KEMANDIRIAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING BANGSA MELALUI KEDAULATAN PANGAN SAING BANGSA MELALUI KEDAULATAN PANGAN FEEDING THE NATION: CHALLENGES & SOLUTIONS
BOGOR, 22 OKTOBER 2016
DISAMPAIKAN PADA PROGRAM “AYO INDONESIA” RAPPLER DAN SB‐IPB
Outline:
1. Prinsip Kemandirian Ekonomi
2. Kemandirian Ekonomi dalam Nawa Cita 3. Kebijakan Untuk Kedaulatan Pangan
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
j g
26/10/2016 2
Prinsip dari Kemandirian Ekonomi
Membangun ekonomi nasional secara mandiri yang bebas dari
1
Kemandirian Ekonomi:
Membangun ekonomi nasional secara mandiri yang bebas dari ketergantungan pada ekonomi negara lain, tetapi didasarkan pada kekuatan sumber daya domestik.
Membangun ekonomi yang berorientasi pada kemakmuran rakyat.
1 2
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
Menentang dominasi ekonomi asing dan penjajahan, tetapi tidak mengesampingkan kerja sama ekonomi internasional.
3
Sumber: Columbia Law School (2016)
3k
Kemandirian Ekonomi merupakan solusi permasalahan yang dihadapi Indonesia
Solusi untuk:
Kemiskinan
Kesenjangan Ekonomi dan Sosial Pengangguran
1 2 3
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
Pengangguran Stabilitas Ekonomi
3 4
4
Kemiskinan
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
• Angka kemiskinan di perdesaan masih tinggi.
• Yang menjadi fokus adalah kemiskinan di perdesaan. Dalam konsep kemandirian ekonomi, petani sebagai entitas dominan di perdesaan didorong menjadi subjek dari pembangunan.
Sumber: BPS (2016), diolah
5
Kesenjangan Ekonomi dan Sosial (1)
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
• Sejak tahun 2011, Gini Ratio (indicator kesenjangan ekonomi) belum mengalami perbaikan.
• Pembangunan infrastruktur (peningkatan konektivitas) sebagai upaya imperatif dalam meningkatkan produktivitas (Harvard Kennedy School, 2013).
Keterangan: * nilai Gini Ratio yang semakin besar berarti kesenjangan ekonomi yang semakin besar.
Sumber: BPS (2016), diolah
6
Kesenjangan Ekonomi dan Sosial (2)
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
• IPM terendah ada di wilayah timur Indonesia.
• Paradoks dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki.
Keterangan: * nilai IPM yang semakin besar berarti aksesibilitas terhadap kesehatan dan pendidikan lebih baik.
Sumber: BPS (2016), diolah
7
Outline:
1. Prinsip Kemandirian Ekonomi
2. Kemandirian Ekonomi dalam Nawa Cita 3. Kebijakan Untuk Kedaulatan Pangan
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
j g
26/10/2016 8
Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Sebagai Amanat Nawa Cita
3 Sektor Strategis:
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
3 Sektor Strategis:
1. Pangan 2. Energi 3. Keuangan
9
Kedaulatan Bagi Kemandirian Ekonomi
Dalam Nawa Cita, Kemandirian Ekonomi akan diwujudkan melalui:
Kedaulatan di Sektor Pangan Kedaulatan di Sektor Energi 1
2
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
Kedaulatan di Sektor Keuangan
3
Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal (www.bulog.co.id, 2016).
10
Urgensi Kedaulatan Pangan:
Hampir 50% pengeluaran masyarakat diperuntukan untuk konsumsi pangan
• Di perdesaan, kerentanan akibat gejolak pasar pangan lebih besar dibanding perkotaan.
• Pangsa pengeluaran pangan di perdesaan sebesar 55,63%, lebih tinggi Pangsa pengeluaran pangan di perdesaan sebesar 55,63%, lebih tinggi dibanding perkotaan yang mencapai 42,55%.
No Jenis Pengeluaran Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
1 Pangan 42,55% 55,63% 47,47%
2 Non‐Pangan 57,45% 44,37% 52,53%
Tabel Pangsa Pengeluaran Masyarakat (2015)
Sumber: Susenas BPS (2015), diolah
• Perdesaan identik dengan banyaknya penduduk yang bermata perncaharian petani.
• Petani sebagai produsen pangan, pada waktu tertentu juga sebagai net‐
consumer. Hal itu menyebabkan gejolak pangan akan berdampak negatif kepada petani dan perdesaan.
11
Tantangan dalam mewujudkan Kedaulatan Pangan
Skala Usaha yang belum efisien
Tantangan
1 Skala Usaha yang belum efisien
Arable land yang semakin menurun
Kesejahteraan Petani yang belum stabil
1 2 3
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
Kesejahteraan Petani yang belum stabil
3
12
Skala usaha tani Indonesia masih kecil (dilihat dari kepemilikan lahan)
Rumah tangga dengan penguasaan lahan di bawah 0,5 ha mendominasi profil penguasaan lahan pertanian. Hal ini akan berdampak pada efisiensi usaha tani.
Rumah tangga dengan penguasaan lahan di bawah 0,5 ha mendominasi profil penguasaan lahan pertanian. Hal ini akan berdampak pada efisiensi usaha tani.
Keterangan: ST2013 = Sensus Pertanian 2003; ST2013 = Sensus Pertanian 2013 Sumber: BPS (2014)
13
Arable Land per kapita (hektar per kapita) diperkirkan akan semakin menurun
Berkurangnya lahan budidaya terjadi disemua negara.
ha / per s on
Sumber: FAO (2012)
14
Tingkat kesejahteraan petani masih perlu ditingkatkan dan harus terjaga
Nilai Tukar Petani (NTP) masih berfluktuasi. Pada waktu tertentu, petani mendapatkan pendapatan yang layak (mampu menutupi biaya hidup), tetapi pada waktu tertentu masih mengkhawatirkan (seperti yang terjadi pada tahun 2009).
100,16 99 86
101,77 104,58
105,24
104,92
102,03
101,28 101,56
100,00 101,00 102,00 103,00 104,00 105,00 106,00
Keterangan: NTP merupakan indikator proxy kesejahteraan petani. NTP > 100 berarti pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya.
Sumber: BPS (2016), diolah
99,8697,00 98,00 99,00 ,
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ags 2015 Ags 2016
Outline:
1. Prinsip Kemandirian Ekonomi
2. Kemandirian Ekonomi dalam Nawa Cita 3. Kebijakan Untuk Kedaulatan Pangan
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
j g
26/10/2016
Upaya Menjaga Kesinambungan Ketersediaan dan Produksi Pertanian Nasional
Dalam rangka menjaga gairah petani untuk tetap menanam/berproduksi, menjaga ketersediaaan dan meningkatkan
k j h i i h l k
kesejahteraan petani, pemerintah mengeluarkan kebijakan, diantaranya:
• Perpres No. 71 Tahun 2015 Tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Pokok dan Barang Penting;
• Perpres No. 48 Tahun 2016 Tentang Penugasan Kepada Perusahaan Umum (Perum) Bulog Dalam Rangka Ketahanan ( ) g g Pangan Nasional;
• Permendag No. 63/M‐DAG/PER/9/2016 Tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani Dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
17
P ERATURAN P RESIDEN N O . 71 T AHUN 2015 T ENTANG P ENTAPAN DAN P ENYIMPANAN B ARANG K EBUTUHAN P OKOK DAN B ARANG P ENTING
Tujuan: (1) Jumlah Memadai, (2) Mutu Baik, dan (3) Harga Terjangkau
Pengaturan 1:
Kriteria Penentuan dan Jenis
Bapokting Kriteria Penentuan Barang Penting:
1. Sifat strategis dalam pembangunan
Perubahan jenis diusulkan
Mendag (berkoordinasi dgn Kementerian
lain) dan disahkan melalui
Perubahan UU PERDAGANGAN
Pasal 25:
Pemerintah mengendalikan ketersediaan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting dengan jumlah yang memadai mutu yang baik dan
LANDASAN HUKUM
Jenis Barang Kebutuhan Pokok: (1) Beras, (2) Kedelai bahan baku Tahu/Tempe; (3) cabe, (4) bawang merah, (5) gula, (6) minyak goreng, (7) tepung Terigu, (8) daging sapi, (9) daging ayam ras, (10) telur ayam ras, (11) ikan segar (bandeng, kembung, tongkol/tuna/cakalang)
Jenis Barang Penting: (1) Benih (padi, jagung, kedelai), (2) pupuk, (3) gas Kriteria Penentuan Barang
Kebutuhan Pokok:
1. Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga Tinggi, 2. Pengaruh terhadap infflasi 3. Memiliki kandungan gizi
nasional
2. Mendukung program pemerintah 3. Disparitas harga antardaerah tinggi
Perpres
Pengaturan 2:
Kewenangan Menteri Perdagangan
Kondisi Normal
Mendag Menetapkan 1.Harga Acuan 2.Harga Pembelian
Pemerintah utk Sebagian/Seluruh Harga
Parameter Kondisi Tertentu:
1.Menggangu Kegiatan Perdagangan Nasional
Mendag Menetapkan Kebijakan:
1. Harga Khusus Menjelang/Saat/Setelah Hari Besar Keagamaan atau saat gejolak harga
2. Harga eceran tertinggi dalam rangka operasi pasar
3. Harga subsidi
Mendag Mengelola Stok dan Logistik, melalui:
1 Optimalisasi Perdag Antar Pulau memadai, mutu yang baik dan
harga yang terjangkau.
Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting ditetapkan dengan Peraturan Presiden
UU PANGAN Pasal 51:
Pemerintah berkewajiban mengatur perdagangan pangan dengan tujuan untuk stabilisasi pasokan dan harga
Kondisi Tertentu
LPG 3kg, (4) triplek, (5) semen , (6) besi baja konstruksi, (7) baja ringan
2.Gangguan Pasokan 3.Kondisi harga berada
di atas/ di bawah harga acuan
1. Optimalisasi Perdag. Antar Pulau 2. Pengawasan stok di gudang /pelabuhan 3. Penyediaan/Optimalisasi Sarana
Distribusi
4. Koordinasi dgn Penyedia Moda Transportasi
5. Koordinasi penyediaan stok pemerintah
Mendag Mengelola Ekspor‐Impor:
1. Ekspor (jika stok DN cukup min. 6 bulan) 2. Impor (jika DN kekurangan pasokan yg
berakibat gejolak harga) Pengaturan 3:
Kebijakan Penyimpanan
Wajib Daftar bagi Pelaku Usaha Pendistribusian Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting
Larangan Penimbunan Bapokting melebihi stok berjalan max. 3 bulan) (berdasarkan data penjualan perbulan di kondisi normal) kecuali utk bahan baku/penolong proses
produksi pangan terutama pangan
pokok, manajemen cadangan pangan serta penciptaan iklim usaha pangan yang sehat.
Pasal 52:
Dalam hal perdagangan pangan, pemerintah menetapkan mekanisme, tata cara, dan jumlah maksimal penyimpanan pangan pokok oleh pelaku usaha pangan
Menteri dibantu Tim Ketersediaan dan Stabilisasi Harga
18PERATURAN PRESIDEN NO. 48 TAHUN 2016
TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUM BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL
UU PERDAGANGAN Pasal 25:
Pemerintah mengendalikan ketersediaan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting dengan jumlah yang memadai, mutu yang baik dan harga yang terjangkau.
Barang Kebutuhan Pokok
LANDASAN
HUKUM
TUJUAN: MENJAGA KETERSEDIAAN PANGAN
DAN STABILISASI HARGA PANGAN PADA TINGKAT KONSUMEN DAN PRODUSEN TUJUAN: MENJAGA KETERSEDIAAN PANGAN
DAN STABILISASI HARGA PANGAN PADA TINGKAT KONSUMEN DAN PRODUSEN
KOMODITI:1. RAJALE (Beras, Jagung, Kedele) Æ Hanya PERUM BULOG
2. PANGAN LAINNYA (Gula, minyak goreng, tepung terigu, bawang merah, cabe, daging sapi, daging ayam, telur) Æ PERUM BULOG dan BUMN Lainnya (atas persetujuan Menteri BUMN dan Keputusan RAKOR)
KOMODITI:
1. RAJALE (Beras, Jagung, Kedele) Æ Hanya PERUM BULOG
2. PANGAN LAINNYA (Gula, minyak goreng, tepung terigu, bawang merah, cabe, daging sapi, daging ayam, telur) Æ PERUM BULOG dan BUMN Lainnya (atas persetujuan Menteri BUMN dan Keputusan RAKOR)
KEWENANGAN MENTERI PERDAGANGAN:
1. Menugaskan Perum BULOG dan BUMN Lainnya.
Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting ditetapkan dengan Peraturan Presiden
UU PANGAN Pasal 51:
Pemerintah berkewajiban mengatur perdagangan pangan dengan tujuan untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan terutama pangan pokok, manajemen cadangan pangan serta penciptaan iklim usaha pangan yang sehat.
Pasal 52:
PENGAMANAN HARGA
Penetapan Harga
A t HPP di
PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI
Pengadaan Pangan Terutama Dari Dalam
PENGELOLAAN CADANGAN
PANGAN Pengelolaan CBP IMPOR
Impor dilakukan apabila ketersediaan dalam negeri tidak mencukupi untuk 2. Menetapkan HPP dalam rangka pelaksanaan pengelolaan CPP.
3. Menetapkan jumlah dan waktu pelaksanaan pengadaan Pangan dari luar negeri.
4. Mengatur ketentuan pelaksanaan pengadaan Pangan dan tata niaga impor pangan.
5. Menetapkan penyaluran Pangan oleh Perum BULOG untuk kebutuhan lainnya.
6. Mengusulkan alokasi anggaran kepada Menteri Keuangan untuk mengalokasikan anggaran untuk pembayaran kompensasi dan margin penugasan kepada Perum BULOG.
7. Melakukan pembayaran kompensasi dan margin kepada Perum BULOG.
Tugas Perum BULOG
Dalam hal perdagangan pangan, pemerintah menetapkan mekanisme, tata cara, dan jumlah maksimal penyimpanan pangan pokok oleh pelaku usaha pangan
UU BUMN Pasal 66 Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN.
Acuan atau HPP di Tingkat Produsen
Fleksibilitas Harga, apabila Harga Pasar > HPP
HET untuk OP di Konsumen
Terutama Dari Dalam Negeri
Penyaluran untuk Masyarakat (Rastra)
Penyaluran kepada Industri TT, Pakan Ternak dll.
Pengelolaan CBP Untuk Kondisi Darurat dan Operasi Pasar tidak mencukupi untuk
(1) pemenuhan stok;
(2) stabilisasi harga dalam negeri; dan (3) penugasan Pemerintah
lainnya
PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS
PANGAN
PENGEMBANGAN PERGUDANGAN
ANGGARAN / PEMBIAYAAN
(1) APBN (untuk beras) (2) Dana Bulog (3) Kredit Pinjaman (4) Pendanaan Lainnya Kompensasi dan Margin penugasan (Diaudit oleh BPK) 19
PERMENDAG NO. 63/M‐DAG/PER/9/2016 TENTANG PENETAPAN HARGA ACUAN PEMBELIAN DI PETANI DAN HARGA ACUAN PENJUALAN DI KONSUMEN
Permendag No.
63 Tahun 2016 Pasal 2 Perum BULOG
dalam melakukan
Harga Acuan Pembelian di Petani adalah harga pembelian di tingkat petani yang ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan struktur biaya yang wajar mencakup antara lain biaya produksi, biaya distribusi, keuntungan, dan/ atau biaya lain.
Harga Acuan Penjualan di Konsumen
melakukan pembelian dan
penjualan beras, jagung, d
an kedelai mengacu pada
Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di
g j
adalah harga penjualan di tingkat konsumen yang ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan struktur biaya yang wajar mencakup antara lain biaya produksi, biaya distribusi, keuntungan, dan/ atau biaya lain.
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia
Konsumen yang ditetapkan oleh
Menteri.
Keterangan: *) Harga penjualan di industri pengguna (sebagai pakan ternak) masing-masing Rp 3.650/kg (curah) dan Rp 3.750/kg (kemasan);
**) Harga penjualan ke pengguna (pengrajin tahu, tempe dan pakan); ***) Di petani atau sentra produsen.
20
Regulasi Impor Jagung dan Daging Sapi
Regulasi Pokok Pengaturan
Jagung
Permendag 20/M‐
DAG/PER/3/2016 tentang Ketentuan
• Mengatur impor jagung dengan kode HS 1005.90.90.00
• Impor hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan (oleh API‐U dan API‐P) pakan (oleh Perum BULOG) dan bahan baku industri tentang Ketentuan
Impor Jagung
API U dan API P), pakan (oleh Perum BULOG), dan bahan baku industri (oleh API‐U dan API‐P)
• Penentuan jumlah dan peruntukan impor Jagung ditetapkan dalam Rakor tingkat Menteri
• Impor hanya dapat dilakukan setelah mendapat Persetujuan Impor (PI) dari Menteri
• Impor Jagung sebagan bahan baku dilarang untuk diperdagangkan
• Berlaku pada tanggal 24 Maret 2016 Daging Sapi
Permendag 05/M‐ • Impor Produk Hewan hanya dapat dilakukan oleh BUMN dan/atau BUMD
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
21
Permendag 05/M
DAG/PER/1/2016 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Hewan dan Produk Hewan
Impor Produk Hewan hanya dapat dilakukan oleh BUMN dan/atau BUMD yang mendapat penugasan dari Pemerintah (secondary cut) serta pemegang API (prime cut), setelah memperoleh PI dari Menteri
• Persetujuan Impor untuk produk pada Lampiran III (prime cut) diajukan 1 bulan sebelum Triwulan masa berlaku PI.
• Untuk memperoleh PI, diperlukan rekomendasi dari Kementan.
• Produk hewan yang diimpor harus memenuhi persyaratan kemasan.
Kebijakan Pendukung: Program Tol Laut
Kementerian Program berkepentingan dengan tol laut untuk:
• Meningkatkan kelancaran arus barang;
• Menjaga ketersediaan barang;
• Mengurangi disparitas harga dan menjaga stabilitas harga;
• Meningkatkan integrase pasar;
• Meningkatkan
22
GERAI MARITIM Kementerian Perhubungan sebagai tulang punggung Sistem Logistik Nasional:
Pembangunan 24 pelabuhan strategis untuk mendukung tol laut;
Pembangunan Short Sea Shipping (Coastal Shipping);
Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung dan Bitung sebagai international hub port.
• Meningkatkan
perdagangan antar
pulau;
NETWORK ROUTE OF TOL LAUT
NATUNA TAREMPA
TAHUNA LIRUNG
MOROTAI
TG PRIOK
SAUMLAKI BIAK
SERUI
NABIRE WASIOR FAKFAK
TIMIKA BABANG
TOBELO
NAMLEA
MAKASSAR
TAHUNA MOROTAI
MANOKWARI TERNATE
KAIMANA
DOBO WANCI
23
WAINGAPU SABU ROTE TG PERAK
No Route (mil) No Route (mil)
Tg. Perak – Wanci – Namlea –Fakfak –Kaimana –Timika – Kaimana – Fakfak – Namlea – Wanci –Tg. Perak
3426 Tg. Priok – Makassar – Manokwari – Wasior – Nabire – Serui – Biak – Serui – Nabire – Wasior – Manokwari – Makassar – Tg. Priok
4644
Tg. Perak – Kalabahi – Moa – Saumlaki –Dobo –Merauke –Dobo – Saumlaki – Moa – Kalabahi – Tg. Perak
3874 Makassar – Tahuna – Lirung – Morotai – Tobelo – Ternate – Babang – Ternate – Tobelo – Morotai – Lirung – Tahuna – Makassar
2608 Tg. Perak – Larantuka – Lewoleba – Rote – Sabu – Waingapu – Sabu
– Rote – Lewoleba – Larantuka – Tg. Perak
2078 Tg. Priok – Tarempa – Natuna – Tarempa – Tg. Priok 1400
Dirjen Perhubungan Laut No. AL.108/7/8/DTPL‐15 T‐I
T‐II T‐III
T‐IV T‐V T‐VI Route Port of PT. PELNI PSO
KALABAHI LARANTUKA MOA
LEWOLEBA MERAUKE
23
TERIMA KASIH
www.kemendag.go.id
24