• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak tiga siklus, di mana setiap siklus dilakukan sebanyak 3 kali tindakan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak tiga siklus, di mana setiap siklus dilakukan sebanyak 3 kali tindakan dan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan mendeskripsikan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak tiga siklus, di mana setiap siklus dilakukan sebanyak 3 kali tindakan dan 1 kali evaluasi/tes hasil belajar siswa. Deskripsi hasil penelitian ini terfokus pada hasil observasi kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa (kebugaran jasmani pada segi kecepatan dan kelincahan) mulai dari kegiatan observasi awal hingga pada tindakan siklus III. Berikut uraiannya.

4.1.1 Observasi Awal

4.1.1.1 Hasil observasi kegiatan pembelajaran

Proses pembelajaran kebugaran jasmani, khususnya kecepatan dan kelincahan berdasarkan hasil observasi awal ditemui banyak kekurangan. Salah satu aspek yang dianggap kurang efektif dalam pembelajaran ialah pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran. Akibat dari pendekatan pembelajaran yang digunakan kurang tepat adalah siswa kesulitan dalam mengikuti alur kegiatan belajar, sehingga siswa kurang termotivasi belajar dan menjadi bosan.

Pada akhirnya siswa memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah khususnya pada segi kecepatan dan kelincahan.

4.1.1.2 Tingkat Kebugarana Jasmani pada Komponen Kecatapan dan Kelincahan Sebagai akibat dari tidak efektifnya pendekatan pembelajaran yang digunakan guru, tingkat kebugaran (komponen kecepatan dan kelincahan) siswa

25

(2)

rendah. Hal ini terbukti setelah diberikan tes awal kepada siswa. Hasilnya menunjukkan data sebagai berikut.

Pada hasil tes kecepatan, hanya 5 siswa atau 21,74% yang dinyatakan tuntas dan 18 siswa atau 78,26% dinyatakan tidak tuntas; sedangkan skor rata-rata secara klasikal sebesar 2,87 tergolong “cukup”. Kemudian, pada hasil tes kelincahan, tak seorangpun siswa yang mencapai ketuntasan atau 100% tidak tuntas, sedangkan skor rata-rata klasikal sebesar 2,39 tergolong “kurang”.

Selengkapnya dapat dilihat pada sajian tabel berikut.

Tabel 4.

Ketuntasan Hasil Kecepatan dan Kelincahan Siswa pada Observasi Awal

No Aspek yang dinilai Tuntas Tdk. Tuntas

Jlh. Siswa % Jlh. Siswa %

1 Kecepatan 5 21,74% 18 78,26%

2 Kelincahan 0 0% 23 100%

Kedua hasil tes di atas jika digabungkan keduanya, maka diperoleh hasil sebagai berikut. Dari 23 siswa yang dites, hanya terdapat 6 siswa atau sebesar 26,09% yang termasuk pada klasifikasi “baik” dengan rata-rata skor 3,58;

sedangkan siswa lainnya yakni 10 siswa atau 43,48% pada klasifikasi “cukup”

dengan rata-rata skor 2,60 dan 7 siswa atau 30,43% pada klasifikasi “kurang”

dengan rata-rata skor 1,86. Dengan demikian, ketuntasan indikator kinerja adalah 26,09% dinyatakan tuntas dan 73,91% dinyatakan tidak tuntas. Sedangkan skor rata-rata secara klasikal yang merupakan perpaduan hasil dari rata-rata skor kecepatan dan rata-rata skor kelincahan adalah 2,63 tergolong klasifikasi “cukup”.

Lebih jelas dapat dilihat pada tabel halaman berikut.

(3)

Tabel 5.

Klasifikasi Akhir Kebugaran Jasmani Siswa

(Gabungan Komponen Kecepatan dan Kelincahan) pada Observasi Awal No Klasifikasi Jumlah

Siswa

Skor

rata-rata % Skor rata-

rata klasikal Ket.

1 Sangat Baik

2 Baik 6 3,58 26,09 Tuntas

3 Cukup 10 2,60 43,48 2,63 Tdk. Tuntas

4 Kurang 7 1,86 29,09 Tdk. Tuntas

5 S. Kurang

Jumlah 23 100

4.1.1.3 Refkesi

Melihat kondisi pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam hal ini tingkat kebugaran jasmani khusus pada aspek kecepatan dan kelincahan, maka dalam refleksi disimpulkan bahwa pengaruh utama terjadinya hal tersebut di atas ialah pendekatan pembelajaran. Dengan berdasar pada refleksi, ditetapkan pendekatan bermain sebagai solusi untuk menanggulangi rendahnya tingkat kebugaran jasmani siswa.

4.1.2 Siklus I

4.1.2.1 Hasil observasi kegiatan pembelajaran

Pembelajaran kebugaran jasmani melalui pendekatan bermain dilaksanakan dalam tiga kali tindakan. Setiap proses tindakan dilakukan observasi. Pada kegiatan observasi pembelajaran, ada dua kelompok kegiatan yang akan diamati dalam proses pembelajaran kebugaran jasmani melalui pendekatan bermain. Pertama, yakni terkait dengan kegiatan guru dan kedua, yakni terkait dengan aktivitas belajar siswa. Berikut hasil obseervasi yang diperoleh pada siklus I untuk tindakan pertama, kedua, dan ketiga.

(4)

Ada 16 (enam belas) indikator yang akan diamati terkait kegiatan guru dalam pembelajaran. Berdasarkan klasifikasi akhir untuk tindakan pertama, terdapat 8 indikator atau sebesar 50% yang tergolong “baik”, 6 indikator atau sebesar 37,5% tergolong “cukup”, dan 2 indikator lainnya atau sebesar 12,5%

tergolong “kurang”. Sedangkan klasifikasi akhir kegiatan guru pada tindakan kedua, telah terdapat 11 indikator atau sebesar 68,75% yang tergolong “baik” dan 5 indikator lainnya atau sebesar 31,25% tergolong “cukup”. Sementara pada tindakan ketiga, terlihat pada klasifikasi “sangat baik” ada 1 indikator atau 6,25%, klasifikasi “baik” ada 12 indikator atau sebesar 75%, dan klasifikasi “cukup”

sebanyak 3 indikator atau sebesar 18,75%. Selengkapnya dapat dilihat tabel pada halaman berikut.

Tabel 6.

Klasifikasi Akhir Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus I

Klasifikasi

Tindakan Ke-1 Tindakan Ke-2 Tindakan Ke-3

Jlh. Capaian Indikator Pengamatan

Hasil (%)

Jlh. Capaian Indikator Pengamatan

Hasil (%)

Jlh. Capaian Indikator Pengamatan

Hasil (%)

S. Baik - - - - 1 06,25

Baik 8 50,00 11 68,75 12 75,00

Cukup 6 37,50 5 31,25 3 18,75

Kurang 2 12,50 - - - -

S. Kurang - - - -

Jumlah 16 100 16 100 16 100

Sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran terdapat 11 (sebelas) indikator yang diamati. Hasil klasifikasi akhir menunjukkan sebagai berikut.

Tindakan pertama: 4 indikator atau sebesar 36,36% tergolong “baik”, 5 indikator atau sebesar 45,46% tergolong “cukup” dan 2 indikator lainnya atau sebesar 18,18% tergolong “cukup”. Kemudian pada tindakan kedua, 9 indikator atau

(5)

sebesar 81,82% tergolong “baik” dan 2 indikator atau sebesar 8,18% tergolong

“cukup”. Dan tindakan ketiga sama dengan klasifikasi pada tindakan kedua di atas. Selengkapnya dapat dilihat pada sajian tabel berikut.

Tabel 7.

Klasifikasi Akhir Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I

Klasifikasi

Tindakan Ke-1 Tindakan Ke-2 Tindakan Ke-3

Jlh. Capaian Indikator Pengamatan

Hasil (%)

Jlh. Capaian Indikator Pengamatan

Hasil (%)

Jlh. Capaian Indikator Pengamatan

Hasil (%)

Sangat baik - - - -

Baik 4 36,36 9 81,82 9 81,82

Cukup 5 45,46 2 08,18 2 08,18

Kurang 2 18,18 - - - -

S. Kurang - - - -

Jumlah 11 100 11 100 11 100

4.1.2.2 Kebugaran Jasmani Siswa untuk Komponen Kecepatan dan Kelincahan pada Siklus I

Untuk mengetahui perkembangan tingkat kebugaran jasmani siswa khusus pada segi kecepatan dan kelincahan dilakukan pengukuran atau penilaian. Hasil akhir adalah rata-rata hasil kecepatan dan kelincahan yang diambil pada pertemuan kedua. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh ketuntasan masing-masing komponen sebagai berikut.

Pada komponen kecepatan diperoleh ketuntasan: 10 siswa atau 43,48%

dinyatakan tuntas dan 13 siswa atau 56,52%; sedangkan skor rata-rata klasikal mencapai 3,61 tergolong “baik”. Kemudian pada komponen kelincahan, terdapat 7 siswa 30,43% dinyatakan tuntas dan 16 siswa atau 69,57% tindak tuntas;

sedangkan skor rata-rata klasikal mencapai 3,04 tergolong “cukup”. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

(6)

Tabel 8.

Ketuntasan Hasil Kecepatan dan Kelincahan Siswa pada Siklus I

No Aspek yang dinilai Tuntas Tdk. Tuntas

Jlh. Siswa % Jlh. Siswa %

1 Kecepatan 10 43,48% 13 56,52%

2 Kelincahan 7 30,43% 16 69,57%

Jika digabungkan hasil tes kedua komponen di atas, maka diperoleh klasifikasi akhir sebagai berikut: Pada klasifikasi “sangat baik” telah dicapai 2 siswa atau sebesar 8,70% dengan rata-rata skor 4,5. Pada klasifikasi “baik”

dicapai 12 siswa atau sebesar 52,17% dengan rata-rata skor 3,58. Pada klasifikasi

“cukup” dicapai 8 siswa atau sebesar 34,78% dengan rata-rata skor 2,81. Dan pada klasifikasi “kurang” sebanyak 1 siswa atau sebesar 4,35% dengan skor 2.

Sedangkan rata-rata klasikal sebesar 3,33 tergolong pada klasifikasi “cukup”.

Dengan demikian, jika ditinjau dari segi ketuntasan indikator kinerja, maka yang mencapai kriteria tuntas adalah 14 siswa atau sebesar 60,87% dan yang tidak tuntas 9 siswa atau sebesar 39,13%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.

Klasifikasi Akhir Kebugaran Jasmani Siswa

(Gabungan Komponen Kecepatan dan Kelincahan) untuk Siklus I No Klasifikasi Jumlah

Siswa Skor

rata-rata % Skor rata-

rata klasikal Ket.

1 Sangat Baik 2 4,5 8,70 Tuntas

2 Baik 12 3,58 52,17 Tuntas

3 Cukup 8 2,60 43,48 3,33 Tdk. Tuntas

4 Kurang 1 2,00 4,35 Tdk. Tuntas

5 S. Kurang

Jumlah 23 100

(7)

4.1.2.3 Refleksi

Refleksi dilakukan mengacu pada hasil observasi kegiatan pembelajaran dan tingkat kebugaran jasmani siswa pada segi kecepatan dan kelincahan. Dari refleksi ditemukan beberapa kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran baik pada tindakan pertama maupun kedua, namun pada tindakan ketiga terjadi perkembangan pemaksanaannya sehingga pada saat tindakan ini hanya terdapat beberapa kelemahan saja. Kelemahan-kelemahan tersebut tidak hanya terjadi pada guru itu sendiri melainkah juga pada siswa.

Kelemahan pada sisi kegiatan guru dalam pembelajaran adalah: (1) cara menyampaikan tujuan pembelajaran; (2) pengontrolan pelaksanaan kompetisi kelompok; dan (3) cara memberi umpan balik. Sedangkan kelemahan pada sisi aktivitas belajar siswa antara lain: (1) motivasi belajar selama pembelajaran berlangsung; dan (2) kegiatan bertanya kepada guru ketika mendapat kesulitan dalam melaksanakan aktivitas belajar.

Memperhatikan beberapa kelemahan di atas, maka perlu dilakukan tindakan pada siklus berikutnya, yakni siklus II dengan melaksanakan pembelajaran yang lebih optimal dan memperbaiki pelaksanaan keempat indikator kegiatan guru di atas agar kelemahan pada dua indikator terkait aktivitas belajar siswa turut berkembang dengan baik.

Adapun upaya perbaikan pada indikator dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Pada kegiatan awal pembelajaran, guru perlu menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang komunikatif, artinya bahasa yang gampang dipahami siswa, sehingga siswa merasa bahwa pembelajaran yang mereka

(8)

lakukan benar-benar bermanfaat untuk mereka, dengan demikian motivasi belajar akan meningkat;

2) Guru akan lebih mengoptimalkan pengontrolan aktivitas belajar siswa dalam kelompok agar kompetisi dapat berjalan dengan baik;

3) Umpan balik (feed back) akan dilakukan lebih sering, baik umpan balik bentuk verbal maupun non verbal. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri dan motivasi siswa; dan

4.1.3 Siklus II

4.1.3.1 Hasil observasi kegiatan pembelajaran

Observasi yang dilakukan pada siklus II ini sama halnya dengan observasi yang dilakukan pada siklus I, yakni observasi tentang kegiatan guru dan aktivitas siswa pada setiap tindakan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan klasifikasi akhir untuk tindakan pertama siklus II terkait kegiatan guru dalam pembelajaran, dari 16 indikator yang diamati, terdapat 15 indikator atau sebesar 93,75% yang tergolong “baik”, dan 1 indikator atau sebesar 6,25% tergolong “cukup”;

kemudian pada tindakan kedua, telah tercapai 7 indikator atau sebesar 43,75%

yang tergolong “sangat baik” dan 9 indikator lainnya atau sebesar 65,25%

tergolong “baik”. Sedangkan pada tindakan ketiga berkembang menjadi 9 indikator atau sebesar 65,25% yang tergolong “sangat baik” dan 7 indikator lainnya atau sebesar 43,75% tergolong “baik”. Selengkapnya dapat diperhatikan tabel pada halaman berikut.

(9)

Tabel 10.

Klasifikasi Akhir Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II

Klasifikasi Tindakan Ke-1 Tindakan Ke-2 Tindaan Ke-3

Jlh. indikator

pengamatan Hasil

(%) Jlh. indikator

pengamatan Hasil

(%) Jlh. indikator

pengamatan Hasil (%)

Sangat baik - - 7 43,75 9 56,25

Baik 15 93,75 9 56,25 7 43,75

Cukup 1 06,25 - - - -

Kurang - - - -

S. Kurang - - - -

Jumlah 16 100 16 100 16 100

Sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II, hasil klasifikasi akhir menunjukkan sebagai berikut. Pada tindakan pertama: telah tercapai 3 indikator atau sebesar 27,27% tergolong “sangat baik” dan 8 indikator atau sebesar 72,73% tergolong “baik”; kemudian pada tindakan kedua: klasifikasi

“sangat baik” menjadi 6 indikator atau sebesar 54,55% dan 5 indikator atau sebesar 45,45% tergolong “baik”. Pada tindakan ketiga: klasifikasi “sangat baik”

menjadi 8 indikator atau sebesar 72,73% dan 3 indikator atau sebesar 27,27%

tergolong “baik”. Selengkapnya dapat dilihat pada sajian tabel berikut Tabel 11.

Klasifikasi Akhir Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II

Klasifikasi Tindakan Ke-1 Tindakan Ke-2 Tindakan Ke-3

Jlh. indikator

pengamatan Hasil

(%) Jlh. indikator

pengamatan Hasil

(%) Jlh. indikator

pengamatan Hasil (%)

Sangat baik 3 27,27 6 54,55 8 72,73

Baik 8 72,73 5 45,45 3 27,27

Cukup - - - -

Kurang - - - -

S. Kurang - - - -

Jumlah 11 100 11 100 11 100

(10)

4.1.3.2 Kebugaran Jasmani Siswa untuk Komponen Kecepatan dan Kelincahan pada Siklus II

Berdasarkan pengukuran mengenai kecepatan dan kelincahan siswa diperoleh hasil masing-masing komponen sebagai berikut. Pada hasil tes komponen kecepatan diperoleh ketuntasan, yakni: 17 siswa atau 73,91%

dinyatakan tuntas dan 6 siswa atau 26,09% tidak tuntas; sedangkan skor rata-rata klasikal meningkat menjadi 4,04 tergolong “baik”. Kemudian pada hasil tes komponen kelincahan diperoleh ketuntasan, yakni: 13 siswa atau 56,52%

dinyatakan tuntas dan 10 siswa atau 43,48% dinyatakan tidak tuntas; sedangkan skor rata-rata klasikal meningkat menjadi 3,30. Selengkapnya dapat dilihat pada sajian tebel berikut.

Tabel 12.

Ketuntasan Hasil Kecepatan dan Kelincahan Siswa pada Siklus II

No Aspek yang dinilai Tuntas Tdk. Tuntas

Jlh. Siswa % Jlh. Siswa %

1 Kecepatan 17 73,91% 6 26,09%

2 Kelincahan 13 56,52% 10 43,48%

Selanjutnya, jika dihubungkan hasil tes kedua komponen di atas diperoleh klasifikasi akhir sebagai berikut: Pada klasifikasi “sangat baik” telah dicapai 6 siswa atau sebesar 26,09% dengan rata-rata skor 4,58. Pada klasifikasi “baik”

dicapai 10 siswa atau sebesar 43,48% dengan rata-rata skor 3,85. Pada klasifikasi

“cukup” dicapai 6 siswa atau sebesar 26,09% dengan rata-rata skor 2,75 dan pada klasifikasi “kurang” sebanyak 1 siswa atau sebesar 4,34% dengan skor 2.

Sedangkan rata-rata klasikal sebesar 3,67 tergolong pada klasifikasi “baik”.

Dengan demikian, jika ditinjau dari segi ketuntasan indikator kinerja, maka yang

(11)

mencapai kriteria tuntas pada siklus II ini adalah menjadi 16 siswa atau sebesar 69,57% dan yang tidak tuntas 7 siswa atau sebesar 30,43%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel halaman berikut.

Tabel 13.

Klasifikasi Akhir Kebugaran Jasmani Siswa

(Gabungan Komponen Kecepatan dan Kelincahan) untuk Siklus II No Klasifikasi Jumlah

Siswa

Skor

rata-rata % Skor rata- rata klasikal

Ket.

1 Sangat Baik 6 4,58 26,09 Tuntas

2 Baik 10 3,85 43,48 3,67 Tuntas

3 Cukup 6 2,75 26,09 Tdk. Tuntas

4 Kurang 1 2,00 04,34 Tdk. Tuntas

5 S. Kurang

Jumlah 23 100

4.1.3.3 Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II baik menyangkut kegiatan guru maupun aktivitas siswa terlihat adanya peningkatan secara positif. Beberapa indikator yang diperbaiki setelah pelaksanaan pembelajaran siklus I menjadi lebih baik pada siklus II. Keseluruhan indikator pengamatan telah terlaksana sebagaimana mestinya. Tetapi, jika melihat hasil yang dicapai siswa mengenai tingkat kebugaran jasmani pada komponen kecepatan dan kelincahan pada siklus II ini, walaupun terjadi peningkatan persentase yang mencapai kriteria ketuntasan minimal, namun belum memenuhi indikator kinerja. Atas pertimbangan ini maka peneliti masih akan melanjutkan tindakan selanjutnya yaitu siklus III dengan mempertahankan proses pembelajaran seperti yang dilakukan pada siklus II dan dengan harapan tingkat kebugaran jasmani siswa pada komponen kecepatan dan kelincahan dapat meningkat hingga terpenuhi indikator kinerja.

(12)

4.1.4 Siklus III

4.1.4.1 Hasil observasi kegiatan pembelajaran

Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sesuai hasil observasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada setiap tindakan. Kondisi ini merupakan buah dari upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang terjadi pad siklus sebelumnya. Berdasarkan hasil pemantauan, dapat diklasifikasi sebagai berikut.

Berdasarkan klasifikasi akhir hasil observasi kegiatan guru pada siklus III untuk tindakan pertama dan kedua masing-masing memiliki peersentase sama pada setiap klasifikasi, yakni 13 indikator atau sebesar 81,25% tergolong klasifikasi “sangat baik” dan 3 indikator lainnya atau sebesar 8,75% tergolong

“baik”. Sedangkan pada tindakan ketiga justeru lebih baik pelaksanaannya daripada pelaksanaan tindakan pertama dan kedua pada siklus III ini, yakni tampak 14 indikator atau 87,5% termasuk pada klasifikasi “sangat baik” dan 2 indikator lainnya atau 12,5% termasuk klasifikasi “baik”. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 14.

Klasifikasi Akhir Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus III

Klasifikasi Tindakan Ke-1 Tindakan Ke-2 Tindakan Ke-3

Jlh. indikator pengamatan

Hasil (%)

Jlh. indikator pengamatan

Hasil (%)

Jlh. indikator pengamatan

Hasil (%)

Sangat baik 13 81,25 13 81,25 14 87,5

Baik 3 8,75 3 8,75 2 12,5

Cukup - - - -

Kurang - - - -

S. Kurang - - - -

Jumlah 16 100 16 100 16 100

(13)

Sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus III ini, hasil klasifikasi akhir menunjukkan: Tindakan pertama telah tercapai 8 indikator atau 72,73% tergolong “sangat baik” dan 3 indikator atau 27,27% tergolong “baik”;

kemudian pada tindakan kedua: klasifikasi “sangat baik” menjadi 10 indikator atau 90,91% dan 1 indikator atau sebesar 9,09% tergolong “baik”, sedangkan tindakan ketiga: klasifikasi “sangat baik” menjadi 9 indikator atau 81,82% dan 2 indikator atau 18,18% tergolong “baik”. Selengkapnya dapat dilihat pada sajian tabel halaman berikut.

Tabel 15.

Klasifikasi Akhir Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III

Klasifikasi Tindakan Ke-1 Tindakan Ke-2 Tindakan Ke-3

Jlh. indikator

pengamatan Hasil

(%) Jlh. indikator

pengamatan Hasil

(%) Jlh. indikator

pengamatan Hasil (%)

Sangat baik 8 72,73 10 90,91 9 81,82

Baik 3 27,27 1 8,09 2 18,18

Cukup - - - -

Kurang - - - -

S. Kurang - - - -

4.1.4.2 Kebugaran Jasmani Siswa untuk Segi Kecepatan dan Kelincahan pada Siklus III

Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan dan kelincahan siswa pada siklus III ini dapat dijelaskan persentase ketuntasan masing-masing komponen sebagai berikut. Pada hasil tes komponen kecepatan diperoleh persentase ketuntasan, yakni: 21 siswa atau 91,30% dinyatakan tuntas dan 2 siswa atau 8,70% dinyatakan tidak tuntas; sedangkan skor rata-rata klasikal menjadi 4,39 tergolong “baik”.

Kemudian pada hasil komponen kelincahan, yakni 20 siswa atau 86,96%

dinyatakan tuntas dan 3 siswa atau 13,04% dinyatakan tidak tuntas; sedangkan

(14)

skor rata-rata klasikal meningkat menjadi 3,96 tergolong “baik”. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16.

Ketuntasan Hasil Kecepatan dan Kelincahan Siswa pada Siklus III

No Aspek yang dinilai Tuntas Tdk. Tuntas

Jlh. Siswa % Jlh. Siswa %

1 Kecepatan 21 91,30% 2 08,70%

2 Kelincahan 20 86,96% 3 13,04%

Jika digabungkan hasil kedua komponen di atas, dapat diperoleh klasifikasi akhir sebagai berikut: Pada klasifikasi “sangat baik” telah dicapai 13 siswa atau 56,52% dengan rata-rata skor 4,58. Pada klasifikasi “baik” dicapai 7 siswa atau 30,44% dengan rata-rata skor 4,00. Pada klasifikasi “cukup” dicapai 3 siswa atau 13,04% dengan rata-rata skor 2,88. Sedangkan rata-rata klasikal 4,17 tergolong klasifikasi “baik”. Dengan demikian, jika ditinjau dari segi ketuntasan indikator kinerja, maka yang mencapai kriteria tuntas mencapai 20 siswa atau 86,96% dan tidak tuntas 3 siswa atau 13,04%.

Tabel 17.

Klasifikasi Akhir Kebugaran Jasmani Siswa

(Gabungan Komponen Kecepatan dan Kelincahan) untuk Siklus III No Klasifikasi Jumlah

Siswa

Skor

rata-rata % Skor rata- rata klasikal

Ket.

1 Sangat Baik 13 4,58 56,52 Tuntas

2 Baik 7 4,00 30,44 4,04 Tuntas

3 Cukup 3 2,88 13,04 Tdk. Tuntas

4 Kurang 5 S. Kurang

Jumlah 23 100%

(15)

4.1.4.3 Refleksi

Mengingat hasil observasi kegiatan pembelajaran yang terlaksana secara optimal pada setiap tindakan dan kebugaran jasmani siswa yang telah mencapai indikator kinerja pada siklus III, maka pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhenti.

4.2 Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini berlangsung dalam tiga siklus di MTs. Nurul Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango pada siswa kelas VIIB. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan atau tindakan pembelajaran sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Adapun prosedurnya ialah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Tetapi pada pertemuan pertama dalam siklus, evaluasi hasil belajar dalam hal ini tingkat kebugaran jasmani siswa pada komponen kecepatan dan kelincahan belum dilakukan. Jadi, untuk efisiensi, maka dalam pembahasan ini penulis hanya akan memfokuskan pada deskripsi hasil observasi kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswa, dan refleksi. Berikut uraiannya.

Hasil observasi awal terkait dengan tingkat kebugaran jasmani khusus komponen kecepatan dan kelincahan pada siswa kelas VIIB MTs. Nurul Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango terlihat adanya kondisi yang belum baik.

Kesimpulan ini didasarkan pada gabungan skor rata-rata hasil tes kecepatan dan skor rata-rata hasil tes kelincahan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 23 siswa yang dites, hanya terdapat 6 siswa atau sebesar 26,09% yang termasuk pada klasifikasi “baik” dengan rata-rata skor 3,58; sedangkan siswa lainnya yakni 10

(16)

siswa atau 43,48% pada klasifikasi “cukup” dengan rata-rata skor 2,60 dan 7 siswa atau 30,43% pada klasifikasi “kurang” dengan rata-rata skor 1,86.

Dengan demikian, ketercapaian indikator kinerja adalah 6 siswa atau 26,09% dinyatakan tuntas dan 17 siswa atau 73,91% dinyatakan tidak tuntas.

Sedangkan skor rata-rata secara klasikal yang merupakan rata-rata dari rata-rata skor kecepatan dan rata-rata skor kelincahan adalah 2,63 tergolong klasifikasi

“cukup”.

Di sisi lain, pelaksanaan pembelajaran belum mencerminkan pembelajaran yang merangsang aktivitas siswa secara optimal. Hal ini ditunjukkan dengan suatu kondisi proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Artinya, pembelajaran tersebut belum terpusat pada siswa melainkan terpusat pada guru.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru belum dapat memberikan rangsangan positif terhadap aktivitas jasmani siswa dalam suatu proses belajar mengajar.

Dengan memperhatikan kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, penulis melaksanakan penelitian dengam mencoba menerapkan pendekatan bermain guna meningkatkan kebugaran jasmani khsus pada komponen kecepatan dan kelincahan siswa kelas VIIB MTs. Nurul Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. Pendekatan ini lebih berorientasi pada pembelajaran yang melibatkan permainan-permainan menyenangkan yang dapat merangsang motivasi dan aktivitas belajar siswa sehingga mampu menciptakan suatu kondisi kebugarana jasmani siswa yang lebih baik.

(17)

Ketika pendekatan bermain diterapkan dalam pembelajaran siklus I, tingkat kebugaran jasmani khusus komponen kecepatan dan kelincahan menujukkan adanya peningkatan dari sebelumnya. Hasil tes akhir jika ditinjau dari sisi ketercapaian standar ketuntasan minimal, terlihat 14 siswa atau sebesar 60,87% dengan skor rata-rata 4,04 yang dinyatakam tuntas, dan 9 siswa atau sebesar 39,13% dengan skor rata-rata 2,41 dinyatakan tidak tuntas; sedangkan rata-rata klasikal sebesar 3,33 tergolong pada klasifikasi “cukup”.

Hasil siklus I di atas jika dihubungkan dengan hasil observasi awal dapat dijelaskan perkembangan pencapaian kriteria ketuntasannya sebagai berikut:

terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan dari observasi awal ke siklus I sebanyak 8 siswa atau sebesar 34,78%; sedangkan rata-rata skor secara klasikal meningkat sebesar 0,7. Selengkapnya perkembangan jumlah siswa atau persentase ketuntasan dari observasi awal ke siklus I dapat dilihat pada sajian diagram berikut.

Gambar 1.

Diagram Peningkatan Jumlah Siswa, Persentase, dan Skor Rata-rata Klasikal Ketuntasan Hasil Belajar Siswa untuk Observasi Awal dan Siklus I

6

14 26.09

60.87

2.63 3.33

0 10 20 30 40 50 60 70

Obs. Awal Siklus I

Jlh. Siswa

Persentase

Skor rata-rata klasikal

(18)

Jika ditinjau dari rumusan indikator kinerja, hasil yang diperoleh pada siklus I belum memenuhi indikator kinerja. Hal ini dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang belum secara optimal dilaksanakan. Terlihat beberapa indikator yang belum terlaksana dengan lebih efektif dalam pembelajaran, baik berupa kegiatan guru maupun aktivitas belajar siswa. Berdasarkan refleksi yang dilakukan oleh peneliti bersama guru mitra, maka diputuskan untuk melanjutkan penelitian pada siklus II.

Selanjutnya pada hasil siklus II terkait tingkat kebugaran jasmani siswa diklasfikasi sebagai berikut: Pada klasifikasi “sangat baik” telah dicapai 6 siswa atau sebesar 26,09% dengan rata-rata skor 4,58. Pada klasifikasi “baik” dicapai 10 siswa atau sebesar 43,48% dengan rata-rata skor 3,85. Pada klasifikasi “cukup”

dicapai 6 siswa atau sebesar 26,09% dengan rata-rata skor 2,75 dan pada klasifikasi “kurang” sebanyak 1 siswa atau sebesar 4,34% dengan skor 2.

Sedangkan rata-rata klasikal sebesar 3,67 tergolong pada klasifikasi “baik”.

Dengan demikian, jika ditinjau dari segi ketuntasan indikator kinerja, maka yang mencapai kriteria tuntas pada siklus II ini adalah menjadi 16 siswa atau sebesar 69,57% dan yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa atau sebesar 30,43%.

Hasil tersebut di atas jika dihubungkan dengan hasil yang dicapai pada siklus I dapat dijelaskan peningkatannya sebagai berikut: terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan dari siklus I ke siklus II sebanyak 2 orang atau sebesar 8,70%; sedangkan skor rata-rata secara klasikal meningkat sebesar 0,34. Selengkapnya dapat dilihat pada diagram halaman berikut.

(19)

Gambar 2.

Diagram Peningkatan Jumlah Siswa, Persentase, dan Skor Rata-rata Klasikal Ketuntasan Hasil Belajar Siswa untuk Siklus I dan II

Hasil yang dicapai pada siklus II ini rupanya belum juga mencapai kriteria dalam indikator kinerja. Walaupun proses pembelajaran sudah terlihat lebih baik, namun tingkat kebugaran jasmani siswa pada komponen kecepatan dan kelincahan belum mencapai target yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti mengambil keputusan untuk melanjutkan tindakan pembelajaran pada siklus III.

Pada siklus III, tingkat kebugaran jasmani khusus komponen kecepatan dan kelincahan siswa kelas VIIB MTs. Nurul Bahri Kabila Bone dapat diklasifikasi sebegai berikut: Pada klasifikasi “sangat baik” telah dicapai 13 siswa atau sebesar 56,52% dengan rata-rata skor 4,58. Pada klasifikasi “baik” dicapai 7 siswa atau sebesar 30,44% dengan rata-rata skor 4,00. Pada klasifikasi “cukup”

dicapai 3 siswa atau sebesar 13,04% dengan rata-rata skor 2,88. Sedangkan rata- rata klasikal sebesar 4,17 tergolong pada klasifikasi “baik”.

Dengan demikian, jika ditinjau dari segi ketuntasan indikator kinerja, maka yang mencapai kriteria tuntas pada siklus III ini mencapai 20 siswa atau sebesar 86,96% dan tidak tuntas 3 siswa atau sebesar 13,04%.

14 16

60.87

69.57

3.33 3.67

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Siklus I Siklus II

Jlh. Siswa

Persentase

Skor rata-rata klasikal

(20)

Hasil siklus III ini jika dihubungkan dengan hasil yang dicapai pada siklus II dapat dijelaskan peningkatan ketuntasannya sebagai berikut: telah terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dari siklus II ke siklus III sebanyak 4 orang atau sebesar 17,39%; sedangkan skor rata-rata secara klasikal meningkat sebesar 0,50. Selanjutnya dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Gambar 3.

Diagram Peningkatan Jumlah Siswa, Persentase, dan Skor Rata-rata Klasikal Ketuntasan Hasil Belajar Siswa untuk Siklus II dan III

Berdasarkan uraian peningkatan-peningkatan tingkat kebugaran jasmani khusus komponen kecepatan dan kelincahan siswa kelas VIIB MTs. Nurul Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango pada setiap siklus, maka dapat dijelaskan pula peningkatan-peningkatannya dari observasi awal ke siklus I, dari observasi awal ke siklus II, dan dari observasi awal ke siklus III, yakni sebagai berikut.

Terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan dari observasi awal ke siklus I sebanyak 8 siswa atau sebesar 34,78% dengan peningkatan rata-rata skor secara klasikal sebesar 0,7. Selanjutnya, terjadi pula peningkatan sebesar jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan dari observasi awal ke siklus II sebesar 10 siswa atau sebesar 43,48% dengan

16 20

69.57

86.96

3.67 4.04

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus II Siklus III

Jlh. Siswa

Persentase

Skor rata-rata klasikal

(21)

peningkatan skor-rata-rata secara klasikal sebesar 1,04. Terakhir, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan dari observasi awal ke siklus III sebanyak 14 siswa atau sebesar 60,87 dengan peningkatan skor rata- rata secara klasikal sebesar 1,54. Lebih jelas dapat dilihat pada sajian tabel berikut.

Tabel 18. Peningkatan Jumlah Siswa atau Persentase Ketuntasan dari Observasi Awal ke setiap Siklus

Jlh.

Siswa

Obs.

Awal Siklus I Pening-

katan Siklus II Pening-

katan Siklus III Pening- katan 23 6 siswa

(26,09%)

14 siswa (60,87%)

8 siswa (34,78%)

16 siswa (69,57%)

10 siswa (43,48%)

20 siswa (86,96%)

14 siswa (60,87%)

Keterangan:

Di samping tingkat kebugaran siswa yang mengalami peningkatan, proses pembelajaran pun turut berkembang dengan lebih efektif pada setiap siklus terutama pada setiap tindakan siklus III. Pada siklus I terlihat masih ada beberapa indikator yang belum menjukkan pelaksanaannya secara baik. Tetapi dengan segala perbaikan, maka pada siklus II mengalami perkembangan yag signifikan.

Demikian juga pada pelaksanaan pembelajaran di siklus III.

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan di atas, jelaslah bahwa dengan pendekatan bermain akan dapat meningkatkan tingkat atau derajat kebugaran jasmani siswa kelas VIIB MTs. Nurul Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango khususnya pada komponen kecepatan dan kelincahan. Dengan demikian, maka hipotesis yang berbunyi “Jika guru menggunakan pendekatan bermain dalam pembelajaran, maka tingkat kebugaran jasmani khusus komponen

Peningkatan = Hasil Siklus – Hasil Observasi Awal

(22)

kecepatan dan kelincahan pada siswa kelas VIIB MTs. Nurul Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango akan meningkat” diterima. Dan indikator kinerja yang berbunyi “Jika kebugaran jasmani siswa kelas VIIB MTs. Nurul Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango meningkat dari 26,09% menjadi 85% ke atas yang tergolong „baik‟, maka penelitian ini dinyatakan selesai”, terpenuhi.

(23)

Gambar

Tabel  18.  Peningkatan  Jumlah  Siswa  atau  Persentase  Ketuntasan  dari  Observasi  Awal ke setiap Siklus

Referensi

Dokumen terkait

Menghasilan karya ilmiah berjudul ”Pengembangan Tes Formatif untuk mata Kuliah Akuntansi Manajemen Jurusan Pendidikan Akuntansi FIS UNYdimuat dalam jurnal Pendidikan Akuntansi

Saat ini perseroan telah memiliki 12 kontrak senilai US$5,3 miliar atau 7,7 kali lipat dari peroleh perseroan pada tahun 2008 sebesar US$486

Sudah dua hari ia mencoba menuntaskan bacaannya itu yang tebalnya lebih dari 500 halaman, serta keterbatasan waktu yang menyita hari- harinya, Harum berusaha

1) Sarung tangan, untuk mencegah perpindahan mikroorganisme yang terdapat pada tangan petugas kesehata pada pasien, dan mencegah kontak antara tangan petugas dengan

Teknik aplikasi BAP melalui penyiraman tiga kali dan NPK 400 kg/ha dengan delapan kali aplikasi (a 1 b 2 ) menghasilkan bobot biji bernas per umbel maupun per tanaman

Buy on Weakness : Harga berpotensi menguat namun diperkirakan akan terkoreksi untuk sementara Trading Buy : Harga diperkirakan bergerak fluktuatif dengan

menurut ketentuan Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, harus membukukan selisih antara nilai Harta dikurangi dengan nilai Harta bersih yang telah

Melalui pemahaman tentang Ketahanan Nasional yang berkelanjutan dalam konteks kemajemukan bangsa Indonesia diharapkan setiap komponen bangsa memiliki wawasan