• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 2.2 Matriks RKL Kegiatan Pertambangan Batu Gamping, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tabel 2.2 Matriks RKL Kegiatan Pertambangan Batu Gamping, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

No. Dampak Lingkungan Yang Dikelola

Sumber Dampak

Indikator Keberhasilan

Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Pengelolaan Yang Telah

Dilakukan

Hasil Pengelolaan

TAHAP PRA KONSTRUKSI 1 Perubahan

Persepsi Masyarakat

Sosialisasi Rencana Kegiatan

Lebih dari 60 % anggota keret pemegang hak adat atas lahan, dan warga masyarakat lokal lainnya

menyatakan menerima rencana kegiatan penambangan batu gamping.

1. Memasang papan

pengumuman tentang rencana kegiatan di tempat-tempat strategis.

2. Memasang pamflet tentang rencana kegiatan di gedung- gedung pelayanan publik.

3. Memuat pemberitahuan kepada masyarakat umum di media cetak (koran lokal) lokal dan RRI lokal tentang rencana kegiatan.

4. Melakukan FGD dengan warga masyarakat pemegang hak adat atas lahan, dan warga masyarakat lainnya tentang rencana kegiatan.

Kelurahan Andai, Kampung Maruni,

Kampung Dobut, Misapmesy, Hingck, Anggrisi, dan Kampung Wamesa.

1. Sudah memasang papan pengumuman Ditempat Strategis 2.Tidak ada bukti

pemasangan pemflet

dikantor-kantor, tetapi dipasang pengumuman atau gambar proyek di pertigaan jalan dari manokwari ke SP dan ke kab.

Pengunungan Arfak/Bintuni 3.Memasang

pengumuman di Koran/media cetak media Papua tanggal 16

4.Telah melakukan FGD dan

Penerimaan masyarakat terhadap pembangunan tambang batu Gamping sangat baik

(2)

Hidup

Konsultasi Publik pada tanggal 26 Oktober 2013 5.Telah dilalukan

rapat dengan tim 23 untuk pembebasan lahan tanggal 19 Juli 2014 2 Peningkatan

pendapatan masyarakat

Pengadaan lahan

Kompensasi hak masyarakat adat atas lahan telah dibayarkan sesuai MoU

1. Identifikasi Keluarga Keret Mansim yang berhak menerima pemberian kompensasi.

2. Memberi kesempatan kepada keluarga Keret Mansim dengan difasilitasi Pemda Manokwari untuk bermusawarah tentang penerimaan & pembagian dana kompensisi kepada semua keluarga Keret Mansim yang berhak menerimanya secara proporsional sesuai adat.

3. Pembayaran dana kompensasi dengan cara yang sesuai musyawarah, dengan disaksikan oleh Kepala Suku Besar Arfak, Muspida Kab.

Manokwari, dan BPN Prov.

Papua Barat, dan BPN Kabupaten Manokwari.

Kelurahan Andai dan Kampung Maruni.

1. Berita Acara Hasil Rapat tentang penetapan harga tanah dan nilai kompensasinya 2. Bukti

penyerahan nilai kompensasi kepada keluarga Keret Mansim tidak ada

3. Dalam proses pembayaran kompensasi tanah disaksikan Muspida, Kepala Suku Besar Arfak, BPN Kab.

Peningkatan pendapatan pada saat diberikan ganti rugi atas lahan yang digunakan Tambang Batu Gamping

(3)

Hidup

Manokwari dan BPN Prov.

Papua Barat.

3 Perubahan proses sosial

Pengadaan lahan

Tidak ada lagi konflik antar keluarga Mansim selaku

pemegang hak adat atas areal lahan rencana lokasi kegiatan penambangan batu gamping.

Melakukan pendekatan social budaya secara terpisah kepada masing-masing kelompok keluarga mansim di fasilitasi oleh bupati dan dewan adat

manokwari tentang status lahan dan kompensasi.

Kelurahan Andai Ada berita acara Rapat untuk pembebasan lahan tanggal 19 Juli 2014

Tanggapan masayarakat menyetujui lahan digunakan oleh tambang batu Gamping untuk Tahap I 64 Ha

4 Perubahan penguasaan dan

pemanfaatan lahan

Penyelesaian status lahan

100 % areal lahan tambang batu gamping telah berstatus HGU, dan telah berubah pemanfaatannya untuk usaha penambangan batu gamping.

1. Meyakinkan keret pemegang hak adat bahwa areal lahannya akan dikembalikan melalui bupati/walikota Manokwari jika PT. SDIC INDONESIA tidak berminat lagi untuk melanjutkan kegiatannya.

2. Meyakinkan keret pemegang hak adat bahwa perubahan pemanfaatan lahan dari meramu menjadi

pemanfaatan secara intensif lebih menguntukan secara ekonomi.

Kelurahan Andai Telah dilakukan pertemuan dengan keret pemegang hak adat tentang pengembalian lahan

Masyarakt telah menyetujui atas pembebasan lahan Hak Guna Usaha kepada PT. SDIC INDONESIA untuk tambang batu kapur

5 Perubahan Persepsi Masyarakat

Penyelesaian Status Lahan

> 80 % anggota keret pemegang hak adat atas lahan, dan warga masyarakat lokal lainnya

1. Meyakinkan keret pemegang hak adat atas areal lahannya akan dikembalikan melalui bupati/walikota Manokwari jika PT. SDIC INDONESIA tidak berminat lagi untuk

Kampung Maruni dan Kelurahan Andai

Telah dilakukan pertemuan dengan keret pemegang hak adat tentang pengembalian

Tidak ada konflik sosial atas penguasaan

(4)

Hidup menyatakan menerima perubahan status penguasaan lahannya menjadi HGU

melanjutkan usahanya.

2. Memastikan (dalam bentuk peta) tiap keret, dapat dengan mudah mengenali areal lahan yang dikuasai sebelumnya pada saat pengembalian lahan kepada masyarakat melalui bupati/walikota Manokwari.

3. Mengarsipkan secara baik peta areal lahan tiap keret di Kantor Pertanahan

Kabupaten/Walikota

Manokwari, Kantor Manajemen PT. SDIC INDONESIA

INDONESIA

lahan lahan

6 Perubahan penguasaan dan

pemanfaatan SDA

Penyelesaian Status Lahan

Keluhan masyarakat kurang dari 10%

dari jumlah masyarakat di wilayah studi.

Meyakinkan kepada keret pemegang hak adat atas areal lahan tambang, bahwa:

1. Kompensasi terhadap tanaman tumbuh kepada masyarakat, sedangkan untuk vegetasi hutan akan dibayarkan ke pemerintah dalam bentuk retribusi.

2. Perusahaan hanya menguasai areal lahan untuk

penambangan batu gamping.

3. SDA yang ada di dalam perut bumi tidak dikuasai dan tidak dimanfaatkan perusahaan.

Kelurahan Andai Tidak ada data bukti

kompensasi pembebasan atau ganti rugi tanaman/

tumbuhan kepada

mayarakat adat penguasa lahan.

Bukti pembayaran retribusi dan kompensasi kepada masyarakat untuk

tanaman/tumbuh an di lokasi area

1.Tidak ada konflik sosial atas

penguasaan lahan.

2. Masyarakat telah menyetujui

(5)

Hidup

Tambang Batu Kapur/tanah Liat (tidak ada) TAHAP KONSTRUKSI

1 Penurunan Kualitas Udara Ambien

Mobilisasi alat berat dan bahan bangunan

Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien (TSP, CO, SO2dan NO2)

1.Pemasangan penahan debu pada kendaraan

2.Perawatan kendaraan secara rutin

3.Penyiraman jalan 2 kali sehari

1.Kendaraan 2.Workshop 3.Jalur yang

dilewati kendaran

1.

Pengambilan udara emisi pada Kendaraan yang digunakan.

2.

Hasil analisis kualitas udara dan debu sudah dilakukan.

3.

Penyiraman jalan 2x sehali sudah

dilakukan

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

2 Peningkatan kebisingan

Mobilisasi alat berat dan bahan bangunan

Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.

48 TAHUN 1996

1. Melakukan pekerjaan pada siang hari

2. Mengurangi kecepatan kendaraan

1. Jalur mobilisasi kendaraan 2. Jalur

mobilisasi kendaraan (kampong maruni)

1.

Pelaksanaan pembangunan dari jam 8.00 sampai 17.00

2.

WITMengurangai

kecepatan mobilisasi kendaraan angkutan material dan peralatan di lokasi proyek dan jalan

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

(6)

Hidup

utama, agar tidak terjadi kecelakaan lalu lintas dengan kendaraan pengguna jalan.

3.

Usulan pengelolaan lingkungan dengan menambah rambu-rambu jalan.

4.

Usulan kendaraan keluar /masuk dari jalan poros utama ke proyek diatur/ dibantu teknisi lapangan atau penjaga pintu masuk kearah tambang 3 Penurunan

Kualitas Udara Ambien

Pembersihan dan

pematangan lahan

Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (TSP, CO, SO2

1. Melakukan penyiraman pada daerah rawan debu

2. Perawatan kendaraan secara rutin

1.areal pembersihan dan

pematangan lahan 2.workshop

1.

Sudah dilakukan penyiraman pada daerah jalan utama atau sekitar proyek yang

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

(7)

Hidup

dan NO2) cenderung

menimbulkan peningkatan debu, SO2dan NO2

2.

Perawatan kendaraan terutama pada mesin

pembakaran, olie dan sebagainya, sehingga buangannya tidak memberi kontribusi Penurunan Kualitas Udara Ambien

3.

Hasil analisis

kualitas Udara dari

laboratorium PT. Global Quality Analitical Bogor

Akreditasi KAN Hasil terlampir 4 Peningkatan

kebisingan

Pembersihan dan

pematangan lahan

Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.

48 TAHUN 1996

Melakukan pekerjaan pada siang hari

Pada areal pembersihan dan

pematangan lahan

1. Pelaksanaan pekerjaan dari jam 8.00 sampai 17.00 WIT

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

(8)

Hidup

2. Pengukuran kebisingan di permukiman penduduk Kampung Maruni dan kantor Pengelola Proyek PT.SDIC INDONESIA 3. Hasil analisis

tingkat kebisingan dari

laboratorium PT. Global Quality Analitical Bogor Akreditasi KAN, Hasil terlampir 5 Penurunan

Kualitas air sungai

Pembersihan dan

pematangan lahan

Tidak Melebihi Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)

1. Membuat settling pond pada daerah terendah

2. Membuat drainase sekeliling wilayah pembersihan dan pematangan lahan

1.Areal pembersihan dan

pematangan lahan 2.Areal

pembersihan dan

pematangan lahan

Pembangunan setting pond sedang dilaksanakan, lokasi sesuai peta ANDAL

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

6 Peningkatan Pembersihan TSS dan 1. Pembersihan lahan secara Areal

1.

Pembersihan Pengelolaan

(9)

Hidup Sedimentasi

Sungai

dan

Pematangan Lahan

Sedimentasi delivery Ratio tidak mengalami peningkatan lebih dari 10 %

bertahap

2. Pembuatan drainase disekitar lokasi tambang

pembangunan jalan dan drainase

lahan sesuai HGU Tahap I seluas 64 Ha

2.

Pembuatan

drainase yang mengarah ke setting pond sedang dibangun/

dibuat

3.

Pengukuran

Sedimentasi di Sungai Maruni telah dilakukan (terlampir analisis kualitas air sungai)

dilakukan pada saat tahap konstruksi

7 Penurunan Kualitas Udara Ambien

Pembangunan jalan tambang dan drainase

Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (TSP, CO, SO2

dan NO2)

1. Perawatan kendaraan

2. Penyiraman jalan pada musim panas secara rutin

1. Workshop 2. Areal jalan

dan

pembanguna n drainase

1.

Perawatan kendaraan untuk ekscavator dan loader sudah dilakukan

2.

Penyiraman

jaian masuk areal tambang dan drainase

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

8 Tingkat kebisingan

Pembangunan jalan tambang dan drainase

Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.

48 TAHUN 1996

Pekerjaannya dilaksanakan pada siang hari

Areal

pembangunan jalan dan drainase

Pelaksanaan pembangunan jalan tambang dan drainase dari jam 8.00 sampai 17.00

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

(10)

Hidup

WIT 9 Tingkat

kebisingan

Pembangunan fasilitas tambang

Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.

48 TAHUN 1996

Pekerjaannya dilaksanakan pada siang hari

Areal

pembangunan jalan dan drainase

Pelaksanaan pembangunan fasilitas tambang dari jam 8.00 sampai 17.00 WIT

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

10 Perubahan (penurunan) keanekaragaman dan populasi satwaliar

Pembersihan dan

Pematangan lahan

Masih ada jenis- jenis satwa liar

1.Pengaturan teknik

pembersihan dan pematangan lahan yang tidak

mengakibatkan gangguan pada satwa liar.

2.Pendekatan masyarakat untuk menurunkan frekuensi

perburuan satwa liar dan pola pemanenan satwa liar yang memiliki umur panen.

3.Monitoring dan animal rescue terhadap satwa-satwa endemik penting yeng bekerja sama dengan instansi terkait di Kabupaten Manokwari.

Lokasi pembersihan dan

pematangan proyek

Menginformasika n kepada masyarakat tentang dampak yang mungkin terjadi akibat perburuan satwa liar.

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

11 Perubahan struktur, dominansi dan keanekaragaman vegetasi

Pembersihan dan

Pematangan lahan

Keanekaragama n jenis vegetasi masih terdapat di sekitar areal tambang batu gamping.

Pendekatan Teknologi

1.

Penanaman perkayaan dengan jenis pohon lokal, jenis yang mudah tumbuh maupun kelompok buah-buahan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar

Pendekatan Sosial Ekonomi

1.

Pelatihan Karyawan melalui penyelenggaraan program

Lokasi pembersihan lahan (termasuk pembukaan lahan, pengupasan tanah pucuk dan penimbunan )

Pendekatan Teknologi

 Dalam rencana pembukaan lahan tambang harus

ditambahkan lokasi penanaman tumbuhan

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

(11)

Hidup

peningkatan pengetahuan terhadap karyawan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan seperti reklamasi maupun revegetasi.

Pendekatan Institusi

1.

Membentuk organisasi

pengelolaan lingkungan yang terintegrasi dengan struktur organisasi perusahaan.

2.

Melakukan kerjasama dengan instansi terkait Kab. Manokwari

lokal atau tanaman buah yang

bermanfaat bagi masyarakat terutama pada bagian tepi lereng batas akhir jalan masuk ke areal tambang Pendekatan Sosial Ekonomi

 Pelatihan kepada karyawan tentang pengetahuan pengelolaan lingkungan hidup, meminta bantuan kepada Badan Lingkungan Hidup Kab.

Manokwari Pendekatan Institusi

 Sedang

(12)

Hidup

diusulkan pemrakarsa PT. SDIC INDONESIA Manokwari mempunyai staf pengelola lingkungan hidup,

sehingga lebih paham terhadap pengelolaan lingkungan hidup sesuai arahan Kelayakan lingkungan dan Izin Lingkungan 12 Perubahan

kelimpahan dan keanekaragaman biota air laut

Pembersihan dan

pematangan lahan

 Konsentrasi kekeruhan dan TSS tidak melebihi baku mutu air laut untuk biota laut

 Struktur komonitas biota air berada pada kondisi yang prima dengan nilai H’ > 3

Pengaturan teknik pembersihan dan pematangan lahan sehingga mengurangi sedimentasi.

Laut disekitar lokasi kegiatan

Pembersihan dan pematangan lahan dilakukan sesuai aturan sehingga tidak meningkatkan sedimentasi diperairan

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

13 Peningkatan Kesempatan

Penerimaan tenaga kerja

>50 % tenaga kerja nonskil

1. Bersama Dinas Tenaga Kerja Kab. Manokwari melakukan

1. Kelurahan dan

kampung

1.

Sudah dilakukan,

Pengelolaan dilakukan pada

(13)

Hidup Kerja konstruksi berasal dari tenaga kerja lokal wilayah studi.

sosialisasi kepada warga masyarakat lokal wilayah studi tentang Kebutuhan tenaga kerja .

2. Materi sosialisasi terutama mengenai jumlah dan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan.

3. Bersama Dinas Tenaga Kerja Kab. Manokwari memberi pelatihan kerja kepada warga masyarakat lokal wilayah studi tentang bidang-bidang pekerjaan yang dibutuhkan perusahaan.

4. Memberi prioritas penerimaan tenaga kerja lokal wilayah studi yang memenuhi kriteria perusahaan.

dalam wilayah studi.

2. Kantor manajemen PT. SDIC INDONESIA di lapangan.

sosialisasi dengan masyarakat lokal

2.

Kualifikasi

jenis tenaga kerja yang dibutuhkan harus dipersiapkan pemrakarsa untuk diumumkan keluar

3.

Pencatatan

jumlah tenaga kerja yang terlibat

4.

Prioritas

penerimaan tenaga kerja lokal masih dikontrol dengan jumlah tenaga kerja yang sudah direkrut selama ini

saat tahap konstruksi

14 Perubahan persepsi masyarakat

Penerimaan tenaga kerja konstruksi

>60 % anggota masyarakat pencari kerja lokal

1. Memberikan informasi kepada masyarakat lokal tentang adanya penerimaan tenaga yang memenuhi kriteria perusahaan.

MAN-SEL:

Kelurahan Andai, Kampung Wamesa, Maruni, Dobut,

1.

Informasi melalui surat kabar Media Papua sudah dilakukan.

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

(14)

Hidup

2. Memberi prioritas penerimaan kepada tenaga kerja lokal yang memenuhi kriteria perusahaan.

3. Memberi upah tenaga kerja minimal sama dengan UMP 2016.

Misapmesy.

WARMARE : Kampung Hingk TANARUBUH Kampung Anggrisi.

2.

Data Upah tenaga kerja sesuai UMP tahun 2016 belum ada buktinya.

15 Gangguan proses sosial

Mobilisasi tenaga kerja

Konflik antara warga

masyarakat lokal dan tenaga kerja luar Kabupaten Manokwari, nihil

1. Sosialisasi pelaksanaan mobilisasi tenaga kerja kepada masyarakat lokal wilayah studi.

2. Mobilisasi tenaga kerja bertahap.

3. Memperkenalkan budaya lokal kepada tenaga kerja yang dimobilisasi.

4. Membentuk sikap dan perilaku tenaga kerja yang mampu meredam persepsi negatif masyarakat lokal terhadap tenaga kerja yang akan dimobilisir.

1. Kampung- kampung dalam wilayah studi.

2. Basecamp tenaga kerja perusahaan

1.

Mobilisasi Tenaga Kerja dari China (belum ada data)

2.

Sosialisasi

tenaga kerja dengan masyarakat lokal, melalui rumah ibadah atau

pertemuan khusus.

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

16 Penurunan pendapatan

Pembersihan dan

pematangan lahan

Penurunan pendapatan usaha tani kangkung dan ikan mujair tidak lebih dari 10 %.

1. Memberi informasi kepada petani tentang jadwal pelaksanaan kegiatan pembersihan lahan areal tambang.

2. Menghimbau petani untuk memanen sayur kangkung dan ikan mujair, selambat-

lambatnya 1 hari sebelum kegiatan pembersihan lahan.

Kampung Maruni dan Kampung Hingck.

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang jadwal pelaksanaan pembersihan lahan areal tambang

Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi

17 Perubahan kesempatan kerja

Pengahiran hubungan kerja

Tenaga kerja mendapatkan hak-haknya sesuai peraturan

1. Review peraturan perundangan

ketenagakerjaan yang berlaku dan relevan.

 Basecamp/me s tenaga kerja perusahaan.

 Kantor

1. Deteksi terhadap tenaga kerja asing dari

Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi

(15)

Hidup ketenagakerjaan yang berlaku

2. Bersama Dinas Tenaga Kerja lebih awal menginformasikan tentang waktu berahirnya hubungan kerja.

3. Realisasi pemberian hak-hak tenaga kerja sesuai

peraturan yang berlaku dan relevan.

manajen PT.

SDIC

INDONESIA di lapangan.

China ijin imigrasi dan waktu berlakunya visa tinggal 2. Copy kontrak

kerja dengan sub kontraktor dan tenaga kerja harusnya dilampirkan 3. Belum ada

data yang bisa dilampirkan 18 Gangguan

proses sosial

Pengahiran hubungan kerja

< 20 % saja warga masyarakat wilayah studi yang

mengeluhkan pengahiran hubungan kerja.

1. Memberikan informasi lebih awal saat pengakhiran hubungan kerja kepada tenaga kerja perusahaan.

2. Pengakhiran hubungan kerja dilakukan sesuai peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

3. Memberikan surat keterangan pengalaman kerja kepada tenaga kerja yang menjalani pengahiran hubungan kerja.

Kampung- kampung dalam wilayah studi.

Basecamp tenaga kerja.

1. Telah memberikan informasi awal mengenai pengakhiran hubungan kerja 2. Pengakhiran

hubungan kerja dilakukan sesuai peraturan ketenagakerja an yang berlaku.

3. Memberikan surat keterangan

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

(16)

Hidup

pengalaman kerja kepada tenaga kerja yang menjalani pengahiran hubungan kerja.

19 Perubahan pola penyakit

Mobilisasi alat berat dan bahan bangunan

Tidak terjadi perubahan Pola10 besar jenis penyakit Atau

Peningkatan Prevalensi dan Insiden Penyakit

1. Mengatur atau membatasi kecepatan kendaraan pengangkut alat barat dan bahan bangunan.

2. Menutup bak dump truck dengan menggunakan terpal atau sejenisnya.

3. Tidak melaksanakan mobilisasi pada jam-jam puncak lalu lintas di jalan yang dilalui.

4. Menggunakan kendaraan layak jalan.

Kendaraan pengangkut alat berat dan bahan bangunan

1. Kendaraan proyek angkutan materian dan alat berat mengguna kan kecepatan <

30 km/jam 2. Bak material

ditutup dengan terpal sudah dilakukan

3.

Mobilisasi pada jam puncak hanya waktu tertentu, misalnya saat istirahat siang ketika jalur kendaraan agak sepi dan dipandu petugas teknis lapangan

4.

Kendaraan

operasional

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

(17)

Hidup

mempunyai KIR, dan dirawat dengan baik 20 Perubahan pola

penyakit

Pembersihan dan

pematangan lahan

Tidak terjadi perubahan Pola10 besar jenis penyakit Atau

Peningkatan Prevalensi dan Insiden Penyakit

1. Menggunakan alat berat yang layak operasi.

2. Membatasi atau

meminimalkan bukaan lahan atau sesuai dengan desain tambang.

3. Menyediakan dan mewajibkan para pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata, masker, earplug, safety shoes, dan

sebagainya.

Sepanjang jalur mobilisasi

1.Alat berat yang digunakan layak operasi dan sudah dikontrrol tiap bulan, oleh sub kontraktor pelaksana

2.

Pembukaan

lahan sesuai blok I yang sudah

mendapat HGU

3.

Para pekerja

operator alat berat

menggunakan perlindungan keselamatan kerja sesuai

4.

SOPWawancara

langsung dengan pekerjanya

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

21 Perubahan sanitasi lingkungan

Pembersihan dan

pematangan lahan

Tidak terjadi perubahan pola 10 besar jenis penyakit Atau Prevalensi dan

1. Membuat saluran drainase dan/atau kolam pengendap di sekitar tapak kegiatan sebelum dialirkan ke badan air.

Tapak kegiatan atau tapak proyek

1. Sudah dilaksanakan pembuatan saluran drainase

Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi

(18)

Hidup

Insiden Penyakit 2. Meminimalkan bukaan lahan sesuai dengan desain tambang.

3. Memperpendek lereng atau kemiringan lahan yang curam.

proyek sampai ke setting pond 2. Area

pembukaan lahan sesuai hgu blok 1 seluas 64 ha secara bertahap 3. Kemiringan

lereng pembukaan lahan sesuai rencana proyek dalam andal

22 Perubahan pola penyakit

Pembersihan dan

pematangan lahan

Tidak terjadi perubahan Pola 10 besar jenis penyakit Atau Peningkatan Prevalensi dan Insiden Penyakit

1. Menggunakan alat berat yang layak operasi.

2. Membatasi atau

meminimalkan bukaan lahan atau sesuai dengan desain tambang.

3. Menyediakan dan mewajibkan para pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata, masker, earplug, safety shoes, dan

sebagainya.

Sepanjang jalur mobilisasi

1 .Alat berat yang digunakan sudah layak operasi. Bukti penggantian oli dan spaepart dicatat)

2.

Area

pembukaan lahan sesuai HGU Blok 1 seluas 64 Ha secara bertahap

3.

Tenaga kerja

Tidak ditemukan Tenaga kerja yang terkena penyakit saluran pernafasan

(19)

Hidup

operasional menggunaka n alat keselamatan kerja sesuai SOP 23 Perubahan pola

penyakit

Pembangunan jalan tambang dan drainase

Tidak terjadi perubahan pola 10 besar jenis penyakit atau peningkatan prevalensi dan insiden penyakit

1. Menggunakan alat berat yang layak operasi.

2. Membatasi atau

meminimalkan bukaan lahan untuk jalan tambang maupun drainase sesuai desain tambang.

3. Menyediakan dan mewajibkan para pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata, masker, earplug, safety shoes, dan

sebagainya.

Tapak kegiatan atau tapak proyek

1.Alat berat yang digunakan sudah layak operasi.

2.Area pembukaan lahan sesuai HGU Blok 1 seluas 64 Ha secara bertahap 3.Tenaga kerja

operasional menggunakan alat

keselamatan kerja sesuai SOP

Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi

TAHAP OPERASIONAL 1 Penurunan

Kualitas Udara Ambien

Mobilisasi alat berat

Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraa

1. Pemasangan penghalang debu pada kendaraan 2. Perawatan kendaraan 3. Penyiraman jalan (jalur

mobilisasi)

1. Kendaraan 2. Workshop 3. Jalur yang

dilewati kendaraan

1.Hasil analisis kualitas udara dari PT.

Global Quality Analitical Bogor Akreditasi KAN

2.Menggunakan

Kualitas udara ambien masih berada dibawah baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah

(20)

Hidup n Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien (TSP, CO, SO2

dan NO2)

kendaraan yang layak pakai 3.Rutin

dilakukan penyiraman jalan

Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggar aan

Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien (hasil analisis kualitas udara ambien terlampir) 2 Tingkat

kebisingan

Mobilisasi alat berat

Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.

48 TAHUN 1996

1.Melakukan pekerjaan pada siang hari

2.Mengurangi kecepatan kendaraan

1. Jaliur mobilisasi (kampong maruni) 2. kendaraan

1.Pelaksanaan pekerjaan dari jam 08:00 sampai 17:00 WIT

2.Hasil pengukuran Kebisingan dari PT. Global Quality Analitical Bogor

Akreditasi KAN 3.Kecepatan

kendaraan telah diatur

Nilai kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan 70 dBA. (Hasil Pengukuran tingkat kebisingan Terlampir)

3 Perubahan Pembersihan 1. Skala Beaufort 1. Keberlanjutan pembukaan 1. Areal 1.Penambahan Kondisi iklim

(21)

Hidup kualitas iklim

mikro

Lahan 5

2. Indeks kenyamanan pada kriteria cukup nyaman (dengan nilai 26)

3. pH hujan berkisar 7,0

lahan untuk tambang batu gamping ≤ 2 ha/hari 2. Membuat biopori dengan

diameter 10 cm, kedalaman 1 m

3. Penyemprotan air secara rutin pada siang, pagi dan sore.

rencana tambang batu gamping 2. Radius 100 m

dari areal rencana tambang batu gamping 3. Areal

rencana tambang batu gamping

luas areal yang berpotensi menerima radiasi matahari dan bumi selama pengoperasian 2.Pemasangan

biopori sudah dilakukan

tidak mengalami perubahan

4 Peningkatan Laju Aliran Permukaan

Pembersihan Lahan

Tidak terjadi luapan Aliran permukaan di luar lokasi penambangan

1. Disemua tepi pembukaan lahan dibuat paritan atau toe sehingga aliran permukaan tidak meluap ke luar lokasi kegiatan. Air kemudian ditampung dalam kolam pengendapan (settling pond) 2. Untuk pembersihan di Blok III

kolam pengendapan harus dapat menampung air sebanyak air sebanyak 2000 m3

3. Kolam pengendapan terdiri dari 2 buah kolam, pertama untuk menampung partikel- partikel besar dan kedua untuk menampung partikel yang lolos dari partikel pertama.

4. Kolam penampungan dibuat sehingga alat berat dapat melakukan perawatan.

1.Pada tapak lahan yang dibersihkan, yaitu di lokasi Penambangan Gamping 2.Di blok III 3.Dilokasi kolam

pengendapan 4.Dilokasi kolam

pengendapan

Disemua tepi pembukaan lahan telah dibuatkan parit atau toe

Laju aliran permukaan stabil

5 Peningkatan Pembersihan Tidak terjadi 1. Melakukan pembersihan lahan 1. Lokasi 1.Pembersihan Tidak terjadi

(22)

Hidup Sedimentasi

Sungai

Lahan peningkatan TSS di Werbedey (anak sungai Maruni)

secara bertahap sesuai kebutuhan kontruksi 2. Pada lahan yang telah

dibersihkan dibuat saluran drainase dan tempat penampungan sebelum dilepas ke sungai

pembersihan lahan (Blok III)

2. Lokasi pembersihan lahan (Blok III)

lahan dilakukan dengan 3 tahap yaitu

pembersihan blok 1, kemudian blok 2 dan 3.

2.Telah dibuat drainase dan tempat penampungan

peningkatan sedimentasi

6 Penurunan Kualitas air sungai

Pembersihan lahan

Tidak Melebihi Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)

1. Pembuatan settling pond 2. Pembuatan drainase sekeliling

wilayah pembersihan lahan

1. Areal pembersihan lahan 2. Areal

pembersihan lahan

1.Telah dibuat settling pond 2.Drainase telah

dibuat disekeliling wilayah pembersihan lahan

Kualitas air sungai masih dibawah baku mutu air sesuai PP RI.

No. 82 Tahun 2001 (Hasil Analisis Kualitas air sungai Terlampir) 7 Erosi tanah Pengupasan

dan

penimbunan tanah pucuk

Laju erosi berada pada kategori sedang (<180) ton/ha/th.

1. Pengupasan dilakukan pada blok yang akan ditambang secara bertahap atau tidak sekaligus pada semua areal dalam blok penambangan 2. Pengupasan tidak dilakukan

pada musim hujan atau hari hujan.

1. Pada blok yang sedang ditambang di lokasi tambang 2. Pada blok

yang sedang ditambang di lokasi tambang

1. Pengupasan dilakukan secara bertahap 2. Pengupasan

dilakukan pada musim

kemarau untuk menghindari terjadinya erosi

Laju erosi masih berada pada kategori sedang

8 Penurunan Kualitas Udara

Pengupasan dan

Tidak melebihi baku mutu

1. Perawatan kendaraan 2. Penyiraman lahan yang

1. Workshop 2. Areal

1.Hasil analisis kualitas udara

Kualitas udara tidak melebihi

(23)

Hidup

Ambien penimbunan

tanah pucuk

kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraa n Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien (TSP, CO, SO2

dan NO2)

diperkirakan menimbulkan debu

Pengupasan Dan

Penimbunan Tanah Pucuk

dari PT. Global Quality

Analitical Bogor Akreditasi KAN 2.Menggunakan

kendaraan yang layak pakai 3.Melakukan

penyiraman pada area yang berpotensi menghasilkan debu

baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggar aan

Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien (Hasil Analisis Kualitas Udara Terlampir) 9 Peningkatan

kebisingan

Pengupasan dan

penimbunan tanah pucuk

Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO. 48 TAHUN 1996

Kegiatan dilakukan pada siang hari

Areal pengupasan dan

penimbunan tanah pucuk

1.Pelaksanaan pengupasanan dari jam 08:00 sampai 17:00 WIT

2.Hasil pengukuran Kebisingan dari PT. Global Quality

Analitical Bogor Akreditasi KAN

Nilai kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan 70 dBA. (Hasil Pengukuran tingkat kebisingan Terlampir)

10 Penurunan Pengupasan Tidak Melebihi Menempatkan tanah pucuk pada Areal Tanah pucuk Kualitas air

(24)

Hidup Kualitas air

sungai

dan

penimbunan tanah pucuk

Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)

daerah yang diperkirakan tidak berdampak erosi

pengupasan dan

penimbunan tanah pucuk

ditempatkan didaerah yang sangat peka terhadap erosi

sungai masih dibawah baku mutu air sesuai PP RI. No. 82 Tahun 2001 (Hasil Analisis Kualitas air sungai Terlampir) 11 Peningkatan

Sedimentasi Laut

Pengupasan dan

penimbunan tanah pucuk

Laju

pengendapan tidak melebihi 1,8 x 104 mm3/hari/m

Aliran sedimen sisa dari lahan atas pada saat Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk tidak boleh dialirkan ke perairan laut akan tetapi harus dialirkan ke kolam pengendapan

(settlingpond)

pantai maruni dan muara sungai

Air tambang dialirkan terlebih dahulu di settling pond sebelum dibuang ke badan air

Laju

pengendapan tidak melebihi 1,8 x 104 mm3/hari/m

12 Peningkatan Sedimentasi Sungai

Penggalian Pembongkaran

Peningkatan TSS dan sedimentasi maksimal 10 % dari rona awal

1. Melakukan pengukuran TSS padainlet dan outlet disekitar saluran pembuangan dari kolam pengendapan 2. Disemua tepi pembukaan

lahan dibuat paritan atau toe sehingga aliran permukaan tidak meluap ke luar lokasi kegiatan. Air kemudian ditampung dalam kolam pengendapan (settlingpond) 3. Kolam penampungan dibuat

sehingga alat berat

dapatmelakukan perawatan.

1.Sungai maruni 2.Lokasi Paritan

dan Kolam Penampungan 3.Kolam

pengendapan

1.Pengukuran TSS telah dilakukan 2.Telah dibuat

parit 3.Telah dibuat

kolam

penampungan

Tidak terjadi peningkatan sedimentasi di sungai maruni

13 Perubahan Imbuhan air tanah

Penggalian/

Pembongkara n Batu Gamping

Penurunan Imbuhan air Permukaan Tidak melebihi

1. Membuat sumur-sumur /kolam-kolam resapan.

2. Kemiringan lereng penggalian tidak boleh melebihi 450.

1. Disumur- sumur resapan 2. Lereng

penggalian

Penggalian/pem bongkaran dilakukan tidak melebihi dari 450

Penurunan Imbuhan air Permukaan Tidak melebihi

(25)

Hidup 70 % sampai akhir

penambangan

70 %

14 Getaran Penggalian/

Pembongkara n Batu Gamping

Pada pemukiman penduduk PVS tidak boleh melebihi 3 mm/s.

Tidak terjadi kerusakan banguan akibat getaran dari bahan peledak.

1.Peledakan bisa dilakukan jika berjarak minimal 600 m dari pemukiman penduduk tedekat.

2.Penanganan bahan peledak harus sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1955 3.Dibuat bufferzone (zona

penyangga) antara pemukiman penduduk dan lokasi

penambangan.

1.Di lokasi penambangan 2.Digudang

bahan peledak 3.Dilokasi

penambangan

1. Peledakan dilakukan berjarak lebih 600 m dari pemukiman penduduk tedekat.

2. Penanganan bahan peledak sudah sesuai dengan aturan yang berlaku

Tidak terjadi kerusakan disekitar lokasi penambangan akibat dari peledakan baik rumah

penduduk, tempat ibadah maupun sarana pendidikan 15 Penurunan

Kualitas Udara Ambien

Penggalian dan

pembongkar an batu gamping

Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraa n Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien (TSP, CO, SO2

dan NO2)

1. Jarak penggalian dan pembongkaran dengan peledakan radius 600 meter dari pemukiman

2. Penyiraman lahan yang berpotensi menghasilkan debu

1. Lokasi pembongkara n dan

penggalian batu gamping 2. Lokasi

pembongkaran dan

penggalian batu gamping

1.Penyiraman dilakukan 2x sehari 2.Hasil analisis

kualitas udara dari PT. Global Quality

Analitical Bogor Akreditasi KAN

Kualitas udara tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggar aan

Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu

(26)

Hidup

Udara Ambien (Hasil Analisis Kualitas Udara Terlampir) 16 Kebisingan Penggalian

dan

pembongkaran batu gamping

Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.

48 TAHUN 1996

1. Kegiatan dilakukan pada siang hari

2. Jarak lokasi penggalian dan pembongkaran berjarak 600 m dari pemukiman terdekat.

1.Lokasi penggalian dan

pembongkaran 2.Kampung

Maruni RT 3

1.Pelaksanaan penggalian dan pembongkaran batu gamping dari jam 08:00 sampai 17:00 WIT

2.Hasil pengukuran Kebisingan dari PT. Global Quality

Analitical Bogor Akreditasi KAN

Nilai kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan 70 dBA. (Hasil Pengukuran tingkat kebisingan Terlampir)

17 Penurunan Kualitas air sungai

Penggalian dan pembongkaran batu gamping

Tidak Melebihi Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)

1. Pembuatan settling pond 2. Pembuatan drainase

mengelilingi areal penggalian dan pembongkaran batu gampingx

1. Areal penggalian dan

pembongkaran batu gamping 2. Areal

penggalian dan

pembongkaran batu gamping

Pembuatan drainase

mengelilingi areal penggalian dan pembongkaran batu gamping telah dilakukan

Kualitas air sungai masih dibawah baku mutu air sesuai PP RI. No. 82 Tahun 2001 (Hasil Analisis Kualitas air sungai Terlampir) 18 Penurunan

kualitas air laut

Penggalian dan

pembongkaran batu gamping

 Baku Mutu air laut pada PP No.51 Tahun 2004 tentang Kualitas Air laut

 Parameter

1.Pembuatan settling pond 2.Pembuatan drainase

mengelilingi areal penggalian dan pembongkaran batu gamping

1.Areal penggalian dan

pembongkaran batu gamping 2.Areal

Pembuatan drainase mengelilingi areal penggalian dan

pembongkaran

Nilai kualitas air laut masih dibawah baku mutu sesuai Kep. MENLH No. 51 Tahun

(27)

Hidup utama TSS dan pH

penggalian dan

pembongkaran batu gamping

batu gamping telah dilakukan

2004 (Hasil Analisis Kualitas Air Laut

Terlampir) 19 Peningkatan

Sedimentasi Laut

Penggalian/pe mbongkaran batu gamping

Laju

pengendapan tidak melebihi 1,8 x 104 mm3/hari/m

Aliran sedimen sisa dari lahan atas pada saat

Penggalian/pembongkaran batu gamping tidak boleh dialirkan ke perairan laut akan tetapi harus dialirkan ke kolam pengendapan (settling pond)

Pantai maruni dan muara sungai

Aliran sedimen sisa dari lahan atas pada saat Penggalian/pem bongkaran batu gamping dialirkan terlebih dahulu di kolam pengendapan sebelum dibuang ke perairan

Laju

pengendapan tidak melebihi 1,8 x 104 mm3/hari/m

20 Penurunan Kualitas Udara Ambien

Pengangkutan batu gamping ke crushing plant

Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraa n Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien (TSP, CO, SO2

dan NO2)

Membuat pelindung coveyor belt sehingga debu tdk tertiup angin

Coveyor belt Telah dibuatkan pelindung Coveyor Belt

Kualitas udara tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraa n Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien (Hasil Analisis Kualitas Udara

(28)

Hidup

Terlampir) 21 Kebisingan Pengangkutan

batu gamping ke crushing plant

Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.

48 TAHUN 1996

Perawatan conveyor belt secara rutin

Conveyor belt 1. Pengankutan dilakukan dari jam 08:00 sampai 17:00 WIT

2. Hasil pengukuran Kebisingan dari PT. Global Quality

Analitical Bogor Akreditasi KAN

Nilai kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan 70 dBA. (Hasil Pengukuran tingkat kebisingan Terlampir)

22 Penurunan Kualitas Udara Ambien

Peremukan batu gamping

Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraa n Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien (TSP, CO, SO2

dan NO2)

Pembuatan kubah penutup crushing plant atau areal peremukan batu gamping

Areal

peremukan batu gamping

Hasil analisis kualitas udara dari PT. Global Quality Analitical Bogor Akreditasi KAN

Kualitas udara tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraa n Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien (Hasil Analisis Kualitas Udara Terlampir) 23 Penurunan

Kualitas air

Pengoperasian fasilitas

Tidak Melebihi Baku Mutu air

1. Pembuatan settling pond 2. Pembuatan drainase

1.Areal

pengoperasian

Pembuatan drainase

Kualitas air sungai masih

(29)

Hidup

sungai tambang kelas I pada PP

RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)

mengelilingi areal pengoperasian fasilitas tambang

fasilitas tambang 2.Areal

pengoperasian fasilitas tambang

mengelilingi areal

pengoperasian fasilitas tambang telah dilakukan

dibawah baku mutu air sesuai PP RI. No. 82 Tahun 2001 (Hasil Analisis Kualitas air sungai Terlampir) 24 Penurunan

kualitas air laut

Pengoperasian fasilitas tambang

Baku Mutu air laut pada PP No.51 Tahun 2004 tentang Kualitas Air laut Parameter utama TSS dan pH

1. Pembuatan settling pond 2. Pembuatan drainase

mengelilingi areal pengoperasian fasilitas tambang

1. Areal

pengoperasia n fasilitas tambang 2. Areal

pengoperasia n fasilitas tambang

Pembuatan drainase mengelilingi areal

pengoperasian fasilitas tambang telah dilakukan

Nilai kualitas air laut masih dibawah baku mutu sesuai Kep. MENLH No. 51 Tahun 2004 (Hasil Analisis Kualitas Air Laut

Terlampir) 25 Perubahan

kualitas iklim mikro

Reklamasi dan Revegetasi

1.Skala Beaufort 5

2.Indeks kenyamanan pada kriteria cukup nyaman (dengan nilai 26) 3.pH hujan

berkisar 7,0

1. Penanaman lahan

penambangan batu gamping ≤ 1 ha/hari.

2. Membuat biopori dengan diameter 10 cm, kedalaman 1 m 3. Penyemprotan air secara rutin

pada siang, pagi dan sore.

1. Areal rencana reklamasi dan revegatasi tambang batu gamping 2. Radius 100 m

dari area rencanal reklamasi dan revegetasi tambang batu gamping 3. Areal rencana

reklamasi dan revegetasi tambang batu

Reklamasi dan Revegetasi belum dilakukan

Tidak terjadi perubahan kualitas iklim mikro

(30)

Hidup

gamping 26 Penurunan laju

aliran permukaan

Reklamasi dan Revegetasi

Debit aliran permukaan akan menurun sama dengan kondisi awal sebelum ada kegiatan.

Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan revegetasi maka pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi

Lokasi Bekas Tambang blok I dan II

Reklamasi dan Revegetasi belum dilakukan

Tidak terjadi penurunan laju aliran

permukaan

27 Kesuburan Tanah

Reklamasi dan revegetasi

Status

kesuburan tanah menjadi tinggi.

1. Pengambilan tanah untuk media tanam yang memiliki status kesuburan tanah sedang.

2. Penanaman tanaman penutup tanah, terutama tanaman yang dapat meningkatkan

kesuburan tanah dengan cepat, seperti tanaman legum.

1. Pada blok yang sudah selesai ditambang dan tidak digunakan lagi 2. Pada blok

yang sudah selesai ditambang dan tidak digunakan lagi

Reklamasi dan Revegetasi belum dilakukan

Tidak terjadi perubahan kesuburan Tanah

28 Penurunan Sedimentasi sungai

Reklamasi dan Revegetasi

Terjadi

penurunan TSS dan Sedimentasi Delivery Ratio (SDR)

Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan revegetasi maka pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi

Lokasi Bekas Tambang blok I dan II

Reklamasi dan Revegetasi belum dilakukan

Tidak terjadi penurunan Sedimentasi sungai

29 Peningkatan Kesempatan kerja

Penerimaan tenaga kerja Operasi

Ada tenaga kerja lokal yang diterima

1. Bersama Dinas Tenaga Kerja Kab. Manokwari melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat lokal wilayah studi tentang Kebutuhan tenaga kerja.

2. Materi sosialisasi terutama

1. Kelurahan dan kampung dalam wilayah studi.

2. Kantor manajemen PT. SDIC

Telah dilakukan sosialisasi tentang penerimaan tenaga kerja

Tenaga kerja local bekerja sebagai tenaga pengamanan dan sopir

(31)

Hidup

mengenai jumlah dan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan.

3. Memberi prioritas penerimaan tenaga kerja lokal wilayah studi yang memenuhi kriteria perusahaan.

INDONESIA di lapangan.

30 Perubahan Persepsi masyarakat

Penerimaan tenaga kerja

>60 % anggota masyarakat pencari kerja di wilayah studi menyatakan mendukung perusahaan karena dapat menciptakan kesempatan kerja.

1. Memberikan informasi kepada masyarakat lokal tentang adanya penerimaan tenaga yang memenuhi kriteria perusahaan.

2. Memberi prioritas penerimaan kepada tenaga kerja lokal yang memenuhi kriteria perusahaan.

3. Memberi upah tenaga kerja minimal sama dengan UMPB 2014.

MAN-SEL:

Kelurahan Andai, Kampung Wamesa, Maruni, Dobut, Misapmesy.

WARMARE : Kampung Hingk TANARUBUH Kampung Anggrisi.

1.Menginformasi kan kepada masyarakat tentang adanya penerimaan tenaga kerja 2.Tenaga kerja

local direkrut sebagai tenaga pengamanan (security) dan buruh kasar

Persepsi masyarakat sangat baik

31 Gangguan proses sosial

Penerimaan tenaga kerja

Konflik warga masyarakat lokal dan perusahaan nihil.

Bersama dengan Dinas Tenaga Kerja Kabup. Manokwari melakukan sosialisasi tentang perlunya tenaga kerja dari luar Papua.

 Kampung- kampung dalam wilayah studi.

 Basecamp tenaga kerja perusahaan

Sosialisasi tentang tenaga kerja yang akan direkrut telah dilakukan

Tidak ada konflik antara

masyarakat local dengan pihak perusahaan

32 Perubahan Pendapatan

Pembersihan lahan

Penurunan pendapatan usahatani kangkung dan ikan mujair tidak lebih dari 10 %.

1. Memberi informasi kepada petani tentang jadwal pelaksanaan kegiatan pembersihan lahan areal tambang.

2. Menghimbau petani untuk memanen sayur kangkung dan

Kampung Maruni dan Kampung Hingck.

Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya petani tentang jadwal

Belum dilakukan survey

pendapatan usahatani

(32)

Hidup

ikan mujair, selambat- lambatnya 1 hari sebelum kegiatan pembersihan lahan.

pelaksanaan pembersihan lahan areal tambang 33 Perubahan

persepsi masyarakat

Pembersihan lahan

>60 % anggota masyarakat diwilayah studi setuju.

Mengefektifkan pengelolaan dampak penurunan kualitas air permukaan di Kampung Hing dan Kampung Maruni.

Di areal lahan yang

dibersihkan

Telah dibuatkan bak

penampungan

Persepsi masyarakat sangat baik 34 Perubahan

persepsi masyarakat

Pengupasan dan

Penimbunan Tanah

Konflik antara masyarakat lokal dan perusahaan, nihil.

Frekuensi pengaduan masyarakat lokal kepada manajemen perusahaan < 4 kali/bulan.

Mengefektifkan pengelolaan dampak penurunan kualitas air permukaan, antara lain:

1.Menggunakan metode pengupasan ramah lingkungan.

2.Menyimpan tanah hasil pengupasan di tempat yang aman dari proses terjadinya erosi.

Areal kegiatan pengupasan, dan di tempat penimbunan tanah hasil kupasan.

1.Pengupasan dan

penimbunan dilakukan sesuai dengan yang

dianjurkan 2.Tanah hasil

kupasan disimpan didaerah yang peka terhadap erosi

1. Tidak ada konflik antara masyarakat local dengan pihak perusahaan 2. Pengaduan masyarakat kepada pihak perusahaan hampir tidak ada

35 Peningkatan Pendapatan

Penggalian/Pe mbongkaran batu gamping

Petani telah menerima pembayaran ganti rugi tanaman kangkung dan ikan mujair sesuai peraturan daerah.

1. Inventarisasi luas areal tanaman kangkung yang dikuasai satu keluarga/

kelompok keluarga petani.

2. Membuat prediksi populasi ikan mujair pada setiap areal genangan air yang dikuasai oleh setiap keluarga/kelompok keluarga.

3. Mencari referensi tentang nilai ganti rugi tanam-tumbuh yang berlaku di daerah.

4. Membayar ganti rugi

Kampung Maruni dan Kampung Hingck.

Ganti rugi tanaman telah dilakukan sesuai dengan

kesepakatan.

Tidak terjadi penurunan pendapatan masyarakat khususnya petani.

(33)

Hidup

pertanaman kangkung dan ikan mujair sesuai hasil inventarisasi, dan sesuai Perda, dengan disaksikan Kepala kampung dan Uspika.

36 Perubahan persepsi masyarakat

Penggalian/

Pembongkara n Batu Gamping

>60 % anggota masyarakat diwilayah studi setuju.

Mengefektifkan pengelolaan dampak penurunan kualitas habitat tanaman kangkung dan ikan mujair

1. Menggunakan metode penggalian/pembongkaran ramah lingkungan.

2. Menyimpan tanah hasil galian di tempat yang aman dari proses terjadinya erosi.

Kampung Hingck, dan Kampung Maruni

1.Penggalian dan

pembongkaran dilakukan sesuai dengan yang

dianjurkan 3.Tanah hasil

galian disimpan didaerah yang peka terhadap erosi

Persepsi masyarakat cukup baik

37 Perubahan Pendapatan usaha tani

Peremukan batu gamping

Tidak ada debu gamping di areal pertanian

Tempat peremukan batu gamping harus tertutup.

Crushing plant Tempat

peremukan telah diberi penutup

Penyebaran debu akibat peremukan tidak terlalu besar 38 Perubahan

persepsi masyarakat

Peremukan Batu Gamping

< 20 % saja warga masyara- kat wilayah studi yang mengeluh- kan buruknya kualitas udara.

Mengefektifkan pengelolaan dampak Penurunan Kualitas Udara Ambien.

Areal pertanian di wilayah studi.

Peremukan batu dilakukan sesuai dengan yang dianjurkan

Hampir tidak ada keluhan

masyarakat tentang polusi yang dihasilkan oleh kegiatan peremukan batu gamping 39 Perubahan

Pendapatan Masyarakat

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas

Masyarakat lokal memperoleh pendapatan yang bersumber dari

Kontraktor Pekerjaan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang semaksimal mungkin melibatkan

Kampung Maruni, Kantor Manajemen PT.

SDIC

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang belum

Tidak terjadi perubahan pendapatan masyarakat

(34)

Hidup Tambang

bekas tambang

kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang.

masyarakat local.

Revegetasi menggunakan jenis- jenis vegetasi yang berfungsi ganda misalnya tanaman buah- buahan

INDONESIA. dilakukan

40 Perubahan persepsi masyarakat

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang

> 80 warga masyarakat di wilayah studi menyatakan senang terhadap kegiatan

perusahaan

1. Melakukan kajian singkat tentang kesesuaian lahan untuk vegetasi.

2. Bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang memiliki kompetensi untuk kegiatan revegetasi.

3. Membeli bibit tumbuhan dari warga masyarakat dalam wilayah studi.

4. Bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang menjadi mitra kegiatan revegetasi untuk memberi prioritas penerimaan tenaga kerja lokal.

Areal bekas tambang yang telah siap untuk dilakukan kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang.

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang belum dilakukan

Tidak terjadi perubahan persepsi masyarakat

41 Perubahan nilai lahan

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang Tahap Operasi

Lahan bekas tambang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Lahan bekas tambang menjadi lahan yang subur dan bermanfaat secara ekonomi

Areal lahan bekas tambang

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Tahap Operasi belum dilakukan

Tidak terjadi perubahan nilai lahan

42 Perubahan kesempatan berusaha

Pelaksanaan CSR

Petani lokal trampil melakukan budidaya jenis- jenis tanaman

1. Membentuk kelompok- kelompok tani.

2. Melatih dan mendampingi petani lokal yang terhimpun dalam kelompok tani secara

Kampung dan kelurahan di wilayah studi

Belum ada pelaksanaan CSR yang dilakukan pada

Tidak terjadi perubahan kesempatan berusaha

(35)

Hidup bernilai pasar tinggi dan berkualitas sehingga jenis dan jumlah usaaha baru meningkat

berkelanjutan melakukan budidaya jenis-jenis tanaman bernilai pasar tinggi dan berkualitas.

3. Membeli hasil-hasil produksi pertanian dengan kualitas yang sesuai kriteria perusahaan.

periode Februari 2021-Juli 2021

43 Peningkatan pendapatan masyarakat Lokal

Pelaksanaan CSR

Kondisi perekonomian lokal telah bergeser dari meramu, tradisional, dan subsisten

1. Membentuk kelompok- kelompok petani lokal peserta CSR.

2. Pelatihan dan pendampingan berkelanjutan kepada

kelompok tani mengusahakan jenis-jenis tanaman bernilai pasar tinggi, menerapkan teknik budidaya pertanian yang lebih maju, dan komersial.

3. Pelatihan dan pendampingan kelompok tani memasarkan hasil-hasil produksinya.

-Kelurahan dan kampung- kampung dalam batas sosial wilayah studi.

-Workshop PT.

SDIC INDONESIA.

Belum ada pelaksanaan CSR yang dilakukan pada periode Februari 2021-Juli 2021

Kondisi perekonomian masyarakat lokal yang bekerja di perusahaan lebih membaik

44 Perubahan persepsi masyarakat

Pelaksanaan CSR

> 60 % warga masyarakat di wilayah studi menyatakan senang dengan kehadiran perusahaan

Melaksanakan program CSR Di kampung- kampung dalam wilayah studi.

Belum ada pelaksanaan CSR yang dilakukan pada periode Februari 2021-Juli 2021

Persepsi masyarakat cukup baik terhadap kehadiran perusahaan.

Dengan hadirnya perusahaan sedikit demi sedikit kondisi keuangan masyarakat disekitar lokasi

(36)

Hidup

kegiatan lebih membaik 45 Perubahan pola

penyakit Operasional alat berat di penambangan

Tidak terjadi perubahan pola penyakit.

1.Melakukan penyiraman di tapak proyek

2.Menggunakan kendaraan layak operasional

Di tapak proyek 1.Penyiraman dilakukan pada siang dan sore hari

2.Kendaraan yang digunakan layak pakai (sudah di KIR)

Tidak terjadi perubahan pola penyakit

46 Perubahan pola

penyakit Peledakan Tidak terjadi perubahan pola penyakit.

1. Peledakan dilakukan pada jarak ≥ 600 m dari pemukiman penduduk.

2. Selang waktu peledakan antara satu lubang dengan lubang berikutnya 15 menit.

3. Proses peledakan mengikuti SOP

Di Lokasi Pembongkaran/

penambangan batu gamping

Peledakan dilakukan sesuai dengan yang dianjurkan

Tidak terjadi perubahan pola penyakit

(37)

Hidup TAHAP PASCA OPERASIONAL

1 Perubahan kualitas iklim mikro

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang

1.Skala Beaufort 5

2.Indeks kenyamanan pada kriteria cukup nyaman (dengan nilai 26) 3.pH hujan

berkisar 7,0

1. Penanaman lahan areal tambang batu gamping ≤ 1 ha/hari

2. Membuat biopori dengan diameter 10 cm, kedalaman 1 m 3. Penyemprotan air secara rutin

pada siang, pagi dan sore.

1. Areal rencana reklamasi dan revegatasi tambang batu gamping 2. Radius 100 m

dari area rencana reklamasi dan revegetasi tambang batu gamping 3. Areal rencana

reklamasi dan revegetasi tambang batu kapur

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan

Tidak terjadi perubahan kualitas iklim mikro

2 Penurunan laju aliran

permukaan

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang

Debit aliran permukaan akan menurun sama dengan kondisi awal sebelum ada kegiatan.

1. Melakukan reklamasi lahan bekas penambangan Batu Gamping, jika masyarakat sekitar akan memanfaatkan, kolam penampungan tersebut dapat dijadikan kolam untuk memelihara ikan atau menanam sayuran.

2. Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan

revegetasi maka

pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi

1. Lokasi Bekas Tambang blok III 2. Lokasi Bekas

Tambang blok III

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan

Tidak terjadi penurunan laju aliran

permukaan

(38)

Hidup 3 Kesuburan

Tanah

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang

Status

kesuburan tanah menjadi tinggi.

1.Pengambilan tanah untuk media tanam bekas

penambangan yang memiliki status kesuburan tanah sedang.

2.Penanaman tanaman penutup tanah, terutama tanaman yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan cepat, seperti tanaman legum.

1.Pada blok terakhir yang sudah selesai ditambang dan tidak

digunakan lagi 2.Pada blok

yang sudah selesai ditambang dan tidak

digunakan lagi

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan

Tidak terjadi perubahan Kesuburan Tanah

4 Sedimentasi Sungai

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang

TSS, DO Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan revegetasi maka pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi

Di aliran sungai Werbedey (Anak sungai Maruni)

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan

Tidak terjadi peningkatan Sedimentasi Sungai

5 Kualitas Udara Ambien

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang

Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraa n Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien (TSP, CO, SO2

Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan revegetasi maka pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi

Di aliran sungai Werbedey (Anak sungai Maruni)

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan

Tidak terjadi perubahan kualitas udara

(39)

Hidup dan NO2) 6 Penurunan

Kualitas air sungai

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang

Tidak Melebihi Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)

Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan revegetasi maka pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi

Outlet

Settlingpond Di aliran sungai Werbedey (Anak sungai Maruni)

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan

Tidak terjadi Penurunan Kualitas air sungai

7 Perubahan (peningkatan) keragaman dan populasi satwaliar

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang

a.Pertumbuhan peningkatan keragaman jenis dan populasi satwaliar b.Terbentuknya

peranan habitat satwaliar sebagai habitat mencari pakan, habitat

reproduksi dan cover/shelter

1.Pemberian pupuk dan kompos pada tanah yang direklamasi dan direvegetasi untuk

meningkatkan daya tumbuh dan kesuburan tanaman vegetasi 2.Pemberian list plang kepada

public sebagai upaya reklamasi dan revegetasi untuk

meningkatkan daya memiliki lingkungan/habitat satwaliar.

3.Monitoring dan evaluasi peranan habitat untuk memastikan tingkat pemanfaatan satwaliar 4.Monitoring animal rescue

terhadap satwa-satwa endemik penting kerjasama dengan instansi terkait di Kabupaten Manokwari.

Lokasi reklamasi dan revegetasi serta areal tambang (blok III)

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan

Tidak terjadi Perubahan (peningkatan) keragaman dan populasi satwa liar

8 Perubahan struktur, dominansi dan keanekaragama

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas

- Masih terdapat Keanekaragam an beberapa Vegetasi

Pendekatan Teknologi Penanaman perkayaan dengan jenis pohon lokal, jenis yang mudah tumbuh maupun kelompok

Lokasi operasi (termasuk pembukaan

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum

Tidak terjadi Perubahan struktur, dominansi dan

(40)

Hidup n vegetasi Tambang tambang batu

gamping.

- Terdapat sejumlah vegetasi yang di tanam dan tumbuh.

buah-buahan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar Pendekatan Sosial Ekonomi

Pelatihan Karyawan melalui penyelenggaraan program peningkatan pengetahuan terhadap karyawan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan seperti reklamasi maupun revegetasi.

Pendekatan Institusi 1. Membentuk organisasi

pengelolaan lingkungan yang terintegrasi dengan struktur organisasi perusahaan.

2. Melakukan kerjasama dengan instansi terkait Kab. Manokwari 3. Seluruh kegiatan Reklamasi

dan Reveteasi akan menngacu pada PP 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pasca tambang dan Permen Hut Nomor : 4 tahun 2011 tetang pedoman keerhasilan reklamasih hutan.

lahan, pengupasan tanah pucuk dan penimbunan )

Dilakukan keanekaragama n vegetasi

9 Perubahan persepsi masyarakat

Pengahiran hubungan kerja

Tenaga kerja mendapatkan hak-haknya sesuai peraturan ketenagakerjaan yang berlaku

-Review peraturan perundangan ketenagakerjaan yang berlaku dan relevan.

-Bersama Dinas Tenaga Kerja lebih awal menginformasikan tentang waktu berahirnya hubungan kerja.

-Realisasi pemberian hak-hak tenaga kerja sesuai peraturan

Basecamp/mess tenaga kerja perusahaan.

Pengahiran hubungan kerja belum dilakukan

Tidak terjadi Perubahan persepsi masyarakat

(41)

Hidup

yang berlaku dan relevan.

10 Perubahan kesempatan berusahan

Pengahiran hubungan kerja

Hasil produksi masyarakat lokal memiliki nilai pasar tinggi

-Pelatihan manajemen

pemasaran kepada kelompok tani sasaran CSR.

-Mendampingi kelompok tani memperkuat penguasaan pasar umum.

Workshop perusahaan, dan Wilayah Kota Manokwari

Pengahiran hubungan kerja belum dilakukan

Tidak terjadi Perubahan kesempatan berusahan

11 Perubahan persepsi masyarakat

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang.

> 80 warga ma- syarakat di wilayah studi menyatakan senang terhadap kegiatan

perusahaan

1. Melakukan kajian singkat tentang kesesuaian lahan untuk vegetasi.

2. Bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang memiliki kom- petensi untuk kegiatan revegetasi.

3. Membeli bibit tumbuhan dari warga masyarakat dalam wilayah studi.

4. Bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang menjadi mitra kegiatan revegetasi untuk memberi prioritas penerimaan tenaga kerja lokal.

Areal lahan bekas tambang yang telah siap untuk dilakukan kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang.

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan

Tidak terjadi Perubahan persepsi masyarakat

12 Perubahan persepsi masyarakat

Pengembalian lahan

> 80 warga masyarakat di wilayah studi menyatakan senang terhadap kegiatan

perusahaan

1. Revieuw data dokumentasi keret pemegang hak adat yang telah diinventarisir selama Tahap Prakonstruksi.

2. Inventarisir keret pemegang hak adat, dan bandingkan dengan data dalam dokumentasi.

3. Mempelajari dokumen peta penguasaan/ pemilikan lahan bekas tambang yang telah dibuat sebelum Tahap Pasca

Di Kantor Manajemen PT.

SDIC

INDONESIA di lapangan

Pengembalian lahan belum dilakukan

Tidak terjadi Perubahan persepsi masyarakat

(42)

Hidup

Operasi.

4. Penyerahan dokumen penguasaan lahan bekas tambang kepada

Bupati/walikota Manokwari.

4. Bupati mengembalikan lahan kepada keret pemegang hak adat sesuai dokumentasi yang tersedia.

13 Perubahan penguasaan dan

pemanfaatan lahan

Pengembalian lahan

Penguasaan la- han berubah dari HGU menjadi hak ulayat yang dikuasai oleh Keret Mansim.

1. Revieuw data dokumentasi keret pemegang hak adat yang telah diinventarisir selama Tahap Prakonstruksi.

2. Inventarisir keret pemegang hak adat, dan bandingkan dengan data dalam dokumentasi.

3. Mempelajari dokumen peta penguasaan/ pemilikan lahan bekas tambang yang telah dibuat sebelum Tahap Pasca Operasi.

4. Penyerahan dokumen penguasaan lahan bekas tambang kepada

Bupati/walikota Manokwari.

4. Bupati/Walikota

mengembalikan lahan kepada keret pemegang hak adat sesuai dokumentasi yang tersedia.

-Kelurahan Andai -Kantor

manajemen perusahaan

Pengembalian lahan belum dilakukan

Tidak terjadi Perubahan penguasaan dan

pemanfaatan lahan

14 Perubahan penguasaan dan

Pengembalian lahan

Perubahan penguasaan dan pemanfaatan

1. Revieuw data dokumentasi keret pemegang hak adat yang telah diinventarisir selama

Kelurahan Andai Kantor

Manajemen

Pengembalian lahan belum dilakukan

Tidak terjadi Perubahan penguasaan dan

(43)

Hidup pemanfaatan

SDA

SDA pada areal lahan tambang dari terkendali oleh perusahaan menjadi

terkendali oleh Kepala Keret Mansim.

Tahap Prakonstruksi.

2. Inventarisir keret pemegang hak adat, dan bandingkan dengan data dalam dokumentasi.

3. Mempelajari dokumen peta penguasaan/ pemilikan lahan bekas tambang yang telah dibuat sebelum Tahap Pasca Operasi.

4. Penyerahan dokumen penguasaan lahan bekas tambang kepada

Bupati/walikota Manokwari.

5. Bupati/Walikota Manokwari mengembalikan lahan kepada keret pemegang hak adat sesuai dokumen yang tersedia.

Perusahaan. pemanfaatan

SDA

15 Perubahan pola penyakit

Reklamasi dan revegetasi

Tidak terjadi perubahan pola penyakit

1. Menggunakan alat berat dan kendaraan berat yang layak operasi dan/atau layak jalan.

2. Segera melaksanakan

reklamasi dan revegetasi pada lahan bekas tambang sesuai dengan dokumen rencana reklamasi dan rencana pascatambang.

3. Menyediakan dan mewajibkan para pekerja untuk

menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata, masker, earplug, safety shoes, dan sebagainya.

Tapak tambang atau lahan bekas tambang

Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan

Tidak terjadi perubahan pola penyakit

(44)

Hidup 16 Perubahan

sanitasi lingkungan

Reklamasi dan revegetasi

Tidak terjadi penurunan sanitasi lingkungan.

1. Melakukan reklamasi dan revegetasi sesuai dengan dokumen rencana reklamasi dan rencana pascatambang 2. Revegetasi pada lahan bekas

tambang maupun sarana tambang dengan tanaman keras atau pohon yang mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan cepat pertumbuhannya.

3. Menanam tanaman cover crop di antara tanaman

keras/pohon.

Tapak tambang atau lahan bekas tambang

Reklamasi dan Revegetasi Belum Dilakukan

Tidak terjadi Perubahan sanitasi lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Areal lahan bekas tambang yang telah siap untuk dilakukan kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang.. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 203 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Dari hasil pemantauan kualitas udara di Kabupaten Merangin dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999

(4) Pendekatan studi kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan oleh pengelola kawasan selaku penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang

Sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PP 22/2021) dijelaskan sebagai alur atau wadah

Sumber Data: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Tranmigrasi, Tahun 2015 Berdasarkan dari grafik diatas dapat ketahui perbandingan jumlah difabel dan jumlah penduduk

Di Nagan Raya, tepatnya di daerah Ulee Jalan Kecamatan Beutong terdapat beberapa jenis batu giok, seperti batu giok Nephrit, giok Jadiet, giok Serpentin ( Black Jade / Giok Hitam

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan