• Tidak ada hasil yang ditemukan

PHONOLOGIE Journal of Language and Literature

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PHONOLOGIE Journal of Language and Literature"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Kosakata Bahasa Jerman Melalui Model Make A Match

Riskah Basri

1

, Misnawaty Usman

2

, Syukur Saud

3

Universitas Negeri Makassar

1,2,3

Email: fraubasri@gmail.com

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penguasaan kosakata Jerman siswa kelas XI SMA Islam Athira 1 Makassar melalui model make a match. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Islam Athira 1 Makassar yang berjumlah 17 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri atas kualitatif dan kuantitatif.

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes pilihan ganda dan essai. Hasil tes penguasaan kosakata bahasa Jerman, siswa memeroleh nilai rata-rata pada siklus I adalah 56,76 dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 78.24. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model make a match ini dapat meningkatkan kosakata bahasa Jerman siswa kelas XI SMA Islam Athira 1 Makassar.

Kata kunci: Peningkatan, Kosakata bahasa Jerman, Model Make A Match

PHONOLOGIE

Journal of Language and Literature

E-ISSN: 2721-1835 P-ISSN: 2721-1827

Abstract. The purpose of this study was to determine the mastery of German vocabulary of class XI students of SMA Islam Athira 1 Makassar through the make a match model. The type of research used is Classroom Action Research which consists of two cycles, namely cycle I and cycle II, and each cycle consists of four stages, namely, planning, implementation, observation, and reflection. The subjects in this study were class XI students of SMA Islam Athira 1 Makassar, totaling 17 people.

Data analysis techniques in this study consisted of qualitative and quantitative.

Qualitative data was obtained from the

results of observations while quantitative

data were obtained from the results of

multiple choice tests and essays. The results

of the German vocabulary mastery test

showed that the average score in the first

cycle was 56.76 and increased in the second

cycle, which was 78.24. The results of this

study indicate that the use of the make a

match model can increase the German

vocabulary of class XI students of SMA Islam

Athira 1 Makassar.

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, dunia global menjadikan bahasa menjadi hal yang sangat penting dalam berkomunikasi. Pada dasarnya bahasa dimaknai sebagai alat komunikasi yang menghubungkan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Bahasa dapat diaplikasikan melalui lisan, tulisan dan gerakan (bahasa isyarat) untuk menyampaikan isi hati atau maksud tertentu. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa memiliki konsep atau cara mengaplikasikan fungsi ini dengan baik dan benar yakni, melibatkan pembicara dengan pendengar atau penulis dengan pembaca yang ditengahi oleh pesan sebagai sarana untuk mengemukakan maksud dan tujuan agar tercipta kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait. Selain itu, bahasa juga berfungsi sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial sebagai upaya untuk meleburkan pembicara atau penulis dengan lingkungan bahasa atau konteks bahasa. Manusia adalah makhluk sosial yang apabila ingin melebur dalam suatu lingkungan sosial tertentu maka kita harus menjadi sama dengan lingkungan tersebut dan hal ini dapat kita wujudkan dengan bahasa atau praktisnya dengan menggunakan bahasa yang sama.

Bahasa yang dimaksud oleh penulis dalam tulisan ini adalah bahasa asing.

Seperti kata bijak mengatakan “ dengan menguasai bahasa asing maka dunia berada di tanganmu”. Pesan ini memiliki arti yang sangat mendalam, menyadarkan bahwa sangat menguntungkan sekali jika kita dapat menguasai bahasa asing. Jadi, selain diharapkan menguasai bahasa kita sendiri (bahasa Indonesia) sebagai masyarakat Indonesia, kita juga sangat dianjurkan memiliki perbendaharaan bahasa asing yang dapat membantu kita memperoleh informasi dari luar negeri bahkan dengan bahasa asing kita dapat melakukan kerjasama dengan negara lain.

Beberapa sekolah di Indonesia telah menerapkan mata pelajaran bahasa asing dalam kurikulum mulai pada tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat menengah atas . Hal ini terdiri dari bahasa Inggris , bahasa, Arab, bahasa Mandarin, bahasa Prancis, bahasa Jepang, dan bahasa Jerman. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa yang diprogramkan dalam pembelajaran pada tingkat SMA/SMK dan MA dan beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) sepeti SMP I slam Athira Makassar. Tidak berbeda dari pembelajaran bahasa yang lain, dalam pembelajaran bahasa Jerman juga terdapat empat aspek yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Jerman, yaitu keterampilan berbicara (Sprechfertigkeit), keterampilan mendengar (Hörverstehen), keterampilan membaca (Leseverstehen), dan keterampilan menulis (Schreibfertigkeit). Sementara itu, Strukturen und Wortschatz (grammatik) dan kosakata diajarkan secara terpadu dalam keempat keterampilan tersebut. Namun kedua unsur ini, penguasaan kosakata menjadi hal utama karena beberapa alasan, yakni sebagai modal penting untuk menguasai semua skill/keterampilan berbahasa, memiliki rasa percaya diri saat berkomunikasi dengan warga negara asing, memudahkan aktivitas yang berkaitan dengan bahasa, serta dengan penguasaan kosakata yang memadai grammatik pun akan dikuasai dengan sendirinya (Nur, M., Burhanuddin, B., & Mannahali, M. 2021; Mantasiah, R., Yusri, Y., Syaputra, A. F., Angreany, F., & Hasmawati, H., 2020; Hasmawati, H., Mantasiah, R.,

& Yusri, Y, 2020; Selviana, Y., Mannahali, M., & Dalle, A. (2020).

(3)

Melihat urgensi kosakata yakni memiliki posisi tertinggi dalam penguasaan bahasa menjadi perhatian khusus bagi peneliti untuk meninjau penguasaan kosakata siswa dalam bahasa Jerman. Setelah peneliti merampung beberapa informasi yang di peroleh dari hasil pengamatan selama PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMA Islam Athira 1 Makassar . Penguasaan kosakata siswa bahasa Jerman pada umumnya sangat rendah, hal ini dibuktikan pada saat guru menyuruh siswa membuat kalimat sederhana, namun sebagian besar siswa tidak mampu karena minimnya perbendaharaan kosakata yang mereka miliki. Dengan masalah yang sama saat siswa telah berhasil menghafalkan kosakata, namun mereka justru kesulitan dalam menuliskan kembali karena beranggapan bahwa huruf kosakata bahasa Jerman sebagian besar menggunakan huruf konsonan yang diikuti huruf konsonan serta memiliki huruf umlaut.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari observasi awal dan wawancara pada guru mata pelajaran bahasa Jerman di SMA Islam Athira 1 Makassar pada tanggal 14 september 2020, diperoleh informasi bahwa, penguasaan kosakata di sekolah tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat saat siswa mengungkapkan kalimat begruessung (salam), kalimat tanya dan menjawab pertanyaan, kemampuan yang dimiliki masih dibawah standar penilaian.

Terdapat dua faktor yang menyebabkan rendahnya penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa kelas XI SMA Islam Athira 1 Makassar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa itu sendiri yang berupa keberanian, meskipun pada dasarnya siswa tersebut mengetahui yang ingin dibicarakan atau diungkapkan. Mereka takut salah dan malu ditertawai ketika berbicara. Begitupun saat mereka ditugaskan menulis kalimat sederhana, masih banyak kosakata yang tidak sesuai penggunaannya. Setelah guru melakukan penelusuran terkait perkara tersebut, ternyata ketidakberanian itu berasal dari dua hal yaitu (1) kurangnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Jerman karena mereka menganggap bahwa bahasa Jerman hanya bisa digunakan di negara Jerman saja, (2) kesulitan siswa mengingat dan menerapkan kosakata yang telah dipelajari. Faktor eksternal yaitu berupa pendekatan pembelajaran, metode, model, media, dan sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang efektif dan efisien untuk membantu siswa dalam menguasai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti menawarkan suatu model pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan kosakata bahasa Jerman siswa serta mengefektifkan pola belajar siswa, yaitu model make a match. Make a match merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa agar tidak diam saja menerima materi dari guru. Model pembelajaran ini bertujuan agar siswa aktif serta mudah memahami materi dengan cara mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik pembelajaran sehingga terkesan menyenangkan bagi siswa. Teknik pengajaran ini mengusung tema permainan. Adapun media yang digunakan dalam tipe ini adalah kartu-kartu.

Kartu-kartu tersebut nantinya akan dibagi menjadi dua bagian yang mana antara

kartu yang satu dengan yang lain saling berpasangan. Dua kelompok yang memiliki

(4)

kartu akan mencari pasangan dari kartu yang mereka miliki. Dengan teknik ini peserta didik tidak hanya belajar sambil mendengarkan penjelasan guru saja, tetapi juga dapat melakukan aktivitas lain yaitu mengamati, menanya, dan mengkomunikasikan (Zulfikar, Z., & Azizah, L. , 2017).

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Cornelis, T. A. (2020); Harahap, E. H. (2013); Putra, B. I. S. (2020) Menurut hasil penelitian tersebut, model Cooperative Learning tipe Make A Match dapat meningkatkan kosakata bahasa Jerman. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe Make A Match efektif dalam meningkatkan kosakata bahasa Jepang. Selain itu penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Ningsih dkk (2017: 2) yakni pada siklus I didapatkan hasil tes sebesar 52%, pada siklus II meningkat menjadi 65,38%, dan pada siklus III meningkat kembali menjadi 76,92%. Disimpulkan bahwa penggunaan metode cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jepang pada siswa kelas XI IPA SMA Taruna Mandiri Pekanbaru.

Berdasarkan latar belakang tersebut dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang model Make A Match dalam meningkatkan kosakata bahasa Jerman siswa kelas XI SMA Islam Athira 1 Makassar. Oleh karena itu disusun judul penelitian yakni “Peningkatan Kosakata Bahasa Jerman melalui Model Make A Match Kelas XI Bahasa SMA Islam Athira 1 Makassar”.

Pengertian Kosakata

Penguasaan kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai penguasaan bahasa, semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang maka semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasai seseorang. Menurut Johar, J., Asri, W. K., & Hasmawati, H. (2021); Salwa, R., Usman, M., & Saleh, N. (2021) kosakata merupakan perbendaharaan kata-kata dalam berbagai bentuknya yang meliputi: Kata-kata lepas dengan atau tanpa imbuhan, dan kata-kata yang sama atau berbeda ,masing-masing dengan artinya sendiri.

Kosakata menurut Wermke et al. (2007: 1948) yaitu sebagai berikut “ a) Gesamtheit der Wörter einer Sprache, Beispiele: der englische Wortschatz der Wortschatz einer Fachsprache. b) Gesamtheit der Wörter, über die ein Einzelner verfügt, Beispiele aktiver Wortschatz (Wortschatz, den ein Sprecher oder Schreiber tatsächlich verwendet) passiver Wortschatz (Wortschatz, den ein Hörer oder Leser zwar versteht, aber nicht selbst verwendet)”.

Arti dari definisi kosakata tersebut berisikan tentang “a. Kosakata merupakan keseluruhan kata suatu bahasa, misalnya: kosakata bahasa Inggris dan kosakata bahasa bidang khusus. b. Kosakata adalah keseluruhan kata yang dimiliki seseorang, terbagi atas kosakata aktif (kosakata yang digunakan pembicara atau penulis) dan kosakata pasif (kosakata yang dimengerti oleh pendengar dan pembaca, tetapi tidak digunakan sendiri)”.

Perkembangan kosakata memengaruhi kemampuan dan keterampilan

berbahasa seseorang. Vocabularies atau kosakata adalah salah satu hal penting yang

perlu dipahami untuk mempelajari bahasa. Karena tanpa memahami kosakata, akan

mempersulit kita dalam pembelajaran, Ira, Engliana, Fitri (2015 : 168).

(5)

Pengertian Model Make A Match

Pembelajaran Kooperatif memiliki berbagai tipe atau jenis, salah satunya adalah Cooperative Learning Type Make A Match. Menurut Kurniasih dan Sani (2015:

55), Make A Match adalah model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik pembelajaran sehingga terkesan menyenangkan bagi siswa. Senada yang telah dikemukakan oleh Rusman (2012: 223) bahwa model pembelajaran Make A Match merupakan salah satu dari tipe atau jenis pembelajaran kooperatif berbentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang dalam setiap kelompok, kemudian dilakukan secara kolaboratif dan terstruktur serta bersifat heterogen.

Tipe pembelajaran kooperatif yang satu ini dikembangkan pertama kali oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Beliau menyatakan bahwa model pembelajaran Make A Match dilakukan dengan cara siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik pembelajaran dalam suasana menyenangkan, serta bisa diterapkan dalam semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Konsep pembelajaran tipe make a match ini diterapkan dalam pembentukan kelompok kecil yang diorganisir oleh guru. Namun sebelum itu guru harus menyiapkan berbagai informasi yang berhubungan dengan mata pelajaran entah itu berupa pertanyaan atau kosakata, kemudian dituangkan dalam kertas karton kecil.

Make A Match merupakan permainan memasangkan kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut (Suprijono, 2011: 94). Jadi Make A Match merupakan permainan untuk memasangkan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dengan kartu-kartu yang merupakan jawabannya.

Permainan Make A Match ini bermula dari guru membagi peserta didik di dalam kelas menjadi 2 kelompok sama rata jumlahnya. Kemudian guru membagikan kartu yang berisi kosakata bahasa Jerman kepada kelompok satu, kartu yang berisi terjemahan kepada kelompok dua. Semua peserta didik diminta untuk berdiri membentuk huruf U, kelompok satu dan dua berdiri dalam posisi berhadapan.

Langkah berikutnya adalah guru memberi aba-aba sebagai tanda bahwa peserta didik dapat mulai mencari pasangan dari kartu yang mereka miliki. Mereka yang telah menemukan pasangan yang tepat, maka guru arahkan untuk berbaris didepan papan tulis yang nantinya akan mempresentasikan kecocokan kartunya.

Hal tersebut merupakan penerapan Make A Match dalam pembelajaran

secara langsung di dalam kelas. Namun berdasarkan kondisi saat ini yang

mengharuskan setiap satuan pendidikan menggunakan pembelajaran jarak jauh,

(Putra: 2020). Oleh karena itu, penerapan Make A Match pada penelitian kali ini akan

diterapkan melalui kelas online, yakni pada siklus pertama menggunakan aplikasi

Jamboard dan siklus dua menggunakan learningApp. Tahapannya tetap sama, tetapi

penerapannya berbeda. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Siswa

dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A (kartu warna merah) dan B (kartu

warna kuning). Kelompok A terdiri dari kosakata bahasa Jerman, sedangkan

kelompok B berisi terjemahan kosakata dari kelompok A, 2) Siswa mengupload

kosakata yang telah diberikan oleh guru berdasarkan warna kelompoknya di aplikasi

Jamboard. Setelah semua kosakata ter-upload siswa kemudian mencari pasangan

(6)

terjemahan kosakatanya, 3) Siswa mempresentasikan hasil temuannya bersama pasangan yang disaksikan oleh guru dan siswa lainnya, 4) Siswa menyimak setiap kelompok yang presentasi, 5) Siswa bersama-sama membuat kesimpulan.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan judul penelitian ini, yakni “Peningkatan Kosakata Bahasa Jerman Melalui Model Make A Match kelas XI SMA Islam Athirah 1 Makassar”, penelitian ini digolongkan ke dalam Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengamati dan mendeskripsikan proses pembelajaran serta hasil tes penguasaan kosakata melalui salah satu model cooperative learning yaitu make a match. Arikunto (2010: 3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran, yaitu tindakan yang dengan sengaja dimunculkan dan terjadi secara bersamaan di dalam kelas. Waktu penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu pada 08 maret sampai 29 maret 2021. Penelitian dilakukan dengan menempuh beberapa tahap yaitu siklus 1 berlangsung selama 2 kali pertemuan (2 minggu) dan siklus II berlangsung selama 2 kali pertemuan (2 minggu). Penelitian ini dilakukan di kelas XI SMA Islam Athira 1 Makassar dengan jumlah siswa 17 orang, yang beralamat di JL. Kajolaliddo No. 22, Desa Baru, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar, Provinsi.

Sulawesi Selatan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMA Islam Athira 1 Makassar dan berlangsung selama 1 bulan zang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan selama dua pertemuan yakni membahas materi, kemudian ditambah masing-masing satu hari untuk evaluasi. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui tingkat penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa kelas XI Peminatan Bahasa Jerman SMA Islam Athira 1 Makassar. Evaluasi berlangsung selama 2 kali dalam dua siklus, satu kali evaluasi siklus 1 dan satu kali evaluasi siklus II. Selain itu, pada setiap pertemuan peneliti melakukan pengamatan kepada siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung dengan berlandaskan pedoman pada lembar observasi. Selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Make A Match, ditemukan fakta bahwa kelemahan yang sering muncul pada saat menerapkan model tersebut adalah siswa sedikit sulit di arahkan karena terbiasa dimanjakan oleh fasilitas.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, ditemukan adanya

peningkatan terhadap hasil belajar siswa dalam penguasaan kosakata bahasa

Jerman dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Make A Match. Hasil

tes penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa secara keseluruhan pada siklus 1

mencapai 56,76%, dan pada siklus II meningkat menjadi 7,32%. adapun hal yang

menunjang penelitian ini dikatakan berhasil karena: 1) siswa aktif dalam kerja

kelompok, 2) aktif melakukan diskusi, 3) aktif dalam menanyakan hal-hal yang belum

diketahui, 4) mampu masangkan kosakata dengan tepat, 5) mampu menjawab

pertanyaan dari guru dan siswa lainnya, 6) siswa aktif mengoreksi jawaban siswa

lain.

(7)

Dengan demikian, berdasarkan data hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe Make A Match dapat meningkatkan kosakata bahasa Jerman siswa kelas XI SMA Islam Athira 1 Makassar.

SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang dilakukan dengan menggunakan model Make A Match dilihat dari beberapa aspek yakni melalui perencanaan pembelajaran (RPP) dan juga alat digunakan berupa link kartu kosakata dan aplikasi Jamboard dan Learning App, maka perencanaan pembelajaran dalam peningkatan kosakata bahasa Jerman melalui model Make A Match siswa kelas XI SMA Islam Athira 1 Makassar telah terlaksana dengan baik.

Hasil evaluasi penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa kelas XI SMA Islam Athira 1 Makassar melalui model Make A Match dinyatakan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 56,76 dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 70,32.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharmi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Cornelis, T. A. (2020). EFEKTIVITAS TEKNIK PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

DY BORE, Ferdinandus. 2015. Hasil Belajar Menulis Kalimat.

Harahap, E. H. (2013). Die Anwendung des Lernmodells Make A Match zur Steigerung der Wortschatzbeherrschung der Schϋler in der Klasse XI an der SMA Negeri 2 Sidikalang Jahrgang 2013/2014 (Doctoral dissertation, UNIMED).

Hasmawati, H., Mantasiah, R., & Yusri, Y. (2020). A Contrastive Analysis of the Use of Prepositions in German and Indonesian. Eralingua: Jurnal Pendidikan Bahasa Asing dan Sastra, 4(1), 106-112.

Ira, Engliana. 2015. Penggunaan Media Lagu Anak-Anak Dalam Mengembangkan Kemampuan Kosakata Bahasa Inggris Siswa di PAUD. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan, 2(2).

Johar, J., Asri, W. K., & Hasmawati, H. (2021). Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Poster Session Dalam Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman. Phonologie:

Journal of Language and Literature, 1(2), 58-64.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Mode Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalititas Guru. Jakarta: Kata Pena.

Mantasiah, R., Yusri, Y., Syaputra, A. F., Angreany, F., & Hasmawati, H. (2020). Verb Conjugation in Different Languages: A Preliminary Study in Developing German Grammar Book Based Contrastive Analysis. Eralingua: Jurnal Pendidikan Bahasa Asing dan Sastra, 4(2), 184-197.

Ningsih, R. S., Isnaini, Z. L., & Widiati, S. W. 2017. Peningkatan Penguasaan Kosakata

Dengan Metode Cooperative Learning Tipe Make a Match Pada Siswa Kelas XI

IPA SMA Taruna Mandiri Pekanbaru (Doctoral dissertation, Riau University).

(8)

Nur, M., Burhanuddin, B., & Mannahali, M. (2021). Hubungan Antara Penguasaan Kosakata dengan Keterampilan Menulis Puisi Bahasa Jerman. Interference:

Journal of Language, Literature, and Linguistics, 2(1), 64-70.

Putra, B. I. S. (2020). Penerapan permainan make a match pada keterampilan membaca Bahasa Jerman siswa kelas XI lintas minat SMA Negeri 8 Malang.

SKRIPSI Mahasiswa UM.

Putra, R. A., & Bangunan, P. V. K. (2020). Kendala pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam masa pandemi. Journal of Chemical Information and Modeling. https://doi. org/10.1017/CBO9781107415324, 4.

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2012) , hal 223

Salwa, R., Usman, M., & Saleh, N. (2021). Media Puzzle Dalam Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman. Phonologie: Journal of Language and Literature, 1(2), 108- 114.

Selviana, Y., Mannahali, M., & Dalle, A. (2020). Hubungan antara Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Menyimak Bahasa Jerman Siswa Kelas XI Bahasa. Interference: Journal of Language, Literature, and Linguistics, 1(2), 148-152.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Wermke, Mathias., et al. 2007. DUDEN Universal Wörterbuch. Mannhei:

Bibliographisches Institut & F.A. Brockhaus AG.

Zulfikar, Z., & Azizah, L. (2017). Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Kartu

Kuartet Dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Siswa

Kelas Xi Ma Negeri 1 Makassar. Eralingua: Jurnal Pendidikan Bahasa Asing

dan Sastra, 1(2).

Referensi

Dokumen terkait

RACHMAD DWIYANTO, Apt, MM NIP... RACHMAD DWIYANTO, Apt,

Untuk mengatasi masalah ini, guru bersama peneliti memusatkan pada perbaikan pengalokasian waktu untuk setiap langkah-langkah pembelajaran yang terdapat pada

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas pada pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa kelas XI SMA Negeri 14 Gowa pada

Berdasarkan Firman Tuhan ini, sebagai Pelayan Yesus Kristus kami memberitakan bahwa pengampunan dosa telah berlaku dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.. Jemaat : Syukur

Hasil pengamatan observasi awal menunjukkan bahwa tingkat rata-rata keterampilan sosial siswa belum mencapai standar yang diharapkan. Hal ini berarti perlu adanya

Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh data dan informasi tentang tingkat kemampuan siswa dalam

Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara peran guru dalam jaringan komunikasi terhadap nilai- nilai budaya organisasi pada SLTPN di Lingkungan Dinas

ini memiliki ukuran-ukuran yang bersesuaian, maka perkalian blok-blok ini dapat diselesaikan dengan cara seperti pada perkalian