No. Dampak Lingkungan Yang Dikelola
Sumber Dampak
Indikator Keberhasilan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Pengelolaan Yang Telah
Dilakukan
Hasil Pengelolaan
TAHAP PRA KONSTRUKSI 1 Perubahan
Persepsi Masyarakat
Sosialisasi Rencana Kegiatan
Lebih dari 60 % anggota keret pemegang hak adat atas lahan, dan warga masyarakat lokal lainnya
menyatakan menerima rencana kegiatan penambangan batu gamping.
1. Memasang papan
pengumuman tentang rencana kegiatan di tempat-tempat strategis.
2. Memasang pamflet tentang rencana kegiatan di gedung- gedung pelayanan publik.
3. Memuat pemberitahuan kepada masyarakat umum di media cetak (koran lokal) lokal dan RRI lokal tentang rencana kegiatan.
4. Melakukan FGD dengan warga masyarakat pemegang hak adat atas lahan, dan warga masyarakat lainnya tentang rencana kegiatan.
Kelurahan Andai, Kampung Maruni,
Kampung Dobut, Misapmesy, Hingck, Anggrisi, dan Kampung Wamesa.
1. Sudah memasang papan pengumuman Ditempat Strategis 2.Tidak ada bukti
pemasangan pemflet
dikantor-kantor, tetapi dipasang pengumuman atau gambar proyek di pertigaan jalan dari manokwari ke SP dan ke kab.
Pengunungan Arfak/Bintuni 3.Memasang
pengumuman di Koran/media cetak media Papua tanggal 16
4.Telah melakukan FGD dan
Penerimaan masyarakat terhadap pembangunan tambang batu Gamping sangat baik
Hidup
Konsultasi Publik pada tanggal 26 Oktober 2013 5.Telah dilalukan
rapat dengan tim 23 untuk pembebasan lahan tanggal 19 Juli 2014 2 Peningkatan
pendapatan masyarakat
Pengadaan lahan
Kompensasi hak masyarakat adat atas lahan telah dibayarkan sesuai MoU
1. Identifikasi Keluarga Keret Mansim yang berhak menerima pemberian kompensasi.
2. Memberi kesempatan kepada keluarga Keret Mansim dengan difasilitasi Pemda Manokwari untuk bermusawarah tentang penerimaan & pembagian dana kompensisi kepada semua keluarga Keret Mansim yang berhak menerimanya secara proporsional sesuai adat.
3. Pembayaran dana kompensasi dengan cara yang sesuai musyawarah, dengan disaksikan oleh Kepala Suku Besar Arfak, Muspida Kab.
Manokwari, dan BPN Prov.
Papua Barat, dan BPN Kabupaten Manokwari.
Kelurahan Andai dan Kampung Maruni.
1. Berita Acara Hasil Rapat tentang penetapan harga tanah dan nilai kompensasinya 2. Bukti
penyerahan nilai kompensasi kepada keluarga Keret Mansim tidak ada
3. Dalam proses pembayaran kompensasi tanah disaksikan Muspida, Kepala Suku Besar Arfak, BPN Kab.
Peningkatan pendapatan pada saat diberikan ganti rugi atas lahan yang digunakan Tambang Batu Gamping
Hidup
Manokwari dan BPN Prov.
Papua Barat.
3 Perubahan proses sosial
Pengadaan lahan
Tidak ada lagi konflik antar keluarga Mansim selaku
pemegang hak adat atas areal lahan rencana lokasi kegiatan penambangan batu gamping.
Melakukan pendekatan social budaya secara terpisah kepada masing-masing kelompok keluarga mansim di fasilitasi oleh bupati dan dewan adat
manokwari tentang status lahan dan kompensasi.
Kelurahan Andai Ada berita acara Rapat untuk pembebasan lahan tanggal 19 Juli 2014
Tanggapan masayarakat menyetujui lahan digunakan oleh tambang batu Gamping untuk Tahap I 64 Ha
4 Perubahan penguasaan dan
pemanfaatan lahan
Penyelesaian status lahan
100 % areal lahan tambang batu gamping telah berstatus HGU, dan telah berubah pemanfaatannya untuk usaha penambangan batu gamping.
1. Meyakinkan keret pemegang hak adat bahwa areal lahannya akan dikembalikan melalui bupati/walikota Manokwari jika PT. SDIC INDONESIA tidak berminat lagi untuk melanjutkan kegiatannya.
2. Meyakinkan keret pemegang hak adat bahwa perubahan pemanfaatan lahan dari meramu menjadi
pemanfaatan secara intensif lebih menguntukan secara ekonomi.
Kelurahan Andai Telah dilakukan pertemuan dengan keret pemegang hak adat tentang pengembalian lahan
Masyarakt telah menyetujui atas pembebasan lahan Hak Guna Usaha kepada PT. SDIC INDONESIA untuk tambang batu kapur
5 Perubahan Persepsi Masyarakat
Penyelesaian Status Lahan
> 80 % anggota keret pemegang hak adat atas lahan, dan warga masyarakat
1. Meyakinkan keret pemegang hak adat atas areal lahannya akan dikembalikan melalui bupati/walikota Manokwari jika PT. SDIC INDONESIA tidak
Kampung Maruni dan Kelurahan Andai
Telah dilakukan pertemuan dengan keret pemegang hak adat tentang
Tidak ada konflik sosial atas penguasaan
Hidup lokal lainnya menyatakan menerima perubahan status penguasaan lahannya menjadi HGU
berminat lagi untuk melanjutkan usahanya.
2. Memastikan (dalam bentuk peta) tiap keret, dapat dengan mudah mengenali areal lahan yang dikuasai sebelumnya pada saat pengembalian lahan kepada masyarakat melalui bupati/walikota Manokwari.
3. Mengarsipkan secara baik peta areal lahan tiap keret di Kantor Pertanahan
Kabupaten/Walikota
Manokwari, Kantor Manajemen PT. SDIC INDONESIA
INDONESIA
pengembalian lahan
lahan
6 Perubahan penguasaan dan
pemanfaatan SDA
Penyelesaian Status Lahan
Keluhan masyarakat kurang dari 10%
dari jumlah masyarakat di wilayah studi.
Meyakinkan kepada keret pemegang hak adat atas areal lahan tambang, bahwa:
1. Kompensasi terhadap tanaman tumbuh kepada masyarakat, sedangkan untuk vegetasi hutan akan dibayarkan ke pemerintah dalam bentuk retribusi.
2. Perusahaan hanya menguasai areal lahan untuk
penambangan batu gamping.
3. SDA yang ada di dalam perut bumi tidak dikuasai dan tidak dimanfaatkan perusahaan.
Kelurahan Andai Tidak ada data bukti
kompensasi pembebasan atau ganti rugi tanaman/
tumbuhan kepada
mayarakat adat penguasa lahan.
Bukti pembayaran retribusi dan kompensasi kepada masyarakat untuk
tanaman/tumbuh
1.Tidak ada konflik sosial atas
penguasaan lahan.
2. Masyarakat telah menyetujui
Hidup
an di lokasi area Tambang Batu Kapur/tanah Liat (tidak ada) TAHAP KONSTRUKSI
1 Penurunan Kualitas Udara Ambien
Mobilisasi alat berat dan bahan bangunan
Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien (TSP, CO, SO2dan NO2)
1.Pemasangan penahan debu pada kendaraan
2.Perawatan kendaraan secara rutin
3.Penyiraman jalan 2 kali sehari
1.Kendaraan 2.Workshop 3.Jalur yang
dilewati kendaran
1.
Pengambilan udara emisi pada Kendaraan yang digunakan.2.
Hasil analisis kualitas udara dan debu sudah dilakukan.3.
Penyiraman jalan 2x sehali sudahdilakukan
Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi
2 Peningkatan kebisingan
Mobilisasi alat berat dan bahan bangunan
Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.
48 TAHUN 1996
1. Melakukan pekerjaan pada siang hari
2. Mengurangi kecepatan kendaraan
1. Jalur mobilisasi kendaraan 2. Jalur
mobilisasi kendaraan (kampong maruni)
1.
Pelaksanaan pembangunan dari jam 8.00 sampai 17.002.
WITMengurangaikecepatan mobilisasi kendaraan angkutan material dan peralatan di lokasi proyek
Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi
Hidup
dan jalan utama, agar tidak terjadi kecelakaan lalu lintas dengan kendaraan pengguna jalan.
3.
Usulan pengelolaan lingkungan dengan menambah rambu-rambu jalan.4.
Usulan kendaraan keluar /masuk dari jalan poros utama ke proyek diatur/ dibantu teknisi lapangan atau penjaga pintu masuk kearah tambang 3 PenurunanKualitas Udara Ambien
Pembersihan dan
pematangan lahan
Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999
1. Melakukan penyiraman pada daerah rawan debu
2. Perawatan kendaraan secara rutin
1.areal pembersihan dan
pematangan lahan 2.workshop
1.
Sudah dilakukan penyiraman pada daerah jalan utama atau sekitarKualitas udara ambien masih berada dibawah baku mutu kualitas udara ambien sesuai
Hidup (TSP, CO, SO2
dan NO2)
proyek yang cenderung menimbulkan peningkatan debu, SO2dan NO2
2.
Perawatan kendaraan terutama pada mesinpembakaran, olie dan sebagainya, sehingga buangannya tidak memberi kontribusi Penurunan Kualitas Udara Ambien
3.
Hasil analisiskualitas Udara dari
laboratorium PT. Global Quality Analitical Bogor
Akreditasi KAN Hasil terlampir
PP. RI No. 41 Tahun 1999 (hasil analisis kualitas udara ambien terlampir)
4 Peningkatan kebisingan
Pembersihan dan
pematangan lahan
Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.
Melakukan pekerjaan pada siang hari
Pada areal pembersihan dan
pematangan
1. Pelaksanaan pekerjaan dari jam 8.00 sampai 17.00
Nilai kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan 70
Hidup
48 TAHUN 1996 lahan WIT
2. Pengukuran kebisingan di permukiman penduduk Kampung Maruni dan kantor Pengelola Proyek PT.SDIC INDONESIA 3. Hasil analisis
tingkat kebisingan dari
laboratorium PT. Global Quality Analitical Bogor Akreditasi KAN, Hasil terlampir
dBA. (hasil pengukuran tingkat kebisingan terlampir)
5 Penurunan Kualitas air sungai
Pembersihan dan
pematangan lahan
Tidak Melebihi Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)
1. Membuat settling pond pada daerah terendah
2. Membuat drainase sekeliling wilayah pembersihan dan pematangan lahan
1.Areal pembersihan dan
pematangan lahan 2.Areal
pembersihan dan
pematangan lahan
Pembangunan setting pond sedang dilaksanakan, lokasi sesuai peta ANDAL
Sedimentasi atau lumpur permukaan yang terbawa air permukaan tertampung terlebih dahulu di setting pond
Hidup 6 Peningkatan
Sedimentasi Sungai
Pembersihan dan
Pematangan Lahan
TSS dan Sedimentasi delivery Ratio tidak mengalami peningkatan lebih dari 10 %
1. Pembersihan lahan secara bertahap
2. Pembuatan drainase disekitar lokasi tambang
Areal
pembangunan jalan dan drainase
1.
Pembersihan lahan sesuai HGU Tahap I seluas 64 Ha2.
Pembuatandrainase yang mengarah ke setting pond sedang dibangun/
dibuat
3.
PengukuranSedimentasi di Sungai Maruni telah dilakukan (terlampir analisis kualitas air sungai)
Hasil analisis laboratorium sedimentasi tidak mengalami peningkatan 10
% dengan data Rona
Lingkungan(hasil analisis analisis sedimentasi terlampir)
7 Penurunan Kualitas Udara Ambien
Pembangunan jalan tambang dan drainase
Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (TSP, CO, SO2
dan NO2)
1. Perawatan kendaraan
2. Penyiraman jalan pada musim panas secara rutin
1. Workshop 2. Areal jalan
dan
pembanguna n drainase
1.
Perawatan kendaraan untuk ekscavator dan loader sudah dilakukan2.
Penyiramanjaian masuk areal tambang dan drainase
Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi
8 Tingkat kebisingan
Pembangunan jalan tambang dan drainase
Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.
48 TAHUN 1996
Pekerjaannya dilaksanakan pada siang hari
Areal
pembangunan jalan dan drainase
Pelaksanaan pembangunan jalan tambang dan drainase dari jam 8.00
Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi
Hidup
sampai 17.00 WIT
9 Tingkat kebisingan
Pembangunan fasilitas tambang
Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.
48 TAHUN 1996
Pekerjaannya dilaksanakan pada siang hari
Areal
pembangunan jalan dan drainase
Pelaksanaan pembangunan fasilitas tambang dari jam 8.00 sampai 17.00 WIT
Pengelolaan dilakukan pada saat tahap konstruksi
10 Perubahan (penurunan) keanekaragama n dan populasi satwaliar
Pembersihan dan
Pematangan lahan
Masih ada jenis- jenis satwa liar
1.Pengaturan teknik
pembersihan dan pematangan lahan yang tidak
mengakibatkan gangguan pada satwa liar.
2.Pendekatan masyarakat untuk menurunkan frekuensi
perburuan satwa liar dan pola pemanenan satwa liar yang memiliki umur panen.
3.Monitoring dan animal rescue terhadap satwa-satwa endemik penting yeng bekerja sama dengan instansi terkait di Kabupaten Manokwari.
Lokasi pembersihan dan
pematangan proyek
Menginformasika n kepada masyarakat tentang dampak yang mungkin terjadi akibat perburuan satwa liar.
Jumlah populasi tidak dapat dideteksi karena satwa liar mempunyai habitat berpindah tempat
11 Perubahan struktur, dominansi dan keanekaragaman vegetasi
Pembersihan dan
Pematangan lahan
Keanekaragama n jenis vegetasi masih terdapat di sekitar areal tambang batu gamping.
Pendekatan Teknologi
1.
Penanaman perkayaan dengan jenis pohon lokal, jenis yang mudah tumbuh maupun kelompok buah-buahan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarPendekatan Sosial Ekonomi
1.
Pelatihan Karyawan melaluiLokasi pembersihan lahan (termasuk pembukaan lahan, pengupasan tanah pucuk dan penimbunan )
Pendekatan Teknologi
Dalam rencana pembukaan lahan tambang harus
ditambahkan lokasi penanaman
Keanekaragam an jenis vegetasi dipertahankan jika perlu menambah tanaman lokal khusus yang bermanfaat, misalnya jenis buah-buahan
Hidup
penyelenggaraan program peningkatan pengetahuan terhadap karyawan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan seperti reklamasi maupun revegetasi.
Pendekatan Institusi
1.
Membentuk organisasipengelolaan lingkungan yang terintegrasi dengan struktur organisasi perusahaan.
2.
Melakukan kerjasama dengan instansi terkait Kab. Manokwaritumbuhan lokal atau tanaman buah yang
bermanfaat bagi masyarakat terutama pada bagian tepi lereng batas akhir jalan masuk ke areal tambang Pendekatan Sosial Ekonomi
Pelatihan kepada karyawan tentang pengetahuan pengelolaan lingkungan hidup, meminta bantuan kepada Badan Lingkungan Hidup Kab.
Manokwari Pendekatan Institusi
durian, rambutan, matoa yang cocok dengan kondisi lahan pada sekitar areal tambang.
Hidup
Sedang diusulkan pemrakarsa PT. SDIC INDONESIA Manokwari mempunyai staf pengelola lingkungan hidup,
sehingga lebih paham terhadap pengelolaan lingkungan hidup sesuai arahan Kelayakan lingkungan dan Izin Lingkungan 12 Perubahan
kelimpahan dan keanekaragaman biota air laut
Pembersihan dan
pematangan lahan
Konsentrasi kekeruhan dan TSS tidak melebihi baku mutu air laut untuk biota laut
Struktur komonitas biota air berada pada kondisi yang prima dengan nilai H’ > 3
Pengaturan teknik pembersihan dan pematangan lahan sehingga mengurangi sedimentasi.
Laut disekitar lokasi kegiatan
Pembersihan dan pematangan lahan dilakukan sesuai aturan sehingga tidak meningkatkan sedimentasi diperairan
Hasil analisis biota perairan (plankton) terlampir
Hidup 13 Peningkatan
Kesempatan Kerja
Penerimaan tenaga kerja konstruksi
>50 % tenaga kerja nonskil berasal dari tenaga kerja lokal wilayah studi.
1. Bersama Dinas Tenaga Kerja Kab. Manokwari melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat lokal wilayah studi tentang Kebutuhan tenaga kerja .
2. Materi sosialisasi terutama mengenai jumlah dan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan.
3. Bersama Dinas Tenaga Kerja Kab. Manokwari memberi pelatihan kerja kepada warga masyarakat lokal wilayah studi tentang bidang-bidang pekerjaan yang dibutuhkan perusahaan.
4. Memberi prioritas penerimaan tenaga kerja lokal wilayah studi yang memenuhi kriteria perusahaan.
1. Kelurahan dan kampung dalam wilayah studi.
2. Kantor manajemen PT. SDIC INDONESIA di lapangan.
1.
Sudah dilakukan, sosialisasi dengan masyarakat lokal2.
Kualifikasijenis tenaga kerja yang dibutuhkan harus dipersiapkan pemrakarsa untuk diumumkan keluar
3.
Pencatatanjumlah tenaga kerja yang terlibat
4.
Prioritaspenerimaan tenaga kerja lokal masih dikontrol dengan jumlah tenaga kerja yang sudah direkrut selama ini
1. Banyak masyarakat local yang mendaftarkan diri untuk pekerjaan konstruksi 2. PT. SDIC
INDONESIA memberikan pelatihan bagi masyarakat lokal yang memenuhi persyaratan.
14 Perubahan persepsi
Penerimaan tenaga kerja
>60 % anggota masyarakat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat lokal tentang
MAN-SEL:
Kelurahan
1.
Informasi melalui suratPersepsi Masyarakat
Hidup masyarakat konstruksi pencari kerja
lokal
adanya penerimaan tenaga yang memenuhi kriteria perusahaan.
2. Memberi prioritas penerimaan kepada tenaga kerja lokal yang memenuhi kriteria perusahaan.
3. Memberi upah tenaga kerja minimal sama dengan UMP 2016.
Andai, Kampung Wamesa, Maruni, Dobut, Misapmesy.
WARMARE : Kampung Hingk TANARUBUH Kampung Anggrisi.
kabar Media Papua sudah dilakukan.
2.
Data Upah tenaga kerja sesuai UMP tahun 2016 belum ada buktinya.Lokal terhadap proyek
pembangunan tambang batu Gamping sangat baik.
15 Gangguan proses sosial
Mobilisasi tenaga kerja
Konflik antara warga
masyarakat lokal dan tenaga kerja luar Kabupaten Manokwari, nihil
1. Sosialisasi pelaksanaan mobilisasi tenaga kerja kepada masyarakat lokal wilayah studi.
2. Mobilisasi tenaga kerja bertahap.
3. Memperkenalkan budaya lokal kepada tenaga kerja yang dimobilisasi.
4. Membentuk sikap dan perilaku tenaga kerja yang mampu meredam persepsi negatif masyarakat lokal terhadap tenaga kerja yang akan dimobilisir.
1. Kampung- kampung dalam wilayah studi.
2. Basecamp tenaga kerja perusahaan
1.
Mobilisasi Tenaga Kerja dari China (belum ada data)2.
Sosialisasitenaga kerja dengan masyarakat lokal, melalui rumah ibadah atau
pertemuan khusus.
Tidak terjadi konflik sosial antara
masyarakat lokal dan pendatang sebagai pencari kerja yang kost di perumahan sekitar proyek
16 Penurunan pendapatan
Pembersihan dan
pematangan lahan
Penurunan pendapatan usaha tani kangkung dan ikan mujair tidak lebih dari 10 %.
1. Memberi informasi kepada petani tentang jadwal pelaksanaan kegiatan pembersihan lahan areal tambang.
2. Menghimbau petani untuk memanen sayur kangkung dan ikan mujair, selambat-
lambatnya 1 hari sebelum kegiatan pembersihan lahan.
Kampung Maruni dan Kampung Hingck.
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang jadwal pelaksanaan pembersihan lahan areal tambang
Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi
17 Perubahan Pengahiran Tenaga kerja 1. Review peraturan Basecamp/me 1. Deteksi Pengelolaan
Hidup kesempatan
kerja
hubungan kerja
mendapatkan hak-haknya sesuai peraturan ketenagakerjaan yang berlaku
perundangan
ketenagakerjaan yang berlaku dan relevan.
2. Bersama Dinas Tenaga Kerja lebih awal menginformasikan tentang waktu berahirnya hubungan kerja.
3. Realisasi pemberian hak-hak tenaga kerja sesuai
peraturan yang berlaku dan relevan.
s tenaga kerja perusahaan.
Kantor manajen PT.
SDIC
INDONESIA di lapangan.
terhadap tenaga kerja asing dari China ijin imigrasi dan waktu berlakunya visa tinggal 2. Copy kontrak
kerja dengan sub kontraktor dan tenaga kerja harusnya dilampirkan 3. Belum ada
data yang bisa dilampirkan
dilakukan pada tahap konstruksi
18 Gangguan proses sosial
Pengahiran hubungan kerja
< 20 % saja warga masyarakat wilayah studi yang
mengeluhkan pengahiran hubungan kerja.
1. Memberikan informasi lebih awal saat pengakhiran hubungan kerja kepada tenaga kerja perusahaan.
2. Pengakhiran hubungan kerja dilakukan sesuai peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.
3. Memberikan surat keterangan pengalaman kerja kepada tenaga kerja yang menjalani pengahiran hubungan kerja.
Kampung- kampung dalam wilayah studi.
Basecamp tenaga kerja.
1. Telah memberikan informasi awal mengenai pengakhiran hubungan kerja 2. Pengakhiran
hubungan kerja dilakukan sesuai peraturan ketenagakerja an yang berlaku.
Pengakhiran hubungan kerja kontrak melalui Surat Perjanjian belum ada komplain atau menuntut ketidakpuasan
Hidup
3. Memberikan surat keterangan pengalaman kerja kepada tenaga kerja yang menjalani pengahiran hubungan kerja.
19 Perubahan pola
penyakit Mobilisasi alat berat dan bahan bangunan
Tidak terjadi perubahan Pola10 besar jenis penyakit Atau
Peningkatan Prevalensi dan Insiden Penyakit
1. Mengatur atau membatasi kecepatan kendaraan pengangkut alat barat dan bahan bangunan.
2. Menutup bak dump truck dengan menggunakan terpal atau sejenisnya.
3. Tidak melaksanakan mobilisasi pada jam-jam puncak lalu lintas di jalan yang dilalui.
4. Menggunakan kendaraan layak jalan.
Kendaraan pengangkut alat berat dan bahan bangunan
1. Kendaraan proyek angkutan materian dan alat berat mengguna kan kecepatan <
30 km/jam 2. Bak material
ditutup dengan terpal sudah dilakukan
3.
Mobilisasi pada jam puncak hanya waktu tertentu, misalnya saat istirahat siang ketika jalur kendaraan agak sepi dan dipandu petugas teknisData jenis penyakit yang dilayani di Puskesmas terdekat jumlahnya tidak meningkat lebih banyak. indikasi dan prevalensi jenis' tidak meningat
Hidup
lapangan
4.
Kendaraanoperasional mempunyai KIR, dan dirawat dengan baik 20 Perubahan pola
penyakit Pembersihan dan pematangan lahan
Tidak terjadi perubahan Pola10 besar jenis penyakit Atau
Peningkatan Prevalensi dan Insiden Penyakit
1. Menggunakan alat berat yang layak operasi.
2. Membatasi atau
meminimalkan bukaan lahan atau sesuai dengan desain tambang.
3. Menyediakan dan mewajibkan para pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata, masker, earplug, safety shoes, dan
sebagainya.
Sepanjang jalur mobilisasi
1.Alat berat yang digunakan layak operasi dan sudah dikontrrol tiap bulan, oleh sub kontraktor pelaksana
2.
Pembukaanlahan sesuai blok I yang sudah
mendapat HGU
3.
Para pekerjaoperator alat berat
menggunakan perlindungan keselamatan kerja sesuai
4.
SOPWawancaralangsung dengan pekerjanya
Tidak ditemukan Tenaga kerja yang terkena penyakit saluran pernapasan
21 Perubahan sanitasi
Pembersihan dan
Tidak terjadi perubahan pola
1. Membuat saluran drainase dan/atau kolam pengendap
Tapak kegiatan atau tapak
1. Sudah dilaksanakan
Sanitasi sekitar kantor
Hidup lingkungan pematangan
lahan
10 besar jenis penyakit Atau Prevalensi dan Insiden Penyakit
di sekitar tapak kegiatan sebelum dialirkan ke badan air.
2. Meminimalkan bukaan lahan sesuai dengan desain tambang.
3. Memperpendek lereng atau kemiringan lahan yang curam.
proyek pembuatan
saluran drainase proyek sampai ke setting pond 2. Area
pembukaan lahan sesuai hgu blok 1 seluas 64 ha secara bertahap 3. Kemiringan
lereng pembukaan lahan sesuai rencana proyek dalam andal
pelaksana sudah sesuai
persyaratan terutama dapur dan KM/WC
22 Perubahan pola penyakit
Pembersihan dan
pematangan lahan
Tidak terjadi perubahan Pola 10 besar jenis penyakit Atau Peningkatan Prevalensi dan Insiden Penyakit
1. Menggunakan alat berat yang layak operasi.
2. Membatasi atau
meminimalkan bukaan lahan atau sesuai dengan desain tambang.
3. Menyediakan dan mewajibkan para pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata, masker, earplug, safety shoes, dan
sebagainya.
Sepanjang jalur mobilisasi
1 .Alat berat yang digunakan sudah layak operasi. Bukti penggantian oli dan spaepart dicatat)
2.
Areapembukaan lahan sesuai HGU Blok 1 seluas 64 Ha
Tidak ditemukan Tenaga kerja yang terkena penyakit saluran pernafasan
Hidup
secara bertahap
3.
Tenaga kerjaoperasional menggunaka n alat keselamatan kerja sesuai SOP 23 Perubahan pola
penyakit
Pembangunan jalan tambang dan drainase
Tidak terjadi perubahan pola 10 besar jenis penyakit atau peningkatan prevalensi dan insiden penyakit
1. Menggunakan alat berat yang layak operasi.
2. Membatasi atau
meminimalkan bukaan lahan untuk jalan tambang maupun drainase sesuai desain tambang.
3. Menyediakan dan mewajibkan para pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata, masker, earplug, safety shoes, dan
sebagainya.
Tapak kegiatan atau tapak proyek
1.Alat berat yang digunakan sudah layak operasi.
2.Area pembukaan lahan sesuai HGU Blok 1 seluas 64 Ha secara bertahap 3.Tenaga kerja
operasional menggunakan alat
keselamatan kerja sesuai SOP
Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi
TAHAP OPERASIONAL 1 Penurunan
Kualitas Udara Ambien
Mobilisasi alat berat
Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999
1. Pemasangan penghalang debu pada kendaraan 2. Perawatan kendaraan 3. Penyiraman jalan (jalur
mobilisasi)
1. Kendaraan 2. Workshop 3. Jalur yang
dilewati kendaraan
1.Hasil analisis kualitas udara dari PT.
Global Quality Analitical Bogor
Kualitas udara ambien masih berada dibawah baku mutu kualitas udara ambien
Hidup (TSP, CO, SO2
dan NO2)
Akreditasi KAN
2.Menggunakan kendaraan yang layak pakai 3.Rutin
dilakukan penyiraman jalan
sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (hasil analisis kualitas udara ambien terlampir)
2 Tingkat kebisingan
Mobilisasi alat berat
Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.
48 TAHUN 1996
1.Melakukan pekerjaan pada siang hari
2.Mengurangi kecepatan kendaraan
1. Jaliur mobilisasi (kampong maruni) 2. kendaraan
1.Pelaksanaan pekerjaan dari jam 08:00 sampai 17:00 WIT
2.Hasil pengukuran Kebisingan dari PT. Global Quality Analitical Bogor
Akreditasi KAN 3.Kecepatan
kendaraan telah diatur
Nilai kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan 70 dBA. (Hasil Pengukuran tingkat kebisingan Terlampir)
3 Perubahan kualitas iklim mikro
Pembersihan Lahan
1. Skala Beaufort 5
2. Indeks kenyamanan pada kriteria cukup nyaman (dengan nilai 26)
1. Keberlanjutan pembukaan lahan untuk tambang batu gamping ≤ 2 ha/hari 2. Membuat biopori dengan
diameter 10 cm, kedalaman 1 m
3. Penyemprotan air secara rutin pada siang, pagi dan sore.
1. Areal rencana tambang batu gamping 2. Radius 100 m
dari areal rencana tambang batu
1.Penambahan luas areal yang berpotensi menerima radiasi matahari dan bumi selama pengoperasian
Kondisi iklim tidak mengalami perubahan
Hidup 3. pH hujan
berkisar 7,0
gamping 3. Areal
rencana tambang batu gamping
2.Pemasangan biopori sudah dilakukan
4 Peningkatan Laju Aliran Permukaan
Pembersihan Lahan
Tidak terjadi luapan Aliran permukaan di luar lokasi penambangan
1. Disemua tepi pembukaan lahan dibuat paritan atau toe sehingga aliran permukaan tidak meluap ke luar lokasi kegiatan. Air kemudian ditampung dalam kolam pengendapan (settling pond) 2. Untuk pembersihan di Blok III
kolam pengendapan harus dapat menampung air sebanyak air sebanyak 2000 m3
3. Kolam pengendapan terdiri dari 2 buah kolam, pertama untuk menampung partikel- partikel besar dan kedua untuk menampung partikel yang lolos dari partikel pertama.
4. Kolam penampungan dibuat sehingga alat berat dapat melakukan perawatan.
1.Pada tapak lahan yang dibersihkan, yaitu di lokasi Penambangan Gamping 2.Di blok III 3.Dilokasi kolam
pengendapan 4.Dilokasi kolam
pengendapan
Disemua tepi pembukaan lahan telah dibuatkan parit atau toe
Laju aliran permukaan stabil
5 Peningkatan Sedimentasi Sungai
Pembersihan Lahan
Tidak terjadi peningkatan TSS di Werbedey (anak sungai Maruni)
1. Melakukan pembersihan lahan secara bertahap sesuai kebutuhan kontruksi 2. Pada lahan yang telah
dibersihkan dibuat saluran drainase dan tempat penampungan sebelum
1. Lokasi pembersihan lahan (Blok III)
2. Lokasi pembersihan lahan (Blok
1.Pembersihan lahan dilakukan dengan 3 tahap yaitu
pembersihan blok 1, kemudian blok 2 dan 3.
Tidak terjadi peningkatan sedimentasi
Hidup
dilepas ke sungai III) 2.Telah dibuat
drainase dan tempat penampungan 6 Penurunan
Kualitas air sungai
Pembersihan lahan
Tidak Melebihi Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)
1. Pembuatan settling pond 2. Pembuatan drainase sekeliling
wilayah pembersihan lahan
1. Areal pembersihan lahan 2. Areal
pembersihan lahan
1.Telah dibuat settling pond 2.Drainase telah
dibuat disekeliling wilayah pembersihan lahan
Kualitas air sungai masih dibawah baku mutu air sesuai PP RI.
No. 82 Tahun 2001 (Hasil Analisis Kualitas air sungai Terlampir) 7 Erosi tanah Pengupasan
dan
penimbunan tanah pucuk
Laju erosi berada pada kategori sedang (<180) ton/ha/th.
1. Pengupasan dilakukan pada blok yang akan ditambang secara bertahap atau tidak sekaligus pada semua areal dalam blok penambangan 2. Pengupasan tidak dilakukan
pada musim hujan atau hari hujan.
1. Pada blok yang sedang ditambang di lokasi tambang 2. Pada blok
yang sedang ditambang di lokasi tambang
1. Pengupasan dilakukan secara bertahap 2. Pengupasan
dilakukan pada musim
kemarau untuk menghindari terjadinya erosi
Laju erosi masih berada pada kategori sedang
8 Penurunan Kualitas Udara Ambien
Pengupasan dan
penimbunan tanah pucuk
Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (TSP, CO, SO2
dan NO2)
1. Perawatan kendaraan 2. Penyiraman lahan yang
diperkirakan menimbulkan debu
1. Workshop 2. Areal
Pengupasan Dan
Penimbunan Tanah Pucuk
1.Hasil analisis kualitas udara dari PT. Global Quality
Analitical Bogor Akreditasi KAN 2.Menggunakan
kendaraan
Kualitas udara tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (Hasil Analisis
Hidup
yang layak pakai 3.Melakukan
penyiraman pada area yang berpotensi menghasilkan debu
Kualitas Udara Terlampir)
9 Peningkatan kebisingan
Pengupasan dan
penimbunan tanah pucuk
Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO. 48 TAHUN 1996
Kegiatan dilakukan pada siang hari
Areal pengupasan dan
penimbunan tanah pucuk
1.Pelaksanaan pengupasanan dari jam 08:00 sampai 17:00 WIT
2.Hasil pengukuran Kebisingan dari PT. Global Quality
Analitical Bogor Akreditasi KAN
Nilai kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan 70 dBA. (Hasil Pengukuran tingkat kebisingan Terlampir)
10 Penurunan Kualitas air sungai
Pengupasan dan
penimbunan tanah pucuk
Tidak Melebihi Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)
Menempatkan tanah pucuk pada daerah yang diperkirakan tidak berdampak erosi
Areal pengupasan dan
penimbunan tanah pucuk
Tanah pucuk ditempatkan didaerah yang sangat peka terhadap erosi
Kualitas air sungai masih dibawah baku mutu air sesuai PP RI. No. 82 Tahun 2001 (Hasil Analisis Kualitas air sungai Terlampir) 11 Peningkatan
Sedimentasi Laut
Pengupasan dan
penimbunan tanah pucuk
Laju
pengendapan tidak melebihi 1,8 x 104
Aliran sedimen sisa dari lahan atas pada saat Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk tidak boleh dialirkan ke perairan laut
pantai maruni dan muara sungai
Air tambang dialirkan terlebih dahulu di settling pond sebelum
Laju
pengendapan tidak melebihi 1,8 x 104
Hidup
mm3/hari/m akan tetapi harus dialirkan ke kolam pengendapan
(settlingpond)
dibuang ke badan air
mm3/hari/m
12 Peningkatan Sedimentasi Sungai
Penggalian Pembongkaran
Peningkatan TSS dan sedimentasi maksimal 10 % dari rona awal
1. Melakukan pengukuran TSS padainlet dan outlet disekitar saluran pembuangan dari kolam pengendapan 2. Disemua tepi pembukaan
lahan dibuat paritan atau toe sehingga aliran permukaan tidak meluap ke luar lokasi kegiatan. Air kemudian ditampung dalam kolam pengendapan (settlingpond) 3. Kolam penampungan dibuat
sehingga alat berat
dapatmelakukan perawatan.
1.Sungai maruni 2.Lokasi Paritan
dan Kolam Penampungan 3.Kolam
pengendapan
1.Pengukuran TSS telah dilakukan 2.Telah dibuat
parit 3.Telah dibuat
kolam
penampungan
Tidak terjadi peningkatan sedimentasi di sungai maruni
13 Perubahan Imbuhan air tanah
Penggalian/
Pembongkara n Batu Gamping
Penurunan Imbuhan air Permukaan Tidak melebihi 70 % sampai akhir
penambangan
1. Membuat sumur-sumur /kolam-kolam resapan.
2. Kemiringan lereng penggalian tidak boleh melebihi 450.
1. Disumur- sumur resapan 2. Lereng
penggalian
Penggalian/pem bongkaran dilakukan tidak melebihi dari 450
Penurunan Imbuhan air Permukaan Tidak melebihi 70 %
14 Getaran Penggalian/
Pembongkara n Batu Gamping
Pada pemukiman penduduk PVS tidak boleh melebihi 3 mm/s.
Tidak terjadi kerusakan banguan akibat getaran dari bahan peledak.
1.Peledakan bisa dilakukan jika berjarak minimal 600 m dari pemukiman penduduk tedekat.
2.Penanganan bahan peledak harus sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1955 3.Dibuat bufferzone (zona
penyangga) antara pemukiman
1.Di lokasi penambangan 2.Digudang
bahan peledak 3.Dilokasi
penambangan
1. Peledakan dilakukan berjarak lebih 600 m dari pemukiman penduduk tedekat.
2. Penanganan bahan peledak sudah sesuai
Tidak terjadi kerusakan disekitar lokasi penambangan akibat dari peledakan baik rumah
penduduk, tempat ibadah maupun sarana
Hidup
penduduk dan lokasi penambangan.
dengan aturan yang berlaku
pendidikan 15 Penurunan
Kualitas Udara Ambien
Penggalian dan
pembongkar an batu gamping
Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (TSP, CO, SO2
dan NO2)
1. Jarak penggalian dan pembongkaran dengan peledakan radius 600 meter dari pemukiman
2. Penyiraman lahan yang berpotensi menghasilkan debu
1. Lokasi pembongkara n dan
penggalian batu gamping 2. Lokasi
pembongkaran dan
penggalian batu gamping
1.Penyiraman dilakukan 2x sehari 2.Hasil analisis
kualitas udara dari PT. Global Quality
Analitical Bogor Akreditasi KAN
Kualitas udara tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (Hasil Analisis Kualitas Udara Terlampir) 16 Kebisingan Penggalian
dan
pembongkaran batu gamping
Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.
48 TAHUN 1996
1. Kegiatan dilakukan pada siang hari
2. Jarak lokasi penggalian dan pembongkaran berjarak 600 m dari pemukiman terdekat.
1.Lokasi penggalian dan
pembongkaran 2.Kampung
Maruni RT 3
1.Pelaksanaan pembangunan dari jam 08:00 sampai 17:00 WIT
2.Hasil pengukuran Kebisingan dari PT. Global Quality
Analitical Bogor Akreditasi KAN
Nilai kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan 70 dBA. (Hasil Pengukuran tingkat kebisingan Terlampir)
17 Penurunan Kualitas air sungai
Penggalian dan pembongkaran batu gamping
Tidak Melebihi Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)
1. Pembuatan settling pond 2. Pembuatan drainase
mengelilingi areal penggalian dan pembongkaran batu gampingx
1. Areal penggalian dan
pembongkaran batu gamping 2. Areal
penggalian dan
pembongkaran batu gamping
Pembuatan drainase mengelilingi areal penggalian dan
pembongkaran batu gamping telah dilakukan
Kualitas air sungai masih dibawah baku mutu air sesuai PP RI. No. 82 Tahun 2001 (Hasil Analisis Kualitas air sungai Terlampir)
Hidup 18 Penurunan
kualitas air laut
Penggalian dan
pembongkaran batu gamping
Baku Mutu air laut pada PP No.51 Tahun 2004 tentang Kualitas Air laut
Parameter utama TSS dan pH
1.Pembuatan settling pond 2.Pembuatan drainase
mengelilingi areal penggalian dan pembongkaran batu gamping
1.Areal penggalian dan
pembongkaran batu gamping 2.Areal
penggalian dan
pembongkaran batu gamping
Pembuatan drainase mengelilingi areal penggalian dan
pembongkaran batu gamping telah dilakukan
Nilai kualitas air laut masih dibawah baku mutu sesuai Kep. MENLH No. 51 Tahun 2004 (Hasil Analisis Kualitas Air Laut
Terlampir) 19 Peningkatan
Sedimentasi Laut
Penggalian/pe mbongkaran batu gamping
Laju
pengendapan tidak melebihi 1,8 x 104 mm3/hari/m
Aliran sedimen sisa dari lahan atas pada saat
Penggalian/pembongkaran batu gamping tidak boleh dialirkan ke perairan laut akan tetapi harus dialirkan ke kolam pengendapan (settling pond)
Pantai maruni dan muara sungai
Aliran sedimen sisa dari lahan atas pada saat Penggalian/pem bongkaran batu gamping dialirkan terlebih dahulu di kolam pengendapan sebelum dibuang ke perairan
Laju
pengendapan tidak melebihi 1,8 x 104 mm3/hari/m
20 Penurunan Kualitas Udara Ambien
Pengangkutan batu gamping ke crushing plant
Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (TSP, CO, SO2
dan NO2)
Membuat pelindung coveyor belt sehingga debu tdk tertiup angin
Coveyor belt Telah dibuatkan pelindung Coveyor Belt
Kualitas udara tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (Hasil Analisis Kualitas Udara Terlampir)
Hidup 21 Kebisingan Pengangkutan
batu gamping ke crushing plant
Tidak melebihi baku mutu kebisingan KEPMENLH NO.
48 TAHUN 1996
Perawatan conveyor belt secara rutin
Conveyor belt 1. Pengankutan dilakukan dari jam 08:00 sampai 17:00 WIT
2. Hasil pengukuran Kebisingan dari PT. Global Quality
Analitical Bogor Akreditasi KAN
Nilai kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan 70 dBA. (Hasil Pengukuran tingkat kebisingan Terlampir)
22 Penurunan Kualitas Udara Ambien
Peremukan batu gamping
Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (TSP, CO, SO2
dan NO2)
Pembuatan kubah penutup crushing plant atau areal peremukan batu gamping
Areal
peremukan batu gamping
Hasil analisis kualitas udara dari PT. Global Quality Analitical Bogor Akreditasi KAN
Kualitas udara tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41 Tahun 1999 (Hasil Analisis Kualitas Udara Terlampir) 23 Penurunan
Kualitas air sungai
Pengoperasian fasilitas tambang
Tidak Melebihi Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)
1. Pembuatan settling pond 2. Pembuatan drainase
mengelilingi areal pengoperasian fasilitas tambang
1.Areal
pengoperasian fasilitas tambang 2.Areal
pengoperasian fasilitas tambang
Pembuatan drainase mengelilingi areal
pengoperasian fasilitas tambang telah dilakukan
Kualitas air sungai masih dibawah baku mutu air sesuai PP RI. No. 82 Tahun 2001 (Hasil Analisis Kualitas air sungai Terlampir) 24 Penurunan
kualitas air laut
Pengoperasia n fasilitas
Baku Mutu air laut pada PP
1. Pembuatan settling pond 2. Pembuatan drainase
1. Areal
pengoperasia
Pembuatan drainase
Nilai kualitas air laut masih
Hidup tambang No.51 Tahun
2004 tentang Kualitas Air laut Parameter utama TSS dan pH
mengelilingi areal pengoperasian fasilitas tambang
n fasilitas tambang 2. Areal
pengoperasia n fasilitas tambang
mengelilingi areal
pengoperasian fasilitas tambang telah dilakukan
dibawah baku mutu sesuai Kep. MENLH No. 51 Tahun 2004 (Hasil Analisis Kualitas Air Laut
Terlampir) 25 Perubahan
kualitas iklim mikro
Reklamasi dan Revegetasi
1.Skala Beaufort 5
2.Indeks kenyamanan pada kriteria cukup nyaman (dengan nilai 26) 3.pH hujan
berkisar 7,0
1. Penanaman lahan
penambangan batu gamping ≤ 1 ha/hari.
2. Membuat biopori dengan diameter 10 cm, kedalaman 1 m 3. Penyemprotan air secara rutin
pada siang, pagi dan sore.
1. Areal rencana reklamasi dan revegatasi tambang batu gamping 2. Radius 100 m
dari area rencanal reklamasi dan revegetasi tambang batu gamping 3. Areal rencana
reklamasi dan revegetasi tambang batu gamping
Reklamasi dan Revegetasi belum dilakukan
Tidak terjadi perubahan kualitas iklim mikro
26 Penurunan laju aliran
permukaan
Reklamasi dan Revegetasi
Debit aliran permukaan akan menurun sama dengan kondisi awal sebelum ada kegiatan.
Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan revegetasi maka pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi
Lokasi Bekas Tambang blok I dan II
Reklamasi dan Revegetasi belum dilakukan
Tidak terjadi penurunan laju aliran
permukaan
27 Kesuburan Reklamasi Status 1. Pengambilan tanah untuk 1. Pada blok Reklamasi dan Tidak terjadi
Hidup
Tanah dan
revegetasi
kesuburan tanah menjadi tinggi.
media tanam yang memiliki status kesuburan tanah sedang.
2. Penanaman tanaman penutup tanah, terutama tanaman yang dapat meningkatkan
kesuburan tanah dengan cepat, seperti tanaman legum.
yang sudah selesai ditambang dan tidak digunakan lagi 2. Pada blok
yang sudah selesai ditambang dan tidak digunakan lagi
Revegetasi belum dilakukan
perubahan kesuburan Tanah
28 Penurunan Sedimentasi sungai
Reklamasi dan Revegetasi
Terjadi
penurunan TSS dan Sedimentasi Delivery Ratio (SDR)
Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan revegetasi maka pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi
Lokasi Bekas Tambang blok I dan II
Reklamasi dan Revegetasi belum dilakukan
Tidak terjadi penurunan Sedimentasi sungai
29 Peningkatan Kesempatan kerja
Penerimaan tenaga kerja Operasi
Ada tenaga kerja lokal yang diterima
1. Bersama Dinas Tenaga Kerja Kab. Manokwari melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat lokal wilayah studi tentang Kebutuhan tenaga kerja.
2. Materi sosialisasi terutama mengenai jumlah dan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan.
3. Memberi prioritas penerimaan tenaga kerja lokal wilayah studi yang memenuhi kriteria perusahaan.
1. Kelurahan dan kampung dalam wilayah studi.
2. Kantor manajemen PT. SDIC INDONESIA di lapangan.
Telah dilakukan sosialisasi tentang penerimaan tenaga kerja
Tenaga kerja local bekerja sebagai tenaga pengamanan dan sopir
30 Perubahan Persepsi
Penerimaan tenaga kerja
>60 % anggota masyarakat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat lokal tentang
MAN-SEL:
Kelurahan
1.Menginformasi kan kepada
Persepsi masyarakat
Hidup
masyarakat pencari kerja di
wilayah studi menyatakan mendukung perusahaan karena dapat menciptakan kesempatan kerja.
adanya penerimaan tenaga yang memenuhi kriteria perusahaan.
2. Memberi prioritas penerimaan kepada tenaga kerja lokal yang memenuhi kriteria perusahaan.
3. Memberi upah tenaga kerja minimal sama dengan UMPB 2014.
Andai, Kampung Wamesa, Maruni, Dobut, Misapmesy.
WARMARE : Kampung Hingk TANARUBUH Kampung Anggrisi.
masyarakat tentang adanya penerimaan tenaga kerja 2.Tenaga kerja
local direkrut sebagai tenaga pengamanan (security) dan buruh kasar
sangat baik
31 Gangguan proses sosial
Penerimaan tenaga kerja
Konflik warga masyarakat lokal dan perusahaan nihil.
Bersama dengan Dinas Tenaga Kerja Kabup. Manokwari melakukan sosialisasi tentang perlunya tenaga kerja dari luar Papua.
Kampung- kampung dalam wilayah studi.
Basecamp tenaga kerja perusahaan
Sosialisasi tentang tenaga kerja yang akan direkrut telah dilakukan
Tidak ada konflik antara
masyarakat local dengan pihak perusahaan
32 Perubahan Pendapatan
Pembersihan lahan
Penurunan pendapatan usahatani kangkung dan ikan mujair tidak lebih dari 10 %.
1. Memberi informasi kepada petani tentang jadwal pelaksanaan kegiatan pembersihan lahan areal tambang.
2. Menghimbau petani untuk memanen sayur kangkung dan ikan mujair, selambat-
lambatnya 1 hari sebelum kegiatan pembersihan lahan.
Kampung Maruni dan Kampung Hingck.
Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya petani tentang jadwal pelaksanaan pembersihan lahan areal tambang
Belum dilakukan survey
pendapatan usahatani
33 Perubahan persepsi masyarakat
Pembersihan lahan
>60 % anggota masyarakat diwilayah studi setuju.
Mengefektifkan pengelolaan dampak penurunan kualitas air permukaan di Kampung Hing dan Kampung Maruni.
Di areal lahan yang
dibersihkan
Telah dibuatkan bak
penampungan
Persepsi masyarakat sangat baik
Hidup 34 Perubahan
persepsi masyarakat
Pengupasan dan
Penimbunan Tanah
Konflik antara masyarakat lokal dan perusahaan, nihil.
Frekuensi pengaduan masyarakat lokal kepada manajemen perusahaan < 4 kali/bulan.
Mengefektifkan pengelolaan dampak penurunan kualitas air permukaan, antara lain:
1.Menggunakan metode pengupasan ramah lingkungan.
2.Menyimpan tanah hasil pengupasan di tempat yang aman dari proses terjadinya erosi.
Areal kegiatan pengupasan, dan di tempat penimbunan tanah hasil kupasan.
1.Pengupasan dan
penimbunan dilakukan sesuai dengan yang
dianjurkan 2.Tanah hasil
kupasan disimpan didaerah yang peka terhadap erosi
1. Tidak ada konflik antara masyarakat local dengan pihak perusahaan 2. Pengaduan masyarakat kepada pihak perusahaan hampir tidak ada
35 Peningkatan Pendapatan
Penggalian/Pe mbongkaran batu gamping
Petani telah menerima pembayaran ganti rugi tanaman kangkung dan ikan mujair sesuai peraturan daerah.
1. Inventarisasi luas areal tanaman kangkung yang dikuasai satu keluarga/
kelompok keluarga petani.
2. Membuat prediksi populasi ikan mujair pada setiap areal genangan air yang dikuasai oleh setiap keluarga/kelompok keluarga.
3. Mencari referensi tentang nilai ganti rugi tanam-tumbuh yang berlaku di daerah.
4. Membayar ganti rugi pertanaman kangkung dan ikan mujair sesuai hasil inventarisasi, dan sesuai Perda, dengan disaksikan Kepala kampung dan Uspika.
Kampung Maruni dan Kampung Hingck.
Ganti rugi tanaman telah dilakukan sesuai dengan
kesepakatan.
Tidak terjadi penurunan pendapatan masyarakat khususnya petani.
36 Perubahan persepsi masyarakat
Penggalian/
Pembongkara n Batu
>60 % anggota masyarakat diwilayah studi
Mengefektifkan pengelolaan dampak penurunan kualitas habitat tanaman kangkung dan
Kampung Hingck, dan Kampung
1.Penggalian dan
pembongkaran
Persepsi masyarakat cukup baik
Hidup
Gamping setuju. ikan mujair
1. Menggunakan metode penggalian/pembongkaran ramah lingkungan.
2. Menyimpan tanah hasil galian di tempat yang aman dari proses terjadinya erosi.
Maruni dilakukan
sesuai dengan yang
dianjurkan 3.Tanah hasil
galian disimpan didaerah yang peka terhadap erosi
37 Perubahan Pendapatan usaha tani
Peremukan batu gamping
Tidak ada debu gamping di areal pertanian
Tempat peremukan batu gamping harus tertutup.
Crushing plant Tempat
peremukan telah diberi penutup
Penyebaran debu akibat peremukan tidak terlalu besar 38 Perubahan
persepsi masyarakat
Peremukan Batu Gamping
< 20 % saja warga masyara- kat wilayah studi yang mengeluh- kan buruknya kualitas udara.
Mengefektifkan pengelolaan dampak Penurunan Kualitas Udara Ambien.
Areal pertanian di wilayah studi.
Peremukan batu dilakukan sesuai dengan yang dianjurkan
Hampir tidak ada keluhan
masyarakat tentang polusi yang dihasilkan oleh kegiatan peremukan batu gamping 39 Perubahan
Pendapatan Masyarakat
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang
Masyarakat lokal memperoleh pendapatan yang bersumber dari kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang.
Kontraktor Pekerjaan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang semaksimal mungkin melibatkan masyarakat local.
Revegetasi menggunakan jenis- jenis vegetasi yang berfungsi ganda misalnya tanaman buah- buahan
Kampung Maruni, Kantor Manajemen PT.
SDIC INDONESIA.
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang belum dilakukan
Tidak terjadi perubahan pendapatan masyarakat
40 Perubahan persepsi
Reklamasi dan
> 80 warga masyarakat di
1. Melakukan kajian singkat tentang kesesuaian lahan
Areal bekas tambang yang
Reklamasi dan Revegetasi
Tidak terjadi perubahan
Hidup masyarakat Revegetasi
Lahan Bekas Tambang bekas tambang
wilayah studi menyatakan senang terhadap kegiatan
perusahaan
untuk vegetasi.
2. Bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang memiliki kompetensi untuk kegiatan revegetasi.
3. Membeli bibit tumbuhan dari warga masyarakat dalam wilayah studi.
4. Bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang menjadi mitra kegiatan revegetasi untuk memberi prioritas penerimaan tenaga kerja lokal.
telah siap untuk dilakukan kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang.
Lahan Bekas Tambang bekas tambang belum dilakukan
persepsi masyarakat
41 Perubahan nilai lahan
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang Tahap Operasi
Lahan bekas tambang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Lahan bekas tambang menjadi lahan yang subur dan bermanfaat secara ekonomi
Areal lahan bekas tambang
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Tahap Operasi belum dilakukan
Tidak terjadi perubahan nilai lahan
42 Perubahan kesempatan berusaha
Pelaksanaan CSR
Petani lokal trampil melakukan budidaya jenis- jenis tanaman bernilai pasar tinggi dan berkualitas sehingga jenis dan jumlah usaaha baru meningkat
1. Membentuk kelompok- kelompok tani.
2. Melatih dan mendampingi petani lokal yang terhimpun dalam kelompok tani secara berkelanjutan melakukan budidaya jenis-jenis tanaman bernilai pasar tinggi dan berkualitas.
3. Membeli hasil-hasil produksi pertanian dengan kualitas yang sesuai kriteria perusahaan.
Kampung dan kelurahan di wilayah studi
Belum ada pelaksanaan CSR yang dilakukan pada periode Agustus 2020-Januari 2021
Tidak terjadi perubahan kesempatan berusaha
Hidup 43 Peningkatan
pendapatan masyarakat Lokal
Pelaksanaan CSR
Kondisi perekonomian lokal telah bergeser dari meramu, tradisional, dan subsisten
1. Membentuk kelompok- kelompok petani lokal peserta CSR.
2. Pelatihan dan pendampingan berkelanjutan kepada
kelompok tani mengusahakan jenis-jenis tanaman bernilai pasar tinggi, menerapkan teknik budidaya pertanian yang lebih maju, dan komersial.
3. Pelatihan dan pendampingan kelompok tani memasarkan hasil-hasil produksinya.
-Kelurahan dan kampung- kampung dalam batas sosial wilayah studi.
-Workshop PT.
SDIC INDONESIA.
Belum ada pelaksanaan CSR yang dilakukan pada periode Agustus 2020-Januari 2021
Kondisi perekonomian masyarakat lokal yang bekerja di perusahaan lebih membaik
44 Perubahan persepsi masyarakat
Pelaksanaan CSR
> 60 % warga masyarakat di wilayah studi menyatakan senang dengan kehadiran perusahaan
Melaksanakan program CSR Di kampung- kampung dalam wilayah studi.
Belum ada pelaksanaan CSR yang dilakukan pada periode Agustus 2020-Januari 2021
Persepsi masyarakat cukup baik terhadap kehadiran perusahaan.
Dengan hadirnya perusahaan sedikit demi sedikit kondisi keuangan masyarakat disekitar lokasi kegiatan lebih membaik 45 Perubahan pola
penyakit Operasional alat berat di penambangan
Tidak terjadi perubahan pola penyakit.
1.Melakukan penyiraman di tapak proyek
2.Menggunakan kendaraan layak operasional
Di tapak proyek 1.Penyiraman dilakukan pada siang dan sore hari
2.Kendaraan yang
Tidak terjadi perubahan pola penyakit
Hidup
digunakan layak pakai (sudah di KIR) 46 Perubahan pola
penyakit
Peledakan Tidak terjadi perubahan pola penyakit.
1. Peledakan dilakukan pada jarak ≥ 600 m dari pemukiman penduduk.
2. Selang waktu peledakan antara satu lubang dengan lubang berikutnya 15 menit.
3. Proses peledakan mengikuti SOP
Di Lokasi Pembongkaran/
penambangan batu gamping
Peledakan dilakukan sesuai dengan yang dianjurkan
Tidak terjadi perubahan pola penyakit
TAHAP PASCA OPERASIONAL 1 Perubahan
kualitas iklim mikro
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang
1.Skala Beaufort 5
2.Indeks kenyamanan pada kriteria cukup nyaman (dengan nilai 26) 3.pH hujan
berkisar 7,0
1. Penanaman lahan areal tambang batu gamping ≤ 1 ha/hari
2. Membuat biopori dengan diameter 10 cm, kedalaman 1 m 3. Penyemprotan air secara rutin
pada siang, pagi dan sore.
1. Areal rencana reklamasi dan revegatasi tambang batu gamping 2. Radius 100 m
dari area rencana reklamasi dan revegetasi tambang batu gamping 3. Areal rencana
reklamasi dan revegetasi tambang batu kapur
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan
Tidak terjadi perubahan kualitas iklim mikro
2 Penurunan laju aliran
permukaan
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas
Debit aliran permukaan akan menurun sama dengan kondisi
1. Melakukan reklamasi lahan bekas penambangan Batu Gamping, jika masyarakat sekitar akan memanfaatkan,
1. Lokasi Bekas Tambang blok III 2. Lokasi Bekas
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum
Tidak terjadi penurunan laju aliran
permukaan
Hidup Tambang awal sebelum
ada kegiatan.
kolam penampungan tersebut dapat dijadikan kolam untuk memelihara ikan atau menanam sayuran.
2. Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan
revegetasi maka
pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi
Tambang blok III
Dilakukan
3 Kesuburan Tanah
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang
Status
kesuburan tanah menjadi tinggi.
1.Pengambilan tanah untuk media tanam bekas
penambangan yang memiliki status kesuburan tanah sedang.
2.Penanaman tanaman penutup tanah, terutama tanaman yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan cepat, seperti tanaman legum.
1.Pada blok terakhir yang sudah selesai ditambang dan tidak
digunakan lagi 2.Pada blok
yang sudah selesai ditambang dan tidak
digunakan lagi
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan
Tidak terjadi perubahan Kesuburan Tanah
4 Sedimentasi Sungai
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang
TSS, DO Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan revegetasi maka pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi
Di aliran sungai Werbedey (Anak sungai Maruni)
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan
Tidak terjadi peningkatan Sedimentasi Sungai
5 Kualitas Udara Ambien
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang
Tidak melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai PP. RI No. 41
Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan revegetasi maka pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan
Di aliran sungai Werbedey (Anak sungai Maruni)
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan
Tidak terjadi perubahan kualitas udara
Hidup Tahun 1999 (TSP, CO, SO2
dan NO2)
keanakaragaman vegetasi
6 Penurunan Kualitas air sungai
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang
Tidak Melebihi Baku Mutu air kelas I pada PP RI. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (TSS dan pH)
Karena ini merupakan dampak lanjutan dari kegiatan revegetasi maka pengelolaannya sama dengan pengelolaan dari dampak sebelumnya, yaitu peningkatan keanakaragaman vegetasi
Outlet
Settlingpond Di aliran sungai Werbedey (Anak sungai Maruni)
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan
Tidak terjadi Penurunan Kualitas air sungai
7 Perubahan (peningkatan) keragaman dan populasi satwaliar
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang
a.Pertumbuhan peningkatan keragaman jenis dan populasi satwaliar b.Terbentuknya
peranan habitat satwaliar sebagai habitat mencari pakan, habitat
reproduksi dan cover/shelter
1.Pemberian pupuk dan kompos pada tanah yang direklamasi dan direvegetasi untuk
meningkatkan daya tumbuh dan kesuburan tanaman vegetasi 2.Pemberian list plang kepada
public sebagai upaya reklamasi dan revegetasi untuk
meningkatkan daya memiliki lingkungan/habitat satwaliar.
3.Monitoring dan evaluasi peranan habitat untuk memastikan tingkat pemanfaatan satwaliar 4.Monitoring animal rescue
terhadap satwa-satwa endemik penting kerjasama dengan instansi terkait di Kabupaten Manokwari.
Lokasi reklamasi dan revegetasi serta areal tambang (blok III)
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan
Tidak terjadi Perubahan (peningkatan) keragaman dan populasi satwa liar
8 Perubahan struktur,
Reklamasi dan
- Masih terdapat
Keanekaragam Pendekatan Teknologi
Penanaman perkayaan dengan Lokasi operasi Reklamasi dan Revegetasi
Tidak terjadi Perubahan
Hidup dominansi dan
keanekaragama n vegetasi
Revegetasi Lahan Bekas Tambang
an beberapa Vegetasi tambang batu gamping.
- Terdapat sejumlah vegetasi yang di tanam dan tumbuh.
jenis pohon lokal, jenis yang mudah tumbuh maupun kelompok buah-buahan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar Pendekatan Sosial Ekonomi
Pelatihan Karyawan melalui penyelenggaraan program peningkatan pengetahuan terhadap karyawan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan seperti reklamasi maupun revegetasi.
Pendekatan Institusi 1. Membentuk organisasi
pengelolaan lingkungan yang terintegrasi dengan struktur organisasi perusahaan.
2. Melakukan kerjasama dengan instansi terkait Kab. Manokwari 3. Seluruh kegiatan Reklamasi
dan Reveteasi akan menngacu pada PP 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pasca tambang dan Permen Hut Nomor : 4 tahun 2011 tetang pedoman keerhasilan reklamasih hutan.
(termasuk pembukaan lahan, pengupasan tanah pucuk dan penimbunan )
Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan
struktur, dominansi dan keanekaragama n vegetasi
9 Perubahan persepsi masyarakat
Pengahiran hubungan kerja
Tenaga kerja mendapatkan hak-haknya sesuai peraturan ketenagakerjaan yang berlaku
-Review peraturan perundangan ketenagakerjaan yang berlaku dan relevan.
-Bersama Dinas Tenaga Kerja lebih awal menginformasikan tentang waktu berahirnya hubungan kerja.
Basecamp/mess tenaga kerja perusahaan.
Pengahiran hubungan kerja belum dilakukan
Tidak terjadi Perubahan persepsi masyarakat
Hidup
-Realisasi pemberian hak-hak tenaga kerja sesuai peraturan yang berlaku dan relevan.
10 Perubahan kesempatan berusahan
Pengahiran hubungan kerja
Hasil produksi masyarakat lokal memiliki nilai pasar tinggi
-Pelatihan manajemen
pemasaran kepada kelompok tani sasaran CSR.
-Mendampingi kelompok tani memperkuat penguasaan pasar umum.
Workshop perusahaan, dan Wilayah Kota Manokwari
Pengahiran hubungan kerja belum dilakukan
Tidak terjadi Perubahan kesempatan berusahan
11 Perubahan persepsi masyarakat
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang bekas tambang.
> 80 warga ma- syarakat di wilayah studi menyatakan senang terhadap kegiatan
perusahaan
1. Melakukan kajian singkat tentang kesesuaian lahan untuk vegetasi.
2. Bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang memiliki kom- petensi untuk kegiatan revegetasi.
3. Membeli bibit tumbuhan dari warga masyarakat dalam wilayah studi.
4. Bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang menjadi mitra kegiatan revegetasi untuk memberi prioritas penerimaan tenaga kerja lokal.
Areal lahan bekas tambang yang telah siap untuk dilakukan kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang.
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan
Tidak terjadi Perubahan persepsi masyarakat
12 Perubahan persepsi masyarakat
Pengembalian lahan
> 80 warga masyarakat di wilayah studi menyatakan senang terhadap kegiatan
perusahaan
1. Revieuw data dokumentasi keret pemegang hak adat yang telah diinventarisir selama Tahap Prakonstruksi.
2. Inventarisir keret pemegang hak adat, dan bandingkan dengan data dalam dokumentasi.
3. Mempelajari dokumen peta penguasaan/ pemilikan lahan
Di Kantor Manajemen PT.
SDIC
INDONESIA di lapangan
Pengembalian lahan belum dilakukan
Tidak terjadi Perubahan persepsi masyarakat
Hidup
bekas tambang yang telah dibuat sebelum Tahap Pasca Operasi.
4. Penyerahan dokumen penguasaan lahan bekas tambang kepada
Bupati/walikota Manokwari.
4. Bupati mengembalikan lahan kepada keret pemegang hak adat sesuai dokumentasi yang tersedia.
13 Perubahan penguasaan dan
pemanfaatan lahan
Pengembalian lahan
Penguasaan la- han berubah dari HGU menjadi hak ulayat yang dikuasai oleh Keret Mansim.
1. Revieuw data dokumentasi keret pemegang hak adat yang telah diinventarisir selama Tahap Prakonstruksi.
2. Inventarisir keret pemegang hak adat, dan bandingkan dengan data dalam dokumentasi.
3. Mempelajari dokumen peta penguasaan/ pemilikan lahan bekas tambang yang telah dibuat sebelum Tahap Pasca Operasi.
4. Penyerahan dokumen penguasaan lahan bekas tambang kepada
Bupati/walikota Manokwari.
4. Bupati/Walikota
mengembalikan lahan kepada keret pemegang hak adat sesuai dokumentasi yang tersedia.
-Kelurahan Andai -Kantor
manajemen perusahaan
Pengembalian lahan belum dilakukan
Tidak terjadi Perubahan penguasaan dan
pemanfaatan lahan
14 Perubahan Pengembalian Perubahan 1. Revieuw data dokumentasi Kelurahan Andai Pengembalian Tidak terjadi
Hidup penguasaan
dan
pemanfaatan SDA
lahan penguasaan dan pemanfaatan SDA pada areal lahan tambang dari terkendali oleh perusahaan menjadi
terkendali oleh Kepala Keret Mansim.
keret pemegang hak adat yang telah diinventarisir selama Tahap Prakonstruksi.
2. Inventarisir keret pemegang hak adat, dan bandingkan dengan data dalam dokumentasi.
3. Mempelajari dokumen peta penguasaan/ pemilikan lahan bekas tambang yang telah dibuat sebelum Tahap Pasca Operasi.
4. Penyerahan dokumen penguasaan lahan bekas tambang kepada
Bupati/walikota Manokwari.
5. Bupati/Walikota Manokwari mengembalikan lahan kepada keret pemegang hak adat sesuai dokumen yang tersedia.
Kantor Manajemen Perusahaan.
lahan belum dilakukan
Perubahan penguasaan dan pemanfaatan SDA
15 Perubahan pola penyakit
Reklamasi dan revegetasi
Tidak terjadi perubahan pola penyakit
1. Menggunakan alat berat dan kendaraan berat yang layak operasi dan/atau layak jalan.
2. Segera melaksanakan
reklamasi dan revegetasi pada lahan bekas tambang sesuai dengan dokumen rencana reklamasi dan rencana pascatambang.
3. Menyediakan dan mewajibkan para pekerja untuk
menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata, masker, earplug, safety shoes, dan
Tapak tambang atau lahan bekas tambang
Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Belum Dilakukan
Tidak terjadi perubahan pola penyakit
Hidup
sebagainya.
16 Perubahan sanitasi lingkungan
Reklamasi dan revegetasi
Tidak terjadi penurunan sanitasi lingkungan.
1. Melakukan reklamasi dan revegetasi sesuai dengan dokumen rencana reklamasi dan rencana pascatambang 2. Revegetasi pada lahan bekas
tambang maupun sarana tambang dengan tanaman keras atau pohon yang mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan cepat pertumbuhannya.
3. Menanam tanaman cover crop di antara tanaman
keras/pohon.
Tapak tambang atau lahan bekas tambang
Reklamasi dan Revegetasi Belum Dilakukan
Tidak terjadi Perubahan sanitasi lingkungan