KINERJA MEMBRAN TERENDAM DENGAN PENAMBAHAN KARBON AKTIF SEBAGAI SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
DOMESTIK
Tri Widjaja, Budi Setiawan, Galuh Rizky H.S., dan Ali Makrus
Laboratorium Teknologi Biokimia
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp. (031) 5924448; Fax. : (031) 5999282
e-mail : kajur_tkimia@its.ac.id
Abstrak
Kondisi bulking pada IMB memicu terjadinya perubahan kemampuan pengolah proses degradasi secara biologis serta akan berpengaruh pada proses filtrasi. Hal ini dikarenakan terbentuk soluble microbial product (SMP) yang menyebabkan terjadinya fouling pada membran. Alternatif penyelesaian masalah tersebut dilakukan penambahan powedered activated carbon (PAC) ke dalam IMB, dimana PAC diharapkan dapat mengikat mikroba yang berukuran kecil (Eschericia coli) untuk didapatkan efluent membran lebih jernih. Di samping itu, sewaktu limbah mengandung bahan berbahaya seperti phenol PAC diharapkan dapat mengadsorpsi bahan tersebut sehingga kemampuan biodegradasi oleh mikroba di IMB dapat pulih kembali dan biodegradasi mikroba dapat berjalan terus secara kontinyu.
Dalam penelitian ini sludge di bioreaktor diambil dari Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) untuk dilakukan aklimatisasi disesuaikan dengan beban COD dan MLSS kondisi eksperimen. Bioreaktor yang digunakan mempunyai volume operasi 50 liter dan konsentrasi lumpur aktif 10.000 mg/l, dengan peubah ekperimen adalah; konsentrasi umpan limbah sintetis 2.000 dan 3.000 mg/l, SRT 5, dan 15 jam, lama backflushing 5, 10, dan 15 menit, serta penambahan PAC pada bioreaktor terhadap konsentrasi lumpur aktif 0 dan 5 %. Penelitian dilakukan untuk memperoleh data berupa removal COD dan perubahan MLSS serta aspek mikroorganisme.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IMB dapat mengatasi keterbatasan penggunaan konsentrasi lumpur. Diperoleh hasil bahwa bertambahnya konsentrasi lumpur, kinerja proses biologis cenderung menurun ditunjukkan dengan menurunnya penyisihan COD, tetapi proses filtrasi meningkat ditunjukkan dengan meningkatnya penyisihan CO, sehingga secara overall kinerja IMB meningkat.
Pengaruh backflushing selama 15 menit dapat meningkatkan kinerja membran lebih baik jika dibandingkan dengan backflushing selama 5 dan 10 menit. Effektifitas penurunan COD pada konsentrasi MLSS 10.000 mg/l untuk setiap konsentrasi COD umpan 2.000 mg/l dan 3.000 mg/l lebih baik dengan sludge retention time 15 jam daripada dengan sludge retention time 5 jam. Penambahan PAC pada sistem IMB effektif terhadap pengaruh COD removal.
Kata kunci : Immersed Membrane Bioreactors, backflushing, fouling, limbah cair, lumpur aktif, PAC.
PENDAHULUAN
Dengan adanya kelemahan-kelemahan di sistem lumpur aktif seperti memerlukan waktu lama dan lahan luas untuk memisahkan lumpur dan cairan serta pengoperasiannya memerlukan kondisi sangat khusus terutama terhadap beban organik dan konsentrasi mikroorganisme maka ditawarkan solusi pemakaian teknologi membran dalam proses lumpur aktif menggunakan Immersed Membrane Bioreactor (IMB) yang terdiri dari proses biologis dan filtrasi sehingga merupakan satu sistem pengolahan limbah yang terintegrasi.
Penggunaan IMB diteliti oleh Yamamoto dkk. (1989) IMB dioperasi pada pembebanan organik volumetris
1,5 kgCOD/(m
3.hari) dan menggunakan penyedotan umpan membran secara intermittent pada tekanan
rendah (13 kPa). Penyisihan COD yang diperoleh lebih dari 95%. Sedangkan penelitian Yustia dan Tri
Widjaja (2007), kombinasi IMB dengan lumpur aktif menunjukkan bahwa sistem IMB masih mampu
menyisihkan bahan organik dengan baik, walaupun konsentrasi biomassa cukup tinggi serta dapat mengatasi
masalah keterbatasan penggunaan konsentrasi lumpur, dan perlu pengontrolan yang baik pada F/M ratio,
sludge age dan dissolved oxygen
Pada proses biologis secara aerobik sangat rentan terhadap masalah bulking sludge. Terjadinya hal tersebut pada unit sistem IMB masih memerlukan pengkajian lebih lanjut terhadap terjadinya fouling akibat hasil produk metabolisme dan ekskresi mikroba di membran selain pada keberadaan konsentrasi biomassa yang tinggi. Pada penelitian How Y. Nga, Slawomir W., dan Hermanowicz (2005) menemukan bahwa konsentrasi dari protein dan karbohidrat sebagai polimer extracelluler menurun seiring penurunan SRT.
Kombinasi peningkatan jumlah mikroba yang tidak mengendap dan penurunan polimer extracellular terjadi pada SRT yang rendah. Untuk itu, sistem membran yang dipadu dengan teknik backflushing diharapkan dapat mengembalikan kinerja membran berkaitan dengan proses filtrasi yang dapat terhambat adanya fouling pada membran.
Selain itu, dilakukan juga penambahan karbon aktif berupa Powder Activated Carbon (PAC) yang memungkinkan terjadinya penggabungan mikroba sehingga microbial removal dan organic removal pada effluent yang diperoleh pada proses filtrasi menjadi lebih baik. Ini ditunjukkan oleh penelitian Ujang, Nagaoka, dkk. (2002) bahwa penambahan serbuk karbon aktif berpengaruh langsung pada jumlah microbial removal (E.coli). Adsorpsi bakteri pada permukaan PAC menurunkan sejumlah bakteri pada sampel permeat.
Sehingga tujuan penelitian ini adalah melakukan analisa secara eksperimental terhadap proses degradasi dan proses separasi yang terjadi dalam satu unit reaktor IMB termasuk pengaruh penambahan PAC. Serta membandingkan pengaruh microbial removal dan organic removal pada IMB dengan maupun tanpa PAC.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui pengaruh dari berbagai konsentrasi biomassa (MLSS) dan beban COD umpan dalam proses pendegradasian limbah domestik, mengetahui efektivitas proses degradasi limbah dengan IBM termasuk aspek mikrobiologi dan penambahan PAC, serta mengetahui pengaruh penambahan PAC pada pengikatan microbial removal pada IMB.
METODOLOGI Variabel
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan variabel sebagai berikut : 1. COD : 2.000 dan 3.000 mg/l
2. MLSS : 10.000 mg/l
3. Lama Backflushing : 5, 10, dan 15 menit 4. SRT : 5, dan 15 jam
Penambahan PAC berdasarkan perbandingan PAC terhadap konsentrasi sludge (MLSS) yaitu 0 dan 5%. Sedangkan variabel lain yang dipertahankan adalah suhu operasi 30
0C; pH: 6,8-7,2; volume BRMt 50 liter.
Analisa Pendahuluan
Dengan analisa pendahuluan ini dapat diketahui konsentrasi BOD-COD, temperatur, pH, dan padatan total untuk menghitung jenis dan jumlah nutrisi yang perlu ditambahkan dan pengkondisian tahap aklimatisasi mikroba. Untuk keperluan analisa konsentrasi COD, MLSS, MLVSS, TS dan TVS ditentukan berdasarkan Standard Methods for Examinition of Waste and Wastewater (APHA, 1995).
Tahap pembibitan dan aklimatisasi
• Pembibitan dilakukan dengan mengambil lumpur aktif yang diperoleh dari unit pengolahan air limbah secara aerobik PT Instalasi Pengolahan limbah Tinja (IPLT) Sukolilo Surabaya.
• Untuk meningkatkan MLSS, maka lumpur aktif yang diperoleh diaerasi dan ditambahkan substrat glukosa serta nutrien-nutrien yang diperlukan (sesuai perbandingan C:N:P= 100:5:1).
• Setelah konsentrasi MLSS mencapai sekitar 10.000 mg/l, selanjutnya dilakukan tahap aklimatisasi.
Tahap ini merupakan tahap penyesuaian mikroorganisme agar mampu mendegradasi bahan organik dalam air limbah.
Tahap percobaan utama
• Setelah dilakukan aklimatisasi dan karakterisasi membran, air limbah dengan laju alir tertentu dimasukkan ke dalam bak aerasi yang sekaligus sebagai IMB dengan membran hollow fiber.
Permeat sebagai efluen yang keluar ditampung.
• Mengalirkan umpan limbah sintetis dengan kadar COD yang telah ditentukan kedalam IMB yang
berisi lumpur aktif dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Melakukan pengamatan dan
menganalisa MLSS, MLVSS, TS, dan TSS pada IMB dan permeat (hasil filtrasi membran).
• Melakukan pengamatan dan perhitungan fluks dari IMB. Mempertahankan kondisi SRT yang telah ditetapkan.Setelah membran beroperasi dalam waktu tertentu dan fluks permeat yang dihasilkan tidak efisien lagi, maka dilakukan pencucian dengan teknik backflushing.
tangki umpan
aliran ke bawah
aliran ke atas
baffle
IMB on-off control
PG
aerator
effluent
tangki permeat
2
aliran backflushin
limbah sintetis
1