• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERMEDIA LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PKn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERMEDIA LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PKn"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERMEDIA LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN

PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PKn

Ni Made Wiryani

1

, Ign I Wayan Suwatra

2

, I Nyoman Suarjana

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia e-mail:nna_line@yahoo.com

1

,

Abstrak

Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif dua siklus yang bertujuan untuk (1) untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) bermedia lingkungan pada mata pelajaran PKn Siswa Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD No 8 Banjar, (2) untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) bermedia lingkungan pada mata pelajaran PKn Siswa Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD No 8 Banjar.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD No 8 Banjar Semester I Tahun Ajaran 2013/2014. Data penelitian tentang keaktifan dan prestasi belajar PKn diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan metode tes. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat peningkatan keaktifan belajar siswa sebesar 9,78% setelah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) bermedia lingkungan pada mata pelajaran PKn siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2013/2014 di SD No 8 Banjar. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan skor keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 70,27% dan pada siklus II diperoleh siklus sebesar 80,05%, (2) terdapat peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 14,55% setelah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) bermedia lingkungan pada mata pelajaran PKn Siswa Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD No 8 Banjar. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan skor prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 81,16% dan pada siklus II diperoleh siklus sebesar 95,71%.

Kata-kata kunci: pembelajaran, kooperatif, lingkungan, keaktifan, prestasi

Abstract

This research aimed to describe the improvement of motivation and learning activities students in the fourth grade of second semester at Tegallinggah No.4 elementary school in this 2012/2013 year education after implementation Two StayTwo Stray (TSTS) technic on sains studies. The research subject was completed by 12 students. This research was action based-research classroom and divided by two circles. Every circle was divided four steps such as plan, do, observation/evaluation, and reflection. The data was collected by using questionnaire and observation methods. The questionnaire method used to collect learning motivation, and then observation method used to collect learning activities. The data were analyzed to get mean score of motivation and learning activities students. Then they were converted by PAP fifth scale. The results of the research showed that: 1) the increasement sains studi’s motivation 71,2% (under high

(2)

category) in circle I, then increased to be 82,3% in circle II (high category). It showed the improvement of motivation was 11,1% from circle I to circle II. 2) it mean that the increasement sains studi’s learning activities was 71,% (enough active category) in circle I, then the improvement to be 82,2% in circle II (active category). It showed that the improvement learning activities were 11,2% from circle I to circle II.

Keywords:Two Stay two stary tehnic, learning motivation, learning activities

PENDAHULUAN

Fungsi pendidikan dalam lingkup nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, di Indonesia telah diupayakan dengan berbagai cara/strategi oleh pemerintah. Upaya-upaya pemerintah tersebut sudah merambah hampir ke semua komponen pendidikan seperti penambahan jumlah buku-buku pelajaran, peningkatan kualitas guru, pembaharuan kurikulum dan peningkatan kualitas pembelajaran yang mencakup pembaharuan dalam model, metode, pendekatan dan media pembelajaran guna mengoptimalkan kualitas pembelajaran.

Kualitas pembelajaran yang optimal dapat tercermin dari keterlibatan siswa secara fisik dan mental dalam proses pembelajaran.

Keterlibatan yang dimaksud adalah pembelajaran berpusat pada siswa dan peran guru cenderung sebagai motivator dan fasilator yang bertugas memotivasi siswa, menyediakan fasilitas penunjang pembelajaran berupa media dan sumber belajar. Tugas guru yang paling utama adalah dapat membimbing siswa secara berkelanjutan dari tidak tahu menjadi tahu.

Selain itu, ditekankan oleh Moedjiono dan Dimyati (1991:1) bahwa “pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran menggunakan metode/model dan media belajar yang tepat”. Pendapat di atas di dukung pula oleh Arsyad (1997:1) yang menyatakan bahwa “dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang menonjol yakni metode atau model dan penggunaan media yang sesuai”.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut tersurat bahwa untuk menciptakan

pembelajaran yang optimal harus memikirkan model dan media yang sesuai dengan materi. Tugas utama guru adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi multi arah secara optimal antara siswa,guru dan sumber belajar lainnya. Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa,

Pendidikan Kewarganegaraan yang disingkat menjadi PKn merupakan mata pelajaran yang digunakan untuk melestarikan nilai-nilai moral yang berakar pada budaya bangsa. Melalui PKn dapat terwujud peningkatan pengetahuan serta pengembangan kemampuan dalam memahami, menghayati, dan meyakini nilai- nilai Pancasila sebagai pedoman bagi siswa berperilaku di dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta sebagai makhluk ciftaan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan Undang-undang tersebut di atas tersurat bahwa, Pendidikan Kewarganegaraan digunakan sebagai wujud pelestarian nilai-nilai moral dan nilai- nilai Pancasila serta pedoman dalam berperilaku sebagai warga negara Indonesia.

Pembelajaran PKn pada jenjang pendidikan dasar dalam kaitannya dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bertujuan agar siswa menguasai kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses menerangkan bahwa kompetensi merupakan keseluruhan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dinyatakan dengan ciri yang dapat diukur.

Tersurat dalam KTSP bahwa mata

(3)

pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Sebagai pendidik yang cenderung lebih mengarah pada penanaman nilai-nilai PKn menuntut keterampilan guru dalam merancang, menyajikan serta mengevaluasi bahan dalam penyajian pembelajaran. Guru dituntut secara cermat dan bijaksana dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran, yang penentuannya ditetapkan berdasarkan situasi dan kondisi siswa. Kecermatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran sangat menentukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Pembelajaran PKn, terutama di tingkat sekolah dasar harus mengacu pada tingkat perkembangan usia anak pada masa itu, yaitu tahap operasional konkret dan operasional formal. Piaget (dalam Darmodjo dan Kaligis, 1992) menyatakan bahwa,

belajar akan menjadi efektif bila kegiatan belajar sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual pebelajar, dan tidak ada belajar tanpa perbuatan. Hal ini disebabkan perkembangan intelektual anak dan emosinya dipengaruhi langsung oleh keterlibatannya secara fisik dan mental dengan lingkungannya. Oleh karena itu pembelajaran di sekolah dasar, hendaknya mengupayakan pembelajaran melalui aktivitas konkret, dengan menghadirkan fenomena alam dalam setiap pembelajaran.

Fenomena alam dalam proses pembelajaran identik dengan lingkungan yang digunakan sebagai sumber belajar untuk memahami materi-materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam panduan penyusunan KTSP yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dijelaskan bahwa,

Salah satu acuan operasional penyusunan KTSP adalah memperhatikan keragaman potensi dan karakteristik lingkungan. Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan manapun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak .Pembelajaran dengan media lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar.

Senada dengan hal tersebut di atas, menurut Piaget (dalam Baharudin, 2007)

”tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruang kelas.

Dalam kenyataannya, di SD pembelajaran PKn masih merupakan proses penyampaian materi pada diri siswa dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Siswa masih dianggap sebagai kertas putih yang siap diisi dengan berbagai pengetahuan. Pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher center). Keadaan yang demikian dapat menurunkan kreativitas siswa yang pada akhirnya berpengaruh pada hasil belajar siswa. Disadari bahwa pada berbagai masalah pendidikan pada umumnya, PKn pada khususnya masih tergolong kompleks. Karena itu pemikiran- pemikiran masih terus disumbangkan untuk mencoba memecahkan masalah tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran PKn di SD No 8 Banjar. Nilai rata-rata kelas berdasarkan hasil tes kompetensi dasar PKn

yang diperoleh siswa cukup rendah yaitu 64 sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah adalah 75 hal ini berarti rata-rata nilai berada di bawah standar yang telah ditetapkan. Masalah lain yang nampak adalah aktivitas belajar siswa yang rendah, anak tidak antusias dalam kegiatan pembelajaran, konsentrasi anak

(4)

dalam menerima pelajaran juga kurang , walaupun sarana dan prasarana pembelajaran di SD No 8 Banjar sangat memadai namun pada kenyataannya guru masih belum dapat memanfaatkan segala sarana dan prasarana tersebut untuk menunjang proses pembelajaran. Di samping itu masalah yang muncul bersumber dari variasi kemampuan intelegensi, bakat, minat dan kepribadian yang dimiliki siswa, kemampuan dasar bahan ajar yang dimiliki guna mempelajari bahan ajar, latar belakang sosial, ekonomi dan budaya, kondisi fisik, psikologis dan mental siswa. Anak tidak terangsang untuk peduli terhadap lingkungan, karena dalam pembelajaran sumber satu-satunya adalah buku teks. Uno (2007) menyatakan bahwa

”Pengalaman anak yang begitu beragam dan sangat berharga jarang dimanfaat sebagai sumber belajar”. Berdasarkan pendapat ini dapat dimaknai bahwa anak diarahkan pada tekstual sentris, yang menjauhkan diri mereka dari kenyataan di lingkungan membuat mereka tidak peduli dengan lingkungannya.

Pelaksanaan KTSP, menuntut guru lebih variatif dalam hal penggunaan model maupun pemilihan media pembelajaran.

Selain itu, yang menjadi penekanan dalam pelaksanaan KTSP bahwa materi yang disampaikan harus disesuaikan dengan kondisi tempat, latar belakang sosial dan ekonomi siswa. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, diketahui bahwa salah satu hakikat pembelajaran PKn terkait dengan permasalahan-permasalahan sosial yang memerlukan pemecahan dengan melibatkan peran siswa secara aktif melalui pelaksanaan interaksi dalam kelompok.

Salah satu cara untuk membangkitkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran Pkn adalah dengan memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok dan penggunaan media pembelajaran yang tepat. Perlu diupayakan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.

METODE

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dan instrumen pengumpulan data, yakni dengan menggunakan metode tes dan observasi. Data yang dikumpulkan adalah data keaktifan dan hasil belajar.

Untuk mengumpulkan data keaktifan belajar siswa digunakan lembar observasi sedangkan untuk mengumpulkan data hasil belajar digunakan metode tes, berupa soal- soal latihan setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode tes dan metode observasi dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Metode Tes

Nurkancana dan Sunartana (1990:34) menyatakan bahwa,metode tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.

Sedangkan menurut Anne Anastasi (dalam Sudijono, 2009:66) ”metode tes merupakan alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan metode tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas yang menghasilkan nilai untuk melambangkan tingkah laku atau prestasi. Tes ini diberikan pada setiap akhir pertemuan pada masing-masing siklus.

Dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar PKn siswa kelas V adalah butir-butir tes sesuai dengan pokok bahasan yang telah diberikan.

(5)

b. Observasi

Menurut Annas Sudijono (2009:76)

”observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan”. Pada bagian lain dikatakan bahwa ”Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya keaktifan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung”. Menurut Mardalis (2006:63),

observasi digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengamati secara langsung dan sistematis dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi untuk mengamati prilaku siswa dan cara guru mengajar selama proses belajar mengajar berlangsung.

c. Metode Analisis data

1) Menghitung Mean

Menghitung mean (M) dengan rumus sebagai berikut.

M = N

fX Hadi (dalam Agung, 2010)

Keterangan :

M = Mean (rata-rata)

fX = frekuensi x skor N = Banyaknya siswa

2) Menghitung Median

Menghitung median (Me) dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Me = Bb +

i

fd Cfb N





21

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif, dan metode deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Metode Analisis Statistik Deskriptif

Agung (2010:76) menjelaskan bahwa metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Adapun Rumus-rumus yang digunakan dalam analisis data statistik deskriptif adalah sebagai berikut.

3) Membuat tabel distribusi frekuensi Menentukan kelas interval :

Rentangan (R) = (X

t

- X

r

) + 1 Menentukan banyaknya kelas interval:

Banyak kelas (k) = 1+ (3,3) Log n

Menentukan panjang interval

Panjang kelas (i) =



 

kelas bany ak

rentangan

Hadi (dalam Agung, 2010)

Keterangan:

Bb = Batas bawah nyata kelas interval pada daerah median.

cfb = frekuensi kumulatif

(frekuensi tengah) di bawah kelas interval yang

mengandung median.

(6)

fd = frekuensi pada kelas interval yang mengandung median

i = interval (panjang kelas)

N = Jumlah frekuensi dalam distribusi 4) Menghitung Modus (Mo)

Jika data kuantitatif telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, modusnya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.





 

b1 b2

p b1 b M o

Sudjana (dalam Agung, 2010) Keterangan :

b = batas bawah kelas modal, pada kelas interval dengan frekuensi terbanyak.

p = panjang kelas interval pada modal

b1 = Frekuensi kelas modal dikurangi kelas interval terdekat sebelumnya.

b2 = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval terdekat berikutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD No 8 Banjar dengan jumlah siswa sebanyak 43 orang.

Penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran PKn ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran, siklus pertama dibagi menjadi empat kali pertemuan dan siklus kedua dibagi menjadi empat kali pertemuan, yaitu tiga kali pertemuan untuk penyampaian materi dan kerja kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD bermedia lingkungan kemudian diakhiri dengan satu kali pertemuan untuk tes diakhir siklus. Dalam satu minggu dilaksanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan yaitu dua jam pelajaran.

Di awal kegiatan, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan langkah-langkah pembelajaran kepada siswa bahwa pembelajaran untuk pokok bahasan kebebasan berorganisasi dan keputusan bersama dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD bermedia lingkungan.

Peneliti menyampaikan prosedur penilaian yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran mencakup prestasi dan keaktifan belajar mata pelajaran PKN.

Prestasi belajar diukur dengan menggunakan soal berupa tes dan keaktifan belajar diukur dengan menggunakan lembar observasi yang telah ditetapkan. Peneliti selanjutnya menyampaikan gambaran umum tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD bermedia lingkungan. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang refleksi awal dan deskripsi proses pembelajaran serta hasil penelitian siklus I dan siklus II.

PEMBAHASAN

Kegiatan yang dilakukan guru tiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut Pada kegiatan awal, guru melakukan koordinasi kelas, memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. Pada kegiatan inti, guru mendistribusikan siswa ke dalam 3 kelompok belajar. Setiap kelompok terdiri atas 4 orang anggota yang heterogen. Guru kemudian menjelaskan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran dengan teknik (STAD). Menit berikutnya, guru mulai menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut. Kemudian, guru membagikan LKS dan detail materi yang akan dibahas oleh masing-masing kelompok. Berikutnya, siswa mendiskusikan materi yang didapat kelompoknya. Kegiatan selanjutnya, guru menyuruh siswa untuk bertamu kekelompok lain untuk mencari informasi dan dua orang anggota tinggal di tempat. Waktu untuk melakukan diskusi dibatasi oleh peneliti karena pada menit berikutnya akan diadakan diskusi kembali dengan kelompok asal dengan berbagai materi yang sudah didapat dari kelompok lain. Guru

(7)

mengawasi kegiatan siswa. Selanjutnya, guru menugaskan setiap kelompok membuat laporan diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Guru memberikan reinforcement berupa tepuk tangan terhadap kinerja siswa. Setelah itu, guru memberikan konfirmasi terhadap materi yang telah dipelajari siswa. Pada akhir kegiatan, guru dan siswa menyimpulkan materi, guru memberikan PR dan mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam kepada siswa.

Selama pelaksanaan pembelajaran, obeservasi terhadap aktivitas dan motivasi belajar dilaksanakan oleh guru. Kemudian, hasil yang diperoleh digunakan untuk bahan refleksi sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang terjadi selama pembelajaran.

Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses pembelajaran, observasi, dan evaluasi yang telah dilaksanakan, ditemukan kelebihan dan kelemahan yang terjadi. Mengacu pada hal-hal tersebut maka dirumuskan langkah-langkah perbaikan pada siklus II. Hasil refleksi siklus I dipaparkan sebagai berikut. (1) Kelebihan yang ditunjukkan oleh guru, yaitu memberikan reinforcement berupa tepuk tangan yang membuat siswa termotivasi;

(2) Kelebihan yang ditunjukkan oleh siswa, yaitu siswa mau berinteraksi dengan kelompok walau masih terlihat malu-malu;

(3) Kelemahan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung adalah guru masih kesulitan dalam mengatasi siswa yang senang bermain, sehingga mengakibatkan suasana kelas sedikit ribut.

Selain itu, guru belum mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran; (4) Kelemahan siswa terletak pada rendahnya motivasi dan aktivitas siswa. Siswa tidak memiliki motivasi yang tinggi, terutama antusiasme siswa untuk mengikuti pelajaran, dorongan diri untuk memenuhi kebutuhan belajar, dorongan diri untuk mencapai tujuan belajar, dorongan menghindari hukuman, dorongan mendapatkan pujian, dan dorongan untuk mendapatkan hasil yang bagus. Siswa belum bisa menunjukkan kerja sama dengan anggota kelompoknya, dan pembelajaran masih didominasi oleh siswa

yang memiliki kemampuan lebih. Akibatnya, tidak semua anggota kelompok aktif dalam mengemukakan pendapat.

Adapun kendala-kendala yang ditemui selama implementasi teknik STAD pada pembelajaran IPA adalah sebagai berikut. (1) Secara umum siswa belum mampu mengikuti pelajaran secara optimal, karena kerjasama antar anggota kelompok masih kurang dan masih malu dalam mengemukakan pendapat; (2) Dalam kegiatan kelompok sering terlihat siswa bingung dan ragu-ragu untuk bertanya; (3) Pembelajaran masih didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih, sehingga tidak semua anggota kelompok aktif mengemukakan pendapat.

Guna meningkatkan motivasi dan aktivitas bejalar siswa, maka perbaikan yang dilakukan terhadap kekurangan yang terjadi. Adapun perbaikan yang dilakukan dapat dipaparkan sebagai berikut. (1) Guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk membiasakan siswa berlatih menyampaikan pendapat; (2) Guru memberi motivasi secara verbal kepada siswa yang mau bertanya bila ada hal-hal yang belum dimengerti, (3) Guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok maupun pada saat berbagi informasi dengan kelompok lain secara intensif; (4) Guru memberi penguatan (reinforcement) berupa tepuk tangan dan hadiah kecil terhadap keberhasilan kerja siswa. Pada tahap refleksi awal, peneliti mencari skor terakhir prestasi belajar siswa kelas V SD No 8 Banjar berdasarkan skor awal tes kompetensi dasar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran PKn di kelas V.

Pencarian skor ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar Pkn siswa sebelum dilaksanakan tindakan. Data ini digunakan untuk lebih menguatkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, bahwa di kelas tersebut keaktifan dan prestasi belajar PKn siswa masih rendah. Data skor tes prestasi belajar PKn siswa pada refleksi awal juga digunakan untuk mengetahui skor kemajuan individu. Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatit tipe STAD sudah

(8)

berjalan dengan baik namun, masih terjadi sedikit kendala-kendala seperti, siswa masih senang bermain yang mengakibatkan suasana kelas menjadi sedikit ribut, ketika mengadakan observasi di luar ruangan terdapat beberapa siswa yang masih bermain. Oleh karena keterbatasan waktu, tenaga serta biaya dalam proses pembelajaran, maka peneliti memandang penelitian tersebut sudah cukup dan tidak dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya. Diharapkan kepada pembaca yang berminat mengadakan penelitian dengan masalah dan model yang sama agar memperhatikan kendala-kendala yang dihadapi dalam penelitian ini. Sehingga, dapat memperdalam, memperluas dan menyempurnakan rancangan penelitian sampai dengan pelaksanaan untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Selain itu, siswa di daerah perkotaan perlu mendapat pengawasan intensif pada saat mereka melaksanakan observasi sebab lokasi sekolah berada pada pusat keramaian lalu lintas. Selain itu, siswa perlu diawasi kinerja setiap individu dalam kelompok agar tidak terjadi dominasi dalam diskusi.

Interpretasi hasil penelitian siklus I dan siklus II tentang keaktifan dan prestasi belajar PKn siswa kelas V semester I di Sekolah Dasar No 8 Banjar adalah sebagai berikut.

Keaktifan belajar siswa diperoleh rata-rata persentase pada siklus I sebesar 70,27% dan siklus II sebesar 80,05%. Jadi mengalami peningkatan sebesar 9,78%.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diinterpretasikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD bermedia lingkungan dapat meningkatkan keaktifan belajar PKn pada siswa kelas V semester I SD No 8 Banjar.

Prestasi belajar siswa diperoleh persentase sebelum tindakan sebesar 64%

setelah diserikan tindakan pada siklus I sebesar 81,16% dan siklus II sebesar 95,71%. Jadi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 14,55%.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diinterpretasikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD bermedia lingkungan dapat meningkatkan

prestasi belajar PKn pada siswa kelas V semester I SD No 8 Banjar.

PENUTUP

Terdapat peningkatan keaktifan belajar siswa sebesar 9,78% setelah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) bermedia lingkungan pada mata pelajaran PKn siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2013/2014 di SD No 8 Banjar. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan skor keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 70,27% dan pada siklus II diperoleh siklus sebesar 80,05%.

Terdapat peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 14,55%

setelah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) bermedia lingkungan pada mata pelajaran PKn Siswa Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD No 8 Banjar. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan skor prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 81,16% dan pada siklus II diperoleh siklus sebesar 95,71%.

DAFTAR RUJUKAN

Adnyana, P. G. 2007. Pengaruh Penerapan Model Learning Circle Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kimia Siswa. Usulan Penelitian. (tidak diterbitkan).

Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha.

Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan (Suatu Pengantar).

---. 2005. Konsep dan Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.

---, 2005. Pengantar Evaluasi Pengajaran. Singaraja: Undiksha Singaraja.

(9)

Ahmadi, Abu dan Triprasetya. 1977.

Strategi Belajar Mengajar. Bandung:

Pustaka Setiya.

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran.

Jakarta: Rajawali Pers.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksra.

Arnyana, I. B. P. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Referensi

Dokumen terkait

Potensi Jerami Padi untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah pada Lahan Sawah Terdegradasi, Lombok Barat.. Balai

Rikrik Gemi Setelah dilakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi dengan menggunakan metode Konvensional dan metode Activity Based Costing (ABC) maka dapat diambil

Jika kendala diatas tidak dapat dipecahkan maka akan menghambat kelancaran kegiatan pada bagian keuangan.Pengaturan gaji membutuhkan suatu sistem, dimana sistem penggajian

Badan Usaha termasuk koperasi dengan bidang pakaian jadi kualifikasi kecil yang memenuhi persyaratan menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LESSON STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMP TERBUKA KANDANG HAUR INDRAMAYU.. Universitas Pendidikan Indonesia

Kromatogram Gambar 15 memperlihatkan bahwa secara kuantitatif produk isomerisasi eugenol dengan radiasi gelombang mikro tanpa pelarut lebih besar daripada menggunakan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah leadership style dapat secara langsung mempengaruhi management control systemUMKM sektor garmen yang ada di

Tujuan dari perancangan visual development ini sebagai media bantu untuk menarik minat dan mempermudah pembelajaran sejarah bagi orang-orang pada usia sekolah, dengan