• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Pratiwi.,Yaniar Wineta. 2018. “Analisis Manajemen Risiko Kredit Untuk Meminimalisir Kredit Modal Kerja Bermasalah”. Malang. Penerapan Manajemen Risiko Kredit untuk meminimalisir kredit modal kerja bermasalah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Ponorogo dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Ponorogo dalam menangani terjadinya kredit modal kerja bermasalah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitiatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko kredit yang meliputi pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi, kebijakan, prosedur dan penetapan limit, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan sistem Informasi manajemen risiko kredit, serta sistem pengendalian intern untuk meminimalisir kredit modal kerja bermasalah pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Ponorogo telah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan adanya penelitian ini menyarankan agar bank menjaga independensi staf kredit dan meningkatkan proses pemantauan kredit.

Andriani., Maya. 2015. “ Analisis Manajemen Risiko Dalam Mengatasi Pembiayaan Bermasalah Pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) “. Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses manajemen risiko pembiayaan yang dijalankan oleh bank BRI Syariah Cabang Bogor terhadap pembiayaan KPR, baik itu pada tahap analisis calon debitur sebelum persetujuan pembiayaan, proses manajemen setelah diberikan pembiayaan KPR, serta pada saat terjadinya pembiayaan bermasalah ataupun kemacetan pelunasan pembiayaan dari debitur.

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses

(2)

Terdapat 5 tahap dalam proses manajemen risiko, yaitu identifikasi risiko, pengukuran risiko, mitigasi risiko, monitoring risiko serta pengendalian dan pelaporan risiko (Imam, Wahyudi, et al: 2013). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan , berbagai metode alamiah. jenis penelitian yang penulis gunakan adalah studi lapangan (Field Research) dilakukan dengan penelitian secara langsung pada kantor BRI Syariah Cabang Bogor. Hasil dari penelitian ini adalah Manajemen risiko pembiayaan KPR yang diterapkan BRI Syariah Cabang Bogor meliputi identifikasi yang paling utama dijalankan dalam menyeleksi calon debitur adalah dengan analisis 5C (Character, Capacity, Capital, Colateral, Condition of Economi). Mitigasi risiko pembiayaan yang diterapkan BRI Syariah adalah dengan pengikatan agunan. murni yaitu rumah yang dijadikan sebagai objek KPR itu sendiri, menyiapkan pencadangan modal, kebijakan mengutamakan pemberian pembiayaan KPR hanya kepada calon nasabah yang memiliki fix income yaitu nasabah yang berstatus karyawan tetap. Penyelesaian pembiayaan bermasalah yang telah mencapai kolektabilitas V (macet) khusus pembiayaan KPR di BRI Syariah, pihak bank tidak melakukan langkah-langkah penyelamatan dengan skema rescheduling, reconditioning, maupun restructuring, penyelamatan yang dilakukan adalah dengan langsung menjual atau melelang agunan yang tersedia yaitu objek KPR itu sendiri. Pembiayaan KPR sebaiknya pembiayaan juga disediakan lebih luas untuk kalangan professional dan pengusaha dikarenakan prospek dari kalangan tersebut sangat besar dan meningkatkan perluasan alur penyaluran dari bank ke masyarakat dan peningkatan profit kepada bank BRI tentunya.

(3)

Tengor., Rifangga T.C. 2015. “ Penerapan Manajemen Risiko Untuk Meminimalisir Risiko Kredit Macet Pada PT. BANK SULUTGO “. Manado.

Keberadaan sektor perbankan sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat semakin meningkat, ditandai dengan semakin tingginya penyaluran dana masyarakat ke sektor perbankan. Peningkatan tersebut juga meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank. Berdasarkan hal tersebut, penting bagi bank untuk melaksanakan Penerapan manjemen risiko khususnya risiko kredit. Menyadari akan hal tersebut, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan berkenaan penerapan manajamen risiko bagi bank umum melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan manajemen risiko di PT. Bank SulutGo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT.

Bank SulutGo telah menerapkan dengan baik pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi, kebijakan, prosedur dan penetapan limit, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan sistem informasi manajemen risiko kredit, dan pengendalian risiko kredit. Untuk meminimalisir risiko kredit, maka PT. Bank SulutGo telah menerapkan manajemen risiko dan terbukti berhasil dalam meminimalisir kredit bermasalah. Keberhasilan PT.Bank SulutGo dapat dibuktikan melalui rasio NPL yang tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebesar 5%. PT.

Bank SulutGo sebaiknya menjaga independensi staf dan meningkatkan proses pemantauan kredit, agar dapat meminimalisir risiko kredit.

(4)

Wati., Dwi Lia Setia. 2020. “ Efektifitas Restruktrisasi Kredit Sebagai Strategi Penurunan Kredit bermasalah (Studi Kasus PAda Bank BRI Unit Poncowati). Metro. Masalah yang sering dihadapi oleh dunia perbankan pada umumnya adalah masalah kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).

Begitupun yang dialami oleh Bank BRI Unit Poncowati, dimana faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah tersebut diantaranya ketidaklayakan debitur, kesalahan penggunaan kreditdalam mengelola usaha, selain itu cuaca atau iklim yang tidak menentu serta musibah dan kejadian tak terduga lainnya sehingga terjadi kredit bermasalah padadebitur.Akibat dari kredit bermasalah tersebut dapat meningkatkan tingkat NPLyang akan berakibat pada kesehatan bank jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Sehingga dalam hal ini bank menggunakan restrukturisasi kredit sebagai strategi penurunan kredit bermasalah. Berdasarkan uraian tersebut timbul pertanyaan, bagaimana pelaksanaan restrukturisasi kredit dan seberapa efektif pelaksanaan restrukturisasi kredit dalam menurunkan kredit bermasalah pada bank BRI Unit Poncowati.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dengan sifat penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi yang memuat informasi mengani penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Adapun manfaat penelitian dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang lembaga keuangan khusunya mengenai efektivitas pelaksanaan restrukturisasi sebagai strategi penurunan kredit bermasalah.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan olehpeneliti, maka dapat disimpulkan bahwa: “Pelaksanaan restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Poncowati dalam menurunkan kredit bermasalah dapat dikatakan sudah efektif, hal tersebut dikarenakan dalam pelaksanaannya pihak bank sudah melakukan restrukturisasi kredit dan penanganan kredit bermasalah sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh internal bank dan peraturan perbankan. Efektivitas tersebut dapat dibuktikan dengan semakin menurunnya persentase tingkat NPL dan jumlah debitur NPL dari tahun 2016sampai 2019, yaitu dari 2,59% pada 2016 menjadi 2,07% pada 2017, kemudian pada 2018 menjadi

(5)

1,88% dan pada 2019 turun menjadi 1,54%,yang artinya selama 4 tahun bank dapat menurunkan sebanyak 1,05% persentase tingkat NPL bank.

Putra., Septa Priangga. 2015. “ Analisis Manajemen Risiko Kredit Sebagai Alat Untuk Meminimalisir Risiko Kredit “. Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan manajemen risiko kredit dan kriteria serta upaya untuk meminimalisir risiko kredit pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Dau Kusumadjaja Malang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data ini menganalisis manajemen risiko kredit, persentase Non Performing Loan (NPL) dan penanganan kredit bermasalah yang dilakukan oleh PT. Bank Perkreditan Rakyat Dau Kusumadjaja Malang. Hasil penelitian menunjukkan penerapan manajemen risiko kredit bank meliputi indentifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko kredit.

NPL bank selama bulan Desember 2013 sampai dengan bulan November 2014 mengalami fluktuasi. Namun, pada 4 bulan terakhir yaitu dari bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan November 2014 terus mengalami peningkatan hingga 4,94 Sumber masalah dari kondisi kenaikan NPL pada akhir tahun 2014 yang dihadapi yaitu usaha debitur yang sepi, debitur mempunyai hutang di tempat lain dan terjadinya keterlambatan panen. Bank dalam upaya meminimalisir risiko kredit dengan menerapkan penanganan kredit bermasalah meliputi reschedulling, reconditioning, restructuring, hapus buku, pengambilalihan agunan dan hapus tagih.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang bersumber dari banyaknya penelitian yang berkaitan dengan judul proposal ini, Dapat dilihat bahwa terdapat persamaan yakni membahas tentang Manajemen resiko kredit bermasalah. Yang menjadi pembeda yaitu objek atau produk dari bank yang di gunakan dalam mekanisme restrkturisasi kredit di penelitihan terdahulu .

(6)

2.2. Teori dan Pustaka 2.2.1 Restrukturisasi Kredit

1. Pengertian Restrukturisasi

Restrukturisasi kredit merupakan upaya penyelamatan atau perbaikan yang dilakukan kreditur terhadap debitur yang mengalami kesulitan dalam melakukan pengembalian atau pembayaran kewajibannya, Selain perbaikan restrukturisasi kredit juga bisa diartikan dengan perusahan syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konveksi sebagian atau seluruh tunggakan pokok atau bunga menjadi pokok kredit baru (Novrilanimisy 2014).

Dapat diartikan bahwa restrukturisasi kredit ialah program bank dalam upaya penyelamatan atau perbaikan yang di lakukan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang kesulitan untuk memenuhi kewajibannya supaya bank tidak mengalami kerugian yang di akibatkan dari kredit bermasalah tersebut.

2. Cara - Cara Restrukturisasi

Kebijakan mengenai restrukturisasi kredit pertama kali diatur dalam SK Direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang kemudian diubah menjadi Peraturan Bank Indonesia No. 2/15/PBI/ 2000 tentang Restrukturisasi Kredit, restrukturisasi kredit dapat dilakukan dengan 7 (tujuh) cara yakni melalui :

a. Penurunan suku bunga

b. Pengurangan tunggakan bunga kredit c. Pengurangan tunggakan pokok kredit d. Perpanjangan jangka waktu kredit e. Penambahan fasilitas kredit

f. Pengambilalihan asset debitur sesuai ketentuan yang berlaku

g. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur

(7)

Dapat dipahami bahwa cara-cara di atas merupakan opsi yang dapat dipilih dan diterapkan oleh pihak bank kepada debitur bermasalah sebagai upaya penyelamatan kredit bermasalah agar tidak menjadi kredit macet yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi kelancaran usaha bank 3. Ketentuan Restrukturisasi Kredit

Pada Tahun 2012 Bank Indonesia mengeluarkan petunjuk dan pedoman tentang tata cara penyelamatan kredit melalui restrukturisasi kredit yaitu dengan berpedoman kepada Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum yang dijelaskan dalam Pasal 52 dan 53. Beberapa kebijakan dalam penyelamatan kredit macet berdasarkan peraturan tersebut terdapat pada Pasal 52, yaitu bank hanya dapat melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/ atau bunga kredit b. Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi

kewajiban setelah kredit direstrukturisasi.

Selain itu, kebijakan restrukturisasi kredit juga dijelaskan pada Pasal 53, yaitu bank dilarang melakukan restrukturisasi kredit dengan tujuan hanya untuk :

a. Memperbaiki kualitas kredit

b. Menghindari peningkatan pembentukan PPA tanpa emperhatikan kriteria debitur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52.

2.2.2 Manajemen Resiko

1. Pengertian Manajemen Risiko

Berdasarkan undang undang republik No. 21 Tahun 2008 mengenai perbankan Syariah pada pasal 38 ayat 1 pada sebutkan bahwa manajemen risiko adalah : “Serangkaian metodologi & mekanisme yang dipakai pihak perbankan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, &

mengendalikan resiko yang ada menurut semua bagian bisnis bank”.

Manajemen risiko menjadi suatu metodologis & sistematik pada

(8)

identifikasi, kuatifikasi, memilih sikap, memutuskan solusi dan melakukan monitor & pelaporan risiko yang berlangsung dalam setiap aktifitas atau proses, dari Idroes (2008:5)

Manajemen risiko merupakan mengidentifikasi, mengukur, memantau, & mengendalikan jalanya aktivitas bisnis bank menggunakan tingan risiko yg masuk akal secara terarah, terintegrasi &

berkesinambungan (Karim 2004:255) Berdasarkan beberapa definisi di atas bisa disimpulkan bahwa esensi manajemen risiko merupakan kecukupan mekanisme & metodologi pengelolaan risiko sebagai akibatnya aktivitas bisnis bank tetap terkendali (manageable) dalam batas atau limit yg bisa diterima dan menguntungkan bank

2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Resiko 1. Fungsi Manajemen Resiko

Manajemen resiko sebagaimana ilmu manajemen adalah, adalah salah satu indera buat mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan tidak mampu dicapai bila fasilitas-fasilitas yg dimiliki tidak mampu dimanfaatkan lantaran terjadinya insiden kerusakan atau kerugian menjadi dampak, contohnya kebakaran, banjir, gempa bumi, kecelakaan & lain-lain. Usaha-bisnis buat menghadapi kemungkinan terjadinya kerusakan atau kerugian tadi dan bagaimana mengatasi atau menekannya adalah merupakan bagian dari manejemen resiko.

Dengan makin kompleknya aktivitas bisnis khususnya pada bisnis industri besar, maka dituntut adanya perhatian yg spesifik terhadap penanganan resiko sebagai akibatnya manajemen resiko semakin penting. Untuk bisa melaksanakan tugasnya menggunakan baik, manajer wajib sanggup membangun interaksi kerjasama menggunakan manajer lainnya. Faktor-faktor yg mengakibatkan makin kompleknya aktivitas-aktivitas bisnis tadi adalah:

a. Semakin cepat perkembangan perdagangan internasional.

b. Perkembangan terknologi.

(9)

c. Perkembangan integritas organisasi-organisasi aktivitas bisnis yang sangat erat & tinggi (kegagalan satu unit atau sektor, imbas dalam sektor lainnya).

d. Bertambahnya kepedulian & ketelitian masyarakat (perkara- perkara polusi, kebisingan, pencemaran, standarisasi produk, tanggung jawab hukum, & aspek lainnya yang menyebabkan aktivitas bisnis sehubungannya menggunakan tanggung jawab sosial). Bedasarkan hal-hal tadi diatas maka fungsi manajemen resiko yang umumnya disampaikan para pakar atau pemikir pada bidang ilmu manajemen tidak selaras menggunakan fungsi manajemen resiko islam yaitu agar mengendalikan & mengelola resiko secara beraneka resiko yg mengancam perusahaan.

2. Tujuan Manajemen Resiko Secara umum adalah:

a. Agar perusahaan tetap hidup dengan perkembangan dan berkesinambungan

b. Memberikan rasa aman

c. Biaya risk manajement yang efisien dan efektif

d. Agar pendapatan perusahaan stabil dan wajar, memberikan kepuasan dari pemilik dan pihak lain. Berdasarkan tujuan yang telah dijelaskan diatas maka secara umum penerapan manajemen resiko disuatu perusahaan merupakan salah satu cara untuk tercapainya tujuan perusahaan. Hal ini sejalan dengan tujuan manajemen resiko islam yaitu menghindari pemborosan, kehilangan dan penderitaan adalah suatu tuntutan naluriah yang didukung oleh ketentuan islam sendiri tidak mencegah seseorang melakukan upaya-upaya yang dianggap perlu untuk menjamin ketentuannya.

(10)

2.2.3 Kredit

1. Pengertian Kredit

Menurut Undang – Undang Perbankan No.10 Tahun 1998, Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan, dari persetujuan atau konvensi pinjam – meminjam antara bank menggunakan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya selesainya jangka waktu tertentu menggunakan pemberian bunga. Sedangkan, pengertian pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagihan uang atau tagihan yang bisa dipersamakan menggunakan itu, dari persetujuan atau konvensi antara bank menggunakan pihak lain yang mewajibkan pihak yang didanai buat mengembalikan uang atau tagihan tadi selesainya jangka waktu tertentu menggunakan imbalan atau bagi hasil. apabila kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan merupakan untuk menyelamatan kredit. apabila memang masih sanggup dibantu, maka maka tindakan yang sempurna adalah menambah jumlah kredit atau menggunakan memperpanjang jangka waktunya. Dan bila memang telah tidak bisa diselamatkan kembali, maka tindakan terakhir bagi bank merupakan menyita agunan yg sudah dijamikan oleh nasabah.

Dari beberapa pengertian diatas bisa diketahui, bahwa kredit adalah perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank menjadi kreditur menggunakan nasabah menjadi debitur. Dalam perjanjian ini bank menjadi pemberi kredit percaya terhadap nasabahnya pada jangka saat yang sudah disepakatinya akan megembalikan atau membayar lunas kredit tersebut.

2. Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit memiliki fungsi tertentu. Adapun fungsi primer pada pemberian suatu kredit, sebagai berikut : (Kasmir, Edisi Revisi 2014:89)

(11)

a. Untuk menaikkan daya guna uang. Dengan adanya kredit bisa menaikkan daya guna uang, maksudnya bila uang hanya disimpan saja tidak akan membuat sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.

b. Untuk menaikkan sirkulasi & lalu lintas uang. Dalam uang yg diberikan akan tersebar menurut satu daerah ke daerah lainnya sebagai akibatnya suatu wilayah yg kekurangan dana dengan memperoleh kredit maka wilayah tadi akan memperoleh tambahan dana dari wilayah lainnya.

c. ntuk menaikkan daya guna barang. Kredit yang diberikan oleh bank akan dipakai oleh (debitur) untuk mengolah barang yg tidak bermanfaat menjadi bermanfaat.

d. Meningkatkan peredaran barang. Kredit bisa juga menambah atau memperlancar arus barang berdasarkan satu daerah lainnya sebagai akibatnya jumlah barang yang tersebar berdasarkan satu daerah ke daerah lainnya bertambah atau kredit bisa juga menaikkan jumlah barang yang tersebar.

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi. Dengan memberikan kredit bisa dikatakan menjadi stabilitas ekonomi, lantaran dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kemudian bisa juga kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri, sehingga menaikkan devisa negara.

f. Untuk mempertinggi kegairahan berusaha. Bagi penerima kredit tentu akan bisa menaikkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya pas – pasan.

g. Untuk menaikkan pemerataan pendapatan. Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal menaikkan pendapatan. apabila sebuah kredit diberikan untuk menciptakan pabrik, maka pabrik tadi tentu membutuhkan energi kerja

(12)

h. Untuk menaikkan hubungan internasional. Dalam hal pinjaman internasional akan bisa menaikkan saling membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian kredir oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

3. Pemberian Kredit

Menurut penjelasan Pasal Undang – undang Republik Indonesia atas Undang – undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mengatakan bahwa dalam pemberian kredit harus memenuhi dasar pokok –pokok ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Bank Indoneisa (PBI), antara lain :

1. Persyaratan dan tata cara pemberian kredit berdasarkan prinsip kehati – hatian dan kepercayaan, termasuk didalamnya persyaratan Bank penerima. Dalam rangka meneliti pemenuhan kesehatan Bank tersebut, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan Bank calon penerima kredit.

2. Jangka waktu, tingkat suku bunga atau nisbah bagi hasil dan biaya lainnya.

3. Jenis agunan berupa surat berharga dan tagihan yang mempunyai peringkat tinggi

4. Tata cara pengikatan agunan.

4. Pengertian Analisis Kredit

Analisis kredit merupakan semacam kelayakan atau perusahaan pemohon kredit. Penilaian kredit merupakan Suatu aktivitas pemeriksaan, penelitian & analisa terhadap kelengkapan, keabsahan & kelayakan berkas atau data permohonan kredit calon debitur sampai dikeluarkannya suatu keputusan apakan kredit tadi diterima atau ditolak.

(13)

5. Prinsip – prinsip penilaian kredit 5c dan 7p

Dalam lingkup perbankan kelima faktor tadi dikenal menggunakan sebutan “The Five (5 C’s) of Credit Analysis” atau prinsip 5C ( Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy) (Kasmir, Edisi Revisi 2014:94), menjadi berikut:

a. Character (Watak)

Tujuan bank melakukan evaluasi terhadap watak debitur, merupakan untuk mengetahui apakah pemohon kredit terdapat kemauan membayar utangnya bila permohonan kreditnya dikabulkan oleh bank. Dalam hal ini sebagai perhatian bank merupakan sikap atau perilaku dan kejujuran & itikad baik debitur.

b. Capacity (Kemampuan)

Kemampuan yang dimiliki calon debitur merupakan kemampuan dalam mengelola bisnis yang dijalankan. Kemampuan mengelola tadi bisa ditinjau menurut pengalaman usahanya.

Sebelum bank mengabulkan permohonan kreditnya, bank wajib menilai dulu kemampuan debitur untuk mengelola bisnis yang akan didanai menggunakan kredit. Bank perlu mengetahui apakan nasabah memiliki kemampuan dan pengetahuan yg relatif dibidang bisnis tersebut, & apakah nasabah relatif berpengalaman mengelola bisnis tersebut.

c. Capital (Modal)

Nasabah harus menyediakan modal sendiri, sedangkan kekurangannya bisa didanai menggunakan kredit bank. Jadi disini funngsi bank hanya menyediakan tambahan kapital.

Untuk menilai sejauh mana kemampuan nasabah bisa menyediakan kapital sendiri bisa ditinjau menurut laporan keuangan perusahaan (neraca & daftar laba/rugi).

(14)

d. Collateral (Agunan)

Yang disebut dengan jaminan merupakan barang bergerak juga barang tidak bergerak yang dijadikan agunan pada kredit.

Setelah berlakunya Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, walaupun bank mengandalkan keyakinan bahwa debitur sanggup mengembalikan utangnya, namun agunan kredit tetap adalah salah satu faktor yang tidak bisa ditinggalkan sama sekali.

e. Condition of Economic (Prospek Usaha)

Kondisi ekonomi ini menyangkut mengenai objek-objek yang akan didanai menggunakan kredit itu memiliki masa depan atau prospek yang baik atau tidak. Untuk menilai kondisi ekonomi kini & yang akan datang sesuai sektor masing – masing. Sedangkan, pemberian kredit pada nasabah wajib memenuhi persyaratan yang dikenal menggunakan prinsip 7p analisis (Kasmir, Edisi Revisi 2014:94), sebagai berikut :

a. Personality

Menilai nasabah berdasarkan segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari – hari juga masa lalunya. Personality pula meliputi sikap, emosi, tingkah laku & tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

b. Party

Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan – golongan tertentu dari modal, loyalitas dan karakternya.

c. Purpose

Untuk memenuhi tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

(15)

d. Prospect

Untuk menilai bisnis nasabah pada masa yang akan tiba menguntungkan atau tidak, atau menggunakan istilah lain memiliki prospek atau sebaliknya.

e. Payment

Merupakan tolak ukur bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau menurut sumber mana saja dana untuk mengembalikan kredit.

f. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba

g. Protection

Yang bertujuan, untuk menjaga supaya bisnis & agunan merdapatkan perlindungan. Perlindungan bisa berupa agunan barang atau orang atau agunan asuransi.

6. Pengertian Kredit Bermasalah

Dalam pemberian kredit terdapat aneka macam resiko termasuk terjadinya kredit yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan dalam proses aktivitas bank yang bersangkutan,kredit bermasalah ini terjadi kerena adanya kredit yang tidak tertagih yang mengakibatkan kerugian terhadap bank. Menurut (Rivai, 2013)pengertian kredit bemasalah merupakan kredit yang semenjak jatuh tempo tidak bisa dilunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian.

Sedangkan menurut (Ambarsita, 2013) kredit bermasalah suatu keadaan dimana nasabah telah tidak sanggup membayar sebagian atau semua kewajibannya pada bank seperti yang sudah diperjanjikan.

(16)

7. Penyebab Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah mengambarkan terjadi kegagalan saat menangani resiko yang biasanya cendrung terjadi dan menyebabkan Kerugian yang dialami oleh pihak bank. Kredit bermasalah akan sebagai imbas buruk apa bila tidak di tangani dengan baik, kerena kredit adalah salah satu aktivitas utama bank & adalah penghasil laba bagi bank, maka menurut itu bank wajib menangani kredit bermasalah dengan mengetahui penyebab utama terjadi kredit bermasalah. Adapun terjadinya kredit bermasalah menurut (Rivai, 2013)

1. Kesalahan bank yang tidak teliti dalam pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah, kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud & tujuan penggunaan kredit & sumber-asal pembayaran kembali, tidak terdapat pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang sebenarnya menurut calon nasabah. Tidak adanya ketelitian dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah kelengkap syarat-syarat yang dicantumkan.

2. Kesalahan nasabah ketidak kompeten nasabah, nasabah yang diberikan kredit tidak atau kurang pengalaman dalam urusan kredit yang mengakibatkan nasabah kurang mengerti menggunakan syarat- syarat yang sudah di berikan.

3. Kredit bermasalah dapat ditimbulkan oleh faktor eksternal yaitu menjadi perubahan-perubahan political & sah environment, deregulasi sektor real, financial & ekonomi mengakibatkan dampak yang merugikan seseorang debitur. Perubahan tadi adalah tantangan monoton yang dihadapi oleh pemilik & pengelola perusahaan. Satu kunci menuju pengelolaan sukses berdasarkan suatu bisnis aadalah kemampuan mengantisipasi perubahan & relatif fleksibel pada mengelola usahanya. Sebagai dampak gagalnya pengelola

(17)

menggunakan sempurna mengantisipasi & beradaptasi menggunakan perubahan tadi, seperti:Kondisi perekonomian Perubahan-

4. perubahan peraturan Bencana alam. Sedangkan menurut (Sunindyo &

Wijayanti, 2010) kredit bermasalah pada sebabkan oleh:

a. Adanya kelemahan sisi intern berdasarkan pihak debitur yang ditimbulkan oleh tidak terdapat itikad baik berdasarkan debitur, menurunnya bisnis yang dilakukan pihak debitur untuk melakukan pembayaran angsuran, & tidak adanya kejujuran berdasarkan debitur pada penggunaan dana kredit yang awalnya menjadi biaya produksi sebagai biaya komsumtif.

b. Kelemahan sisi intern menurut pihak bank yang ditimbulkan oleh tidak adanya itikad baik menurut pihak bank yang mementingkan untuk kepentingnya pribadi, kurangnya kemampuan petugas bank pada pengelolaan pemberian kredit mulai menurut pengajuan hingga pencairan kredit.

c. Kelemahan berdasarkan pihak ekstren yang disebabakan terjadinya bencana alam yang tidak terduga mengakibatkan terjadinya kerugian dan adanya krisis moneter yang menyebabkan terjadi inflasi yang mempengaruhi bisnis debitur.

8. Prosedur dalam pemberian kredit

Prosedur pemberian kredit oleh perbankan secara umum antar bank yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Yang sebagai perbedaan mungkin hanya terletak menurut mekanisme & persyaratan yang ditetapkan menggunakan pertimbangan masing – masing. Prosedur pemberian kredit secara umum bisa dibedakan antara pinjaman perseorangan menggunakan pinjaman oleh suatu badan hukum, lalu bisa juga dipandang menurut segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif. Secara umum akan dijelaskan mekanisme pemberian kredit oleh badan hukum, menjadi berikut : (Kasmir, Edisi Revisi 2014:100)

(18)

1. Pengajuan berkas – berkas

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang di masukkan pada suatu proposal. Kemudian dilampiri menggunakan berkas – berkas lainnya yang dibutuhkan. Penganjuan proposal kredit hendaknya yang berisi, antara lain:

a. Latar belakang perusahaan

Seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, bukti diri perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan &

pendidikannya, perkembangan perusahaan.

b. Maksud dan tujuan

Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau menaikkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) dan tujuan lainnya.

c. Besarnya kredit dan jangka waktu

Dalam hal ini pemohon memilih besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh & jangka waktunya bisa kita lihat berdasarkan cash flow dan laporan keuangan 3 tahun terakhir. apabila berdasarkan output analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam menetapkan jumlah kredit & jangka waktu kredit yang layak diberikan pada yang pemohonnya.

d. Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci Segala risiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik

(19)

kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu &

sebagainya. Selanjutnya proposal ini dilampiri menggunakan berkas – berkas yang sudah dipersyaratkan seperti:

1. Akte notaris.Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas) atau Yayasan.

2. TDP (Tanda Daftar Perusahaan).

Merupakan tanda daftar perusahaan yang dikeluarkan oleh departemen perindustrian & perdagangan & umumnya berlaku 5 tahun, apabila habis bisa diperpanjang kembali.

3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak

Nomor pokok wajib pajak, yang mana sekarang ini setiap pemberian kredit terus dipantau oleh Bank Indonesia (BI) adalah NPWP-nya.

4. Neraca dan laporan laba rugi tiga tahun terakhir.

5. Bukti diri dari pimpinan perusahaan.

6. FotoCopy sertifikat jaminan.

2. Analisa kredit

Dalam memberikan kredit, bank umum harus memiliki keyakinan atas kemampuan & kesanggupan nasabah untuk melunasi kreditnya sesuai yang sudah diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, maka sebelum memberikan kredit, bank wajib melakukan evaluasi dengan akurat terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, & kondisi ekonomi berdasarkan nasabah.

Setelah permohonan kredit beserta kelengkapan data-datanya diterima oleh bank, selanjutnya pihak bank akan :

1. Melakukan analisa menurut data-data calon debitur juga data menurut sumber lainnya apakah layak untuk diberikan kredit sesuai dengan permohonan yang bersangkutan baik menurut segi jumlah kredit juga menurut aspek-aspek lainnya. Kelayakan ini pihak bank

(20)

2. menganalisa dengan memakai prinsip 5C “the five of credit analysis” (character/watak menurut debitur,Capacity/kemampuan debitur, Capital/kapital debitur, Collateral/agunan,& Condition of Economy).

3. Calon debitur yang dipercaya layak menerima kredit jika sudah memenuhi seluruh prinsip 5C, maka calon debitur tadi bisa mengajukan berkas permohonan kredit untuk dianalisa oleh pihak bank yang berwenang ( Direksi/Loan Komite).

3. Persetujuan Kredit

Sebelum kredit disetujui oleh pihak bank, bank terlebih dahulu menganalisa berkas permohonan yang diajukan oleh nasabah apakah kreditnya bisa dikabulkan atau ditolak. Hasil analisa yang dikabulkan wajib sesuai dengan prinsip 5C’s ditinjau berdasarkan watak debitur, kemampuan debitur untuk mengembalikan kredit, modal debitur, barang agunan yang dijaminkan, hasil bisnis yang dijalankan memiliki prospek yang baik dipasaran atau layak dijual. Sedangkan hasil analisa yang ditolak lantaran tidak memenuhi prinsip 5C’s contohnya debitur prenah melakukan perbuatan melanggar hukum, hasil berdasarkan bisnis yang dijalankan sang debitur tidak layak dijual, debitur tidak memiliki kemampuan utuk mengembalikan kredit.

apabila kredit sudah disetujui oleh pihak bank, bank wajib memberitahukan pada calon debiturnya bahwa kreditnya sudah disetujui oleh pihak bank & ditegaskan kembali tentang kondisi-kondisi kredit yang mencakup identitas nasabah yang akan mendapat kredit, bidang bisnis yang dikelola nasabah (jika memiliki perusahaan), jumlah kredit yang dimohon, laporan neraca keuntungan rugi (jika memiliki perusahaan), dan barang agunan yang bisa diagunkan oleh nasabah.

Ada beberapa tindakan yang wajib dilakukan berkenaan menggunakan persetujuan kredit tersebut, antara lain:

(21)

1. Membuat perjanjian pemberian kredit atau akad kredit secara otentik, pengikatan barang jaminan baik benda bergerak juga benda tidak bergerak. Jika barang yang diagunkan benda tidak bergerak berupa tanah maka lembaga agunan yang dipakai merupakan lembaga agunan

Hak Tanggungan dengan cara melakukan registrasi terlebih dahulupada tempat kerja pertanahan yang sekaligus adalah ketika lahirnya hak tanggungan yang dibebankan.

b. Menyiapkan warkat-warkat yang di butuhkan dalam pencairan kredit yang bersangkutan dan biaya-biaya kredit.

c. Dibuatkan kartu pengawasan kredit oleh pihak bank.

4. Pengawasan dan pembinaan usaha nasabah.

Agar kredit yang disalurkan oleh bank sesuai dengan tujuannya, maka bank akan melaksanakan pegawasan serta pembinaan kredit nasabahnya yakni:

a. Langsung

Secara langsung yaitu dengan mengunjungi nasabah agar mengetahui secara nyata kondisi dan keadaan usaha nasabah dan untuk mengatahui sejauh mana fasilitas kredit digunakan yang seharusnya.

b. Tidak Langsung

Secara tidak langsung yaitu dengan melihat aktivitas rekening, kartu kontrol kewajiban nasabah dan meneliti perkembangan usaha nasabah melalui laporan-laporan keuangan yang mereka miliki.

2.2.4 Kredit Mikro

1. Pengertian Kredit Mikro

Pengertian kredit mikro sangat terkait dengan pengertian bisnis mikro, secara universal pengertian kredit merupakan definisi yang dicetuskan pada pertemuan The World Summit in Microcredit di

(22)

Washington pada tanggal 2-4 Februari 1997 yaitu acara atau aktivitas memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil pada warga golongan kelas menengah ke bawah untuk aktivitas bisnis menaikkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus dirinya sendiri & keluarganya (The World Summit in Microcredit, 2007 dalam Ramadhini, 2008).

Grameen Banking (2003) dalam Ramadhini (2008) mendeskripsikan kredit mikro sebagai pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada pengusaha yang terlalu rendah kualifiaksinya untuk bisa mengajukan pada pinjaman dari bank tradisional.

Calmeadow (1999) mendefinisikan kredit mikro menjadi arisan pinjaman modal untuk mendukung pengusaha kecil pada beraktivitas, biasanya menggunakan cara lain agunan kolateral & sistem monitoring pengambilan. Pinjaman diberikan untuk melayani modal kerja sehari- hari, sebagai modal investasi untuk membeli asset tidak bergerak.

Kredit Usaha Mikro, Kecil, & Menengah (UMKM) merupakan suatu kredit pada debitur bisnis mikro, kecil & menengah yang memenuhi definisi & kriteria bisnis mikro, kecil & menengah sebagaimana di atur pada Undang-Undang angka 20 Tahun 2008 mengenai UMKM, Berdasarkan Undang-Undang tersebut, UMKM merupakan bisnis produktif yang memenuhi kriteria bisnis menggunakan batasan tertentu kekayan bersih & hasil penjualan tahunan. Penyaluran kredit oleh lembaga keuangan biasanya dalam bentuk kredit konsumtif

& kredit produktif. Penyaluran kredit produktif yang di lakukan oleh lembaga keuangan mikro ini di tujukan pada para pelaku bisnis mikro &

kecil yang kekurangan dana, sedangkan untuk kredit konsumtif dipakai untuk memenuhi kebutuhan langsung debitur, Tujuan primer forum keuangan pada menaruh kredit pada pelaku bisnis merupakan untuk membantu bisnis yang di jalankan. Namun, Undang-Undang No. 20

(23)

Tahun 2008 menyatakan lebih rinci terkait tujuan pemberian kredit pada pelaku bisnis kecil yaitu:

a. Memperlebar sumber pendanaan dan memfasilitasi usaha mikro, kecil, dan menengah untuk bisa mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank.

b. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperbanyak jaringan sehingga bisa diakses oleh usaha mikro, kecil, dan menengah.

c. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Membantu para pelaku bisnis mikro & bisnis kecil untuk menerima pembiayaan & jasa/produk keuangan lain yang disediakan oleh perbankan & lembaga keuangan bukan bank, baik yang memakai sistem konvensional juga sistem syariah menggunakan agunan yang disediakan oleh pemerintah.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Unit kompetensi ini berlaku untuk menyiapkan tempat dan alat kerja, mengoperasikan mesin jahit, menjahit bagian – bagian pakaian dan merapikan tempat dan alat kerja yang digunakan

Kepala Desa Teluk Endin Fahrudin pun mengucapkan banyak terimakasih kepada UJP Banten 2 Labuan yang telah membantu dalam perbaikan perahu nelayan pasca banjir ini, semoga

Kecenderungan lebih banyaknya frase eksosentris direktif yang berfungsi sebagai penanda nomina lokatif di dalam novel ini berkaitan dengan data struktur dan makna

LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) adalah sebuah unit kegiatan yang berfungsi mengelola semua kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima beban, osteofot mungkin dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada osteoartritis, akan tetapi

diibaratkan seperti teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi potensi sumber daya alam di suatu titik lokasi,

Sertifikat Akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor : LPPHPL-013-IDN tanggal 1 September 2009 yang diberikan kepada PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga