• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR AKUNTANSI TERKAIT TAX AMNESTY DAN ISSUE-ISSUE TERKAIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STANDAR AKUNTANSI TERKAIT TAX AMNESTY DAN ISSUE-ISSUE TERKAIT"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

STANDAR AKUNTANSI

TERKAIT TAX AMNESTY DAN

ISSUE-ISSUE TERKAIT

1

(2)

Agenda Hari Ini

 Review UU No 11 tahun 2016  PSAK 70

 Issue-issue Penerapan PSAK 70

2

(3)

UU Pajak No 11/2016: Tax Amnesty

adalah….

 Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang

seharusnya terutang,

 tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi

pidana di bidang perpajakan,

 dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang

Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini

 Uang Tebusan adalah sejumlah uang yang dibayarkan

ke kas negara untuk mendapatkan Pengampunan Pajak.

(4)

UU Pajak No 11/2016: Tujuan

 a. mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi

melalui pengalihan Harta, yang antara lain akan

berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi;

 b. mendorong reformasi perpajakan menuju sistem

perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan

terintegrasi; dan

 c. meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan

digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

4

(5)

Tarif Tebusan 1: Harta dibawa ke DN

• 3 bulan pertama sejak UU disahkan • Sampai 30 Sept 2016

2%

• October sampai Desember 2016

3%

• Januari 2017 sampai Maret 2017

5%

5

(6)

Tarif tebusan 2 : Harta masih di LN

• 3 bulan pertama sejak UU disahkan • Sampai 30 Sept 2016

4%

• October sampai Desember 2016

6%

• Januari 2017 sampai Maret 2017

10%

6

(7)

Tarif Tebusan 3 : UKM

• Untuk total

harta

dilaporkan

IDR 10 Milyar

0.5%

• Nilai harta

lebih dari IDR

10 Milyar

2%

(8)

Harta yang diungkapkan

 a. nilai Harta yang telah dilaporkan dalam SPT PPh

Terakhir; dan

 b. nilai Harta tambahan yang belum atau belum

seluruhnya dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir.

 Yang mendapatkan pengampunan bukan hanya

harta tambahan tapi semua harta yang diungkapkan.

8

(9)

Harta yang diungkapkan: Pengukuran

 Nilai Harta tambahan yang belum atau belum

seluruhnya dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat

 (1) huruf b ditentukan dalam mata uang Rupiah

berdasarkan nilai nominal untuk Harta berupa kas

 atau nilai wajar untuk Harta selain kas pada akhir

Tahun Pajak Terakhir.

Tidak dijelaskan dalam UU yang dimaksud nilai wajar apakah sesuai dengan PSAK 68.

(10)

Utang yang terkait langsung dengan

harta

 Hanya untuk keperluan menghitung uang tebusan!  Utang yang terkait langsung dengan harta dapat

menjadi pengurang

 75% wajib pajak badan  50% wajib pajak pribadi

10

(11)

Surat Pernyataan

 Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri

menerbitkan Surat Keterangan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima Surat Pernyataan beserta

lampirannya dan mengirimkan Surat Keterangan kepada Wajib Pajak.

 Dalam hal jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri belum

menerbitkan Surat Keterangan, Surat Pernyataan dianggap diterima sebagai Surat Keterangan.

(12)

Fasilitas utk peserta tax amnesty

 penghapusan pajak terutang yang belum diterbitkan ketetapan pajak, tidak

dikenai sanksi administrasi perpajakan, dan tidak dikenai sanksi pidana di bidang perpajakan, untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir;

 penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, atau denda,

untuk kewajiban perpajakan

 tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan

penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, atas kewajiban perpajakan

 penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan

penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan atas kewajiban perpajakan, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir,

12

(13)

Perlakuan Perpajakan. Pasal 14

 Bagi Wajib Pajak yang diwajibkan menyelenggarakan pembukuan

menurut ketentuan Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, harus membukukan selisih antara nilai Harta dikurangi dengan nilai Harta bersih yang telah dilaporkan sebagai tambahan atas saldo laba ditahan dalam neraca.

 Harta tambahan yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat huruf b yang berupa aktiva tidak berwujud, tidak dapat diamortisasi untuk tujuan

perpajakan.

 Harta tambahan yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat huruf b yang berupa aktiva berwujud, tidak dapat disusutkan untuk tujuan perpajakan.

(14)

PSAK 70: ASET DAN LIABILITAS

PENGAMPUNAN PAJAK

14

(15)

Latar Belakang

 Untuk mendukung program Pemerintah melalui

peningkatan penerimaan pajak

 18 Agustus 2016 DSAK IAI telah mengeluarkan ED

PSAK 70 untuk memberikan pengaturan perlakuan akuntansi atas aset dan liabilitas pengampunan

pajak.

 Disahkan 14 September 2016

(16)

Tujuan PSAK 70

Tujuan

• Mengatur perlakukan

akuntansi untuk Aset dan

Liabilitas Pengampunan pajak

sesuai UU Pengampunan

Pajak No 11/2016

16

(17)

Ruang Lingkup

 Entitas menerapkan PSAK 70 jika entitas mengakui

aset dan liabilitas dalam laporan keuangannya

 PSAK 70 dapat digunakan juga untuk entitas yang

menggunakan SAK ETAP

Bila entitas ikut Tax Amnesty tapi tidak mau

mencatatakan aset dan liabilitasnya dalam laporan keuangan, apakah harus tetap menerapkan PSAK 70?

(18)

Kebijakan Akuntansi

 OPSI Satu

 Pengakuan, pengukuran dan penyajian aset dan

liabilitas pajak mengikuti SAK yang ada.

 Opsi Dua

 Pengakuan, pengukuran dan penyajian aset dan

liabilitas pajak mengikuti aturan khusus yang ada dalam PSAK 70

18

(19)

Pengakuan

 Aset dan liabilibitas pengampunan pajak diakui

jika disyaratkan oleh SAK. Entitas tidak mengakui suatu item sebagai aset dan liabilitas jika SAK

tidak memperkenankan pengukuran item tersebut.

(20)

Contoh kasus Pengakuan 1

 Sebuah wajib pajak badan ikut serta dalam

program Tax Amnesty dan satu satunya harta yang dilaporkan adalah merek dagang (brand) yang

selama ini dikembangkan sendiri oleh entitas.

Perusahaan tidak pernah membeli merek dagang dari pihak lain.

 Berdasarkan ketetapan pajak, harta ini dapat

diakui

 Bagaimana berdasarkan SAK?

20

(21)

Contoh Kasus Pengakuan 2

 Entitas memiliki suatu akun bank yang selama ini

belum dilaporkan dalam SPT. Akun bank tersebut memiliki saldo IDR 10 M. Akun bank ini dilaporkan sebagai harta tambahan dalam program

pengampunan pajak. Ternyata akun tersebut

merupakan akun sementara, di mana uang yang berada di dalam akun tersebut akan disalurkan kembali ke SBU atau entitas lain.

 Berdasarkan SAK, apakah akun ini harta atau

liabilitas?

(22)

Pengakuan Uang Tebusan

 Baik opsi satu dan opsi dua mengakui uang tebusan

sebagai beban operasional

 Uang tebusan tidak bisa digunakan untuk

mengurangi aset pengampunan pajak

 Uang tebusan tidak bisa dianggap sebagai

pembayaran pajak (beban pajak/tax expense)

22

(23)

Akuntansi OPSI SATU

(24)

OPSI Satu : Dianggap Kesalahan

 Dalam Opsi satu, harta tambahan karena TA

dianggap sebagai kesalahan, sehingga entitas

menerapkan SAK yang relevan, termasuk PSAK 25.

 Contoh: Sebuah WP Badan ikut program TA dan

melaporkan satu buah gedung yang selama ini

belum dilaporkan. Gedung tersebut dibeli 5 tahun yang lalu dengan harga IDR 10 milyar dengan

depresiasi 20 tahun.

24

(25)

Perlakuan Pencatatan Sesuai Opsi

Satu

 Kelalaian mencantumkan gedung dalam laporan

keuangan dianggap sebagai error.

 Entitas memasukkan gedung tersebut sesuai dengan

harga perolehannya secara retrospektif (seakan-akan gedung tersebut sudah dimiliki sejak 5 tahun lalu)

 Dampak depresiasi selama 5 tahun diakui dalam saldo

laba (Retained Earnings). Per tahun 500 juta sehingga dalam 5 tahun total depresiasi adalah Rp. 2.5M

 Entitas menyajikan ulang Neraca 3 kolom. Akhir

periode pelaporan, perode komparatif, dan awal periode komparatif. (lihat PSAK 25 dan PSAK 1)

(26)

Pengukuran Selanjutnya dan Penyajian

 Mengikuti SAK yang berlaku.

 Misalnya : Bila aset tetap berarti harus disusutkan

sesuai dengan SAK yg berlaku.

 Penyajian disajikan sama dengan aset aset lain

dalam golongan yang sama.

26

(27)

Pertanyaan2 Seputar Opsi Satu

 Apakah menggunakan jumlah yang ada di Surat

Keterangan? Ketika mengakui pertama kali?

 Bagaimana penyajian dalam laporan keuangan?

Apakah perlu dipisahkan seperti opsi dua?

(28)

Akuntansi Opsi Dua

28

(29)

Opsi Dua: Dianggap Sebagai

Tambahan Modal Disetor

 Bila Entitas memilih Opsi Dua maka tambahan harta

akibat tax amnesty dianggap sebagai tambahan modal disetor.

 Dianggap sebagai transaksi ekuitas

 Sehingga selisih antara aset pengampunan pajak

dan liabilitas pengampunan pajak diakui pada ekuitas dalam pos tambahan modal disetor.

 Tidak bisa diakui sebagai laba rugi direalisasi

ataupun di reklasifikasi ke saldo laba. Sampai kapan?....

(30)

Opsi Dua : Pengakuan Awal

 Berapapun nilai yang tertera dalam SKPP (Surat

Keterangan Pengampunan Pajak) diakui sebagai harga perolehan (Deemed Cost)

 Namun mengingat bahwa tidak ada persyaratan nilai

wajar sesuai dgn SAK dalam surat pernyataan harta, maka ada kemungkinan entitas berusaha mengecilkan nilai wajar harta untuk mengecilkan uang tebusan

 Oleh sebab itu penyajian aset TA pada opsi dua

dipisahkan dengan aset lainnya karena pengukuran awal yang belum tentu sesuai dengan SAK

30

(31)

Penyesuaian Provisi

 Entitas mungkin saja sedang memiliki sengketa

pajak dan memiliki provisi atau aset pajak tangguhan.

 Bila WP ikut program tax amnesty, maka semua

pemeriksaan dan penyidikan pajak dihentikan

 Entitas tidak memiliki dasar untuk tetap

mengharapkan manfaat ekonomi dari aset tersebut sehingga dilakukan penyesuaian

 Diakui dalam laba rugi pada periode surat

keterangan

(32)

Pengukuran setelah pengakuan

 Opsi dua mensyaratkan pengukuran selanjutnya

mengikuti SAK yang relevan.

 Aset tetap disusutkan dan bisa mengalami

penurunan nilai (PSAK 16 dan PSAK 48)

 Apabila entitas ingin menilai aset dan liabilitas

sesuai dengan nilai wajar (PSAK 68), selisihnya

masuk ke tambahan modal disetor, tidak dilarang. Silahkan.

 Nilai hasil pengukuran kembali menjadi deemed cost

baru.

32

(33)

Pengukuran setelah Pengakuan

 Bila TA mengakibatkan munculnya pengendalian

baru. Muncul investee baru.

 Entitas mengukur kembali dan menerapkan PSAK

65 Laporan Keuangan Konsolidasian

 Periode Pengukuran kembali bisa sampai dengan

31 Desember 2017

 Jika investee merupakan entitas sepengendali

maka entitas menerapkan ketentuan dalam PSAK 38.

(34)

Penghentian Pengakuan

Sesuai dengan SAK

yang relevan

34

(35)

Penyajian Opsi 2

Disajikan terpisah

• Aset dan liabilitas pengampunan pajak disajikan terpisah dari aset dan liabilitas lainnya.

• Mirip dengan “Aset yang tersedia untuk dijual”

Boleh disajikan terpisah di golongan jangka pendek atau jangka panjang

• Bila gak jelas, maka disajikan one line item di dalam golongan jangka panjang

Tidak boleh saling hapus antara aset dan liabilitas

(36)

Ilustrasi Penyajian

Laporan Posisi Keuangan Aset Lancar

Kas dan setara kas Inventory

Aset Pengampunan Pajak Aset Tidak Lancar

Bangunan Tanah

Aset Pengampunan Pajak

36

(37)

Apakah Selamanya harus disajikan

terpisah?

 Tidak perlu selamanya

 Bila entitas ingin mereklasifikasi aset pengampunan

pajak, bisa dilakukan dengan syarat

 Entitas mengukur kembali aset dan liabilitas

pengampunan pajak sesuai dengan SAK (bukan

sesuai dengan SKPP). Sesuai dengan paragraf 16

 Ingat alasan dipisahkan karena pengakuan

awalnya tidak sesuai dengan SAK melainkan sesuai dengan SKPP.

(38)

Pengungkapan

 Yang wajib diungkapkan:

 Tanggal SKPP

 Jumlah yang diakui sebagai aset pengampunan pajak

sesuai dengan SKPP serta jumlah liabilitas pengampunan pajak

 Mengungkapkan hal hal lain yang dirasakan

penting agar menghasilkan informasi yang relevan dan andal

38

(39)

Ketentuan Transisi

Opsi Satu

• Retrospektif sesuai dengan PSAK

25

Opsi Dua

• Prospektif

(40)

Issue Issue Penting

 Mengapa SAK 70 tidak mengikuti UU Perpajakan

yang mengijinkan selisih nilai masuk ke saldo laba?

 Mengapa SAK 70 tidak mengikuti UU perpajakan

yang mengijinkan aset tetap tidak didepresiasikan?

 Mengapa uang tebusan dianggap sebagai beban?

Bukan masuk dalam harga perolehan aset?

 Mengapa provisi dan aset pajak tangguhan tidak

bisa dibuang ke saldo laba? Mengapa harus diakui di laba rugi?

40

(41)

Issue Issue Penting : Cut Off date

 Wajib Pajak menyerahkan surat pernyataan harta

untuk ikut TA pada tanggal 30 Desember 2016 dan membayar uang tebusan pada tanggal

tersebut. SKPP baru diterima 10 hari kemudian tanggal 10 Januari.

 Kapan uang tebusan diakui dalam laporan laba

rugi?

 Kapan aset dan liabilitas pajak diakui?

 Apakah terbitnya SKPP adalah adjusting events

setelah tanggal neraca?

(42)

Koreksi Editorial PSAK 70

Ersa Tri Wahyuni Maret 2017

42

 DSAK melakukan koreksi editorial PSAK 70 karena dirasakan

membingungkan pembaca. Koreksi editorial PSAK 70 Sebagai berikut:

Paragraf 13 Entitas mengakui uang tebusan yang dibayarkan dalam

laba rugi pada periode Surat Keterangan Surat Pernyataan Harta disampaikan.

Paragraf 14 Entitas melakukan penyesuaian atas saldo klaim, aset

pajak tangguhan, dan provisi dalam laba rugi pada periode Surat Keterangan Surat Pernyataan Harta disampaikan sesuai UU

Pengampunan Pajak sebagai akibat hilangnya hak yang telah diakui sebagai klaim atas kelebihan pembayaran pajak, aset pajak

tangguhan atas akumulasi rugi pajak belum dikompensasi, dan provisi pajak sebelum menerapkan Pernyataan ini.

(43)

Email: ersawahyuni@gmail.com

Twitter : @ersatriwahyuni

Thank You

Referensi

Dokumen terkait

Kehidupan yang susah (gambaran yang menunjukkan keluarga yang susah seperti ibu yang sakit akan diterima) / tidak berbapa / membiayai perbelanjaan ubat ibu mereka. Q21

Pergulatan kalam dan falsafah hingga kini, masih saja berlangsung karena nalar kalam klasik (al-aql al-mukawwan), atau nalar dominan, masih mendominasi bagi

Ekor virus terdiri dari serabut ekor dan lempeng dasar. Ekor ini berfungsi untuk menempel pada inang. Berikut ini merupakan struktur virus selain bakteriofag yang telah

Seringkali, kolesteatoma menyebabkan risiko lebih besar untuk sisa pendengaran daripada pembedahan itu sendiri, dan, lebih sering daripada tidak,

perspektif gender, maka abdi dalem dengan jenis kelamin wanita, khususnya yang sudah berumah-tangga, berarti telah keluar dari sektor domestik dan ikut masuk ke dalam sektor

Pergantian muatan High Speed Diesel (HSD) ke Pertamax adalah flushing dasar tangki menggunakan air laut atau air ballast, drain dengan baik, dan selanjutnya

1. Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik. Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan kebutuhan

Pedesain animasi di computer yang lebih umum disebut dengan animator, hanya perlu menganimasikan objek antar keyframe tidak perlu lagi membuat animasi frame demi frame