasa nyeri pada sendi temporomandibula. Selain itu, penampilan akan berubah dan gigi tiruan tidak nyaman digunakan.6,7

Dimensi vertikal adalah jarak antara 2 tanda anatomis, dimana 1 titik pada daerah yang tidak bergerak dan titik lainnya pada daerah anatomis yang dapat bergerak(biasanya 1 titik pada ujung hidung dan titik lainnya pada dagu). Penetapan dimensi vertikal sangat penting dalam pembuatan gigi tiruan lepasan, tidak hanya untuk mendapatkan keadaan oklusi yang harmonis, tetapi juga untuk kenyamanan dan estetika pasien. Apabila dimensi vertikal yang ditetapkan terlalu besar, maka otot-otot mulut akan terasa tegang sehingga mudah lelah dan mukosa mulut akan teriritasi karena adanya resorpsi tulang yang sangat cepat. Apabila dimensi vertikal yang ditetapkan terlalu kecil, maka efisiensi pengunyahan akan terganggu, terkadang disertai dengan adanya perubahan penampilan dan kemungkinan adanya gejala-gejala pada sendi temporomandibula.7

Pada kasus rahang tak bergigi cara menentukan dimensi vertikal, khususnya dimensi vertikal saat gigi beroklusi, tidak bisa dilakukan seperti pada rahang yang masih memiliki gigi. Willis menentukan cara pengukuran dimensi vertikal dengan pengukuran biometrik wajah, yaitu jarak antara pupil mata-garis khayal komisura bibir berbanding lurus dengan jarak antara subnasion-gnathion. Dengan adanya teori tersebut, banyak penelitian dilakukan untuk memudahkan dokter gigi menghitung dimensi vertikal.8,9

Gigi tiruan yang hanya mengalami kerusakan pada beberapa gigi anasirnya dapat dilakukan pengukuran dimensi vertikal dengan berpatokan pada gigi anasir yang masih normal. Pasien diminta untuk memakai gigi tiruan dan diminta untuk oklusi sentrik. Sebelum oklusi, gigi tiruan dilapisi dengan bahan cetakan Polyvynil siloxane. Lalu pasien diminta untuk oklusi sentrik hingga tercetak dan hasil cetakan akan

menjadi panduan untuk dimensi vertikal. Setelah itu dilakukan pengkarvingan dengan menggunakan malam pada bagian anasir gigi yang bermasalah. Anasir gigi yang baru kemudian dipasang dan disesuaikan dengan oklusi gigi tiruan sebelumnya.8,9

Kondisi pada kasus yang dipaparkan tidak dilakukan pencetakan karena dimensi vertikal dapat dipertahankan dengan oklusi gigi anterior. Selain itu, teknik desain yang dipakai dalam pembuatan anasir gigi menggunakan komputer dengan sistem CAD/CAM sehingga posisi anasir gigi yang akan dipasang sudah pas dengan kondisi basis gigi tiruan. Gigi tiruan hanya dilakukan scan dengan alat CAD/CAM pada kondisi oklusi dan tidak oklusi. Kemudian desain gigi yang baru akan dibuat disesuaikan dengan hasil scan gigi tiruan. Setelah desain dirasa sudah sempurna lalu dilakukan pembuatan gigi tiruan dengan mesin pembentuk gigi sesuai desain CAD/CAM. 10

Bahan gigi tiruan yang dapat dijadikan alternatif pada kondisi tersebut adalah bahan metal dan porcelein fused-to-metal. Kedua bahan tersebut telah terbukti mampu bertahan dari tekanan dan beban kunyah yang tinggi. Namun, pasien menolak dan diberikan suatu pilihan bahan lain yaitu zirkonia. Zirkonia dikenal sebagai bahan yang keras dan mempunyai ketahanan yang tinggi. Zirkonia sebenarnya lebih banyak digunakan pada perawatan

crown atau implan. Penggunaan zirkonia pada gigi tiruan resin akrilik belum pernah dicoba sebelumnya.5,10

Zirkonium (Zr) adalah unsur yang memiliki nomor atom 40 dan berat atom 91,22. Zirkonium memiliki sifat metal yang sangat kuat dan memiliki kriteria secara kekuatan fisik dan kimia mirip dengan bahan titanium. Zirkonia merupakan suatu kristal dioksida dari zirkonium. Dalam dunia kedokteran gigi, zirkonia ini sering dipakai pada beberapa bidang, khususnya bidang prostodonsia. Dalam bidang prostodonsia, zirkonia banyak digunakan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan (bridge) dan implant.10,11

Zirkonia memiliki beberapa keuntungan yaitu: 1. Zirkonia memiliki sifat mekanis yang baik

Sifat mekanik dari zirkonia seperti sifat mekanik baja stainless. Ketahanan traksinya

(8)

dapat setinggi 900-1200 Mpa dan ketahanan kompresinya sekitar 2000 MPa. Tekanan beban putar juga sangat ditoleransi material ini. Memberikan daya intermitten sebesar 28 kN pada substrat zirkonia, Cales dan Stefani menemukan bahwa sekitar 50 milyar putaran baru bisa memecahkan sampelnya. Tetapi dengan daya melebihi 90 kN kegagalan struktural terjadi hanya dengan 15 putaran saja. Zirkonia memiliki kekuatan flexural dan tahan patah hasil dari sifat fisiknya yang mengalami penguatan saat transformasi.11,12

2. Zirkonia memiliki estetis yang baik, memiliki sifat biokompabilitas yang baik, dan memiliki toksisitas yang rendah.

3. Zirkonia memiliki sifat yang baik yaitu daya tahan kimia yang kuat, tahan abrasi, tahan korosi, tidak menghantarkan listrik, konduktifitas termal rendah dan kekuatan termal lebih baik dari pada alumnia.12

Zirkonia juga memiliki kerugian, yaitu jika ingin dilakukan pemotongan pada pembuatan keramik zirkonia maka harus menggunakan pemotong berlian dan dilakukan bawah air dan tanpa tekanan.11

Penggunaan zirkonia pada gigi tiruan penuh dengan basis resin akrilik mulai dikembangkan. Untuk melekatkan zirkonia dengan resin akrilik, diperlukan retensi yang adekuat agar tidak mudah lepas. Pembuatan lubang pada area subgingiva dari anasir gigi dapat dilakukan untuk menambah retensi gigi ke basisnya. Retensi lainnya dapat berupa pembuatan rongga pada anasir gigi. Pembuatan lubang ini juga memiiliki fungsi lain, yaitu untuk menguragi berat dari zirkonia, namun tidak mengurangi kekuatan. Selain itu, bonding diperlukan untuk mencegah kebocoran dan pewarnaan diantara anasir gigi dan basisnya.13

Beberapa prosedur yang diinvestigasi untuk membuat retensi dari permukaan zirkonia, yaitu:

1. Mencampurkan pasta dari bubuk zirkonia dan pembentuk pori-pori pada permukaan zirkonia sebelum atau setelah pelelehan zirkonia lalu dilakukan pembakaran pada pembentuk pori-pori untuk membentuk permukaan mikromekanikal yang akan digunakan untuk bonding.14,15

2. Menggunakan infiltrasi etsa khusus dengan kandungan kaca yang dipanaskan hingga tahap cair untuk berdifusi hingga terbentuk butiran. Setetelah dingin, kaca tersebut kemudian dilarutkan dengan asam sehingga terbentuknya retensi pada zirkonia.15,16

3. Menggunakan asam hidroflouride pada permukaan zirkonia untuk membuat retensi.10Sebagai tambahan, dua sistem tersebut

biasanya digunakan untuk penambahan silika pada permukaan dari zirkonia dengan teknik air abrasion dengan partikel dari alumina trioksida yang telah dimodifikasi dengan silika. Teknik ini menimbulkan reaksi kimia pada resin dengan silane coupling agent.16

Perancangan zirkonia sebagai gigi tiruan menggunakan teknik yang berbeda dari perancangan gigi tiruan. Gigi tiruan dengan zirkonia didesain dengan teknik CAD/CAM. Teknik CAD/CAM adalah sebuah teknik desain terkini menggunakan komputer untuk meningkatkan keakuratan desain dan pembuatan gigi tiruan. Teknik CAD/CAM memberikan keuntungan waktu yang dibutuhkan lebih singkat dan proses pembuatan gigi tiruan menjadi tidak rumit lagi. Teknik ini dalam mendesain gigi tiruan menggunakan gambaran 3 dimensi dan dapat memberikan gambaran yang lengkap mengenai keadaan gigi tiruan yang akan dibuat. Dengan adanya teknik CAD/CAM, pengerjaan gigi tiruan dapat dipangkas dari yang membutuhkan waktu seminggu menjadi hanya beberapa jam saja.17

Bahan zirkonia biasanya dibandingkan dengan bahan porcelein fused-to-metal. Hal ini dikarenakan procelein fused-to-metal juga digunakan sebagai bahan perawatan yang sama dengan zirkonia. Namun, diantara kedua bahan tersebut sebenarnya terdapat perbedaan yang signifikan. Berikut perbedaan antara zirkonia dengan bahan porcelein fused-to-metal.4,5

Tabel 1. Perbandingan antara kelebihan dan kekurangan dari porcelain fused to metal dengan porcelain zirkonia 4,5

(9)

1. Kuat dan keras karena menggunakan koping dari logam

1. Kekuatan per satu gigi sama dengan PFM, tetapi porcelain zirkonia hanya bisa dibuat jembatan / bridge maksimal 6 unit gigi

2. Warna porselen stabil tetapi bersifat opak(tidak transparan) karena adanya koping logam

2. Warna porselen stabil dan cenderung translucent(transparan)

3. Kompatibel(adaptasi yang baik) terhadap jaringan lunak dalam mulut

3. Kompatibel(adaptasi yang baik) terhadap jaringan lunak pada mulut

4. Menyebabkan permukaan gusi menghitam setelah lama digunakan

4. Tidak menyebabkan permukaan gusi menghitam karena tidak menggunakan koping logam

5. Shrinkage(penyusutan) besar selama proses pembakaran karena terdapat koping logam

5. Shrinkage(penyusutan) yang tidak terlalu besar karena tidak menggunakan koping logam

6. Kurang bagus dalam segi estetik terutama untuk gigi depan karena koping logam terlihat opak(tidak transparan)

6. Bagus untuk gigi depan karena memiliki sifat estetik yang bagus dan tanpa menggunakan koping logam 7. Bagus untuk gigi belakang karena daya tahannya yang

kuat terhadap tekanan kunyah karena terdapat koping logam

7. Untuk gigi belakang, dengan kehilangan gigi yang banyak ( lebih dari 2) kekuatannya masih kalah dibandingkan dengan porcelain fused to metal

8. Biaya lebih murah daripada zirkonia karena porselen yang digunakan tidak terlalu banyak dan dikombinasikan dengan koping logam

8. Biaya lebih mahal daripada porcelain fused to metal karena menggunakan lapisan dasar zirkonia yang mahal dan membutuhkan tingkat ketelitian yang lebih tinggi selama proses pembuatan

Kesimpulan

Penggunaan zirkonia dipadukan dengan basis gigi tiruan resin akrilik merupakan hal yang baru dicoba lakukan di bidang prostodonsia. Bahan zirkonia biasanya digunakan dengan keseluruhan alat berbahan zirkonia. Dengan adanya eksperimen menggunakan paduan bahan zirkonia dengan resin akrilik diharapkan akan memberikan pilihan alternatif baru pada perawatan prostodonsia.

Daftar Pustaka

1. Gehl, D.H., Dressen, O.M., 2009, Complete Denture Prothesis. 4th ed. W. B. Saunders Co.: London.

2. Hickey, J.C., Zarb, G.A., 2013, Boucher’s Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients.

Missoury: Mosby Company. Ncninavc.

3. McCord, J.F., Grant, A.A., 2000, Identification of Complete Denture Problems: A Summary, British Dental Journal, 189(3):128-134.

4. Madfa, A.A., Al-Sanabani, F.A., Al-Qudami, N.H., Al-Sanabani, J.S., Amran, A.G., 2014, Use of Zirconia in Dentistry: An Overview, The Open Materials Journal, 5:1-9.

5. Bona, A.D., Pecho, O.E., Alessandretti, R., 2015, Zirconia as a Dental Biomaterial, Materials, 8: 4978-4991.

6. Basker, R.M., Davenport, J.C., Tomlin. H.R., 2006, Perawatan Prostodontik bagi Pasien Tak Bergigi (terj.). Ed III. EGC: Jakarta.

7. Devlin, H., 2012, Complete Dentures: A Clinical Manual for the General Dental Practicioner.

Springer-Verlag: Berlin.

8. Shetty, M.S., Shenoy K.K., 2011, Technique for Evaluating the Fit of Removable and Fixed Prosthesis, ISRN Dentistry, 1(1):1-4.

9. Aboushelib, M.N., Feilzer, A.J., Kleverlaan, C.J., 2010, Bonding to Zirconia using A New Surface Treatment. J Prosthodont, 19:340-346.

10.Phark, J.H., Duarte, S.Jr., Blatz, M., Sadan, A., 2009, An In Vitro Evaluation of The Long-Term Resin Bond to A New Densely Sintered High-Purity Zirconium-Oxide Ceramic Surface. J Prosthet Dent, 101: 29-38.

11.Duarte, S.Jr., Phark, J.H., Tada, T., Sadan, A., 2009, Resin-Bonded Fixed Partial Dentures with A New Modified Zirconia Surface: A Clinical Report,

J Prosthet Dent, 102:68-73.

12.Aboushelib, M.N., Kleverlaan, C.J., Feilzer, A.J., 2007, Selective Infiltration-Etching Technique for A

(10)

Strong and Durable Bond of Resin Cements to Zirconia-Based Materials. J Prosthet Dent, 98:379-388.

13.Lee, M.H., Son, J.S., Kim, K.H., Kwon, T.Y., 2015, Improved Resin-Zirconia Bonding by Room Temperature Hydroflouric Acid Etching, Materials, 8: 850-866.

14.Atsu, S.S., Kilicarslan, M.A., Kucukesmen, H.C., Aka, P.S, 2006, Effect of Zirconium-Oxide Ceramic Surface Treatments on The Bond Strength to Adhesive Resin, J Prosthet Dent, 95: 430-436. 15.Tsukakoshi, M., Shinya, A., Gomi, H., Lassila, L.V.,

Vallittu, P.K., Shinya, A., 2008, Effects of Dental Adhesive Cement and Surface Treatment on Bond Strength and Leakage of Zirconium Oxide Ceramics, Dent Mater J, 27: 159-171.

16. Sasse, L., Kern, W., 2013, CAD/CAM Single Retainer Zirconia-Ceramic Resin Bonded Fixed Dental Prostheses: Clinical Outcome After 5

years, International journal of computerized Dentistry, 16(2):109-118

Gambar

Gambar 1.  (A) Gigi anterior tidak mengalami abrasi dan mempertahankan   OVD.(B)   Abrasi   gigi mengakibatkan   kurangnya   oklusi   gigi posterior
Gambar 3.  Segmen zirkonia berwarana seperti komposit untuk mencegah perubahan warna dengan resin   basis   gigi   tiruan   berwarna   pink.
Gambar 8.  (A) Pada saat 8 bulan pemakaian , gigi tiruan   menunjukkan   hilangnya   kilau pada gigi tiruandaerah basis

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan BSC seperti pada Gambar 3 adalah menterjemahkan visi dan strategi untuk diukur apa yang ditetapkan dengan apa yang dicapai, untuk memenuhi keinginan pada

[r]

Tinjauan spasial dan temporal yang disajikan melalui Sistem Informasi Geografis (SIG) tidak saja bermanfaat dari sisi perencanaan, tetapi juga evaluasi hasil.. dianalisis kembali

Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).. Jurnal

Lalu Abu Rofi’ bertanya pada Abu Hurairah, “Apa ini?” Abu Hurairah pun menjawab, “Aku bersujud di belakang Abul Qosim (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) ketika sampai

Jenis penelitian dalam penulisan kali ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa analisis dan narasi

3arena 3arena itu itu materi materi penyuluhan penyuluhan pertanian pertanian yang yang akan akan disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usaha pertanian

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui (1) upaya yang dilakukan wanita Hindu, (2) kendala yang dialami wanita Hindu, dan (3) peran wanita Hindu sebagai istri dalam