• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) terhadap Siswa. Oleh: Muhammad Ibrahim Rahman ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) terhadap Siswa. Oleh: Muhammad Ibrahim Rahman ABSTRAK"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Metode Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) terhadap Siswa

Oleh: Muhammad Ibrahim Rahman

ABSTRAK

Teori Multiple Intelligence hadir dalam dunia pendidikan sebagai jawaban atas masalah kekuatan kecerdasan manusia yang hanya dilihat pada kemampuan kecerdasan Logika-Matematika dan Linguistik saja. Namun dalam teori Multiple Intelligences ditawarkan dalam bentuk sembilan bentuk kecerdasan manusia, yaitu: (1) Kecerdasan Logis-Matematika, (2) Kecerdasan Linguistik, (3) Kecerdasan Visual-Spasial, (4) Intelijen Kinestetik, (5). ) Intelijen Musik, (6) Intelijen Interpersonal, (7) Kecerdasan Intrapersonal, (8) Kecerdasan Alami, (9) Kecerdasan Eksistensialis. Penerapan Teori Multiple Intelligences menegaskan bahwa setiap individu yang hidup di bumi terlahir dengan sejumlah kecerdasan potensial dan diberkahi dengan keunikan unik untuk dikembangkan juga meningkatkan kemampuan dan mencapai tujuan dan sasaran kehidupan, terutama dalam proses pendidikan. Belajar menggunakan Multiple Intelligences Theory berupa inovasi pembelajaran yang bisa diimplementasikan dalam pendidikan bagi guru di Indonesia. Bentuk implementasi pembelajaran berbasis Teori Multiple Intelligences adalah dengan menggunakan pembelajaran multimodel, pendekatan interdisipliner terhadap proses pengembangan materi pembelajaran, sedangkan dalam hal evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan model penilaian otentik.

Ini bertujuan sepenuhnya mengakomodasi keragaman kecerdasan yang dimiliki oleh para siswa.

Kata Kunci : Pembelajaran, Kecerdasan Majemuk, Siswa

(2)

Learning Method Based ''Multiple Intelligence'' to Students

ABSTRACT

The theory of Multiple Intelligences is present in the world of education as an answer to the problem of the power of human intelligence which is only seen in the ability of Logical-Mathematical and Linguistic intelligence only. But in the theory of Multiple Intelligences offered in the form of nine forms of human intelligence, namely: (1) Logical-Mathematical Intelligence, (2) Linguistic Intelligence, (3) Visual-Spatial Intelligence, (4) Kinesthetic Intelligence, (5) Musical Intelligence, (6) Interpersonal Intelligence, (7) Intrapersonal Intelligence, (8) Naturalist Intelligence, (9) Existentialist Intelligence. The Application of Multiple Intelligences Theory asserts that every individual who lives on earth is born with a number of potential intelligences and endowed with unique uniqueness to be developed also improve the ability and reach the goals and goals of life, especially in the education process. Learning using Multiple Intelligences Theory of a form of learning innovation that can be implemented in education for teachers in Indonesia. The form of implementation of learning based on Multiple Intelligences Theory is by using multimodel learning, interdisciplinary approach to the process of developing learning materials, while in terms of evaluation of learning can be with authentic assessment model. It aims fully in accommodating the diversity of intelligence possessed by the students.

Keywords : learning, multiple intelligence, student

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan merupakan indikator penting dalam proses perkembangan dan perwujudan individu, utamanya dalam hal pembangunan bangsa dan negara.

Menilai sebuah kemajuan suatu budaya sangatlah bergantung pada bagaimana mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia.

Perlu kita ketahui dan sepakati bahwa pendidikan itu memiliki andil dan juga manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah instrumen yang paling penting juga paling strategis guna mencapai tujuan individual maupun sosial. Seiring dengan berkembangnya zaman pada era modern saat ini, banyak dimunculkan strategi- strategi maupun metode-metode pengajaran yang telah dibungkus sekreatif mungkin yang bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa/peserta didik.

Proses kegiatan belajar mengajar merupakan sesuatu yang sangat kompleks, KBM dapat berlangsung secara efektif dan efisien bilamana telah terbentuk komunikasi antara pendidik, anak didik, dan orang tua, baik di sekolah, rumah, maupun di lingkungan masyarakat. Merupakan hal yang pasti jika kesuksesan peserta didik tercipta bila terjalin kerjasama antara orang tua dan guru dalam hal pembimbingan belajar serta penguasaan sejumlah kompetensi tertentu. (Mundiri, 2016a)

Dan kita ketahui dan yakini bahwa Allah menciptakan mahluk berwujud manusia dengan dianugerahi kemampuan, bakat dan juga intellegensi (IQ) yang berbeda-beda. Yang pada dasarnya setiap orang dilahirkan dengan sejumlah kecerdasan potensial yang siap dikembangkan, untuk dapat meningkatkan kemampuan dan menggapai cita-cita serta tujuan hidupnya.

Dari kenyataan kemajemukan kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak telah menyadarkan kita semua sebagai orang tua dan tenaga pendidik, bahwa setiap anak itu terlahir dengan cerdas dengan potensinya masing-masing. inilah

(4)

potret pendidikan kita selama bertahun-tahun bahwa pendidikan hanya diukur dari kecerdasan linguistic dan logika-matematic.

Kecerdasan majemuk adalah istilah yang digunakan Howard Gardner untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia itu memiliki banyak kecerdasan, tidak hanya sebatas IQ seperti yang di kenal selama ini. Menurut Gardner, setidaknya ada sembilan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan ruang visual (spasial), kecerdasan kinestetik badani, kecerdasan musikal, kecerdasan antar pribadi, dan kecerdasan intra pribadi, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial.

Kesembilan kecerdasan tersebut ada pada setiap individu dan perlu dikembangkan secara maksimal sehingga siswa yang dalam beberapa kecerdasan kurang menonjol dapat dibantu serta dibimbing untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasannya dalam hal ini pendidikan melalui metode pembelajarannya merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk mengembangkannya.1

Namun dalam proses pendidikan saat ini, sangat disayangkan banyak ditemukan anak-anak yang aslinya memiliki bakat-bakat ataupun potensi malah kurang mendapatkan perhatian juga dukungan di lingkungan sekolah maupun di rumah. Bahkan mirisnya, mereka sering mendapat cemooh maupun juga julukan

“tidak mampu belajar”, “bodoh”, “gangguan kurang perhatian”, “kurang mampu menerima pelajaran atau telmi”.(Mundiri, 2016b) Ketika kemampuan belajar dan berfikir mereka yang unik tidak dapat diterima oleh ruang kelas yang dominan kemampuannya memang mengarah untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Ataupun dalam kemampuan menghitung, mengukur, dan

1Baharudin Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal.152

(5)

mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis (linguistic or logical-mathematical).2

Inteligensi atau kecerdasan sering diartikan sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat, semakin cerdas seseorang maka semakin cepat pula ia memahami suatu permasalahan dan semakin cepat juga dalam mengambil langkah penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.3 Dalam hal ini kecerdasan juga dipahami sebagai kemampuan intelektual yang lebih menekankan hanya pada logika untuk memecahkan masalah. Kecerdasan seseorang biasanya diukur melalui tes intelligence quotient (IQ).4 Oleh sebab itu, kecerdasan bisa dinilai dari sisi kemampuan seseorang dalam menjawab soal-soal tes standar di lingkungan ruang kelas.

Anggapan berlebihan pada kemampuan IQ untuk menentukan keberhasilan seseorang masih saja mendominasi pembelajaran dan juga pendidikan di sekolah maupun di madrasah. Salah satunya tampak dari metode yang digunakan para guru ketika menyampaikan pelajaran. Guru seringkali mengajar dengan pendekatan yang rasional dengan logika matematika yang lebih sesuai dengan kecerdasan matematis-logis dan menjelaskan semua pelajaran dengan model ceramah dan cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik.5

Metode pembelajaran seperti diatas hanya menguntungkan bagi siswa- siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis dan linguistik saja, sementara siswa yang tidak memiliki kecerdasan-kecerdasan tersebut cenderung merasa bosan, tidak mengerti, terasing, dan merasa tidak pernah diperhatikan serta diajar di sekolah oleh gurunya.

2 Howard Gardner, “Multiple Intelligences Brilliant Mind, Generasi Cerdas & Baik”, dalam.

http://cerdas baik.webs.com/

3 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2004), hal.104

4Abdul Mujib dan dan Jusuf Mudzakir, Nuansa–Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) , hal.319.

5Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara Menerapkan Teori Multiple Intelligences Howard Gardner, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hal.6.

(6)

PEMBAHASAN

Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences

Hakekat Pembelajaran

Pengertian pembelajaran menurut kamus bahasa Indonesia:

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.6 Pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar dengan cara direncanakan atau didesain, dilaksanakan, serta di lakukan evaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar tersebut bisa mencapai beberapa tujuan pembelajaran dengan hasil yang sangat efektif juga efisien. Pembelajaran adalah sebagai sistem dan juga sebagai proses. Dipandang sebagai sistem, karena pembelajaran sendiri memiliki beberapa jumlah komponen yang terorganisir antara lain yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). Dikatakan sebagai proses karena pembelajaran adalah merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, meliputi: persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar dan penyiapan perangkat kelengkapan belajar seperti buku, alat peraga, alat evaluasi, atau bisa dengan media cetak lainnya. Kegiatan akhir setelah pembelajaran ini bisa berbentuk enrichment (pengayaan), dapat juga di lakukan dengan memberi layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan dalam belajar. (Mundiri, 2014)

6 (UU No.20 Th. 2003, BAB I pasal 1 ayat 1)

(7)

Pengertian Intelligences (Kecerdasan)

Dalam mendefinisikan kecerdasan, para ahli mengemukakan pengertian yang sangat beragam. Kecerdasan atau intelegensi dapat dikatakan sebagai kemampuan memahami dunia, cara berpikir rasional, dan juga menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan suatu tantangan. Sumber lain mengemukakan bahwasanya arti kecerdasan ialah kemampuan general manusia/seseorang dalam melakukan suatu tindakan-tindakan yang memiliki tujuan dengan cara pikir rasional.

Kecerdasan juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu atau pribadi dalam memahami, mengerti, juga melakukan terobosan baru atau inovasi, serta dapat memberikan solusi terhadap berbagai macam situasi dan kondisi yang terjadi.

Allah menciptakan mahluk berwujud manusia dengan dibekali kemampuan, bakat dan juga intellegensi (IQ) alami dengan takaran yang berbeda-beda. Selain itu, pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dengan sejumlah kecerdasan potensial yang siap dikembangkan, untuk dapat meningkatkan kemampuan dan menggapai cita-cita serta tujuan hidupnya.

Tingkat kecerdasan akan berkembang sesuai bagaimana cara seseorang tersebut dalam mengelola dan mengolahnya dengan cara berpikir dan menyelesaikan suatu masalah. Orang yang cerdas cenderung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan tanpa harus bersusah- payah mengikuti pedoman yang harus dilakukan. Namun, uniknya apapun yang dikerjakannya alamiah muncul begitu saja melalui pemikirannya, maka disini dapat disimpulkan bahwa cerdas merupakan sifat bawaan dan bukan merupakan proses yang dibentuk seperti orang pintar. Meskipun demikian, penyematan kata cerdas ini tidak semerta-merta dapat disandingkan dengan salah satu bidang ilmu saja, melainkan istilah cerdas digunakan secara general untuk hal yang umum.

Jadi, penggunaan istilah kata cerdas cenderung mengarah pada hal yang

(8)

umum serta disematkan kepada seseorang yang mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi.

Inteligensi merupakan hal penting yang sangat berkaitan erat dengan tingkat kemampuan manusia dalam hal menyesuaikan diri pada lingkungannya, di lihat dari sisi kemampuan secara fisik maupun non fisik.

Telah banyak penelitian mengindentifikasi mengenai kemampuan ini, bahkan tercipta sebuah rumus tentang bagaimana cara mengukur tingkat inteligensi pada manusia.

Pengertian Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk)

Multiple Intelligences merupakan istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu kecerdasan yang bermakna “kecerdasan majemuk” atau

“kecerdasan ganda”. Teori Multiple Intelligences ini ditemukan serta dikembangkan oleh seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School Of Education, Harvad University, Amerika Serikat, yaitu Howard Gardner. Dia dikenal sebagai penulis buku Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (Basic Books, 1983/1993), Multiple Intelligences: The Theory in PracticeIntelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (Basic`Books, 1993), dan (Basic Books, 1993). Bahkan dia juga didapuk menjadi salah satu direktur Project Zero pada lembaga Harvard Graduate School of Education. Yang mana project zero ini merupakan suatu pusat penelitian dan pendidikan dalam pengembangan cara belajar, berpikir, dan kreativitas untuk mempelajari suatu bidang bagi individu maupun institusi.(Mundiri, 2014)

Di dalam teorinya Gardner menjelaskan bahwa setiap manusia/

seseorang dianugerahi lebih dari satu intelegensi dengan bentuk kemampuan yang berbeda-beda kemudian disebutnya dengan multiple intelligence (kecerdasan majemuk). Pengertian inteligensi menurut Gardner ini berbeda penafsiran dengan pengertian yang dipahami

(9)

sebelumnya. Sebelum Gardner, pengukuran intelligence question (IQ) seseorang dipatok berdasar pada tes IQ saja, yang mana hanya menonjolkan kecerdasan matematis-logis dan linguistik saja. Sehingga kecerdasan pada bidang yang lain kurang diperhatikan. Hasil penemuan Gardner tentang inteligensi manusia berefek mengubah konsep dalam kecerdasan. Yaitu, Inteligensi seseorang dapat dikembangkan dengan melalui pendidikan dan berjumlah banyak.(Mundiri & Zahra, 2017)

Sangatlah jelas Gardner berpendapat bahwasannya tidak ada anak bodoh ataupun pintar. Yang ada, hanyalah anak yang menonjol dalam salah satu atau juga dari beberapa jenis kecerdasan tersebut. Dengan demikian, pelaksanaan dalam melakukan penilaian dan penstimulasian kecerdasan anak, orang tua serta guru harus dilakukan secara jeli dan cermat, dengan cara merancang sebuah metode khusus. Dalam hal menstimulasi kecerdasan anak, kecerdasan tertentu sangatlah bisa diasah, sehingga seorang anak bisa menjadi lebih terampil.

Adapun esensi dari teori multiple intelligences menurut Gardner adalah sikap menghargai keunikan individu, berbagai macam variasi cara belajar, Menyajikan sejumlah model untuk penilaian belajar, serta berbagai macam cara dalam mengaktualisasikan diri dalam bidang tertentu yang akhirnya dapat diakui.

Menurut hasil identifikasiannya, Gardner berpendapat bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat 9 (sembilan) jenis kecerdasan , antara lain kecerdasan logika-matematika, linguistik (berbahasa), visual-spasial, kinestetik (gerak tubuh), musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial. Kesembilan kecerdasan bukan tidak mungkin dimiliki sekaligus oleh setiap individu, hanya saja didalam taraf yang berbeda- beda. Namun terkadang, kecerdasan ini juga tidak berdiri sendiri, bisa bercampur baur dengan kecerdasan lainnya.

Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk)

(10)

Rangkaian pembelajaran berbasis multiple intelligences merupakan suatu upaya konkrit dalam memaksimalkan kecerdasan ganda yang dimiliki setiap siswa dalam hal pencapaian kompetensi tertentu dengan berbagai cara mengkombinasikan beberapa kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut.

Dalam penerapan sistem pembelajaran berbasis multiple intelligences (MI) ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut;

1. Penalaran

Penalaran ialah cara kerja kecerdasan intelektual. Seseorang yang cerdas intelektual, umumnya melakukan penalaran dijadikan salah satu hobinya. Apabila kemampuan penalaran seseorang terasah dengan baik, maka sangat membantu pencapaian keberhasilannya di sekolah ataupun dalam pergaulannya sehari-hari.

2. Eksperimen

Eksperimen merupakan salah satu langkah untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan menjadi kegiatan yang paling disenangi oleh orang-orang yang cerdas dan intelek. Dorongan dari rasa ingin tahu yang tinggi membuat mereka tidak terlalu mempedulikan kegagalan dalam bereksperimen, bahkan kegagalan justru menjadi batu loncatan bagi penyempurnaan temuan mereka selanjutnya.

3. Ingatan yang Baik

Ingatan atau memori merujuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime). Orang yang cerdas intelektual biasanya mempunyai daya ingat yang baik. Daya ingat atau kemampuan mengingat itu sangat penting, baik untuk kepentingan belajar, pengembangan ilmu pengetahuan, dan lain-lain.

4. Rajin Membaca

Salah satu cara orang yang cerdas intelektual yaitu dengan rajin membaca, senang membaca dan selalu membaca. Dengan sering membaca, maka secara tidak langsung dapat melatih kemampuan otak

(11)

dan pikiran manusia. Perintah membaca, juga termaktub jelas pada Al- Quran, sekaligus merupakan wahyu perdana yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun didalam praktek pembelajaran berbasis multiple intelligences ini adalah memacu kecerdasan yang terlihat unggul pada diri siswa dengan cara semaksimal dan seoptimal mungkin, tentunya dengan berupaya tetap mempertahankan kecerdasan lainnya sesuai standar minimal yang sudah ditentukan oleh lembaga. Sistem pembelajaran berbasis multiple intelligences juga bertujuan untuk mengupayakan serta mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap individu (siswa) dalam hal pencapaian kompetensi tertentu sesuai standart kurikulum yang telah di tentukan.

Setelah kita mengetahui bahwa terdapat lebih dari satu jenis kecerdasan, maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan potensi dirinya dengan berupaya mengetahui macam-macam model kecerdasan yang bisa memberikan peluang emas untuk dikelola serta dikembangkannya. Menurut Gardner Kecerdasan tersebut diantaranya;

a. Kecerdasan Matematika - Logika (Logical-Mathematical Intelligence) Kecerdasan Matematika–logika (Logical-Mathematical Intelligence) yaitu kemampuan dalam memecahkan masalah dengan menggunakan penalaran yang logis, serta menggunakan angka dengan baik. Kecerdasan ini dipakai dalam hal menciptakan hipotesis dan untuk menguji keakuratannya dengan data eksperimen. Cara kerja kecerdasan ini menggunakan kepekaan pola logika untuk menganalisa sebuah kasus atau problem, dan juga dalam hal melakukan perhitungan matematis. Seseorang yang menonjol kecerdasan matematik logika lumrahnya senang dengan yang berbau angka, mencintai ilmu pengetahuan, senang memecahkan misteri, menghabiskan waktu mengerjakan asah otak atau teka-teki logika, senang mengorganisasikan informasi dalam tabel serta grafik, dan menggunakan komputer lebih dari sekedar untuk bermain permainan.

(12)

Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kecerdasan matematika-logis diantaranya adalah:

menggunakan sistem tanya jawab, pemecahan problem/masalah, mengkonstruksi model-model dari berbagai konsep kunci, eksperimen, dan menghadirkan permainan yang menggunakan strategi dan logika. Sedangkan cara belajar terbaik anak-anak yang cerdas matematis-logika dapat dilakukan melalui angka, berpikir, bertanya, mencoba, menduga, menghitung, menimbang, mengurutkan, mengklasifikasi, dan mengkontruksi.

b. Kecerdasan Berbahasa (Linguistik Intelligence)

Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan dalam menggunakan dan mengolah kata dalam bentuk tulisan atau lisan. Kecerdasan linguistik sangat berkaitan erat tentang bagaimana kemampuan siswa dalam membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi dan berdebat, kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Seseorang yang mempunyai kecerdasan linguistik lumrahnya sangat merespon juga mendengar apapun setiap bunyi suara dan juga ritme. Dalam hal pengaplikasian lapangan, biasanya akan menjadi ahli dalam makna kata (semantik), aturan kata (sintaksis), ungkapan kata maupun fungsi bahasa (pragmatik). Seseorang yang mempunyai kecerdasan linguistik yang tinggi senang dalam hal pengepresian diri melalui bahasa.

Adapun cara mengembangkan kecerdasan linguistik bagi peserta didik, maupun guru dengan melakukan kegiatan pembelajaran diantaranya permainan kata-kata, diskusi kelompok, sandiwara/pertunjukan, tim debat, curah gagasan, telling story, teka teki silang dan menulis jurnal, dll. Cara tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan mengajak anak ke took buku, beri kesempatan berbicara, sediakam banyak buku-buku, rekaman, serta menciptakan peluanh mereka untuk menulis, menyediakan peralatan membuat tulisan, mesin ketik, keyboard, untuk belajra mengidentifikasi huruf dalam kata-kata.

c. Kecerdasan Dimensi Ruang (Visual-Spatial Intelligence)

(13)

Kecerdasan spasial atau kecerdasan visual adalah kemampuan dalam memahami konsep ruang, posisi, letak dan bentuk-bentuk tiga dimensi.

Seseorang pada model kecerdasan ini, suka akan menggambarkan ide-ide atau juga membuat sket dalam membantu memecahkan masalah, cara berpikir dalam bentuk gambar-gambar serta mudah melihat berbagai objek. Model kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan dimensi ruang ini adalah dengan cara membangun lingkungan belajar, presentasi bergambar, permainan kartu, memperbanyak visual baik secara konvensional maupun dengan teknologi.

Anak didik yang cerdas dalam pengaplikasian visual-spasial biasanya sangatlah kreatif, memiliki kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara visual dan spasial dalam bentuk gambar atau bentuk yang dapat terlihat oleh mata. Mereka memiliki kemampuan mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari sudut pandang yang berbeda. Mereka juga mampu memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah objek.

d. Kecerdasan Kinestetik (Bodily-Kinestehetic Intelligence)

Kecerdasan Kinestetik-Jasmani (Bodily-Kinestehetic Intelligence) merupakan sebuah kemampuan siswa di dalam mengkombinasikan penglihatan dan gerak tubuh atau juga keahlian menggunakan seluruh tubuh guna mengekspresikan ide serta perasaan. Kecerdasan ini berkaitan dengan mendayagunakan tubuh secara terampil. Kecerdasan kinestetik bisa juga diartikan sebagai keterampilan dalam menggunakan tangan dalam menciptakan atau mengubah sesuatu menjadi sebuah karya ataupun kerajinan. Seseorang yang memiliki kecerdasan kinestetik indentik suka bergerak dan aktif, mudah dan cepat mempelajari keterampilan-keterampilan fisik, bergerak sambil berfikir, senang berakting, pandai meniru gerak-gerik serta ekspresi orang lain, berprestasi dalam sport tertentu, terampil membuat kerajinan atau membangun model-model, lihai dalam berdansa/menari. Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan pada kecerdasan kinestetik yaitu dengan mendayagunakan fisik secara keseluruhan dalam proses pembelajaran dan disertai juga dilakukannya

(14)

pelatihan melalui gerakan-gerakan, menggunakan permainan peran dan juga secara simulasi.

Adanya rangsangan stimukus terhadap kecerdasan gerak-kinestetik membantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Sesuai dengan sifat anak, yakni suka bergerak, proses belajar hendaklah memperhatikan kecenderungan ini. Anak didik dengan kecenderungan kecerdasan kinestetik dalam proses belajar dengan tekhnik menyentuh, memanipulasi, dan menggunakan gerakan.

Mereka memerlukan kegiatan belajar yang bersifat kinestik dan dinamis.

Meraka juga membutuhkan akses ke lapangan bermain, lapangan rintangan, kolam renang dan ruang olahraga.

e. Kecerdasan Musical (Musical Intelligence)

Kecerdasan Musical (Musical Intelligence) yaitu kemampuan untuk mengenali, mengolah yang berkaitan dengan nada-nada, dengan cara mempersepsi, membedakan, mengubah dan mengekspresikan. Seseorang yang memiliki kecerdasan musical biasanya senang menyanyi, senang mendengarkan musik, senang memainkan instrumen musik, mudah mengingat melodi atau nada, mudah mengenali banyak lagu yang berbeda, mendengar perbedaan antara instrumen yang beranekaragam yang dapat diaplikasikan atau dimainkan secara bersama-sama, berdendang, bersenandung atau menyayikan lagu sambil mengerjakan tugas/pekerjaan, mudah menangkap irama dan suara- suara di sekelilingnya, senang membuat suara-suara musikal dengan tubuh (bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan jari atau menghentakkan kaki, mengarang atau menulis lagu-lagu atau rap sendiri).

Untuk mengembangkan kecerdasan musical guru dapat melakukan pembelajaran di antaranya: mengemas materi pelajaran dalam format berirama yang dapat dinyanyikan, menghafal perkalian dengan menyanyikan dalam irama lagu tertentu dan guru juga bisa mengubah lirik lagu untuk mengajarkan konsep melalui salam berirama, deklamasi, menyanti bersama, tepuk bernada

(15)

dan bila mungkin, orchestra kaleng bekas dan latihan membedakan bunti dan suara disekitar.

f. Kecerdasan Antarpribadi (Interpersonal Intelligence)

Kecerdasan antarpribadi (Interpersonal Intelligence) yaitu kecerdasan dalam hal menjalin interaksi sosial dan memelihara hubungan sosial dengan mengaplikasikan keterampilan seseorang didalam membangun , menciptakan, dan mempertahankan relasi/hubungan social juga tekhnik dalam mempersepsi serta membedakan suasana hati, memberi maksud, memotivasi perasaan orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan antarpribadi biasanya suka mengamati sesama, mudah berteman, suka menawarkan bantuan ketika seseorang membutuhkannya, senang dengan kegiatan-kegiatan kelompok, percaya diri, dapat menerka bagaimana perasaan seseorang hanya dengan memandang, menyemangati teman lain, lebih suka bekerja dan belajar berkelompok daripada sendiri. Pengembangan kecerdasan interpersonal dalam kegiatan belajar dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan belajar secara kelompok, beri waktu luang untuk siswa dapat berinteraksi antar sesamanya.

Metodologi yang dapat dilakukan adalah dengan problem solving melalui interaksi dengan orang lain seperti memberikan tugas yang harus diselesaikan secara berpasangan maupun kelompok serta bermain bersama namun tetap dalam pengawasan pendidik.

g. Kecerdasan Intrapribadi (Intrapersonal Intelligence)

Kecerdasan intrapribadi (Intrapersonal Intelligence) yaitu kemampuan diri untuk mengerti juga memahami diri sendiri , dalam artian memahami keinginan, hasrat dan minat juga harapan yang ada pada diri dan melakukan sesuatu dengan berdasarkan pemahaman tersebut. Indikator yang menunjukkan kecerdasan Intrapribadi adalah menyadari dan mengerti tentang emosi diri sendiri dan oranglain, mampu mengembangkan konsep diri yang baik dan benar, lebih suka dan mampu bekerja sendiri, menjunjung tinggi rasa percaya

(16)

diri. Untuk melatih dan mengembangkan kecerdasan ini dalam pembelajaran oleh guru diantaranya dengan menyediakan waktu untuk refleksi diri dan menghargai perasaan serta memberikan motivasi.

Kecerdasan intrapribadi dirangsang melalui tugas, kepercayaan dan pengakuan dengan cara memberi tugas yang harus dikerjakan sendiri, dipercaya untuk berkreasi dan mencari solusi dan didorong untuk mandiri.

Dorongan tumbuhnya kecerdasan intrapribadi harus disertai dengan sifat positif para pengajar dalam menilai setiap individu. Pujian yang tulus, sikap tidak mencela, dukungan yang positif, menghragai pilihan, serta kemauan mendengarkan cerita dan pendapat merupakan stimulasi kecerdasan intrapribadi

h. Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)

Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence) yaitu keahlian diri manusia dalam mengenali dan mengelompokan spesies flora dan fauna terhadap lingkungan sekitar. Orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki sesuatu kepekaan pada fenomena/gejala alam, suka memelihara dan menyayangi binatang, suka pada hal yang berkaitan dengan cocok tanam atau berkebun, sangat peduli tentang alam serta lingkungan seperti gunung, pantai, suaka alam dan hutan, suka mengobservasi lingkungan alam seperti mengobservasi bebatuan, jenis tanah dan lapisan tanah, beraneka ragam bentuk dan macam flora juga fauna. Untuk mengembangkan dan memanfaatkan kecerdasan naturalis ini, guru dapat melakukan pembelajaran dengan menggunakan media lingkungan sekitar, belajar di alam terbuka, mempelajari suatu materi pembelajaran dengan mengamati fenomena alam atau mempelajari kejadian alam seperti membiasakan menyiram tanaman, menciptakan permainan dengan unsur-unsur alam seperti membandingkan berbagai bentuk daun dan bunga, mengamati tekstur pasir, tanah dan kerikil, mengoleksi biji-bijian dan mengoleksi VCD tentang seluk beluk hewan, tumbuhan dana lam.

(17)

i.

Kecerdasan Eksistensialis

(

existentialis Intelllegence

)

Kecerdasan Eksistensialis merupakan kemampuan yang ada hubungannya dengan kepekaan dan kemampuan untuk menjawab masalah- masalah terdalam diantaranya eksistensi atau juga bisa disebut keberadaan manusia. Seorang anak yang mempunyai kecerdasan ini akan mempertanyakan mengenai tentang adanya manusia yang hidup dibumi ini karena ia peka terhadap keberadaan manusia. Anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki ciri-ciri akan cenderung bersikap untuk mempertanyakan bebagai pertanyaan yang berkaitan dengan keberadaan manusia seperti arti kehidupan manusia, mengapa manusia itu mengalami suatu kematian, dan kenyataan yang dihadapinya. Mereka akan mencari tahu tentang masalah-masalah tesebut hingga mendapatkan jawaban yang mereka pertanyakan.

Indikator kecerdasan eksistensial dapat diibaratkan sebagai pedang bermata dua. Frekuensi seseorang dalam memikirkan kematian, misalnya mungkin dapat digunakan untuk menguji kesadaran eksistensialnya.

Meskipun demikian, tidak salah jika hal itu mengindikasikan keputusasaan seseorang itu mengenai kehidupan. Seperti juga anak kecil yang bertanya kepada gurunya, “Mengapa kita harus upacara? Pakai hormat-hormat segala?” Fenomena tersebut dapat dipandang sebagai munculnya kesadaran eksistensial dan dapat juga merupakan refleksi dari keengganan anak untuk melaksanakan kegiatan rutin sekolah.

2.1 Konsep Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences

Multiple Intelligences mempunyai metode discovering ability, artinya proses menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu. Kecenderungan tersebut harus ditemukan melalui pencarian kecerdasan. Konsep multiple intelligences yang menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan keunikan setiap anak. Lebih jauh, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh, sebab setiap anak pasti minimal memiliki satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat dideteksi dari awal otomatis kelebihan itu adalah

(18)

potensi kepandaian sang anak. Atas dasar itu, seyogyanya sekolah menerima siswa barunya dalam kondisi apapun. Dari metode diatas dapat dikatan bahwa merupakan tugas sekolah dalam meneliti kondisi siswa dalam hal psikologis dengan proses mengetahui kecenderungan beberapa model kecerdasan siswa melalui kecerdasan riset yang dinamakan Multiple Intelligences Research (MIR).

Teori multiple intelligences membuka kemungkinan bagi setiap anak untuk belajar dan mencapai tugas perkembangan. Multiple intelligences menghindarkan anak dari kegagalan tugas perkembangan, seperti rasa rendah diri dan tidak bahagia, rasa ketidaksetujuan dan penolakan sosial, yang akan menyulitkan penguasaan tugas perkembangan baru. Tugas perkembangan akan terganggu jika anak tidak memperoleh kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan oleh kelompok sekolah, tidak memperoleh bimbingan dalam belajar, dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Sebaliknya anak akan terdukung oleh lingkungan yang memberikan kesempatan anak untuk belajar, bimbingan belajar dari orang tua dan pendidik, serta motivasi yang kuat untuk belajar. Hal ini berarti, multiple intelligences memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan dukungan untuk pencapaian tugas perkembangan.

(19)

PENUTUP

Kesimpulan

Sesuai dengan amanat pemerintah, guru memiliki tugas untuk terampil dalam mengelola pembelajaran, tidak hanya sebatas menyampaikan materi, tetapi guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya. Kecerdasan merupakan salah satu perbedaan karakteristik serta didik. Dengan mengetahui kecerdasan yang dominan yang dimiliki oleh peserta didik, maka guru dapat memanfaatkan kecerdasan tersebut untuk memaksimalkan hasil belajar. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik.

Sistem pembelajaran berbasis multiple intelligences (MI) bertujuan untuk mengupayakan serta mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap individu (siswa) dalam hal pencapaian kompetensi tertentu sesuai standart kurikulum yang telah di tentukan.

Gardner berpendapat bahwasannya tidak ada anak bodoh ataupun pintar. Yang ada, hanyalah anak yang menonjol dalam salah satu atau juga dari beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian, pelaksanaan dalam melakukan penilaian dan penstimulasian kecerdasan anak, orang tua serta guru harus dilakukan secara jeli dan cermat, dengan cara merancang sebuah metode khusus yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran , Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2007

Howard Gardner, “Multiple Intelligences Brilliant Mind, Generasi

Cerdas & Baik”, dalam. http://cerdas baik.webs.com/

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo, 2004

Abdul Mujib dan dan Jusuf Mudzakir, Nuansa–Nuansa Psikologi

Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002

Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara Menerapkan Teori Multiple Intelligences Howard Gardner, Yogyakarta:

Kanisius, 2008

Mundiri, A. (2014). REKONSTRUKSI EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS SPIRIT INTEGRALISTIK. At-Turas, 1(1), 23–51.

Mundiri, A. (2016a). STRATEGI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBANGUN BRANDING IMAGE. Pedagogik, 3(2), 58–72.

Mundiri, A. (2016b). THE LEADERSHIP OF HEADMASTER IN BUILDING A WORK CULTURE BASED ON PESANTREN. In International Conference on Education and Training (pp. 1–7). Malang:

Faculty of Education State University of Malang.

Mundiri, A., & Zahra, I. (2017). IMPLEMENTASI METODE STIFIn DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL- QUR’AN DI RUMAH QUR’AN STIFIn PAITON PROBOLINGGO.

Journal of Islamic Education Studies), 5(2), 201–223.

https://doi.org/10.15642/jpai.2017.5.2.201-223

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah strategi pembelajaran yang menekankan cara guru mengemas pembelajaran agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh

ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain : pembelajaran multiple intelligences merupakan gabungan dari delapan kecerdasan siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) pada mata pelajaran Akidah akhlak di

Berdasarkan uraian pada pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut, (1) kepraktisan Lesson Plan berbasis Multiple Intelligences

pembelajaran berbasis Multiple Intelligences pada materi keliling dan luas (persegi dan persegi panjang) adalah siswa memberikan respons positif yaitu dengan

Kata Kunci: Pembelajaran Tematik, Multiple Intelligences (MI), Kreativitas, Visual-spasial. Multiple intelligences di temukan pertama kali oleh Howard Gardner pakar

Dalam kurikulum 2013 mengandung relevansi dengan mengedepankan kreasi dan bakat siswa, hal ini senada dengan pembelajaran yang berdasarkan kecerdasan Majemuk

Perencanaan manajemen pembelajaran dalam rangka pengembangan kecerdasan majemuk (multiple intelligences) peserta didik di TK Kusuma Mulia Desa Seketi Ngadiluwih Kediri terlihat