• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RAKITAN

TEKNOLOGI

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Bogor,

2007

(2)

MEMPERKUAT KELOMPOKTANI SEBAGAI MEDIA BELAJAR, UNIT PRODUKSI DAN LEMBAGA EKONOMI

Nugraha Pangarsa, Anang Muhariyanto dan Hendri Ariyanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

RINGKASAN

Subyek pembangunan pertanian adalah masyarakat petani (kelompoktani). Sebagai salah satu komponen dalam sistem agribisnis, maka peran kelompok sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Petani harus berkelompok, mengingat usahatani pada umumnya dihadapkan pada banyaknya intervensi dari lingkungan agribisnisnya. Perlu diingat bahwa semua yang mengintervensi usahatani tersebut pada dasarnya adalah sebuah lembaga. Karena yang mengintervensi adalah lembaga, maka usahatani yang diusahakan secara individu kurang mempunyai posisi tawar, karena petani berhadapan dengan lembaga yang jauh lebih kuat. Intervensi lembaga pada usahatani tidak selalu menguntungkan. Untuk itu usahatani harus diperkuat untuk menghadapi lingkungan yang mempengaruhinya. Upaya penguatan kelompoktani harus menyentuh tiga aspek, yaitu kelompok sebagai media belajar, sebagai unit produksi dan sebagai lembaga ekonomi. Pada era agribisnis seperti sekarang ini, maka kelompoktani sebagai unit ekonomi, telah mendapatkan perhatian yang lebih banyak dibandingkan sebagai media belajar dan sebagai unit produksi. Ada sebanyak 12 (dua belas) kegiatan yang dapat digunakan dalam rangka menumbuhkan dan memperkuat kelompoktani dan ada sebanyak 9 (sembilan) topik materi pelatihan yang sesuai untuk pelatihan organisasi petani.

PENDAHULUAN

Subyek pembangunan pertanian adalah petani, masyarakat petani pada umumnya dan kelompoktani pada khususnya. Sebagai salah satu komponen dalam sistem agribisnis, maka peran kelompok sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Untuk itu telah banyak pihak yang memberikan perhatian, dukungan dan bantuan pada kelompoktani, agar kelompok tersebut dapat berperan seperti yang diharapkan, yaitu sebagi lembaga yang tidak saja berfungsi sebagai media belajar (learning by doing and discovery learning), tetapi sekaligus juga sebagai unit produksi dan unit ekonomi. Pada era agribisnis seperti sekarang ini, maka kelompoktani sebagi unit ekonomi akan mendapatkan perhatian yang lebih banyak dibandingkan sebagai media belajar dan unit produksi, walaupun dua yang terakhir juga penting.

(3)

Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa (khususnya petani) dan memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu kunci sukses dalam rangka memperkuat kelompoktani, selain dukungan inovasi teknologi serta kebijaksanaan makro ekonomi yang berpihak pada petani (Badan PSDM, 2007).

Banyak kelompoktani telah ditumbuhkan, tetapi banyak pula yang dipertanyakan eksistensinya. Sering kelompok tumbuh menjamur seiring dengan adanya tawaran paket kredit, tawaran subsidi sarana produksi, bantuan fisik dan dalam rangka dianjurkan untuk menerapankan teknologi. Tetapi fakta juga telah menunjukkan, dengan berakhirnya bantuan tersebut, maka berakhir pula kelompoknya dan teknologi anjuran mulai ditinggalkan. Ini semua menunjukkan ada yang salah dengan upaya yang telah dilakukan lembaga pembina dalam menumbuhkan dan memperkuat kelompoktani.

PERLUNYA BERKELOMPOK

Ada banyak pertanyaan tentang seputar kelompoktani terutama eksistensi kelompok. Mengapa petani harus berkelompok? Dan mengapa kelompoktani harus diperkuat serta didinamisasi. Usahatani pada umumnya akan dihadapkan pada banyaknya intervensi dari lingkungan agribisnisnya. Intervensi dapat berasal dari komponen pasokan input, komponen pemasaran, pengolahan hasil, lembaga perbankan, lembaga penghasil teknologi, jasa angkutan serta komponen lainnya (Gambar 1). Perlu diingat semua yang mengintervensi usahatani tersebut pada dasarnya adalah sebuah lembaga. Seorang agen saprodi, penjual jasa pemasaran dan perkreditan, penyuluh serta peneliti pada dasarnya adalah lembaga atau mewakili sebuah lembaga. Agen saprodi mengunjungi petani selain membawa misi pribadi juga membawa misi perusahaan, peneliti membawa misi Badan Litbang, penyuluh membawa misi dinas/pemkab dan seterusnya. Intervensi berbagai lembaga tersebut pada usahatani/petani tidak selalu menguntungkan, kadang- kadang justru merugikan jika tidak sesuai dengan kondisi, situasi dan tingkat kemampuan petani.

Karena yang mengintervensi adalah lembaga, maka usahatani yang diusahakan secara individu kurang mempunyai posisi tawar, usahatani ada posisi yang lemah berhadapan dengan lingkungan yang lebih kuat. Untuk itu usahatani harus disatukan, diorganisir pada skala tertentu sehingga mempunyai kekuatan untuk menghadapi lembaga yang mempengaruhinya. Dengan kata lain petani harus berkelompok atau membuat asosiasi untuk menghadapi kekuatan yang berasal dari luar (factor eksternal). Untuk mempertahankan agar petani tetap berkelompok, asosiasi tetap kompak, tidaklah mudah. Kita sering lupa bahwa kelompoktani adalah organisasi yang berfungsi sebagai media belajar, unit produksi dan unit ekonomi. Jadi untuk memperkuatnya dan mendinamisasikan kelompok, ketiga aspek tersebut harus mendapat

(4)

sentuhan. Proses pembelajaran juga harus berlangsung baik di kelas, di lapangan, baik pada kegiatan produksi dan kegiatan ekonomi. Yang perlu juga diingat bahwa menumbuhkan kelompok tetap harus berpegang pada beberapa prinsip antara lain prinsip kebutuhan, efektifitas, efisiensi, fleksibilitas, manfaat dan keberlanjutan. Kelompok yang kuat biasanya dicirikan dengan dinamika yang baik pula (Dradjat dan Syukur, 2006).

MEMPERKUAT KELOMPOK 1. Media Belajar

Pada saat ini mulai banyak dibicarakan dan dikembangkan penyuluhan partisipatif, yaitu kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh petani sendiri/dari dan oleh petani (termasuk : petani biasa, penyuluh swadaya/swakarsa dan kontaktani). Penyuluh dan peneliti hanya berfungsi sebagai fasilitator. Pada kegiatan penyuluhan partisipatif tersebut dianut falsafah “learning by doing dan discovery learning”.

Sambil bekerja, belajar dan berusahatani, diharapkan petani dapat memahami, terbuka wawasannya dengan sendirinya bahkan dapat menemukan sesuatu yang dianggap berarti bagi usaha petani. Dan yang lebih penting lagi, petani meyakini kebenaran dengan apa yang telah ditemukan tersebut.

Beranjak dari falsafah tersebut, maka sudah saatnya metode penyuluhan yang dilakukan penyuluh disesuaikan, materi hasil kajian juga memerlukan pengemasan yang lebih mendorong falsafah proses belajar tersebut. Materi-materi penyuluhan harus dikemas dalam bentuk

KLASTER ALSINTAN

KLASTER BENIH,BIBIT,

BAKALAN

KLASTER PUPUK, PESTISIDA

KLASTER PAKAN, MINERAL

TANAH, AGROKLIMAT

KLS LEMBAGA KEUANGAN

LIMBAH

KLS PENGEMASAN

KLS SARANA, PRASARANA TRANSPORTASI

MAKANAN OLAHAN

MAKANAN SEGAR

BAHAN BAKU INDUSTRI USAHATANI

PASAR DOMESTIK

PASAR LUAR NEGERI

Gambar 1. ROADMAP AGRIBISNIS (FAGI, 2005) INOVASI

TEKNOLOGI

(5)

“modul pembelajaran di lapangan” yang memungkinkan berlangsungnya

“learning by doing dan discovery learning”. Dengan metode “baru”

tersebut, diharapkan inovasi teknologi akan diadopsi dengan ”sukarela”

bukan atas anjuran dan akan diretensi lebih lama oleh petani, karena telah diyakini kemanfaatannya. Disini diperlukan kerjasama yang baik antara penyuluh dan peneliti, karena peneliti bertanggungjawab pada penyusunan komponen teknologinya, sedangkan penyuluh bertanggungjawab pada teknik pembuatan modulnya (metode).

.2. Unit Produksi

Pada saat petani menghasilkan produk pertanian atau jasa lainnya, maka sering variasi produktivitas, kualitas produk dan jasa yang dihasilkan di antara petani masih tinggi. Melalui kelompok diharapkan variasi produktivitas, kualitas produk dan jasa di antara anggota tidak terlalu mencolok. Produktivitas, kualitas dan jasa yang dihasilkan kelompok seharusnya lebih tinggi dan lebih baik dari petani yang tidak berkelompok. Seharusnya dalam kelompok juga dikenalkan konsep keserentakan dan kebersamaan dalam banyak hal missal pengolahan lahan, tanam serentak, pemupukan, pembuatan pupuk organik, pengendalian hama penyakit, pola tanam, pergiliran tanaman, pengaturan air irigasi dan pengelolaan alsintan. Kebersamaan dan keserentakan disini juga mengandung makna pergiliran dan juga pengaturan dalam menghasilkan produksi. Pada aspek produksi ini juga berlaku falsafah bekerja sambil belajar dan menemukan.

3. Unit Ekonomi

Pada era agribisnis seperti sekarang ini, maka kelompoktani sebagai unit ekonomi (lembaga ekonomi) tentunya mendapatkan perhatian yang lebih banyak. Kelompok yang dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi akan tetap eksis, sekalipun tidak mendapatkan bantuan pemerintah. Dengan konsep tersebut, maka di berbagai daerah telah dimunculkan konsep, yaitu “subkelompok/kelompok kegiatan”,

“kelompok” dan “gabungan kelompok (gapoktan)”. Walaupun secara kuantitas jumlah kelompok dan gapoktan telah banyak, namun sebagian besar kelompok tersebut belum berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Gapoktan masih difungsikan sebatas dalam rangka membagi subsidi pupuk, sebagai media pertemuan dalam rangka sosialisasi peraturan pemerintah. Seharusnya apapun bentuknya kelompok dan gapoktannya yang penting dapat difungsikan sebagai lembaga ekonomi. Lembaga ekonomi yang dimaksud dapat berbentuk sebagai unit pemasaran, unit permodalan atau simpan pinjam, koperasi tani, kemitraan dengan pengusaha, unit pelayanan jasa alsin dan atau unit agroindustri (Gambar 2)

(6)

Gambar 2. Rancang Bangun Inovasi Teknologi dan Kelembagaan (Pangarsa dkk, 2006)

KEGIATAN UNTUK MEMPERKUAT KELOMPOK

Banyak kegiatan yang dapat dilakukan institusi pemerintah atau swasta dalam rangka untuk menumbuhkan dan memperkuat kelembagaan petani. Kegiatan yang dimaksud meliputi : (1) Pemenuhan Kelengkapan Kelompok (identitas kelompok, buku administrasi, gubuk kerja dll), (2) Pemenuhan teknologi tepat guna melalui pelatihan, dan pertemuan yang diselenggarakan lembaga pemerintah, swasta atau dari petani sendiri secara kolektif, (3) Upaya pemenuhan sarana produksi (input usahatani) dalam bentuk bantuan kolektif, pinjaman kolektif dan atau pembelian input secara kolektif, (4) Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja melalui cara arisan dan kerja gotong royong, (5) Pengelolaan usahatani secara kolektif misal pembuatan kandang komunal, pola bantuan bergulir, pola tanggung renteng, (6) Bimbingan manajemen usaha seperti manajemen kelompok, cooperative farming dan corporate farming, (7) Pengelolaan kegiatan pengolahan secara kolektif : jasa panen, pengumpulan hasil panen dan jasa pengolahan kolektif, (8) Pengelolaan pemasaran bisa dalam bentuk jasa informasi pasar dan jasa pemasaran kolektif, (9) Akses pada lembaga keuangan yaitu perbankan, penyertaan agunan dan penumbuhan koperasi tani, (10) Pengembangan jaringan kerja, yaitu sinergi kelompok dengan lembaga keuangan, pasar, aliansi strategis dengan organisasi sejenis, kemitraan usaha dengan pengusaha input/output, (11) Konsolidasi internal kelompok dalam system agribisnis, yaitu membangun hubungan fungsional dan institusional, (12) Pengembangan hubungan dan keterkaitan dengan lembaga layanan jasa

RANCANG BANGUN INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN

FUNGSI INOVASI TEKNOLOGI DAN JENIS KEGIATAN BENTUK KELEMBAGAAN

PERORANGAN KELOMPOK GAPOKTAN

PRODUSEN KEUANGAN/EKONOMI

1. SISTEM INTEGRASI PADI JAGUNG DAN TERNAK (PTT PADI DAN JAGUNG, PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK, PEMBUATAN BOKASHI/KOMPOS) 2. TEKNOLOGI BIOGAS 3. PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOPERASI TANI (BADAN HUKUM) :

1. LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PRIMA TANI (WANITA PEDESAAN) 2. LEMBAGA PEMASARAN 3. LEMBAGA

AGROINDUSTRI 4. KIOS KEAGENAN 5. KEMITRAAN USAHA

POLA KSO

PENGUSAHA PERBANKAN

PASAR

SKALA EKONOMI 164 HA (745 KK PETANI) 1 GAPOKTAN/KOPTAN

(7)

pendukung (dinas, BPP, BPTP, laboratorium, universitas dan lain-lain) (Dradjat dan Syukur, 2006 dan Pangarsa dkk 2006)

Topik pelatihan dalam rangka membangun kelembagaan petani yang sesuai antara lain : (1) Dinamika kelompok dan penumbuhan kebersamaan, (2) Strategi pengembangan kelembagaan petani, (3) Manajemen kemitraan antara organisasi petani dengan pihak lain, (4) Administrasi pembukuan keuangan dan program tabungan, (5) Penyusunan AD/ART, (6) RDK/RDKK dan perencanaan usaha kolektif, pemasaran dan belanja organisasi, (7) Kepemimpinan dan manajemen sumberdaya manusia, (8) Pengawasan dan pemeriksaan organisasi dan (9) Manajemen konflik. Semua materi pelatihan tersebut harus dikemas sedemikian rupa dalam bentuk modul, sehingga

“andragogi” (metode belajar bagi orang dewasa) dapat berlangsung (Pangarsa dkk, 2006a dan Pangarsa dkk, 2006b).

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, 2007. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Yang Dikelola Petani (Famer Managed Extension Activiteis-FMA). Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta

Drajat B., dan M. Syukur, 2006. Petunjuk Teknis Kelembagaan. Materi TOT Apresiasi Manajemen dan Konsep Prima Tani untuk Manajer Laboratorium Agribisnis. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta

Fagi, A., 2005. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Sudut Pandang Peneliti.

Makalah Lokarya. Workshop Peningkatan Optimalisasi Sumberdaya Manusia BPTP, Bandung, 9-11 Agustus 2005

Pangarsa, N., L. Sunaryo, E. Yogawati, Setyasih, I. Sumono, L.

Purwaningrum, M. Ulum dan N. Priyoatmojo, 2006. Laporan Hasil PRA. Rencana Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis Prima Tani Desa Karangan, Kecamatan Bareng, Jombang

Pangarsa, N., E. Purnomo, Nasimun, S Nurbanah dan Y Astuti, 2006.

Pengkajian Penguatan Kelembagaan Pertani dan Agribisnis di Lokasi Litkaji Yang Sedang Berjalan. Laporan Akhir Pengkajian.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jatim.

Gambar

Gambar 1. ROADMAP AGRIBISNIS (FAGI, 2005)INOVASI
Gambar 2.  Rancang  Bangun  Inovasi  Teknologi  dan  Kelembagaan  (Pangarsa  dkk,  2006)

Referensi

Dokumen terkait

Variabel bebas penelitian ini adalah tindakan bedah yang dibedakan menjadi (a) bedah konvensional yang meliputi antrostomi, polipektomi, Caldwell Luc, etmoidektomi

Batas administratif Kabupaten Musirawas Utara, di sebelah utara dengan Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, di sebelah selatan dengan, Kabupaten Musi Rawas, di

Dari gambar 26 - 31.diperoleh bahwa flow rate yang paling optimal untuk proses filtrasi ini adalah pada flow rate 7 liter/menit, dimana pada data hasil

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa sebagai wahana pembentukan tenaga kependidikan profesional yang siap memasuki dunia

Dalam pembuatan animasi stop motion, hal-hal yang perlu diperhatikan secara visual, di antaranya adalah konsep dari set dan properti yang haruslah harmoni, tone

Selama ini urea hanya dikenal sebagai bahan aktif yang digunakan sebagai pupuk tanaman, dan sudah dapat di produksi oleh industri di Indonesia, ternyata pada pengembangan

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah penelitian adalah: Bagaimana pengaruh media konseling keluarga berencana terhadap pengetahuan vasektomi dan keterampilan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menentukan besar pengaruh kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina terhadap defleksi pada batas proporsional dan