i
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
STRATEGI NOMINASI UNTUK MEREPRESENTASIKAN
IDENTITAS NASIONAL DALAM WACANA MEDIA
TERKAIT KONFLIK BUDAYA
INDONESIA-MALAYSIA
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora
Program Studi Linguistik
oleh
Suroto 1009575
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
ii
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini berjudul
STRATEGI NOMINASI UNTUK MEREPRESENTASIKAN IDENTITAS NASIONAL DALAM WACANA MEDIA
TERKAIT KONFLIK BUDAYA INDONESIA-MALAYSIA
Menyetujui,
Pembimbing I,
Prof. A. Chaedar Alwasila, MA., Ph.D.
NIP. 195303301980021001
Pembimbing II,
iii
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Strategi Nominasi untuk
Merepresentasikan Identitas Nasional dalam Wacana Media terkait Konflik
Budaya Indonesia-Malaysia” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya
saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya
saya ini.
Bandung, 27 Juni 2013
Yang membuat pernyataan,
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji bagaimana strategi nominasi dipergunakan untuk merepresentasikan identitas nasional menggunakan Pendekatan Wacana Sejarah (PWS). Objek yang dikaji berupa wacana media terkait konflik budaya Indonesia-Malaysia (konflik tarian Tortor dan Alat Musik Gordang Sambilan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi nominasi dapat digunakan untuk merepresentasikan identitas nasional atas nama kesamaan dan perbedaan suatu kelompok. Selanjutnya, strategi nominasi juga berperan secara makro sebagai strategi konstruktif untuk mengonstruksi identitas nasional. Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan adanya praktik eklusi dan inklusi atas nama identitas nasional.
Kata kunci: Pendekatan Wacana Sejarah, strategi nominasi, strategi konstruktif,
i
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR BAGAN ... xii
BABI: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Asumsi ... 7
1.6 Metode Penelitian... 9
1.7 Definisi Istilah-Istilah Utama ... 10
BAB II: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Representasi di Media ... 12
2.2 Identitas Nasional ... 14
ii
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2.2 Representasi Identitas Nasional di Media ... 18
2.3 Wacana ... 19
2.3.1 Wacana Media... 21
2.3.2 Surat Kabar dan Artikel Berita... 22
2.4 Sekilas Sejarah Sumut Pos ... 24
2.5 Latar Belakang Konflik dan Pemberitaan Tortor dan Gordang Sambilan... 25
2.6 Analisis Wacana Kritis (AWK) ... 29
2.7 Pendekatan Wacana Sejarah (PWS)... 30
2.7.1 Kritik dalam Perspektif PWS ... 32
2.7.2 Kekuasaan dalam perspektif PWS ... 33
2.7.3 Ideologi dalam perspektif PWS ... 33
2.8 Strategi Wacana dalam PWS ... 34
2.9 Strategi Nominasi/Referensi ... 38
2.9.1 Deiksis ... 39
2.9.2 Nama Diri ... 42
2.9.3 Antroponim dan Toponim ... 42
2.9.4 Kata Benda Kolektif... 42
2.9.5 Kata Benda Konkret dan Abstrak ... 43
2.9.6 Kata Kerja/Kata Benda yang Menunjukkan Proses/Tindakan ... 43
2.10 Studi-Studi Terdahulu ... 44
iii
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2 Desain Penelitian ... 45
3.3 Pengumpulan Data ... 50
3.3.1 Sumber Data ... 50
3.3.2 Prosedur Pengumpulan Data ... 50
3.4 Analisis Data ... 54
3.4.1 Analisis Strategi Nominasi ... 54
3.4.2 Analisis Ideologi Wacana ... 55
3.5 Penutup ... 56
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Makro Historis Pemberitaan Tortor dan Gordang Sambilan ... 57
4.2 Analisis Strategi Nominasi ... 63
4.2.1 Deiksis ... 64
4.2.2 Nama Diri ... 72
4.2.3 Antroponim Profesi ... 76
4.2.4 Kata Benda Kolektif ... 79
4.2.5 Toponim ... 81
4.2.6 Kata Benda Konkret dan Abstrak ... 83
4.2.7 Kata Kerja/Kata Benda yang Menunjukkan Proses atau Tindakan .. 87
4.3 Analisis Ideologi Wacana ... 89
iv
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5.2 Rekomendasi ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN: Lampiran 1: DATA PENELITIAN ... 108
Lampiran 2: ANALISIS DATA ... 119
Lampiran 3: RANGKUMAN ANALISIS DATA ... 157
Lampiran 4: DATA SEKUNDER ... 164
v
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Level analisis wacana dalam PWS... 31
Tabel 2.2 Strategi mikro dalam PWS ... 37
Tabel 2.3 Penggunaan kata ganti orang pertama jamak „kita‟ ... 40
Tabel 3.4 Data primer ... 53
Tabel 4.5 Tabel analisis strategi nominasi ... 55
Tabel 4.6 Berbagai peristiwa historis yang terhubung dengan pemberitaan Tortor dan Gordang Sambilan ... 58
Tabel 4.7 Struktur teks tujuh artikel SP terkait Tortor dan Gordang Sambilan ... 63
Tabel 4.8 Tiga pola penggunaan deiksis (kata ganti orang) untuk merepresentasikan pihak Indonesia ... 69
Tabel 4.9 Perbandingan penggunaan deiksis “kita/kami” dan “mereka” .... 71
Tabel 4.10 Pola nama diri untuk merepresentasikan aktor sosial pihak Indonesia ... 74
Tabel 4.11 Perbandingan penggunaan nama diri untuk merepresentasikan pihak Indonesia dan Malaysia ... 75
Tabel 4.12 Penggunaan nama diri untuk merepresentasikan aktor sosial pihak Indonesia (pemerintah dan selain pemerintah) ... 78
vi
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.14 Penggunaan toponim untuk merepresentasikan Indonesia ... 83
Tabel 4.15 Kata benda abstrak dan konkret untuk merepresentasikan
Indonesia ... 85
Tabel 4.16 Intensitas penggunaan kata benda abstrak dan konkret (merujuk
pada budaya) untuk merepresentasikan pihak Indonesia dalam
pemberitaan SP ... 86
Tabel 4.17 Frekuensi penggunaan strategi nominasi berupa kata benda untuk
vii
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Proses konstruksi realitas dalam membentuk wacana ... 20
Bagan 2.2 Teori perencanaan teks sosio-psikolinguistik ... 31
Bagan 3.3 Delapan tahapan analisis wacana dalam PWS ... 47
Bagan 3.4 Prosedur pengumpulan data dengan purposive sampling ... 51
Bagan 4.5 Hubungan Intertekstualitas berbagai teks terkait konflik Tortor dan Gordang Sambilan di surat kabar Sumut Pos ... 60
1
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Munculnya berita di salah satu media massa Malaysia Bernama mengenai
maksud Malaysia memasukkan tarian Tortor dan alat musik Gordang Sambilan ke
dalam daftar kebudayaan mereka (Sumut Pos, 18 Juni 2012; Tempo.co, 18 Juni
2012; Star One, 22 Juni 2012) memicu beragam reaksi masyarakat Indonesia.
Peristiwa tersebut mengingatkan kembali Indonesia pada berbagai konflik budaya
sebelumnya seperti kasus tari Reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, seni Batik, tari
Pendet, musik Angklung dan sebagainya (Kompas.com, 19 Juni 2012; The
Jakarta Post, 19 Juni 2012, Antara News, 25 Agustus 2009). Berbagai tindakan
Malaysia terhadap budaya Indonesia tersebut disikapi dengan cara berbeda-beda
oleh masyarakat Indonesia.
Sebagian masyarakat Indonesia menilai berbagai tindakan Malaysia tersebut
sebagai klaim (Tempo.co, 18 Juni 2012; The Jakarta Post, 19 Juni 2012) sehingga
memicu reaksi dari berbagai kalangan. Terkait klaim tari Pendet misalnya, ratusan
seniman dan budayawan menolak hal tersebut dengan melakukan long march di
Denpasar (Prathivi dan Wardani, 2009 dalam Chong: 2012). Tidak hanya itu,
ratusan mahasiswa Indonesia juga melakukan protes dengan menggelar
pertunjukan teatrikal (Seatle Times, 4 September 2009). Terkait kasus terkini,
2
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
musik Gordang Sambilan (Haluan Kepri.com, 12 Juni 2012; Kompas.co, 18 Juni
2012). Pemerintah pun tidak tinggal diam dengan menyelenggarakan seminar dan
workshop hingga upaya diplomasi (Sindonews.com, 11 September 2012).
Sebagaimana kasus Pendet, ada juga sebagian masyarakat yang melakukan unjuk
rasa terkait konflik Tortor dan Gordang Sambilan (The Jakarta Post, 26 Juni
2012; Sumut Pos, 28 Juni 2012). Melihat masifnya reaksi yang ditimbulkan dari
konflik Tortor dan Gordang Sambilan maka perlu dilakukan kajian mendalam
terhadap hal ini.
Beberapa penelitian terkait permasalahan budaya Indonesia-Malaysia telah
dilakukan dengan sudut pandang berbeda. Di antaranya penelitian dengan sudut
pandang politik (Melati, 2010; Yusda, 2011), hukum (Yazdadya, 2011), dan
budaya (Herlina, 2010). Terkait dengan penelitian terkini, Chong (2012) meneliti
permasalahan budaya Indonesia-Malaysia dari sudut pandang budaya. Salah satu
fokus penelitian Chong (2012) adalah pada kesamaan kedua negara sebagai
negara serumpun dan pada kesamaan bahasa serumpun. Didasarkan pada berbagai
persamaan tersebut, Chong (2012) intinya mengajukan tawaran kepada kedua
negara untuk berbagi budaya. Penelitian ini berbeda dengan berbagai penelitian di
atas dalam hal metode yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode
Analisis Wacana Kritis (AWK).
Peristiwa klaim budaya dalam penelitian ini diyakini sebagai permasalahan
yang tidak hanya melibatkan aspek budaya namun juga sosio politis dan historis.
3
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
identitas nasional Indonesia menjadi topik makro yang melatar belakangi
peristiwa „klaim‟ budaya. Karena demikian, penelitian ini merupakan penelitian
wacana terkait identitas nasional.
Penelitian tentang identitas telah menarik banyak peneliti dari berbagai
bidang ilmu seperti antropologi, sosiologi, sejarah, psikologi, sastra, gender dan
politik (de Fina dkk., 2007:1). Penelitian tentang identitas nasional sendiri juga
menjadi perhatian para peneliti. Setelah 1970-an, penelitian identitas nasional
mengalami pergeseran menuju konteks informal seperti media, wacana keluarga,
wacana tentang pertemanan, wacana tentang komedi, sastra, film, dan pada
produk budaya lainnya (Facal dkk., 2008). Penelitian ini berfokus pada
representasi identitas nasional dalam wacana media menggunakan metode
Discourse Historical Approach (Wodak dkk., 1999, 2009; Reisigl dan Wodak,
2009) atau Pendekatan Wacana Sejarah (PWS) (Eryanto, 2011:17).
Penelitian identitas nasional menggunakan PWS dapat didasarkan pada
beberapa hipotesis. Di antara hipotesis tersebut bahwa identitas nasional dapat
dikonstruksi dan dihancurkan secara diskursif (lihat Wodak dkk., 2009:3).
Konstruksi identitas nasional tersebut juga berjalan beriringan dengan konsep
persamaan (sameness, in group, we group) dan perbedaan (difference, out group,
they group) (lihat Wodak dkk., 2009:3). Persamaan dan perbedaan dalam konteks
identitas nasional tersebut dapat bersumber pada berbagai topik terkait identitas
nasional seperti budaya, suku bangsa, batas geografi, sejarah politik masa lalu dan
4
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah bahwa identitas nasional dapat direpresentasikan melalui wacana. Selain
itu, identitas nasional dapat direalisasikan melalui representasi dua kelompok
yang berbeda (in group dan out group). Dalam wacana media, umumnya
kelompok lain (out group) direpresentasikan secara negatif sedangkan
kelompoknya sendiri (in group) direpresentasikan secara positif (KhosraviNik,
2010; Sahin, 2011, Clary-Lemon, 2010). Penelitian ini difokuskan pada
bagaimana representasi pihak in group (Indonesia) dalam wacana media atas
nama identitas nasional. Meskipun demikian representasi pihak out group
(Malaysia) juga dianalisis sebagai perbandingan.
Berbagai penelitian identitas nasional menggunakan perspektif PWS telah
dilakukan banyak peneliti seperti Jensen (2008), Iuul (2008), Hernandez (2008),
Sahin (2011), Way (2011) dan Clary-Lemon (2010). Jensen (2008) menerapkan
perspektif PWS untuk meneliti konstruksi diskursif identitas nasional Afrika.
Sementara, Iuul (2008) menerapkannya dalam konteks identitas nasional Israel.
Baik Jensen (2008) maupun Iuul (2008) menganalisis wacana menggunakan
empat strategi makro (strategi konstruktif, justifikatif, transformatif dan
destruktif) dalam PWS. Penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian tersebut
dalam hal strategi yang digunakan. Penelitian ini menganalisis bagaimana strategi
nominasi dalam PWS digunakan untuk merepresentasikan identitas nasional
Indonesia. Fokus penelitian adalah pada wacana di media terkait permasalahan
5
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dikaitkan dengan penelitian Hernandez (2008), Sahin (2011),Way (2011)
dan Clary-Lemon (2010) penelitian ini juga merupakan penelitian identitas
nasional dalam wacana di media. Hernandez (2008) memfokuskan penelitiannya
pada representasi identitas Gibraltar di editorial Surat kabar Gibraltar. Sahin
(2011) menggunakan tiga dimensi analisis PWS untuk menganalisis praktik
eksklusi dan diskriminasi atas nama nasionalisme di salah satu surat kabar Turki.
Sementara Way (2011) menganalisis bagaimana representasi identitas nasional
dalam dua berita di surat kabar nasional Turkish Cypriot dan dalam acara radio
yang menyiarkan kedua berita tersebut. Way (2011) tidak hanya menggunakan
perspektif PWS tapi juga AWK Kress (1989) dan Leeuween (1996). Terakhir,
Clary-Lemon menggunakan tiga dimensi analisis (topik, strategi wacana dan
realisasi linguistik) dalam PWS untuk menganalisis 15 data interviu terkait
identitas nasional Irlandia.
Sebagaimana Sahin (2011) dan Clary-Lemon (2010), penelitian ini juga
menganalisis bagaimana representasi identitas nasional dalam wacana media.
Perbedaan penelitian ini dengan dua penelitian di atas terletak pada strategi
wacana yang digunakan. Penelitian ini menganalisis bagaimana strategi nominasi
digunakan untuk merepresentasikan identitas nasional melalui wacana di media.
Dengan strategi ini juga akan diketahui apakah terjadi praktik ekslusi atau inklusi
atas nama identitas nasional sebagaimana penelitian Sahin (2011). Selanjutnya,
demi alasan kritis, permasalahan yang terjadi antara Indonesia Malaysia terkait
6
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini akan menganalisis representasi identitas nasional Indonesia
dalam artikel pemberitaan surat kabar Sumut Pos (SP) terkait konflik Tortor dan
Gordang Sambilan. Hal ini diwujudkan dalam pertanyaan berikut.
1. Bagaimanakah strategi nominasi digunakan untuk merepresentasikan
identitas nasional Indonesia?
2. Ideologi apakah yang melatar belakangi wacana?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui strategi nominasi yang digunakan untuk merepresentasikan
identitas nasional Indonesia,
2. mengetahui ideologi yang melatar belakangi wacana
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan
praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam
memberikan pengayaan penelitian linguistik khususnya penelitian akademik
bidang AWK dengan metode PWS. Terlebih lagi, dalam konteks Indonesia,
belum ada penelitian wacana terkait konflik budaya Indonesia-Malaysia yang
7
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diharapkan mampu memperjelas latar belakang konflik Tortor dan Gordang
Sambilan dengan cara menghadirkan konteks sejarah yang menyertai wacana.
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dalam
hal memberikan pemahaman dan mempertajam kesadaran terhadap identitas
nasional. Penelitian ini juga ditujukan untuk membangun budaya membaca media
dengan kritis mengingat berita di media merupakan rekontektualisasi realitas yang
dapat membahayakan (Caldas-Coulthard, 2003). Penyikapan kritis ini di
antaranya diwujudkan dalam hal mempertanyakan kepentingan apa (baca:
ideologi) yang ada dibalik wacana yang diproduksi.
1.5 Asumsi
Penelitian ini meyakini bahwa ancaman identitas nasional Indonesia
merupakan topik makro yang melatar belakangi peristiwa konflik budaya.
Keyakinan ini didapatkan dengan menyimpulkan beberapa sudut pandang dalam
memahami peristiwa konflik budaya Indonesia-Malaysia. Sudut pandang tersebut
di antaranya didasarkan pada sejarah hubungan politik Indonesia-Malaysia dan
pada konsep Negara Indonesia.
Pertama, upaya memahami peristiwa konflik budaya berdasarkan sejarah
politik Indonesia-Malaysia pada dasarnya terkait dengan masalah identitas
nasional yang berkaitan dengan ingatan sejarah. Melati (2010) membuktikan
bahwa sejarah hubungan politik Indonesia-Malaysia mengalami fluktuatif sejak
8
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dimulai sejak Malaysia berdiri pada 31 Agustus 1957 dan memuncak pada
1963-1965 yang ditandai dengan buruknya hubungan bilateral kedua negara. Sebagai
contoh adalah politik “Ganyang Malaysia‟ yang diserukan Soekarno tahun 1963.
Hingga kini pasang surut hubungan bilateral Indonesia-Malaysia terus berlanjut.
Peristiwa Sipadan-Ligitan (Munib, 2012), kasus blok Ambalat (Weiss, 2010
dalam Chong, 2012), kasus Camar Bulan dan Tanjung Datu Kalimantan Barat
(Sihaloho, 2011 dalam Chong, 2012) merupakan beberapa bukti pasang surut
hubungan bilateral Indonesia-Malaysia. Sayangnya dalam berbagai konflik
tersebut, Indonesia lebih sering mengalami kekalahan atau kekecewaan (Wibowo,
2011; Thontowi, 2009; Inayati, 2007; Andhini, 2011). Sejarah pengalaman politik
yang kurang harmonis di atas menjadi salah satu pemicu berbagai reaksi
emosional masyarakat Indonesia terkait tindakan Malaysia terhadap budaya
Indonesia (Mardiyati, 2009 dalam Chong, 2012). Peristiwa „klaim‟ budaya oleh
Malaysia semakin memperburuk sejarah hubungan Indonesia - Malaysia. Hal itu
dapat dapat dimaknai pula sebagai ancaman identitas nasional karena sejarah
merupakan salah satu unsur pembentuk identitas nasional (Halbwachs, 1985
dalam Wodak dkk., 1999 dan Kolakowski, 1995 dalam Wodak dkk., 2009).
Kedua, dari sisi konsep negara, Indonesia merupakan negara sosial
(Suryadinata, 1999). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan sebuah
bangsa multietnis yang terintegrasi menjadi sebuah masyarakat dengan nilai-nilai
bersama. Suryadinata (1999: 83) juga menyatakan bahwa “negara sosial
9
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seperti ini Indonesia tidak hanya sebagai statnation tapi juga sebagai kulturnation.
Hal ini sesuai dengan pandangan Anderson (Wodak dkk., 2009) tentang bangsa
sebagai imagined community. Dengan konsep negara demikian, munculnya
beragam reaksi masyarakat Indonesia terkait dugaan „klaim‟ budaya dapat
dipahami sebagai dampak terusiknya ikatan budaya. Terusiknya budaya berarti
pula terusiknya identitas nasional karena budaya merupakan bagian dari identitas
nasional (Hall, 1994 dalam Wodak dkk., 1999:155 dan Hall, 1996 dalam Wodak
dkk., 2009:23).
Kesimpulannya, kedua sudut pandang di atas mengacu pada satu hal penting
yaitu masalah identitas nasional. Berbagai reaksi masyarakat Indonesia itu muncul
karena adanya ancaman identitas nasional Indonesia berupa dugaan „klaim‟
terhadap budaya Indonesia. Demikian halnya dengan wacana yang muncul seiring
dengan konflik budaya Indonesia-Malaysia khususnya Tortor dan Gordang
Sambilan. Wacana tersebut, termasuk konteks yang membingkainya, diyakini
muncul sebagai representasi dari identitas nasional.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan metode AWK. Adapun model AWK yang digunakan adalah model
PWS. Pendekatan ini dipilih karena objek yang dikaji merupakan wacana terkait
konflik budaya yang melibatkan tidak hanya aspek linguistik namun juga historis
10
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan identitas nasional maka tepat jika wacana diteliti menggunakan perspektif
PWS sebagaimana yang dilakukan Wodak dkk., (1999, 2009).
Sumber data penelitian ini adalah artikel pemberitaan SP terkait konflik
Tortor dan Gordang Sambilan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
purposive sampling (Patton, 1990 dalam Alwasilah, 2011) atau criterion-based
selection (LeCompte & Preissle, 1993 dalam Alwasilah, 2011). Cara ini dipilih
demi “memenuhi kerepresentatifan data dikaitkan dengan latar dan individu”
(Maxwell, 1996 dalam Alwasilah, 2011:103). Kerepresentatifan latar dan individu
dalam penelitian ini ditunjukkan dengan memilih surat kabar daerah SP. Surat
kabar daerah ini lebih memungkinkan memuat artikel yang mencerminkan
perasaan masyarakat Sumatera Utara dimana Tortor dan Gordang Sambilan
berasal.
1.7 Definisi Istilah-Istilah Utama
Beberapa istilah kunci dalam penelitian ini didefinisikan sebagaimana
11
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Strategi nominasi : adalah salah satu strategi mikro yang digunakan untuk
mengonstruksi dan merepresentasikan aktor sosial
(Wodak, 2001; Reisigl dan Wodak, 2009). Analisis
strategi nominasi dilakukan dengan menjawab
pertanyaan “How are persons, objects,
phenomena/events, process and actions named and
referred to linguistically?” (Wodak, 2001:72; Reisigl dan Wodak, 2009:93).
Representasi : “mengacu pada bagaimana seseorang, satu kelompok,
gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam
wacana” (Eryanto, 2011: 113) atas nama nasionalisme
(Wodak; 2009).
Identitas Nasional : istilah ini didasarkan pada pandangan Smith dan
Guibernau (2007) dalam Esparza (2009:415) bahwa
identitas nasional merupakan upaya reproduksi dan
reinterpretasi yang terus menerus terhadap nilai,
simbol, memori, mitos dan tradisi yang akan membuat
warisan suatu bangsa berbeda. Definisi ini dikuatkan
dengan pendapat Guibernau (2007) dalam Esparza
(2009:415) bahwa identitas nasional merupakan
sentimen kolektif perasaan sebangsa dengan berbagai
atributnya yang membedakan dengan bangsa lain.
Secara lebih luas, identitas nasional dalam penelitian
ini didasarkan pada hipotesis Wodak (1999, 2009)
yang dijelaskan pada Bab II. Dalam penelitian ini,
identitas nasional mengacu pada sentimen kolektif
atas kepemilikan Tortor dan Gordang Sambilan.
Wacana Media : Wacana merupakan penggunaan bahasa sebagai
12
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2009; Reisigl dan Wodak 2009). Wacana media dalam
konteks ini didefinisikan sebagai penggunaan bahasa
sebagai praktik sosial secara tertulis melalui media.
Wacana media yang dimaksud adalah wacana media
bidang politik (Reisigl dan Wodak, 2009:91)
khususnya yang berfungsi membentuk opini publik
dan merepresentasikan diri. Genre wacananya adalah
artikel pemberitaan surat kabar dengan topik konflik
budaya Indonesia-Malaysia terkait Tortor dan
Gordang Sambilan.
Konflik Budaya : Istilah „konflik budaya‟ didasarkan pada pengertian
politis yang mana dipahami sebagai konflik
kepentingan politik antara dua pihak terkait budaya
(Croissant dan Trinn 2009:14). Budaya dalam konteks
ini selanjutnya dipahami sebagai acuan makna untuk
membentuk identitas kelompok (Geertz, 1994 dalam
Croissant dan Trinn, 2009:14). Budaya dalam
penelitian ini mengacu pada karya seni dan budaya
sehari-hari (Wodak dkk., 2009) berupa budaya
Indonesia yang dilaporkan diklaim yaitu Tortor dan
45 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian sebagaimana disajikan
secara garis besar dalam Bab I. Bab ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama
mereviu kembali tujuan dan pertanyaan penelitian. Bagian kedua menjelaskan
desain penelitian. Bagian ketiga menjelaskan teknik pengumpulan data yang
meliputi sumber data dan prosedur pengumpulan data. Bagian keempat
menjelaskan bagaimana analisis data dilakukan.
3.1 Tujuan dan Pertanyaan Penelitian
Sebagaimana disajikan dalam Bab I, penelitian ini bertujuan mengetahui
bagaimana strategi nominasi digunakan untuk merepresentasikan identitas
nasional dalam wacana media terkait konflik Tortor dan Gordang Sambilan.
Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui ideologi yang melatar
belakangi wacana. Menggunakan Pendekatan Wacana Sejarah (PWS)
tujuan-tujuan tersebut dicapai dengan menjawab pertanyaan berikut ini.
1. Bagaimanakah strategi nominasi digunakan untuk merepresentasikan
identitas nasional Indonesia?
2. Ideologi apakah yang melatar belakangi wacana?
46 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif menggunakan
perspektif PWS yang meliputi tiga level analisis. Ketiga level tersebut merupakan
tiga dimensi analisis wacana yang meliputi (1) identifikasi isi/ topik wacana, (2)
analisis strategi wacana dan (3) realisasi topik dan strategi secara linguistik pada
level leksikal/ sintaksis (Reisigl dan Wodak, 2009:93). Karena wacana yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai budaya yaitu tentang Tortor dan
Gordang Sambilan. maka topik wacana secara umum juga mengenai budaya.
Dengan demikian, dalam penelitian ini analisis terhadap topik wacana tidak
dilakukan.
Ketiga dimensi analisis ini dalam tataran analisis praktis berada dalam
delapan tahapan analisis PWS sebagaimana ditunjukkan dalam Bagan 3.3.
Kedelapan tahapan PWS tersebut idealnya dilakukan dalam tahapan yang
berulang (Reisigl dan Wodak, 2009:96). Tanpa mengurangi esensi akan tuntutan
rekursivitasnya, delapan tahap tersebut dilakukan dan ditempatkan dalam bab
yang berbeda.
Tahap 1 dan 4 yang berupa pengkajian berbagai referensi dan penelitian
sebelumnya, merinci pertanyaan penelitian serta merumuskan asumsi ditempatkan
dalam Bab I. Tahap 2 dan 3 dijelaskan dalam Bab III (bagian pengumpulan data).
Tahap 5, 6, 7 dan 8 secara umum juga dijelaskan pada Bab III (bagian teknik
analisis data) dan secara lebih rinci diterapkan pada Bab IV.
Berdasarkan Bagan 3.3, tahap pertama merupakan tahap pengaktifan dan
47 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengumpulan kembali, membaca dan mendiskusikan penelitian sebelumnya.
Tahap 1 telah dilakukan dengan membaca berbagai literatur tentang identitas
nasional dan analisis wacana kritis sebagai pendekatan analisis serta mereviu
berbagai penelitian sebelumnya. Hasil tahap 1 ini disajikan dalam Bab I dalam
bentuk latar belakang penelitian.
Bagan 3.3 Delapan tahapan analisis wacana dalam PWS
Tahap kedua merupakan tahap pengumpulan data dan informasi konteks
secara sistematis. Sistematika ini bergantung pada pertanyaan penelitian, wacana,
48 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peristiwa diskursif, aktor sosial, media semiotik, genre dan teks yang dijadikan
fokus penelitian (Reisigl dan Wodak, 2009:96). Tahap 2 dalam penelitian ini
dijelaskan secara sistematis pada bagian prosedur pengumpulan data.
Tahap ketiga merupakan tahap pemilihan dan persiapan data untuk
analisis. Reisigl dan Wodak (2009:98) mengungkapkan bahwa tahap ini dapat
dilakukan dengan cara mengurutkan data berdasarkan kriteria tertentu. Adapun
kriteria tersebut seperti frekuensi, kerepresentatifan, jenis, intertekstualitas/
interdiskursifitas, tingkat kepentingan dan keunikan dari objek yang dikaji (lihat
Reisigl dan Wodak, 2009:98). Adapun pemilihan data penelitian ini didasarkan
pada intertekstualitasnya dengan peristiwa munculnya berita terkait Tortor dan
Gordang Sambilan di kantor berita Malaysia Bernama. Hal ini akan dijelaskan
pada bagian prosedur pengumpulan data dalam bab ini.
Pada tahap keempat dirumuskan pertanyaan penelitian dan asumsi
berdasarkan reviu literatur dan analisis sepintas terhadap data. Sebagaimana
pertanyaan penelitian dan asumsi yang disajikan dalam Bab I, penelitian ini
memandang bahwa identitas nasional merupakan topik makro yang melatar
belakangi konflik Tortor dan Gordang Sambilan. Penjelasan detail mengenai
pertanyaan dan asumsi dari penelitian ini telah dijelaskan pada Bab I.
Tahap kelima merupakan tahap analisis data awal secara kualitatif. Tahap
ini pada dasarnya merupakan uraian dari pertanyaan dan asumsi penelitian
49 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagaimana data diolah untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguatkan
asumsi penelitian. Tahap ini secara lebih rinci dibahas dalam Bab IV dengan
membatasi pembahasan pada strategi nominasi dan tidak melibatkan strategi
argumentasi.
Data yang telah dianalisis pada tahap 5 selanjutnya dianalisis kembali secara
menyeluruh pada tahap keenam. Metode analisis utamanya adalah kualitatif, tetapi
sebagiannya mungkin kuantitatif (Reisigl dan Wodak, 2009:96). Tahap ini
menjelaskan secara detail analisis linguistik pada berbagai level yang meliputi
level mikro, meso dan makro teks. Secara lebih detail, tahap ini akan dijelaskan
pada Bab IV. Sebagai pendahuluan, tahap ini ditekankan pada analisis teks
tentang Tortor dan Gordang Sambilan dalam hal (1) strategi wacana yang
digunakan dan (2) ideologi yang melatar belakangi wacana.
Pada tahap ketujuh dilakukan perumusan kritik. Kritik di sini didasarkan
pada prinsip-prinsip seperti nilai-nilai demokrasi (democratic norms), hak asasi
manusia (human rights) dan kriteria rasionalisasi argumen (criteria of rational
argument) (lihat Reisigl dan Wodak, 2009:119). Tahap ini akan diterapkan dan
dijelaskan secara detail pada Bab IV.
Tahap kedelapan merupakan tahap penerapan hasil analisis. Hal ini
termasuk keunggulan PWS dimana ada kemugkinan bahwa hasil dari penelitian
dapat diterapkan atau minimal disarankan untuk diterapkan. Tahap ini
sesungguhnya merupakan realisasi dari kritik yang dilakukan (Reisigl dan Wodak,
50 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berupa publikasi ilmiah namun juga dalam bentuk upaya membuka akses publik
terhadap hasil penelitian. Adapun bentuknya dapat berupa seminar, siaran radio,
dan sebagainya.
3.3 Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data ini jika dihubungkan dengan delapan langkah
dalam PWS merupakan tahapan yang melibatkan langkah kedua (2) dan ketiga
(3). Hal ini dijelaskan pada bagian sumber data dan prosedur pengumpulan data
berikut.
3.3.1 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah wacana media berupa artikel berita di
Sumut Pos [online] dari 18 Juni sampai 28 Juni 2012. Jika didasarkan pada
klasifikasi wacana menurut Reisigl dan Wodak (2009:91), maka wacana tersebut
merupakan wacana media yang berperan dalam pembentukan opini publik
(formation of public opinion) dan representasi diri (formation of
self-representation). Sedangkan genre wacana tersebut adalah artikel berita surat kabar
(news article/ news discourse).
3.3.2 Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan purposive sampling (Patton,
criterion-51 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
based selection (LeCompte & Preissle, 1993 dalam Alwasilah, 2011:103). Cara
ini dipilih demi memenuhi kerepresentatifan data dikaitkan dengan latar dan
individu (Maxwell, 1996 dalam Alwasilah, 2011:103). Prosedur pengumpulan
dengan purposive sampling ini ditampilkan dalam Bagan 3.4.
Bagan 3.4 Prosedur pengumpulan data dengan purposive sampling
Berdasarkan Bagan 3.4, pengumpulan data diawali dengan pengamatan
terhadap berbagai praktik diskursif yang terjadi pasca pemberitaan klaim Tortor
dan Gordang Sambilan di kantor berita Malaysia Bernama (Bernama, 14 Juni
2012). Praktik wacana yang terjadi di antaranya berupa praktik wacana di media
massa (koran, TV dan internet seperti blog, twitter, facebook), tindakan sosial
1. Pengamatan Data mentah
Berbagai praktik wacana terkait Tortor dan Gordang Sambilan
2. Pemilihan data
Dengan purposive
sampling
3. Data Primer
7 artikel berita sumut Pos
4. Data Sekunder
52 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(demo termasuk pagelaran seni budaya, seminar dan diskusi, dan diplomasi).
Berbagai praktik wacana tersebut telah dijelaskan dalam Bab I. Di antara berbagai
praktik diskursif yang terjadi, penelitian ini memfokuskan pada praktik diskursif
wacana media berupa koran online.
Menggunakan prinsip purposive sampling, kerepresentatifan latar dan
individu dalam penelitian ini ditunjukkan dengan memilih salah satu surat kabar
daerah dimana Tortor dan Gordang Sambilan berasal. Surat kabar daerah dipilih
karena lebih memungkinkan merepresentasikan opini masyarakat daerah. Karena
Tortor dan Gordang Sambilan berasal dari Sumatera Utara maka surat kabar
daerah yang dipilih adalah yang berasal dari Sumatera Utara. Di Sumatera Utara
ada banyak surat kabar daerah yang mengakomodasi berbagai berita daerah dan
nasional. Di antaranya Koran Tapanuli, Tribun Medan, Sumut Pos, Harian
Sumatera, Riau Pos, Metro Siantar, Post Metro Medan dan sebagainya. Berbagai
Koran tersebut kemudian diseleksi berdasarkan segmen pembaca dan
penghargaan yang pernah diraih.
Penelitian ini kemudian membandingkan tiga koran lokal yang pernah
mendapatkan penghargaan dari IPMA (Indonesia Print Media Award) yaitu Tribun
Medan, Sumut Pos dan Riau Pos. IPMA merupakan ajang kompetisi media cetak
se-Nusantara yang digelar setiap tahun dimana pesertanya adalah ratusan penerbit
media cetak, baik harian, mingguan, tabloid, dan majalah dari tingkat lokal hingga
nasional (Sumut Pos, 9 Februari 2013). Sumut Pos dan Riau Pos (Grup Sumut
53 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penghargaan dari IPMA tahun 2011. Sedangkan Sumut Pos dan Riau Pos
mendapatkan penghargaan berturut-turut dari tahun 2011, 2012, dan 2013. Tahun
2013 dapat dianggap sebagai tahun kejayaan Sumut Pos karena berhasil menerima
Double Gold Winner The Best Sumatera. Penghargaan ini bermakna bahwa Sumut
Pos merupakan salah satu koran terbaik yang ada di Sumatera Utara. Dengan
demikian penelitian ini memilih Sumut Pos sebagai sumber data berdasarkan pada
pertimbangan kualitas koran. Selain itu jika didasarkan pada segmen pembaca,
Sumut Pos merupakan koran yang diperuntukkan untuk semua komunitas.
Selanjutnya, wacana yang dikaji dalam PWS dapat diseleksi berdasarkan
pada kriteria tertentu (Reisigl dan Wodak (2009). Di antaranya adalah berdasarkan
kriteria wacana tertentu (specific discourses) dan periode waktu wacana.
Menggunakan dua kriteria tersebut, data dalam penelitian ini adalah berupa
wacana dengan topik konflik budaya Indonesia-Malaysia dalam kurun waktu
bulan Juni tahun 2012. Pertimbangannya adalah bahwa dalam kurun waktu
tersebut terjadi pemberitaan klaim terhadap Tortor dan Gordang Sambilan (Sumut
Pos, 18 Juni 2012; Tempo.co, 18 Juni 2012; Jakarta Post, 19 Juni 2012).
No Judul Sumber Rujukan Waktu Terbit
1 Malaysia Klaim
54 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Konjen Malaysia ga-manortor-di-konjen-malaysia#axzz2NBN2ne8P 5 Ramai-ramai
(7 artikel pemberitaan Tortor dan Gordang Sambilan di Sumut Pos)
Setelah dilakukan pencarian data secara online, ditemukan tujuh artikel dan
empat opini pembaca terkait pemberitaan kasus Tortor dan Gordang Sambilan.
Tujuh artikel dan tiga opini tersebut terbit pasca pemberitaan maksud Malaysia
memasukkan Tortor dan Gordang Sambilan di Kantor berita Malaysia Bernama
14 Juni tahun 2012. Ketujuh artikel tersebut digunakan sebagai data primer
sementara empat opini digunakan sebagai data sekunder. Tujuh artikel sebagai
data primer ditampilkan dalam Tabel 3.4.
Adapun, data berupa artikel media lain (disajikan dalam bagian lampiran)
yang secara intertekstualitas mendukung analisis penelitian ini juga dimasukkan
dalam data sekunder. Dalam penelitian ini, data yang akan dianalisis secara
langsung adalah data primer sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 3.4.
3.4 Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dengan purposive sampling dianalisis
55 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
difokuskan pada dua hal yaitu pada strategi wacana dan ideologi maka analisis
data juga ditujukan untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan tersebut.
3.4.1 Analisis Strategi Nominasi
Analisis ini difokuskan pada satu jenis strategi wacana yaitu strategi
nominasi (Reisigl dan Wodak, 2009: 94; Wodak, 2001:73). Analisis strategi
nominasi dilakukan dengan menjawab pertanyaan “How are persons, objects,
phenomena/events, process and actions named and referred to linguistically?”
(Reisigl dan Wodak, 2009:93). Dengan demikian fokus strategi nominasi terletak
pada bagaimana orang, objek, fenomena/peristiwa, proses dan tindakan
direpresentasikan dalam wacana/teks. Adapun teknik analisis terhadap strategi
nominasi tersebut ditampilkan dalam tabel berikut ini.
Paragraf Strategi Nominasi Realisasi
…
Aktor Sosial:
a. Deiksis: personal (kami/kita/ we, mereka/ they) dan refleksif
b. Nama diri/orang (proper names) c. Antroponim profesi (Professional
Anthroponyms)
d. Kata benda kolektif, toponim (tempat, kota)
Objek/ Fenomena/ Peristiwa : a. Konkret
b. Abstrak
Kata kerja dan benda yang menunjukkan Proses/ tindakan:
a. Material b. Mental c. Verbal
56 Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4.2 Analisis Ideologi Wacana
Ideologi dalam konteks penelitian ini mengacu pada kepentingan apa yang
dimiliki media ketika memberitakan konflik Tortor dan Gordang Sambilan dengan
cara tertentu. Analisis ideologi yang melatar belakangi wacana dilakukan dengan
cara menghubungkan hasil analisis strategi wacana dengan ideologi tertentu.
Misalnya berbagai aktor sosial yang dihadirkan dalam wacana dapat dihubungkan
dengan afiliasi politik atau ideologi yang diyakini atau dianut aktor sosial tersebut.
Pada saat yang sama juga dianalisis apakah terjadi ekslusi aktor sosial
dengan cara tidak menampilkannya dalam wacana. Hal ini dapat dikaitkan dengan
mempertanyakan kepentingan apa yang ada dibalik upaya ekslusi terhadap aktor
sosial tersebut. Pilihan kata atau istilah ideologis dan mungkin terdapat dalam
argumen aktor sosial juga dapat digunakan untuk menentukan ideologi. Selain itu,
ketidakkonsistenan penggunaan kata atau frase tertentu yang dipentingkan dalam
wacana juga dapat menunjukkan kepentingan yang diperjuangkan.
3.5 Penutup
Bab ini telah menjelaskan garis besar metodologi penelitian bagaimana
penelitian ini dilakukan. Berbagai hal dalam bab ini telah dijelaskan di antaranya
pertanyaan penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik
97
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian dan saran untuk penelitian
berikutnya pada bidang yang sama.
5.1 SIMPULAN
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana strategi nominasi digunakan
untuk merepresentasikan identitas nasional dan mengetahui ideologi yang melatar
belakangi wacana. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi nominasi dapat
digunakan untuk merepresentasikan identitas nasional atas nama kesamaan dan
perbedaan suatu kelompok. Dalam perspektif Indonesia, aspek persamaan
ditunjukkan dengan penggunaan strategi nominasi untuk mengonstruksi dan
merepresentasikan pihak Indonesia. Strategi nominasi tersebut direalisasikan
dalam bentuk deiksis, nama diri, antroponim profesi, kata benda kolektif,
toponim, kata benda konkret dan abstrak serta kata kerja/kata benda yang
menunjukkan proses atau tindakan.
Strategi nominasi, berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini,
digunakan untuk mengonstruksi aktor sosial, objek/fenomena penting dan
peristiwa/tindakan yang merepresentasikan Indonesia. Penggunaan deiksis
dipergunakan untuk melibatkan dan menghimpun berbagai pihak atas nama
98
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan antroponim profesi digunakan untuk mengonstruksi dan merealisasikan aktor
sosial penting dari pihak pemerintah dan masyarakat Sumatera Utara. Sementara
penggunaan kata benda kolektif digunakan untuk mempertegas kesamaan unsur
bangsa seperti negara, pemerintah, dan masyarakat Indonesia. Penggunaan kata
benda konkret dan abstrak digunakan untuk mengonstruksi dan merealisasikan
dua objek penting dalam wacana yaitu Tortor dan Gordang Sambilan dan
kebudayaan. Adapun kata kerja/kata benda yang menunjukkan proses/tindakan
lebih digunakan untuk mengonstruksi tindakan verbal berupa berbagai pandangan
dari aktor sosial pihak Indonesia terkait konflik dua budaya Indonesia.
Sementara perbedaan atas nama identitas nasional ditunjukkan dengan
penggunaan deiksis „mereka‟ yang mengacu kepada Malaysia sebagai pihak out
group. Untuk menekankan perbedaan ini juga direalisasikan dengan pemunculan
aktor sosial pihak Malaysia berupa nama diri dalam kuantitas yang lebih sedikit.
Hal ini menunjukkan adanya upaya pengucilan (ekslusi) terhadap pihak Malaysia.
Hal yang menarik bahwa praktik ekslusi dan inklusi terjadi tidak hanya antara dua
pihak dalam bingkai bangsa yang berbeda. Namun praktik tersebut juga terjadi
dalam bingkai satu bangsa yang sama (ingroup) atas nama kepentingan politis.
Strategi nominasi yang digunakan SP dalam memberitakan Tortor dan Gordang
Sambilan secara makro juga berperan sebagai strategi konstruktif. Dengan fungsi
ini strategi nominasi digunakan SP untuk mempromosikan keunikan dan
99
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya, terdapat tiga ideologi/kepentingan yang melatar belakangi
wacana dan tengah diperjuangkan oleh SP. Pertama adalah ideologi kapitalis. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya keyakinan SP bahwa konflik dua budaya Indonesia
dapat diproduksi menjadi berita yang menarik. Terkait tujuan tersebut, SP
menampilkan konflik melalui pemberitaan yang newsworthy dan melibatkan
kepentingan politis. Yang kedua, adanya upaya legitimasi ideologi egaliter dan
pendobrakan ideologi feodal. Hal ini ditunjukkan dengan upaya SP mengeliminasi
sekat sosial dengan cara menghilangkan gelar atau jabatan aktor sosial yang
ditampilkan. Dengan demikian jarak sosial antar aktor sosial ketika membicarakan
Tortor dan Gordang Sambilan menjadi lebih dekat. Ketiga, keperbihakan SP
terhadap Indonesia menunjukkan adanya semangat nasionalisme. Hal ini
ditunjukkan dengan upaya SP yang merepresentasikan pihak Indonesia lebih
dominan dibandingkan pihak Malaysia dalam pemberitaan.
5.2 REKOMENDASI
Penelitian ini menerapkan Pendekatan Wacana Sejarah (PWS) dalam
konstruksi yang sederhana. Objek yang dikaji hanya satu jenis (genre) wacana.
Selain itu, dari sisi perangkat analisis, strategi wacana yang digunakan hanya
salah satu dari lima strategi mikro yang ada dalam PWS. Oleh karena itu,
penelitian mendatang sebaiknya menerapkan PWS dalam bentuk yang lebih
100
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kata “komprehensif” tersebut adalah dalam dua hal. Pertama dalam hal
teori dan pendekatan PWS yang digunakan. Sebaiknya penelitian selanjutnya
menerapkan tiga dimensi analisis dan strategi wacana secara menyeluruh. Kedua,
penelitian selanjutnya juga harus komprehensif dari sisi objek yang diteliti. Objek
yang diteliti perlu melibatkan berbagai jenis genre teks tidak hanya artikel berita
100
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abdusasalam, A. (2009, 25 Agustus). Malaysia‟s Pendet Dance Ad Sparks Indonesian Protest. Antara News [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com. [1 Oktober 2012].
Alwasilah, A. C. (2011). Pokoknya Kualitatif; dasar-dasar merancang dan
melakukan penelitian kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Andhini (2011, 25 Agustus). TK: Camar Bulan-Tanjung Datu Dibawa ke MI,
Indonesia Kalah. Metro News.com [Online]. Tersedia: http://metrotvnews.com/read/news/2011/10/20/68824/TK-Camar-Bulan-Tanjung-Datu-Dibawa-ke. [12 Desember 2012].
Asa. (2012, 19 Juni). Top Official Says Malaysia Has Claimed Seven Indonesian
Cultures. The Jakarta Post [Online]. Tersedia: http://www.thejakartapost.com. [29 September 2012].
Augoustinos K. dan O’Doherty K. (2008). Protecting The Nation:Nationalist Rhetoric on Asylum Seekers and the Tampa. Dalam Journal of Community
& Applied Social Psychology [Online]. Vol. 18, 576-592. Tersedia: http://www.interscience.willey.com. [13 November 2012].
Bailey, A. C. (2007). A Guide to Qualitative Field Research: Second Edition. California: Pine Forge Press.
Borchers, T. A. (2002). Persuasion in the Media Age. New York: McGraw-Hill.
Caldas-Coulthard. (2003). Cross-Cultural Representation of „Otherness‟ in Media
Discoursedalam Wodak, R. dan Weis. G. (2003). Critical Discourse Analysis: theory and interdisciplinarity. New York: Palgrave Macmillan.
Chong, W. J. (2012). “Mine, Your or Ours?”: The Indonesia-Malaysia Disputes
over Shared Heritaged Culture. Dalam Journal of Social Issues in Southeast
Asia [Online]. Vol. 27 (1) Tersedia:
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=83c09b3f-7893-41fc-bb20-23d3f9eb0070%40sessionmgr14&vid=1&hid=12. [20 September 2012].
Clary-Lemon, J. (2010). „We‟re not ethnic, we‟re Irish!‟: oral histories and the
discursive construction of immigrant identity. Dalam Journal of Discourse
and Society [Online]. Vol. 21, 5. Tersedia:
101
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: choosing
among five tradition. London: Sage Publications.
Crissant T. dan Trinn A. (2009). Culture, Identity and Conflict in Asia. Dalam ASIEN 110, S.13-45, 31 halaman. Tersedia: http://www.bertelsmann-
stiftung.de/cps/rde/xbcr/SID-55870FDA-05349113/bst/Croissant%20Trinn%20Cultural%20Conflicts.pdf.[17 Oktober 2012].
Darwin, Muhadjir. (1999). Maskulinitas: Posisi Laki-Laki dalam Masyarakat
Patriarkis. http://www.cpps.or.id/images/S281.pdf. [20 Juni 2013].
De Fina dkk., (2009). Discourse and Identities. New York: Cambridge University Press.
Dmp, (2012, 21 Juni). Ramai-ramai Menari Tortor. Sumut Pos [Online]. Tersedia: http://www.hariansumutpos.com/2012/06/36520/ramai-ramai-menari-tortor#axzz2NBN2ne8P. [11 Maret 2013].
Eggins, S. (2004). An Introduction to Systemic Functional Linguistics; 2nd edition.
New York: Continuum.
Eryanto. (2001). Analisis Wacana. Jakarta: LKiS
Esparza, D. (2009). National Identity and the Other: imagining the EU from the
Czech Lands. Dalam National Papers [Online]. Vol. 38 (3), 25 halaman.
Tersedia:
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=0b0065ec-ea1e-46d4-a83a-5f9df2071fa3%40sessionmgr112&vid=1&hid=104. [23 Juni 2012].
Facal dkk., (2008). Identities, Social Representations and Critical Thinking. Dalam: Culture Study of Sciences and Education. [Online].Vol. 4:689–695. Tersedia:
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=5d799b3f-2f22-43e9-99ba-c47b01e37963%40sessionmgr115&vid=1&hid=105. [6 Desember 2012].
Fairclough, N. (1995). Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. (pp. 27-70, 130-167, 187-215, 219-233). London & New York: Longman Group Ltd.
102
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fairclough, N. (2009). A Dialectical-Relational Approach Critical Discourse
Analysis in Social Research dalam Wodak, R. dan Meyer, M. (2009). pendemo-tortor-ditangkap#axzz2NBN2ne8P. [11 Maret 2013].
Fearon, D. (1999). What is Identity: as we know use the word.[Online]. Tersedia: http://www.stanford.edu/~jfearon/papers/iden1v2.pdf [2 Oktober 2012].
Frank, M. (1972). Modern English. New Jersey. Prentice-Hall.
Gus, (2012, 21 Juni). Warga Manortor di Konjen Malaysia. Sumut Pos [Online]. Tersedia: http://www.hariansumutpos.com/2012/06/36472/warga-manortor-di-konjen-malaysia#axzz2NBN2ne8P. [11 Maret 2013].
Hamad, I. (2005). Lebih Dekat dengan Analisis Wacana. Dalam Jurnal Mediator
[Online]. Vol. 2, 8 (325-344). Tersedia:
Herlina, R. (2010). Festival Seni Budaya Melayu Dalam Perspektif Kepentingan
Nasional Indonesia. [Online].Tersedia:
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article/viewFile/1608/601. [24 Juni 2012].
Hernandez, A. A. (2008). Discursive Strategies in The Construction of National
Identity: A Critical Discourse Analysis of The Gibraltar Issue in The Printed Media. Dalam EBSCO [Online]. Tersedia: http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=8797affa-5b04-451b-8d24-2ffca4a3dd10%40sessionmgr115&vid=1&hid=104. [1 September 2012].
Hornby, A.S. (2000). Oxford Advanced Learner‟s Dictionary. New York: Oxford University Press.
103
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Inayati (2007), Diplomasi Indonesia-Malaysia: Kasus Ambalat. [Online]. Tersedia:
Sambilan. Tempo [Online]. Tersedia: http://www.tempo.co. [27 September
2012]. bih=667 [14 November 2012].
Jager, S. dan Mayer, F. Theoretical and Methodoligal Aspects of Foucauldian
Critical Discourse Analysis and Dispositive Analysis dalam Wodak, R.,dan
Meyer, M.(2009). Methods of Critical Discourse Alanysis: 2nd Edition.
London: Sage Publications Ltd.
Jensen, V. K. (2008). Thesis: Afrikaner Identities in Contemporary South Africa
Approached Through Discourse Theory and The Discourse-Historical
Approach. [Online]. Tersedia:
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=afrikaner%20identities%20in%
104
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KhosraviNik, M. (2010). Actor Descriptions, Action Attributions, and
Argumentation: Towards A Systematization of CDA Analytical Categories in The Representation of Social Groups. Dalam Critical Discourse Studies
[Online].Vol.7,8(54-72).Tersedia:
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=6bbe2c72-f1aa-46c2-ac18-2bd3292c6da7%40sessionmgr4&vid=1&hid=24. [6 Mei 2013]
Kumar, Chandra. (2005). Foucault and Rorty on Truth and Ideology: A
Pragmatist View from the Left. Dalam Contemporary Pragmatism.
[Online].Vol.2, 1 (35-93).
Warisan Budaya.Sindonews [Online].Tersedia: http://sindonews.com. [27
September 2012].
Levinson, S. C. (1995). Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press
Lim. (2012, 19 Juni). Ganyang Malaysia, Klaim Tor-Tor. Haluan Kepri [Online]. Tersedia: http://www.haluankepri.com. [27 September 2012].
Melati.A. (2010). Sikap Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Klaim Budaya
oleh Malaysia (Studi Kasus Tari Pendet Bali). [Online]. Tersedia:
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article/viewFile/675/1501. [1 Oktober 2012].
Mole, R. C.M. (2007). Discursive Constructions of Identity in European Politics New York: Palgrave Macmillan.
Munib, A. T. Alasan Pemerintah Indonesia Menyerahkan Sengketa Kepemilikan
Pulau Sipadan dan Ligitan Kepada Mahkamah Internasional. [Online].
Tersedia: http://djangka.org. [3 Oktober 2012].
Munthe, S. R., (2012, 18 Juni). Malaysia Klaim Tor-tor dan Gordang Sembilan.
Sumut Pos [Online]. Tersedia:
105
Suroto, 2013
Strategi Nominasi Untuk Merepresentasikan Identitas Nasional Dalam Wacana Media Terkait Konflik Budaya Indonesia-Malaysia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Prihandoko dan Syailendra. (2012, 21 Juni). Malaysia Sudah Tujuh Kali
Mengklaim Budaya RI. Tempo [Online]. Tersedia: http://www.tempo.co. [27
September 2012].
Press, Associated, (2012, 4 September). Malaysia Blames Discovery Channel in
Dance Flap. Seatle Times [Online]. Tersedia:
http://seattletimes.com/html/nationworld/2009804119_apasmalaysiaindones iadancedispute.html. [27 September 2012].
Reah, D. (2002). The Language of Newspapers. (2nd ed.). London & New York: Routledge Taylor & Francis Group.
Reisigl, M., dan Wodak, R. (2009). The Discourse Historical Approach dalam Wodak, R., dan Meyer, M. (2009). Methods of Critical Discourse Alanysis:
2nd Edition. London: Sage Publications Ltd.
Richardson, K. (2002). Critical Linguistics and Textual Diagnosis. In M. Toolan. (Ed.), Critical Discourse Analysis. Critical Concepts in Linguistics. Vol. I: Precursors and Inspirations.( 358-374). London & New York: Routledge.
Sahin, Sanem. (2011). Open Borders, Closed Minds: The Discursive Construction
of National Identity in North Cyprus. Dalam Media Culture Society.
[Online]. Vol 33, 583. Tersedia:
http://mcs.sagepub.com/content/33/4/583.full.pdf+html. [10 Oktober 2012]. Setiawan, E. (201). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia:
kbbi.web.id
Sisworo, A.dkk., (2012, 19 Juni). Pengacara Batak Siap Gugat Malaysia. Sumut
Pos [Online]. Tersedia:
http://www.hariansumutpos.com/2012/06/36405/pengacara-batak-siap-gugat-malaysia#axzz2NBN2ne8P. [11 Maret 2013].
Suryadinata, L. (1999). Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Tabolt, Mary. (2007). Media Discourse: Representation and Interaction. Edinburg: Edinburg University Press Ltd.
Thontowi (2009), Blok Ambalat Wilayah Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://jawahirthontowi.wordpress.com/2009/09/14/blok-ambalat-wilayah-indonesia/. [12 Desember 2012].
Van Leeuwen, T. (2008). Discourse and Practice: new tools for critical discourse