• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSPEKTORAT JENDERAL MANAJEMEN RESIKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INSPEKTORAT JENDERAL MANAJEMEN RESIKO"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN

PENGAWASAN DAN

MANAJEMEN RESIKO

TERHADAP PROGRAM

PRIORITAS PGTK PAUD

(2)

1.

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004

Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna

anggaran/pengguna

barang

memberikan

pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah

diselenggarakan

berdasarkan

sistem

pengendalian intern yang memadai

dan

akuntansi keuangan telah diselenggarakan

sesuai

dengan

standar

akuntansi

pemerintah

(pasal 55 ayat 4)

Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,

presiden selaku kepala pemerintahan mengatur

dan menyelenggarakan sistem pengendalian

intern

di

lingkungan

pemerintah

secara

menyeluruh,

sistem

pengendalian

pemerintah ditetapkan dengan peraturan

pemerintah

(pasal 58 ayat 1)

DASAR HUKUM

(3)

2. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60

TAHUN 2008 TENTANG SPIP

Pimpinan Instansi pemerintah wajib

menyelenggarakan kegiatan pengendalian

sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan

sipat serta tugas dan fungsi instansi

pemerintah yang bersangkutan (pasal 18

ayat 1)

Penyelenggaraan

kegiatan

pengendalian

sekurang-kurangnya memiliki karakteristik

sebagai berikut:

pengendalian tupoksi,

dengan

proses

penilaian

risiko,

disesuaikan dengan sifat khusus instansi,

prosedur yang tertulis dan ditetapkan,

dievaluasi secara teratur. (Pasal 18 ayat 2)

DASAR HUKUM

(4)

K o m po ne n si st em p en ge nd al ia n

Jenis risiko pengendalian

Unit kerja/ aktivitas utama (value chains) Kemdikbud MONITORING INFORMATION AND COMMUNICATION CONTROL ACTIVITIES RISK ASSESSMENT CONTROL ENVIRONMENT OPER ATIO NS FINA NCIA L REPO RTIN G COM PLIA NCE U N IT A U N IT B A C T IV IT Y 1 A C T IV IT Y 2 A C T IV IT Y 3

Berdasarkan kerangka pengendalian COSO, setiap unit kerja atau aktivitas utama

di Kemdikbud perlu memiliki:

(1) Lingkungan pengendalian yang mendukung

(control environment).

(2) Penelaahan terhadap risiko pengendalian (risk assessment).

(3) Tindakan pengendalian yang efektif (control activities).

(4) Informasi dan komunikasi antar pihak pengelola dan pengawasan keuangan (information &

communication).

(5) Pemantauan secara berkala terhadap efektivitas sistem pengendalian tersebut (monitoring).

Sistem pengendalian di atas ditujukan untuk

menekan atau menghapuskan risiko pengendalian sehubungan dengan:

(A) Efektivitas dan efisiensi operasi (operations) (B) Keandalan pelaporan keuangan (financial reporting); dan

(5)
(6)
(7)

Model 3 LAPIS pertahanan, terdiri dari: - Manajemen

- Manajemen Risiko

- Audit internal

Manajemen : Titik beratnya pada pengendalian manajemen risiko. Manajemen bertanggung jawab atas Manajemen risiko

Manajemen risiko bertanggung jawab untuk melaksanakan penilaian risiko bersama-sama manajemen

(8)

TUJUAN PENGAWASAN INTERNAL

1.Memperoleh keyakinan sistem penjaminan

mutu/pengendalian internal telah

dilakasankan dengan baik .

2.Risiko telah diidentifikasi

3.Laporan keuangan telah disusun secara

memadai

4.Tata kelola organisasi telah dilakukan

secara efisien dan ekonomois

(9)

Penguatan Pengawasan

Inspektorat III

Sosialisasi/Desimi nasi Fasilitasi Bimtek 1. Reviu

2. Audit (audit

(10)

Program

Pengawasan

Reviu,Audit, dan Evaluasi

1.

Reviu LK

2.

Reviu RKAK/L

3.

Audit Dini

4.

Audit Unit Utama

5.

Audit UPT Daerah

6.

Audit Bansos

7.

Audit Sertifikasi Guru

8.

Audit Tujuan Tertentu

9.

Evaluasi LAKIP & SAKIP

1.

Opini WTP

2.

Akuntabilit

as

Pengelolaa

n

3.

Transparan

si

Peningkatan

Kapasitas dan

Karakter

Birokrasi

(Good

(11)

Pendekatan Audit

1. Audit berbasis resiko

2. Audit komprehensif

3. Implementasi Manajemen Resiko dan Penguatan Satuan Pengawasan

Intern di satker

1. KPK 2. Kejaksaan 3. Kepolisian 4. LKPP 5. BPK-RI 6. BPKP 7. PPATK 8. Satker Kemendikbud

9. Inspektorat Daerah

(12)

Setiap satuan kerja di lingkungan

kementerian sebagai unit pemilik

resiko

harus

menerapkan

dan

mengembangkan manajemen risiko

(Permendikbud nomor 66 Tahun 2015

ps 2 ayat 1)

Pemilik resiko menugaskan kepada

(13)

PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO

1. Manajemen resiko adalah proses mengidentifikasi peristiwa yang berpotensi dapat mempengaruhi satuan kerja, mengelola resiko

agar berada dalam batas toleransi risiko, dan menyediakan

penjaminan memadai terkait pencapaian tujuan satuan kerja.

2. Resiko adalah segala sesuatu yang berdampak negative

terhadap pencapaian tujuan yang diukur berdasarkan kemungkinan dan dampaknya

3. Risiko melekat adalah risiko sebelum

diterapkannya kegiatan pengendalian untuk

memitigasi risiko

4. Risiko sisa adalah risiko yang masih tetap ada

setelah dilakukan kegiatan pengendalian untuk

(14)

Pemilik risiko melakukan

penerapan dan

pengembangan manajemen risiko di lingkungan unit

pemilik risiko masing-masing.

Pemilik risiko menyusun

laporan profil risiko dan peta risiko yang memuat jenis, tingkat dan kecenderungan seluruh paparan risiko yang relevan bersama dengan profil dan peta risiko

semester sebelumnya agar dapat diperbandingkan.

Pemilik

risiko

menyusun rencana

alternative

(kontingensi)

terhadap

kegiatan

dengan risiko level

tinggi.

Paparan risiko unit

(15)

PROSES MANAJEMEN RISIKO

Terdiri dari :

1.IDENTIFIKASI RESIKO

2.ANALISIS RISIKO

3.EVELUASI RISIKO

4.PENANGANAN RISIKO

(16)

JENIS RISIKO

TERDIRI ATAS :

A.RISIKO MELEKAT

B.RISIKO SISA

KATAGORI RISIKO

TERDIRI ATAS:

A.RISIKO STRATEGIS

B.RISIKO

OPERASIONAL

C.RISIKO KEUANGAN

D.RISIKO

KEPATUHAN

E.RISIKO

(17)

Langkah-langkah

Menganalisis Risiko

A. Menentukan tingkatan

risiko berdasarkan

dampak/konsekuensi

B. Menentukan tingkat

dampak risiko dengan

menggunakan level

rendah, sedang, dan tinggi.

C. Menentukan tingkat

kemungkinan terjadinya

risiko dengan level rendah,

sedang dan tinggi

D. Menganalisis profil

risiko dengan

mengungkapkan

tingkat risiko dan

kecenderungannya

E. Melakukan analisa

peta risiko dengan

mengungkapkan

(18)

1.RISIKO SATKER PADA TAHAP PERENCANAAN

PENGANGGARAN:

a.

KUALITAS

PERENCANAAN

PENGANGGARAN

MASIH RENDAH BAIK DARI SISI AKURASI DATA,

VALIDITAS, KEANDALAN, DAN PENGGUNAAN

STANDAR BIAYA,ATAU SUMBER BIAYA MASUKAN.

b.

PERENCANAAN

BELUM

KONSISTEN

PADA

RENSTRA, RENJA SERTA OUTPUT DAN OUTCOME

YANG TERUKUR.

c.

MASIH

TERDAPAT

DUPLIKASI

DALAM

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN, SERTA

BELUM EFISIEN EFEKTF EKONOMIS, TRANSFARAN

DALAM PERENCANAAN

18

Risiko Melekat

(19)

2. RISIKO MELEKAT PADA PELAKSANAAN ANGGARAN, YAITU :

a. ANGGARAN BERBASIS KINERJA BERORIENTASI PADA

DAYA SERAP ANGGARAN SEBAGAI UNJUK KINERJANYA, YANG DI JADIKAN INDIKATOR KINERJA PENGELOLA KEUANGAN..

b. PELAKSANAAN ANGGARAN TERLAMBAT DI

RELISASIKAN PADA AWAL TAHUN, KEMUDIAN TERJADI PENINGKATAN REALISASI PADA AKHIR TAHUN YANG BERISIKO PADA AKUNTABILITAS.

c. DOKUMEN KEUANGAN BERUPA DIPA DAN RKA-KL

DIANGGAP SATU-SATUNYA ACUAN DALAM

PELAKSANAAN ANGGARAN DENGAN TIDAK

MEMPERHATIKAN KETENTUAN-KETENTUAN LAIN YANG MENGATURNYA.

19

Risiko Melekat

(20)

3. RISIKO MELEKAT PADA PELAPORAN DAN

PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN:

a. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELUM

DILAKUKAN SECARA TERTIB DAN TAAT AZAS.

b. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELUM

DILAKUKAN SECARA REAL SESUAI DENGAN REALISASI ANGGARAN SEBENARNYA.

c. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELUM

DILAKUKAN SECARA AKURAT DAN VALID SESUAI DENGAN KEBENARAN MATERIAL AKAN TETAPI

HANYA UNTUK MEMENUHI

PERTANGGUNGJAWABAN SECARA FORMAL SESUAI DENGAN DOKUMEN KEUANGAN.

20

Risiko Melekat

(21)

Risiko Melekat

Risiko Melekat

4. RISIKO MELEKAT PADA PEJABAT PERBENDAHARAAN:

a. PEJABAT PERBENDAHARAAN MASIH KURANG

MEMADAI BAIK DARI SUMBER DAYA MANUSIANYA

MAUPUN KOMPETENSINYA DALAM HAL

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA/KEKAYAAN NEGARA /ASSET.

b. Risiko MELEKAT PADA PEJABAT PERBENDAHARAAN

AKIBAT KUALITAS PERENCANAAN PENGANGGARAN YANG RENDAH BAIK DARI SISI AKURASI, VALIDITAS, DAN KEANDALAN DATA SERTA SUMBER BIAYA MASUKAN DALAM DIPA RKA-KL YANG BERISIKO

DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN DAN

PERTANGGUNGJAWABANNYA.

c. PERUBAHAN PERATURAN/REGULASI PENGELOLAAN

KEUANGAN/ ASSET / KEKAYAAN NEGARA YANG TERUS BERKELANJUTAN YANG MENUNTUT PEJABAT

PERBENDAHARAAN SENANTIASA MENGIKUTI

(22)

Tujuan Manajemen

Risiko

(1) mengurangi risiko,

(2) mengantisipasi risiko potensial yang

dapat merugikan kegiatan organisasi,

(3) melindungi organisasi dari kejadian

(23)

Risiko

Ketidakpastian tentang timbulnya kerugian.

Manajemen Risiko

Pendekatan sistematis umtuk menentukan

tindakan terbaik dalam kondisi

ketidakpastian.

Audit Berbasis Risiko

Audit yang difokuskan dan diprioritaskan

pada risiko kegiatan dan prosesnya serta

pengendalian terhadap risiko yang dapat

(24)

Proses Penaksiran Risiko (Risk Assesment)

Materialitas, yaitu area yang memiliki dampak risiko tinggi baik dilihat

dari nilai uangnya atau dari nilai yang lain yang sifatnya tidak berwujud (intangible). Misalnya pembangunan gedung yang nilainya rupiahnya sangat besar. Atau program pengembangan merupakan program strategis.

Residual Risk, yaitu risiko terkendali setelah sebuah nilai instrinsik risiko

(inherent risk) dinilai dengan mempertimbangkan pengendalian yang ada maupun yang harus dibangun untuk mengendalikan risiko bawaan atau risiko melekat (inherent risk) tersebut. Contohnya, risiko pengendalian atas program sertifikasi lebih tinggi dibanding program pelatihan

keterampilan. Atau misalnya, unit kerja perpustakaan lebih kecil risiko pengendaliannya daripada unit kerja layanan pengadaan (ULP).

Audit Assurance, yaitu hasil penelaahan audit yang lalu atas area yang

memiliki risiko dengan rating tinggi. Sebagai contoh misalnya, dari hasil wasrik tahun lalu diketahui bahwa pemberian block grant kepada tidak tepat sasaran. Atau unit kerja tertentu mempunyai risiko tinggi

sebagaimana tercermin dari banyaknya temuan pada wasrik yang lalu.

Audit Judment, yaitu pertimbangan auditor atas perubahan sistem dan

prosedur, pergantian pegawai dan lainnya yang perlu mendapat perhatian karena akan berdampak ke area tertentu. Contoh misalnya adanya

(25)
(26)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dari penelitian yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa proporsi tingkat kontaminasi, hasil kultur positif dan negatif sampel yang dikultur dengan

Peradangan akut dinding kandung empedu atau disebut juga dengan kolesistitis akut biasanya terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu.

NUR RASYIQAH NAZILI BINTI MAZLAN UK35172 NUR SHAHIDAH BINTI ABD MALEK UK35183 NUR SYAMIMI FARHANI BINTI RAHATAN UK36490 NUR SYAZWANI BINTI MESIRAN UK36381 NUR ZULAYKA BINTI

Peta genangan banjir yang ditunjukkan adalah peta dengan genangan terbesar yang terjadi jika bendungan Darma runtuh, yaitu pada skenario piping atas, dan dapat dilihat pada

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai penelitian yang berjudul hubungan tonsilitis kronis dan otitis media efusi di bagian THT RSUD Ulin Banjarmasin

Selain itu perusahaan harus tegas pada customer yang telat melakukan pembayaran supaya keuangan perusahaan lancar dan modal yang ada dapat digunakan

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi