• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Sayur 2.1.1. Definisi Sayur

Sayur adalah makanan yang menjadi momok bagi seseorang yang tidak menyukainya terutama bagi anak-anak. Sayur sangat dibutuhkan pada tubuh karena di dalam sayur terdapat banyak sumber vitamin dan mineral yang sangat membantu untuk proses pertumbuhan anak (Mohammad & Madanijah, 2015).

Pada anak usia sekolah anak ia lebih suka makan makanan yang hanya ia sukai atau makanan favoritnya yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubunhya. Disinilah peran orang tua yang sangat dibutuhkan oleh anak karena orang tua merupakan orang yang sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan anak. Tanpa adanya dukungan atau dorongan dari orang tua untuk meningkatkan kualitas makan anak maka, pada akhirnya anak tidak terbiasa dan menjadi anti pada sayur tersebut.

Sayur juga merupakan makanan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan. Sayur juga mengandung serat yang berguna untuk memperlancar proses defekasi (BAB) bagi tubuh sehingga proses metabolisme dapat tercerna dengan lancar. Warna pada sayur-sayuran memang tidak menarik terutama bagi anak-anak yang memang tidak suka mengonsumsi sayur.Akan tetapi dengan warna sayur yang tidak menarik perhatian itu menandakan bahwa sayur banyak mengandung vitamin yang berguna untuk pembentukan jaringan tubuh dan memperkuat fungsi organ (Nurjanah & Ihsan, 2013).

2.1.2. Kandungan Sayur

Menurut (Hamidah, 2015) kandungan yang ada pada sayuran antara lain sebagai berikut :

1. Kandungan karbohidrat

Karbohidrat adalah merupakan sumber energi dalam tubuh yang

menjadikan tubuh kita kuat sepanjang hari.Karbohidrat yang terkandung di dalam

makanan adalah amilum atau pati yaitu polisakarida yang dibuat dari tumbuhan

(2)

dengan cara fotosintesa (Firani, 2017). Karbohidrat di dalam sayur juga merupakan sumber utama dalam tubuh selain protein dan lemak.Pada sayur yang mengandung karbohidrat antara lain yaitu : kacang-kacangan dan sayuran yang berwarna hijau gelap seperti bayam, sawi dan brokoli.

2. Kandungan protein pada sayur

Protein adalah sesuatu jaringan panjang yang terdiri dari beberapa molekul asam amino sehingga saling terikat. Protein tidak kalah penting fungsinya dengan karbohidrat di dalam tubuh karena sebagian besar jaringan dan sel tubuh manusia terbentuk dari protein antara lain jaringan otot organ dalam tubuh, persendian, tulang, kulit, rambut dan darah. Pada manusia normal hampir 20% dari berat badannya merupakan unsur dari protein, oleh karena itu protein juga sangat penting bagi proses pertumbuhan. Protein berlangsung prosesnya sampai manusia mati (Lau, 2013).Sayur yang mengandug protein adalah sayuran hijau, kacang- kacangan dan polong-polongan.

3. Zat yang terkandung dalam sayur

Zat pertama yang terkandung dalam sayur-sayuran adalah klorofil yang memberi warna hijau pada sayur.Selain itu di dalam klorofil juga mengandung antioksidan, anti penuaan dan anti kanker serta sebagai pembersih alamiah atau membantu mengeluarkan racun.Zat kedua yang terkadung dalam sayur-sayuran adalah karetonoid yaitu adalah yang memberikan warna merah, jingga dan kuning pada sayur.Karetonoid juga mengandung precursor vitamin A yang berfungsi untuk melawan sel kanker, penyakit jantung, mengurangi penyakit mata, antioksidan dan pengatur pada sistem imun tubuh. Kandungan gizi yang ada di dalam sayur dapat berubah kualitas dan kuantitasnya tergantung dengan pasca panen dan cara pengolahannya (Iriyani & Nugrahani, 2014).

2.1.3. Manfaat Sayur

Menurut (Hamidah, 2015) ada beberapa manfaat sayur sebagai berikut : 1. Sayur sebagai sumber vitamin

Vitamin adalah senyawa organik tidak termasuk karbohidrat, protein dan lemak yang berfungsi untuk menjadi bahan pelengkap pada proses pertumbuhan.

Vitamin tidak dapat langsung banyak diproduksi oleh tubuh tanpa diperoleh dari

(3)

makanan.Karena kurangnya seseorang bahkan tidak konsumsi vitamin dalam jangka waktu yang panjang. Ada 2 jenis macam vitamin dan fungsinya yaitu : a) Vitamin yang larut dalam air :

Jenis Fungsi Sumber

Vitamin C Antioksidan, membentuk kolagen dan sistem imun tubuh

Brokoli, kentang, tomat, jeruk, stroberi, kiwi

Thiamin B1 Membentuk metabolisme pertumbuhan dan energi

Biji bung, kacang, kedelai, gandum, tepung

Ribovlavin B2

Membentuk metabolisme pertumbuhan dan energi

Susu, daging, beras tumbuk, telur

Niacin B3 Membentuk metabolisme pertumbuhan dan energi

Daging, ayam, ikan, beras tumbuk, susu, telur

Vitamin B6 Metabolisme dari protein, membentuk sel darah merah, sel darah putih dan syaraf

Daging, ikan, pisang,kentang, sayuran hijau

Folat Bagian dari co enzym utuk menghubungkan syaraf pada otak

Sayuran hijau, kacang, beras, jeruk

Vitamin B12 Untuk kesehatan tulang Daging, telur, susu, ikan kerang

Asam pantetonat (B5)

Untuk membangun metabolisme energi Brokoli, wortel, kubis

Biotin Membangun metabolisme energi, lemak dan protein

Ubi jalar, kuning telur, kacang-kacangan keju Cholin Sebagai sintesis syaraf penghubung Susu, telur, kacang

b) Vitamin yang larut dalam lemak :

Jenis Fungsi Sumber

Vitamin A Kesehatan mata, pertumbuhan dan kesehatan tulang dan gigi, kulit dan sitem imun

Hati, susu, sayuran hijau, telur, jeruk

Vitamin D Membangun pertumbuhan ulang dan gigi, menjaga tigkat kalsium dalam darah

Susu, minyak ikan, kuning telur, sinar matahari

Vitamin E Antioksidan dalam sel darah merah, paru- paru dan otak. Membangun pertumbuhan tulang dan gigi

Minyak sayur, margarin, kacang, roti atau cereal yang berasal dari gandum utuh Vitamin K Kesehatan tulang dan pembeku darah Hati, sayuran hijau, minyak

sayur, brokoli

2. Sayur sebagai sumber serat

Menurut (Hamidah, 2015) Serat merupakan suatu komponen dalam tuuh

yang tidak dapat dicerna oleh enzym, artinya enzym tidak dapat menguraikan

serat menjadi bahan yang mudah diserap yang memberikan keuntugan bagi

manusia :

(4)

a). Serat menjadikan makanan menjadi rendah kalori yang merupakan adanya kandungan rendah kalori di dalam serat.

b). Bisa mejadikan menu makanan penurunan berat badan. Setelah mengonsumsi serat dalam jumlah yang cukup biasaya seseorang tidak mudah untuk menjadi lapar lagi atau mengonsumsi makanan yang lainnya.

c) Serat dapat mengikat glukosa di dalam usus yang pada artinya serat memiliki fungsi memberi efek hipoglemik yaitu membantu menurunkan kadar gula darah yang berlebih pada tubuh.

d) Mengonsumsi serat yang tinggi dapat membantu mengeluarkan lemak dan

kolestrol dalam tubuh melalui feses, sehingga hal ini dapat membantu

seseorang dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan

kolestrol berlebih.

(5)

2.2. Konsep Orangtua 2.2.1. Definisi Orangtua

Orangtua adalahterdiri dari ayah dan ibu yang disatukan melalui ikatan pernikahan dan menghasilkan sebuah keluarga. Orangtua sendiri adalah sosok figur yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan kepribadian anak.

Orangtua berperan dalam memantau dan membimbing anak dalam perkembangan ke arah yang baik dan benar.Pada pembentukan kepribadian anak menjadi baik ialah dari orang tua yang peduli dan dari keutuhan keluarga. Kondisi keluarga yang kurang harmonis dan kurang kasih sayang dari orang tua atau kurang lengkapnya orangtuaakan menghambat dalam proses pembentukan kepribadian anak seacara baik dan sempurna (Setianingsih, Tarma, & Yulastri, 2015).

2.2.2. Peran Orangtua dalam perkembangan dan pemenuhan nutrisi anak Dalam proses perkembangan anak orangtua berperan sangat penting di dalamnya. Dengan berinteraksi dengan anak dan memberikan feed back yang baik, mendukung kegiatan yang ingin dilakukan anak atau disukai anak sesuai dengan umur yang bersifat positif dan bahkan memberikan manfaat. Oragtua juga bisa memberikan sebuah penghargaan untuk anak yang sudah melakukan sesuatu yang baik, memberikan pelukan bahkan dengan menyanyi, mendongeng, belaian.

Dengan itu tumbuh perkembangan anak akan menjadi baik karena orangtua mampu memberikan peran yang baik di dalamnya (Republik Indonesia, 2014).

Keluarga adalah terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal seatap dan memiliki ikatan emosional. Keluarga yang memilik anak dengan usia sekolah memiliki peranan penting untuk membantu anak bersosialisasi pada lingkungan dalam rumah maupun luar rumah, sekolah dan membantu aak untuk mencapai perkembangan yang diharapkan. Orangtua berpengaruh besar dalam perkembangan psikososial anak dengan melihat yang pada akhirnya meniru perilaku orangtua dalam jangka waktu tertentu.

Peran orangtua dalam psikososial anak dengan melibatkan anak itu sendiri

didalamnya, contohnya dalam kegiatan sehari-hari (membersihkan kamar tidur,

menyapu, membantu ibu memasak, dll). Pada hal ini orangtua memberikan pujian,

(6)

orangtua tidak menuntut berbagai macam hal yang diluar batas kemampuan anak atau menerima anak apa adanya. Peran orangtua dalam psikososial anak sangat penting, karena pada masa ini anak akan berusaha sekuat tenaganya untuk menigkatkan kemampuannya dalam bidang prestasi belajar maupun kegiatan yang disukainya untuk menghasilkan suatu karya berdasarkan dengan tingkat kemampuannya yang membuat anak merasa bangga terhadap dirinya sendiri (Irmilia, Herlina, & Hasneli, Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah, 2015).

Peran orangtua terutama ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak yaitu antara lain dengan dukungan dan dorongan dari orang tua (ibu sebagai edukator) disini anak menjadi lebih mudah untuk menerima apa yang tidak ia sukai contohnya dengan mengonsumsi sayur. Pada anak usia sekolah pastinya ia lebih dekat dengan ibu, oleh karena itu peranan ibu menjadi penting untuk menentukan apa yang harus dimakan oleh anak (Khodijah, 2016). Peran ibu yang lain yaitu dengan ibu selalu menyediakan makanan (ibu sebagai inisiator) yang sehat dan layak dikonsumsi oleh anak terutama sayur. Karena dengan tidak tersedianya makanan sehat dirumah maka anak tidak akan bisa mengonsminya (Putri & Sri, 2017). Dengan membiasakan anak makan sayur dari umur bayi sampai dewasa, maka anak akan menyukai sayur dari waktu ke waktu. Meskipun anak tetap menolak untuk mengonsumsi sayur, maka orang tua harus tetap membiasakan anak untuk memakannya meskipun sedikit tetapi sering.

2.2.3. Hambatan Orangtua dalam pemenuhan kebutuhan sayur pada anak

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang cukup pada anak sangat penting untuk

perkembangan dan pembentukan fungsi tubuh.Pemberian makan yang dilakukan

orangtua kepada anak sangat berpengaruh untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi

anak.Orangtua bertanggung jawab pemenuhan nutrisi yang diberikan ke anak

untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebanyakan orangtua cenderung

membiarkan anak memakan makanan yang ia sukai tanpa melihat apakah baik

bagi kesehatan anak atau tidak. Orangtua tidak menentukan makanan apa yang

harus dikonsumsi anak melainkan menuruti keinginan anak (Purnama,

Lusmilasari, & Julia, 2015).

(7)

Kurangnya pengetahuan ibu juga merupakan hambatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak. Karena pada usia anak sekolah anak hanya ingi memakan makanan yang ia sukai tanpa memikirkan apakah baik bagi tubuh dan kesehatannya atau tidak. Tingkat pengetahuan ibu disini menjadikan pengaruh yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak, pada ibu yang tidak mengerti sama sekali pentingnya sayur pada anak maka akan menjadikan anak mengonsumsi makanan sembarangan dan tanpa larangan dari orangtuanya.

Berbeda dengan ibu yang memiliki pengetahuan luas tentang pentingnya sayur bagi anak, ibu akan terus memantau anak dalam makanan yang dikonsumsinya karena pengetahuan ibu tentang pemenuhan nutrisi pada anak memang sangat diperlukan untuk membangun pola makan yang sehat (Khodijah, 2016).

Pada dasarnya sayur merupakan salah satu komponen yang paling penting bagi tubuh. Namun masih banyak masyarakat terutama pada usia sekolah atau anak-anak yang enggan mengosumsinya. Beberapa alasan yang dapat dikatakan oleh anak-anak mengenai ketidaksukaan mereka mengonsumsi sayur yaitu adalah rasanya yang pahit serta warnanya yang kurang menarik karena hanya berwarna hijau (Tri, Etisa, & Deny, 2018).

2.2.4. Upaya Orangtua dalam memenuhi kebutuhan sayur pada anak

Ketersediaan sayuran dirumah menjadikan peluang yang besar untuk dikonsumsinya. Jika sayuran tidak disediakan sama sekali dirumah, maka sayuran tersebut tidak akan dapat dikonsumsi dan membatasi pada konsumsi anak terhadap sayur. Kebalikannya, jika dirumah menyediakan sayuran maka anak bisa mengonsumsinya dan orangtua akan bisa memantau konsumsi sayur pada anak (Candrawati, Wiarsih, & Sukihananto, 2014).

Pada permasalahan anak yang memang tidak biasa bahkan tidak suka

mengosumsi sayur sangat dibutuhkan untuk orang tua terutama ibu yang memiliki

daya kreatifitas tinggi. Untuk menghadapi anak yang tidak suka mengonsumsi

sayur dengan alasan bosan warnanya yang kurang menarik perhatian.Menurut

(Muaris, 2014) berikut adalah upaya orangtua dalam menghadapi anak yang tidak

suka mengonsumsi sayur :

(8)

a) Mengajak anak ke pasar atau swalayan untuk memilih sayuran yang paling disukai dengan itu ibu bisa membuat menu menarik dengan menambahkan sayuran yang sudah dipilih anak.

b) Menyajikan makanan yang berwarna warni dengan mengkombinasikan makanan kesukaan atau makanan yang paling favorit anak sehingga pada akhirnya anak memiliki rasa berkeinginan untuk mencoba.

c) Selalu mencari resep terbaru untuk membuat makanan menarik lainnya dengan menghias makanannya semenarik mungkin sehingga anak juga tidak merasa bosan dengan makanan yang biasa disediakan.

(Putri & Sri, 2017) mengatakan bahwa ibu berperan penting dalam semua aspek yang berkaitan dengan kesehatan keluarga termasuk dalam pengaturan makan keluarga. Ibu juga bertindak sebagai educator, fasilitator dan motivator dalam mencegah dan menangani berbagai masalah kesehatan keluarga.

Menurut (Novita, 2017) orang tua sering memberikan makanan siap saji (junk food) daripada anaknya tidak mau makan apa-apa, daripada perutnya kosong, daripada anaknya kelaparan. Masa anak merupakan tahap di mana anak-anak ingin mengembangkan kebebasannya. Maka dari itu anak perlu diberikan pengenala terhadap sayur supaya anak bisa terbiasa dengan rasanya. Hal ini sering terjadi pada anak yang tidak suka mengkonsumsi sayur ibu memiliki pemikiran anaknya kekurangan gizi, maka dari itu prang tua memberikan vitamin dan suplemen tambahan karena dibutuhkan untuk pertumbuhanya.

2.3. Konsep Anak Usia Sekolah 2.3.1. Definisi Anak

Anak adalah titipan Allah SWT yang diberikan kepada orang tua agar

selalu dijaga dan diberi kasih sayang. Anak juga dapat diartikan sebagai seseorang

yang masih berada pada umur kurang dari 21 tahun dan belum mampu untuk

hidup sendiri. Pada anak usia sekolah perubahan pola makan menjadi salah satu

kurang tercukupimya gizi pada anak karena ia lebih sering bermain dengan teman

sebayanya sehingga sering melewatkan makan (Damayanti, 2011). Anak usia

sekolah lebih cenderung lebih terpengarruh oleh teman seusianya.

(9)

Pada anak usia sekolah anak mencoba untuk melakukan beberapa hal, diantaranya pada tahun pertama anak berada pada masa belajar secara individu yang disebut dengan fase oral (mulut) karena merupakan sumber kenikmatan dan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar. Pada tahun ke 2 anak mencoba untuk berjalan dan pembiasaan untuk kebersihan yang mampu untuk mengendalikan dorongan yang datang dari dalam dirinya sendiri (Ariani, 2017).

2.3.2. Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Masa perkembangan anak mulai usia 10-14 tahun terbagi menjadi 3 tahapan yaitu, masa anak, masa pra sekolah dan menjelang remaja. Pada tahap perkembangan anak usia sekolah ini ditandai dengan terjadinya perkembangan psikososial yang memerlukan stimulus dan rangsangan tertentu untuk berkembang secara optimal. Perkembangan psikososial pada anak usia sekolah antara lain mengerjakan tugas sekolah yang diberikan, senang bermain dan beraktifitas, senang berkelompok serta ikut berperan dalam kelompoknya.

Pada tahap perkembangan anak usia sekolah anak kebanyakan sudah memilih makanan yang akan dikonsumsinya. Asupan antara anak laki-laki dengan perempuan berbeda bisa dilihat mulai mereka mengijak usia 12 tahun. Anak laki- laki cenderung banyak mengkonsumsi makanan sehingga asupan zat gizinya lebih banyak daripada aak perempuan (Irmilia, Herlina, & Hasneli, 2015).

2.3.3. Kebutuhan Nutrisi Pada Anak

Menurut (Ariani, 2017) kebutuhan gizi pada anak sekolah antara lain : a) Energi

Kebutuhan energi pada anak ditentukan oleh dari beberapa faktor, yaitu metabolism basal, umur, aktivitas fisik, suhu lingkungan dan kesehatannya.Zat-zat yang terkandung dalam energi disebut makronutrien yang di dalamnya terdapat karbohidrat, protein dan lemak.

b) Protein

Jumlah protein pada tubuh dikatakan adekuat ketika semua makanan yang

mengandung protein dapat dicerna dan diserap oleh tubuh. Maka protein

yang diberikan harus berkualitas tinggi seperti tahu, tempe, ikan, daging,

kacang hijau, kacang olong, dll.

(10)

c) Mineral dan vitamin

Zat yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh.Beberapa sumber vitamin dan mineral yang mengandung kalsium dan fosfor berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi. Contohnya seperti susu sapi karena mengandung vitamin A dan B kompleks.

d) Cairan

Pada anak normal jumlah cairan dalam tubuh memerlukan sekitar 1000- 1500ml/ hari.Dalam keadaan sakit yang menyebabkan kekurangan cairan maka sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah cairan supaya keadaan anak tidak semakin memburuk.

Menurut (Niati Puspamika & Sutiari, 2015) sebanyak 80%

penduduk Indonesia asupan serat ≤15 gr/hari/orang. Konsumsi serat di Pulau Jawa dengan rentan usia 7-9 tahun adalah sebanyak 5,7 gram dan usia 10-12 tahun sebesar 6.02 gram. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi nasional konsumsi serat pada usia 10-14 tahun masih kurang dari 5 porsi per hari dihitung selama 7 hari dalam seminggu.

2.3.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nutrisi Anak

Menurut (Ariani, 2017) faktor-faktor yang mempengaruhi nutrisi anak sebagai berikut :

a) Anak cenderung memilih milih makanan yang ia sukai dan akan dimakan secara terus menerus tanpa tau kadar gizinya. Pada orangtua yang tidak memberikan petunjuk kepada anak mana saja makanan yang baik dikonsumsi dan tidak anak akan mudah terserang penyakit.

b) Kebiasaan jajan yang dilakukan anak-anak sangat berpengaruh pada kesehatannya terutama pada makanan yang mengandung banyak bahan pengawet, pewarna dan makanan instan.

c) Terlalu lelah bermain di lingkungan rumah maupun di sekolah membuat

anak lupa akan makan sehingga sesampainya dirumah anak tersebut

langsung beristirahat dan melupakan makan.

(11)

2.3.5. Pola dan Menu Makanan Untuk Anak Usia Sekolah

Pola dan menu makanan pada anak usia sekolah harus tetap diperhatikan dan dipertahankan karena meningat pada anak usia sekolah masih dalam masa pertumbuhan. Kebutuhan energi pada anak usia 10-12 tahun laki-laki sekitar 200 kkal dan perempuan sekitar 1900 kkal tergantung dengan berat badan, usia dan aktivitas fisik. Menu makanan pada anak usia sekolah sebaiknya terdiri dari laukpauk, sayur, buah dan susu karena pada makanan tersebut mengandung zat makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tubuh (Istiany & Rusilanti, Gizi Terapan, 2013).

Menurut (Istiany & Rusilanti, 2013) pada anak usia 10-12 tahun kebutuhan nutrisinya dibedakan berdasarkan jenis kelamin anak. Pada anak laki- laki karena lebih banyak melakukan aktivitas sehingga memerlukan energi yang lebih banyak pula. Berbeda dengan anak perempuan karena mengalami haid/

menstruasi maka asupan makanan yang diperlukan lebih banyak yang mengandung zat besi dan protein. Berikut adalah menu makanan dari anak usia sekolah :

Makan pagi Makan siang Makan malam

1) Nasi, nugget ayam (campur degan sayuran, contoh : brokoli) 2) Roti isi dengan sayuran

(sandwich)

3) Susu stoberi/ coklat 4) Sari dari buah-buahan,

contoh : sari jeruk, apel

1) Nasi putih, bola daging saus tiram

2) Tahu goring dengan isi sayuran

3) Mie ayam jamur 4) Cah bayam/kangkung

udang

5) Buah-buahan : manga, pepaya

1) Nasi putih, cah

bayam/kangkung udang 2) Buah-buahan :

semangka, melon

2.3.6. Faktor Penyebab Anak Tidak Suka Mengonsumsi Sayur

Pada anak usia sekolah yang menjadi faktor penyebab anak tidak suka mengonsumsi sayur ialah dengan rasa pahit yang ada dalam kandungan sayur, dan sayur yang hanya berwarna hijau sehingga anak menjadi malas untuk mengonsumsi sayur tersebut. Orang tua terutama ibu juga dapat menjadi salah satu faktor anak tidak suka mengonsumsi sayur dikarenakan tingkat kesadarannya terhadap pentingnya konsumi sayur secara rutin (Hidayati, Suyatno, Aruben, &

Pradigdo, 2017).Penyebab lainnya yang terjadi anak tidak suka mengonsumsi

(12)

sayur dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal.Faktor internal adalah faktor yang terjadi pada dalam diri anak sendiri yakni dari sikap dan pengetahuan anak tersebut terhadap sayur. Faktor eksternal adalah faktor yang terjadi di luar diri anak, antara lain ketersediaan sayur, orang tua, teman sebaya dan bahkan pendapatan dari keluarga (Mohammad & Madanijah, 2015).

Pada anak usia sekolah masih berada pada masa beradaptasi dengan dunia dan lingkungannya serta lebih banyak berinteraksi serta bersosialisasi dengan orang lain dan banyak beraktivitas.Oleh karena itu banyak anak yang terpengaruhi oleh konsumsi makanannya. Anak-anak pada usia sekolah masih sangat menikmati dengan orang-orag disekitarnya terutama pada temannya sekolah, bermain bersama dengan teman-teman sampai lupa waktu dan bahkan melupakan pada waktunnya makan. Pada keadaan ini maka orang tua harus bertindak tegas untuk memberika waktu yang cukup untuk anak beristirahat dengan cukup dan waktu untuk sarapan pagi (Ariani, 2017).

2.3.7.Dampak Yang Disebabkan Anak Jika Tidak Mengonsumsi Sayur Ketika pada usia sekolah anak cenderung mengonsumsi makanan yang ia sukai tanpa melihat apakah baik bagi kesehatannya atau tidak. Pada usia sekolah anak seharusnya mengonsumsi sayuran lebih banyak untuk masa pertumbuhan dan perkembangannya. Namun, dampak yang disebabkan jika anak tidak mengonsumsi sayur adalah kurangnya kadar vitamin D dalam tubuh, karies gigi karena anak lebih menyukai makanan dengan kadar gula berlebih dan tidak ada takarannya untuk setiap harinya, anemia disebabkan oleh konsumsi sayur yang kurang ketika menstruasi (pada perempuan), anak-anak dengan asupan nutrisi yang buruk dan anak yang memang memiliki gangguan pada penyerapan zat besi dengan penyakit yang dideritanya (More, 2014).

Membujuk anak untuk mengonsumsi sayur tentunya bukan hal mudah terutama pada anak yang memang pada dasarnya tidak menyukai sayur tersebut.

Sudah dijelaskan bahwa di dalam sayur –sayuran tersebut terdapat banyak

kandungan sangat dibutuhkan untuk tubuh. Pada anak-anak yang tidak

mengonsumsi sayur bisa menyebabkan datangnya bermacam-macam penyakit

seperti obesitas, jatung koroner, kanker, gagal ginjal dan hipertensi karena

(13)

sayuran merupakan sumber gizi mikro yang sangat berperan penting bagi tubuh

dan dapat menjaga kestabilan tekanan darah dan kadar kolestrol darah, sehingga

jika tidak mengonsumsinya tubuh akan menjadi lemah yang pada akhirnya akan

menganggu proses perkembangan, aktivitas anak sehari-hari bahkan pada

pikirannya (Candrawati, Wiarsih, & Sukihananto, 2014).

Referensi

Dokumen terkait

online dengan keluhan kelelahan mata di Kelurahan Padang Bulan Medan

[r]

126 Penentuan Koefisien Momen Inersia Benda Tegar Berbasis Arduino (Rustan, Linda handayani) Penentuan nilai k dapat dilakukan dengan menggunakan kalkulus melalui metode

Penelitian ini telah menghasilkan suatu desain pembelajaran dalam bentuk lintasan belajar ( learning trajectory ) dari bentuk informal ke bentuk formal pada

AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA MAHASISWA (Studi Kasus Akomodasi Komunikasi Antar Budaya pada Mahasiswa Aceh dan Nusa Tenggara Timur Program Pendidikan Profesi

PENETAPAN KADAR PHLOROTANNIN DALAM FRAKSI ETIL ASETAT ALGA COKLAT (Sargassum polycystum C. Agardh) DENGAN METODE FOLIN-CIOCALTEAU.. beserta perangkat yang diperlukan

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Standar kompetensi lulusan ini menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, bahan ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi