• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

91

UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMP N 01 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2015/2016

A. Analisis Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk Pembentukan Karakter Siswa di SMP N 01 Pekalongan

Dari kajian teoritis maupun data lapangan yang penulis jabarkan, maka langkah selanjutnya menganalisis sumber-sumber yang telah ada sehingga hasilnya dapat diketahui secara terperinci.

Implementasi kurikulum merupakan salah satu bagian dari tujuan sebuah lembaga pendidikan, secara tidak langsung keberhasilan sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kurikulum tersebut. Implementasi kurikulum yang jelas dan sistematis akan meningkatkan mutu yang efektif, kualitas yang unggulan bagi lulusan lembaga pendidikan akan tercapai.

Sebagai pendidikan formal dan termasuk kategori sekolah piloting atau percontohan di kota Pekalongan, SMP N 01 Pekalongan merupakan sekolah yang dipercaya mengimplementasikan kuriulum 2013 yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik atau ilmiah.

(2)

Implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan sudah berjalan, walaupun masih bersifat sangat sederhana dan belum sesempurna tuntutan dari pembuat kebijakan. Hal ini dapat dilihat dari proses kegiatan belajar mengajar yang telah berlangsung.

1. Kriteria Pendekatan saintifik

Berdasarkan penelitian di lapangan, dalam melakukan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan ada beberapa kriteria , yaitu : materi pembelajaran berbasis pada fakta, mendorong siswa untuk berfikir kritis, mendorong siswa untuk dapat menganalisis fenomena-fenomena yang ada, pembelajaran dirumuskan dengan jelas, dan mendorong siswa untuk berfikir ilmiah.

Pertama, materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena

yang ada atau tidak fiktif. Misalnya pada materi iman kepada Allah siswa disuruh untuk belajar di luar kelas, seperti di tanam untuk mengamati alam disekitarnya dan menahami bahwa segala yang ada di alam ini ada yang menciptakan yaitu Allah. Hal ini sesuai dengan isi buku tentang materi iman kepada Allah, bahwa iman kepada Allah adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah itu ada, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan sehari-hari.

Kedua, penjelasan guru respon siswa dan interaksi edukatif guru- siswa terbebas dari prasangka dan serta-merta, pikiran subjektif atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Jadi Pembelajaran

(3)

yang berlangsung harus bersifat logis dan benar-benar pada kenyataan yang ada, tidak benrdasarkan pemikiran yang subjektif ataupun dari perasangka semata. Hal ini diyakini dapat melatih rasa tanggung jawab siswa, misalnya ketika diberi tugas mereka harus mengerjakan tugas tersebut (menjawab pertanyaan) yang ada dalam tugas tersebut haerus berdasarkan sumber yang ada, begitu pula ketika berdiskusi.

Ketiga, mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,

analistis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Hal ini diyakini oleh pihak sekolah dapat menumbuhkan kekritisan siswa dalam berfikir serta memahami pelajaran yang disamaikan.

Keempat, mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir

hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. Melalui hal ini siswa mampu menghargai perbedaan pendapat diantara siswa lainnya.

Kelima, mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,

menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Sebagaimana yang ada dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, siswa dituntut untuk berfikir rasional dengan melihat fenomena-fenomena ataupun permasalahan nyata yang ada disekitar lingkungan.

Keenam, berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan. Tugas yang dikerjakan oleh siswa harus

(4)

berdasarkan konsep yang ada di buku pelajara, serta harus menggunakan teori dan fakta yang jelas serta mampu dipertanggungjawabkan.

Ketujuh, tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan

jelas, namun menarik sistem pembelajarannya. Hal ini merupakan tugas seorang guru yakni di awal pembelajaran guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menarik sehingga siswa menjadi bersemangat untuk belajar.

Dari ketujuh kriteria pendekatan saintifik tersebut, pembelajaran Pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan sudah memenuhi kriteria tersebut, yaitu materi pembelajaran berbasis pada fakta, mendorong siswa untuk berfikir kritis, mendorong siswa untuk dapat menganalisis fenomena-fenomena yang ada, pembelajaran dirumuskan dengan jelas, dan mendorong siswa untuk berfikir ilmiah.

2. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Langkah-langkah pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan meliputi:

mengamati, menganalisis dan menarik kesimpulan. Langkah-langkah tersebutpun masih sangat sederhana pelaksanaanya, yaitu masih menyesuaikan dengan keadaan kelas, sekolah, anak, dan lainnya yang berhubungan dengan pembelajaran. Maksudnya belum ada kekhususan yang sengaja dibuat oleh pihak sekolah dalam rangka melakukan pembelajaran, misalnya: membuat lingkungan yang di setting sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan pendekatan ilmiah

(5)

yang kental. Pendidik pun terus berinovasi dengan sarana dan prasarana seadanya.

Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan, langkah- langkah pembelajarannya meliputi tiga tahap, yaitu mengamati, menganalisis dan menarik kesimpulan. Mengamatinya pun sederhana, yakni mengamati hal-hal yang ada di sekitar saja. Bisa berupa kejadian yang ada di sekolah, tempat tinggal siswa, gambar-gambar ataupun video yang dipersiapkan oleh guru dalam rangka pembelajaran materi yang telah direncanakan.

Setelah mengamati gambar, video atau fenomena-fenomena yang ada di lingkungan sekitar, kemudian siswa menganalisis tentang hal yang diamati tersebut dengan menjawab sepuluh pertanyaan dari gurunya, seteelah tugas tersebut dikumpulkan kemudian dibahas bersama-sama kemudian diakhir pertemuan guru meminta salah satu murid untuk menyimpulkan tentang materi tersebut.

Sedangkan langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik yang telah disosialisasikan meliputi mencari informasi dengan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa langkah pembelajaran yang belum dapat dilaksanakan di SMP N 01 Pekalongan, seperti langkah mencoba dan mengomunikasikan. Belum terlaksananya semua langkah- langkah pembelajaran yang ada dalam pendekatan saintifik ini karena siswa belum dapat diajak sepenuhnya menerapkan langkah-langkah

(6)

tersebut. Bila diamati, langkah-langkah tersebut sulit direalisasikan secara sempurna karena kondisi siswa yang belum terbiasa belajar dengan pendekatan ilmiah yang seperti ini.

3. Jejaring Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Di SMP N 01 Pekalongan, pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sering menggunakan jejaring pembelajaran (kolaboratif), tapi masih terbatas dengan metode diskusi Tanya jawab, demonstrasi dan juga sosio drama. Keterbatasan variasi pembelajaran kolaboratif ini disebabkan karena waktu pembelajaran yang cukup singkat dan jumlah peserta didik yang cenderung banyak sehingga terkadang guru sulit untuk mengaturnya.

Pembelajaran kolaboratif sangat banyak ragamnya, seperti Jigsaw, STAD (Student Team Achivment Devisions), LT (Learning Together) dan dapat pula dikreasikan oleh pendidik itu sendiri. Di SMPN

01 Pekalongan pun begitu, pendidik berusaha menginovasikan pembelajaran sesuai dengan kemampuannya melalui berbagai usaha, misalnya membaca buku, browsing informasi dari internet, bahkan pendidik dapat mencari inspirasi dari cara orang lain mengajar. Kemauan yang keras seperti ini akan membuat pembelajaran semakin bervariasi dan akan membuat siswa lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran.

Dalam pembelajaran kolaboratif, peran guru hanya sebagai manager belajar dan siswa harus lebih aktif dalam belajar. Namun yang terjadi di kelas, guru masih bersifat dominan. Sebgaimana dalam

(7)

kurikulum sebelumnya dimana gurulah yang berperan aktif dalam pembelajaran dan siswa lebih bersifat pasif.

4. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan

Dari hasil penelitian di lapangan, SMP N 01 Pekalongan menggunakan dua model pembelajaran, yaitu pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).

Pertama, pembelajaran berbasis masalah, dalam hal ini

pembelajarannya masih menggunakan permasalahan yang sederhana dengan ketentuan sesuai dengan materi belajar. Masalah yang diambil pun masih berasal dari lingkungan sekitar saja. Hal ini dikarenakan pertimbangan waktu, kemampuan siswa serta sarana dan prasana yang tersedia.

Kedua, pembelajaran berbasis proyek, dalam hal ini guru

memberikan tugas-tugas dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Misal, format tugas, batasan tugas, waktu pengumpulan dan sebagainya. Tugas ini dapat berupa portofolio, mencari contoh yang berhubungan dengan materi, tugas evaluasi pembelajaran dan sebagainya, terkadang diberi tugas untuk membuat makalah danjuga melakukan pengamatan, tugas seperti ini dikerjakan secara berkelompok yang terdiri dari lima anak.

Tugas untuk membuat makalah diberi waktu satu minggu sedangkan membuat laporan pengamatan diberi waktu satu minggu untuk

(8)

pengamatan dan satu muinggu untuk membuat laporan berupa hasil pengamatan. Tugas dikumpulkan dalam bentuk ketikan rapi.

Berdasarkan penelitian tersebut, Model Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan belum sempurna karena model pembelajaran yang ada dalam pendekatan saintifik ada tiga model pembelajaran, yaitu pembelajaran penemuan (Discovery Learning), pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).

5. Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP N 01 Pekalongan berjalan sesuai dengan kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum 2013. SMP N 01 Pekalongan ini telah menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun 2013. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru di SMP N 01 Pekalongan khususnya guru Pendidikan agama Islam dan budi pekerti sesuai dengan konsep kurikulum 2013, yaitu dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa artinya siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung selama 2 kali dalam seminnggu dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran atau setara dengan 120 menit. Materi pelajarannya meliputi:

aqidah akhlak, al qur’an hadits, fiqih, sejarah kebudayaan Islam yang

(9)

dijadikan satu dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti.

Untuk pendekatan dalam pembelajaran SMP N 01 Pekalongan menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah yaitu suatu pendekatan yang menekankan pada aktivitas peserta didik seperti mengamati, menanya, mencoba (mengeksplorasi), menalar (mengasosiasi) dan mengkomunikasikan. Dengan penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti ini diharapkan siswa mampu meningkatkan pengetahuan yang ia miliki dengan mandiri serta dapat memahami materi yang telah disampaikan oleh guru dengan baik serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan yaitu menggunakan metode yang disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, seperti diskusi, sosio drama, demonstrasi, Tanya jawab dan penugasan. Metode ini dilakukan sesuai dengan konsep pembelajaran yang tenang dan menyenangkan serta menuntut aktivitas dari siswa agar terlibat secara aktif baik mental, fisik maupun sosialnya, sehingga member kesempatan dan mengikutsertakan siswa untuk turut ambil bagian dalam proses pembelajaran.

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tercapai, evaluasi dapat dilakukan dengan berbagi cara baik dengan cara menggunakan tes tertulis, tes lisan,

(10)

unjuk kerja dan juga tugas portofolio. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan, terkadang guru menngevaluasi hasil belajar siswa dengan untuk setiap pertemuannya dengan menggunakan post test.selain itu guru juga sering meminta peserta didik untuk mengerjakan latihan-latihan soal yang ada di LKS. Untuk mengevaluasi secara umum, terkait materi yang telah diajarkan guru mengadakan tes ulangan harian, ulangan semester dan ulangan kenaikan kelas. Diharapkan dengan berbagai evaluasi ini dapat diketahui dengan pasti perkembangan dan kemajuan yang diperoleh oleh setiap siswa.

Berdasarkan kondisi diatas dapat dianalisis bahwa penggunaan alat evaluasi dengan menggunakan tes dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan sudah baik, tes ini guru gunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau aspek pengetahuan siswa. Namun, untuk evaluasi aspek psikomotorik guru menggunakan unjuk kerja, dan untuk mengevaluasi aspek sikap siswa guru menggunakan observasi dan pengamatan. Dengan menggunakan alat evaluasi tersebut guru mampu mengetahui tingat keberhasilan dari masing- masing aspek baik kognitif, psikomotorik dan afektifnya setelah siswa mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti.

Sedangkan untuk Pembentukan karakter siswa harus dilakukan dengan metode yang tepat, agar karakter yang diharapkan setelah pembelajaran itu berakhir dapat melekat pada diri siswa. Jadi penggunaan

(11)

dan pemilihan metode yang tepat untuk membentuk karakter siswa sangat diperlukan agar tercapainya tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan, dapat dilakukan dengan beberapa metode. Adapun metode tersebut adalah sebegai berikut.

1. Pembiasaan memberikan penghormatan kepada guru

Metode pembiasaan adalah salah satu metode yang digunakan oleh guru dalam membentuk karakter siswa di SMP N 01 Pekalongan.

Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan.

Pembiasaan untuk hormat kepada guru ketika masuk kelas yang selalu rutin untuk dilakukan. Kebiasaan untuk hormat sperti ini diharapkan dapat menjadi kebiasaan bagi siswa, sehingga ia tidak hanya hormat kepada guru tetapi juga mampu orang-orang di sekelilingnya.

Karena dengan suatu kebiasaan yang diulang-ulang dan disertai dengan kesadaran dan pemahaman akan menumbuhkan karakter seseorang.

Dari keadaan tersebut dapat dianalisis bahwa pelaksanaan metode pembiasaan di SMP N 01 Pekalongan ini sudah baik, dengan adanya kegiatan pembiasaan ini dapat menjadikan siswa akan terbiasa menghormati orang-orang yang ada di sekelilingnya, terlebih keppada orang tua dan juga guru yang telah memberikan ilmu kepadanya.

2. Pembiasaan pembacaan do’a sebelum pelajaran

(12)

Guru selalu mengawali pembeljaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti dengan bacaan basmallah dan surat al fatihah. Dengan pembiasaan seperti ini dimaksudkan agar terbentuknya karakter religius pada diri siswa. Meskipun siswa telah berdo’a sebelum nmembaca tadarus bersama yaitu sebelum jam pebelajaran dimulai, pembacaan do’a ini selalu rutin dilakukan sebelum pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti dimulai.

Dari keadaan tersebut dapat dianalisis bahwa kegiatan pembiasaan ini merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter religius pada diri siswa dengan kebiasaan mengawali segala sesuatu dengan bacaan basmalah atau al fatihah dan mengakhirinya dengan pembacaan hamdalah akan menjadikan peserta didik berkarakter religius.

3. Pemberian nasehat agar berperilaku yang baik

Metode pemberian nasehat selalu diberikan oleh guru ketika pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti. Salah satu kata yang selalu ditekankan oleh bapak atau ibu guru baik di dalam maupun di luar pembelajaran adalah kebiasakan 5S (senyum, salam, sapa, sopan santun dan sodaqoh). Dengan kebiasaan pemberian nasehat tersebut akan timbul dorongan pada diri siswa untuk terbiasa bersikap santun terhadap semua orang baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.

Dan ketika siswa sedang mengerjakan ulangan guru juga sering mengingatkan mengerjakan sendiri-sendiri. Hal tersebut dilakukkan

(13)

agar siswa mampu bersikap jujur dalam mengerjakan tugas dan percaya diri atass hasil jawabannya sendiri.

Jadi dapat dianalisis bahwa penggunaan metode pemberian nasehat sangat tepat dapat membentuk karakter siswa di SMP N 01 Pekalongan.

Dengan pemberian nasehat ini diharapkan dapat membentuk karakter jujur pada diri ssiwa. Penggunaan metode pemberian nasehat kepada siswa mampu memberikan pengertian pada siswa bahwa apa yang dikatakan bapak/ibu guru itu merupakan hal yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh siswa.

4. Keteladanan

Metode keteladanan merupakan salah satu dari beberapa metode yang digunakan guru dalam membentuk karakter siswa dalam proses pembelajran. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti, guru selalu memberikan contoh yang baik kepada siswa.

Metode keteladanan ini sangat berperan penting dalam membentuk pribadi siswa, karena siswa pasti akan mencontoh apa yang ia lihat khususnya kebiasaan yang sering dilakukan oleh gurunya ketika di sekolah.

Keteladanan ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa. Kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan dalam proses pembentukan kepribadian/karakter siswa di SMP N 01 Pekalongan.

(14)

Sebagaimana hasil pemaparan tersebut, bahwa untuk membentuk sebuah karakter pada diri siswa membutuhkan waktu dan proses yang lama, maka dari itu tentunya untuk membentuk sebuah karakter pada diri siswa selain melalui metode pembiasaan, pemeberian nasehat serta keteladanan juga membutuhkan bantuan dari berbgai program-program dan kegiatan-kegiatan sekolah di luar pembelajaran endidikan agama Islam dan budi pekerti, seperti kegiatan mencium tangan guru sebelum masuk ke sekolah, tadarus pagi, BTQ pagi, sholat berjama’ah dan mengikuti kegiatan perlombaan keagamaan seperti pidato dan sebagainya. Sedangkan untuk mengevaluasi karakter yang telah dibentuk melalui proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan, yaitu dengan melihat perilaku yang ditunjukkan siswa dalam kesehariannya baik dalam kelas maupun di luar kelas.

Berdasarkan analisis tersebut, bahwa alat evaluasi yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMP N 01 Pekalongan sudah tepat. Namun, ada beberapa hal yang menjadi kendala guru yaitu guru tidak dapat setiap saat mengawasi perilaku siswa satu persatu, baik saat mereka berada di dalam maupun di luar sekolah.

B. Analisis Efektivitas Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk Pembentukan Karakter Siswa

(15)

Pelaksanaan pembentukan karakter siswa akan efektif, jika pendidikan karakter mengembangkan nilai-nilai inti sebagai landasan bagi pembentukan karakter yang baik, yang meliputi kejujuran, tanggung jawab, keberanian, penghormatan pada diri sendiri maupun orang lain, keuletan serta kegigihan.

Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah harus dilandasi komitmen untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut dalam berperilaku, yang harus dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah dan mengamati penerapannya dalam kehidupan sekolah. Seperti halnya di SMP N 01 Pekalongan ini seluruh warga berkomitmen tinggi dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Melalui pendekatan saintifik pada semua mata pelajaran yang ada di sekolah khususnya pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti diharapkan guru dapat menyampaikan pendidikan yang dilandasi dengan karakter bagi siswanya misalnya melalui kegiatan berdiskusi dan berkelompok yang dapat mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain dan bearani untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri serta dengan berkelompok dapat menjalin kerjasama yang baik antar siswanya dan bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya.

Berdasarkan hasil penelitian penulis yang menggunakan pendekatan kualitatif serta menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi dapat dinyatakan bahwa efektivitas pembentukan karakter siswa melalui pendekatan saintifik pada pembelajaran Pendidikan Agama

(16)

Islam dan Budi Pekerti sudah efektif. Hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti yaitu, “... dan saya rasa untuk keefektivannya, sudah bisa dikatakan efektif, sebab dalam pembelajaran itu sebagian besar siswa yang ada disini sudah mencerminkan sikap tersebut, mereka aktif, berani mengungkapkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, jujur dan bertanggung jawab tentunya,.1

Melalui pengamatan yang dilakukan oleh guru pada setiap proses pembelajaran, khususnya pada pemebelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti, guru dapat mengetahui keefektifan implementasi pendekatan saintfik pada pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti untuk pembentukan karakter pada siswa.

Jadi efektivitas implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti untuk pembentukan karakter siswa di SMP N 01 memang dapat dikatakan efektif sebab sebagian besar siswa telah mempunyai kepercayaan diri sehingga dapat berbicara di depan kelas, lebih bertanggung jawab atas tugas-tugasnya di sekolah, lebih disiplin, sopan dalam perkataan, santun dalam perbuatan serta bersifat jujur.

1 Nur Hikmah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP N 01 Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan 13 April 2016

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan laba memerlukan alat bantu berupa analisis break even point yang mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume

sederajat untuk memastikan sakelar tersebut bebas tegangan. b) Pada pelayanan dari luar, keadaan kedudukan pemisah harus dapat dilihat dengan mudah dari tempat pelayanan. c)

Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan BOPO secara parsial mempunyai pengaruh Positif yang tidak signifikan terhadap BOPO pada Bank Umum Swasta

Madrasahs as educational institutions with Islamic heritage have not been able to escape from the pattern of relationships that create gender bias in education systems

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh norma subjektif dan kewajiban moral, kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus, persepsi tentang pelaksanaan sanksi

Melihat adanya teripang yang matang gonad pada tiap pengamatan serta pendeknya waktu pengamatan (Juni-Juli), maka penelitian ini belum bisa menyimpulkan bahwa teripang di

Hasil uji coba produk berupa respon pendidik serta respon peserta didik menyatakan bahwa produk yang dikembangkan ini menarik, kemudian dari segi kelayakan

Daya Manusia Dalam Meningkatkan Motivsasi Kerja Karyawan Pada Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh Nahdatul Ulama Lampung ” adalah sebuah proses yang dilakukan oleh