• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMA PADA KONSEP GELOMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMA PADA KONSEP GELOMBANG"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMA PADA KONSEP GELOMBANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Aisyah Turahmi NIM 1111016300019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2018

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

(6)

v

ABSTRAK

AISYAH TURAHMI, 1111016300019. Pengaruh Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Konsep Gelombang Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegunaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2017 di MA An-Najah Petukangan Selatan-Jakarta Selatan bertujuan untuk menunjukkan adanya pengaruh Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa juga untuk melihat perkembangan kecerdasan siswa pada aspek kecerdasan linguistik, spasial, kinestetik dan matematis-logis. Dalam penelitian ini terdapat dua sampel, yaitu kelas XI MIA1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA2 sebagai kelas kontrol. Metode yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan desain non equivalent control grup dan teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu instrumen tes berupa soal objektif pilihan ganda dan instrumen non tes berupa angket. Kelas eksperimen diberikan tes MI sebelum perlakuan untuk melihat kecerdasan dominan siswa.

Perkembangan kecerdasan siswa juga diukur berdasarkan hasil pretest dan posttest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan strategi multiple intelligences berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut berdasarkan hasil uji U Mann- Whitney yang menunjukkan bahwa nilai hitung sebesar 0,002 dengan  sebesar 0,05 sehingga Ho ditolak. Artinya terdapat pengaruh strategi pembelajaran multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa pada konsep gelombang.

Kata kunci: Strategi pembelajaran multiple intelligences, Hasil belajar kognitif siswa, konsep gelombang

(7)

vi

ABSTRACT

AISYAH TURAHMI, 1111016300019. The Effect of Multiple Intelligences learning strategy to Against Student’s Cognitive Achievement in Wave Concepts. Skripsi of Department of Physics Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2018.

The research was done in December 2017 at MA An-najah Petukangan Selatan- South Jakarta to show the effect of Multiple Intelligences Learning strategy on Student's Cognitive Achievement also to see the development of students' intelligence on linguistic, spatial, kinesthetic and mathematical logical of intelligence aspects. The samples are XI MIA1 as experiment class and XI MIA2 as control class. The methods of research used quasi experimental with nonequivalent control group design. The technique of sampling is purposive sampling. The test instruments are test of student’s achievement (pretest and posttest) and non-test instruments. The experiment class was given an MI test before to see the students' intelligence. The development of students' intelligence is based on pretest and posttest results also. The result obtained that there is an effect of using multiple intelligences strategies on student’s achievement. It based on the result of hypothesis testing using Mann- Whitney test. The value of sig. (2-tailed) is 0.002, while the level of significance is 0.05. Ho rejected. Its mean that the multiple intelligences learning strategy was proved influence to student’s achievement on wave concept.

Keywords: multiple intelligences learning strategy, student cognitive learning

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Konsep Gelombang”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman. Amiin ya rabbal „alamin.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus ucapan terima kasih tersebut disampaikan kepada:

1. Prof. Ahmad Thib Raya, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dwi Nanto, Ph.D selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Hasian Pohan, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan saran dan pengarahan selama proses pembuatan skripsi ini.

5. Devi Sholehat, M. Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan saran dan pengarahan selama proses pembuatan skripsi ini.

6. Ai Nurlaela, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswi pendidikan fisika.

7. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya jurusan pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.

8. Bapak Warsono, M.Pd selaku kepala MA Annajah Jakarta Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah tersebut, serta Arfan, S. Pd selaku guru bidang studi fisika yang telah memberikan dukungan dan saran

(9)

viii

kepada penulis selama penelitian berlangsung. Warsono M. Pd selaku kepala Madrasah Aliyah Annajah yang telah memberikan izin

9. Keluarga tercinta, Buya Bustami, Ummi Zulbaida, Kakak dan adik-adik yang tiada henti memberikan doa, motivasi, dan dukungan luar biasa kepada penulis.

10. Keluarga Pendidikan Fisika 2011 yang senantiasa berbagi ilmu dan pengalaman berarti.

11. Sahabat REDHANNAR (Rita, Emil, Desi, Hikmah, Amel, Nova, Nisa, Ratu) yang memberikan dukungan, motivasi, inspirasi dalam kelancaran penyusunan skripsi ini, dan selalu ada dalam berbagai keadaan, terima kasih atas segala waktu, bantuan, dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

12. Sahabat Kahfi BBC Motivator School angkatan 15 (Mila, Neneng, Chaca, Titin, Eka, Okta dll) yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan balasan yang terbaik. Amin ya Rabbal‟alamin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Jakarta, 28 Maret 2018

Penulis

(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BEPIKIR DAN HIPOTESIS ... 6

A. Kajian Teoritis ... 6

1. Strategi Pembelajaran Multiple Intellegence ... 6

2. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegence ... 12

3. Strategi Dasar dan Langkah Pembelajaran Berbasis Multiple Intelgences ... 13

4. Hasil Belajar ... 17

5. Kajian Konsep... 21

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berpikir ... 28

D. Perumusan Hipotesis ... 30

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

(11)

x

B. Metode dan Desain Penelitian ... 31

1. Metode Penelitian ... 31

2. Desain Penelitian ... 31

C. Variabel Penelitian ... 32

D. Populasi dan Sampel... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 33

G. Kalibrasi Instrumen Penelitian ... 34

1. Uji Validitas ... 34

2. Uji Reliabilitas ... 34

3. Taraf Kesukaran ... 36

4. Daya Pembeda ... 37

H. Teknik Analisis Data ... 38

1. Uji Prasyarat Hipotesis ... 38

2. Uji Hipotesis... 40

I. Analisis Data Nontes ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1. Hasil Pretest ... 44

2. Hasil Posttest ... 45

3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar ... 46

4. Data Angket Respon Siswa ... 48

B. Analisis Data ... 49

1. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 49

2. Hasil Uji Hipotesis ... 50

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengertian Kecerdasan dan Indikatornya ... 8

Tabel 3.1 Desain Penelitian ………....31

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 33

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Respon... 34

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 35

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ... 35

Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 36

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 36

Tabel 3.8 Kriteria Taraf Kesukaran ... 36

Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 37

Tabel 3.10 Kategori Daya Pembeda ... 38

Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ... 38

Tabel 3.12 Pemberian Skor Angket Respon... 42

Tabel 3.13 Kriteria Penilaian Angket Respon ... 43

Tabel 4.1 Ukuran Penyebaran dan Pemusatan Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………..45

Tabel 4.2 Ukuran Penyebaran dan Pemusatan Data Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 46

Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest dan Posttest ... 47

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Setiap Aspek Kognitif ... 47

Tabel 4.5 Hasil Angket Respon Siswa ... 49

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Shapiro-Wilk Pretest dan Posttest ... 49

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Levene Pretest dan Posttest Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 50

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis U Mann-Whitney ... 50

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pertanyaan kunci untuk merancang strategi pembelajaran Multiple Intellegence

... 14

Gambar 2.2 Bagan tahapan strategi pembelajaran Multiple Intellegence ... 15

Gambar 2.3 Peta konsep gelombang ... 21

Gambar 2.4 Gelombang Pada Tali ... 22

Gambar 2.5 Periode Gelombang ... 23

Gambar 2.6 Amplitudo Gelombang ... 23

Gambar 2.7 Gelombang Berdiri ... 25

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi dan Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 44

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi dan Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 45 Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Kelas Kontrol dan Eksperimen 48

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... 59

1. RPP Kelas Kontrol ... 60

2. RPP Kelas Eksperimen ... 69

Lampiran B Instrumen Penelitian 1. Instrumen Tes ... 87

a. Kisi-kisi Insrtumen Tes ... 88

b. Instrumen Tes ... 89

2. Analisis Hasil Uji Instrumen ... 89

a. Uji Validitas Butir Soal ... 110

b. Uji Reliabilitas Instrumen ... 112

c. Uji Taraf Kesukaran ... 113

d. Uji Daya Pembeda ... 114

3. Instrumen Tes yang Digunakan ... 115

4. Kisi-kisi Angket Respon ... 119

Lampiran C Analisis Data Hasil Penelitian ... 120

1. Hasil Pretest-Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 120

2. Uji Normalitas ... 126

3. Uji Homogenitas ... 127

4. Uji Hipotesis ... 128

5. Hasil belajar ranah kognitif... 129

6. Data Hasil Angket Respon Siswa ... 130

Lampiran D Surat-surat Penelitian ... 131

1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 131

2. Surat Keterangan Penelitian... 133

3. Lembar Uji Referensi... 134

4. Biodata Penulis ... 140

(15)

1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu. Kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa akan menentukan kemajuan suatu kebudayaan.1 Proses kegiatan pembelajaran dalam kelas akan menentukan kualitas pendidikan dalam hal ini adalah hasil belajar siswa. Hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa diantaranya adalah strategi pembelajaran. strategi pembelajaran yang tepat adalah yang paling sesuai dengan cara belajar siswa sehingga guru perlu terampil dalam mendesain pembelajaran yang mengesankan siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran fisika SMA di kota Tangerang Selatan, dalam proses pembelajaran masih sering menggunakan metode ceramah dan sebagian materi berasal atau disampaikan oleh guru (teacher center) dan terlihat siswa tidak siap untuk belajar, sehingga guru dan siswa kehilangan beberapa menit jam pelajaran sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini menunjukkan bahwa guru belum melaksanakan kegiatan pendahuluan pembelajaran yaitu membuka pelajaran.

Membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental, minat maupun perhatiannya terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan.2 Siswa yang diajar dengan keterampilan membuka pembelajaran memiliki hasil belajar yang tinggi karena siswa lebih termotivasi mengikuti pembelajaran sedangkan pembelajaran tanpa keterampilan membuka pembelajaran tidak membangkitkan motivasi belajar siswa serta tidak memberi acuan bagaimana jalannya proses pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif tanpa ada keinginan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.3

1 Utami Munandar. PengembanganKreativitas Anak Berbakat,(Jakarta: Rineka Cipta, 2004),h 6.

2 Abdul Majid. Strategi Pembelajaran. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.64

3Asria Azis. Pengaruh Keterampilan Membuka Pembelajaran Terhadap Motivasi Siswa Dalam Belajar.

Journal of EST, volume 2 nomor 2. Agustus 2018. h. 66

(16)

2

Ilmu fisika merupakan ilmu alamiah dasar yang mengkaji mulai dari bagaimana alam ini tercipta berikut kehidupan serta fenomena-fenomenanya. Gelombang merupakan salah satu materi fundamental yang harus dipahami oleh siswa. Konsep dasar gelombang seperti frekuensi, panjang gelombang, kelajuan gelombang, amplitudo, superposisi dan lain- lain digunakan sebagai dasar dalam mempelajari berbagai bidang fisika lanjutan, diantaranya gelombang bunyi, gelombang cahaya, elektromagnetik, mekanika kuantum, dan lain-lain. 4 Beberapa penelitian terkait gelombang telah menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi gelombang.5 Sebanyak 17 dari 54 siswa yang memilih gelombang sebagai materi yang sulit dari 7 materi lainnya6. Hal yang sama juga di alami oleh siswa, kesulitan yang di alami di tunjukkan dengan hasil ulangan harian, 62% siswa tidak mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Rendahnya hasil belajar siswa menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum terlaksana dengan baik. Agar tercapai suatu hasil yang lebih optimal dalam pelaksanaan pembelajaran, maka ada yang perlu diperhatikan, yakni prinsip pembelajaran. Salah satu dari prinsip pembelajaran adalah menarik perhatian (gaining attention) yaitu hal yang menimbulkan minat peserta didik dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi dan kompleks.7 Meraih perhatian peserta didik adalah kegiatan awal yang sangat menentukan oleh karenanya menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu yang terpenting untuk satu jam pembelajaran berikutnya.8 Pembelajaran adalah komunikasi dua arah dari guru dengan peserta didik serta terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan.9

Pada proses pemecahan soal fisika, selain diperlukan pemahaman konsep fisika sering kali juga dibutuhkan matematika sebagai konsekuensi diterapkannya pendekatan kuantitatif melalui penggunaan rumus-rumus. Dengan demikian, untuk dapat memahami

4M. Kryjevskaia,., Stetzer, M.R., & Heron,P.R.L. Student Understanding of Wave Behavior at A Boundary:

The Limiting Case of Reflection at Fixed and Free Ends. American Journal of Physics, 2011 vol. 75 (9)

5Sutopo.. Pemahaman Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Dasar Gelombang Mekanik. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2016. vol. 12 (1), h 41

6Ernawati Sulistyarini, Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Materi Gelombang Berbasis Interactive.

Unnes Physic Education journal, vol 2, no 3, 2015, h. 3

7 Mohammad Surya, Psikologi Belajar dan Pengajaran, (Bandung: Bani Qurays,2004), h. 7

8 Munif Chatib. Gurunya Manusia.( Bandung: kaifa learning.2013), h. 79

9 Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. (Jakatra : Rineka Cipta. 2011),h 200

(17)

3

fisika dengan baik, diperlukan kemampuan berhitung serta berpikir logika yang memadai.

Dalam teori kecerdasan majemuk, kemampuan tersebut dikategorikan sebagai kecerdasan logis-matematis sehingga siswa yang memiliki kecerdasan logis-matematis yang lemah biasanya mengalami kesulitan dalam memahami fisika. Hal ini juga menjadikan fisika sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan dianggap sulit oleh sebagian siswa.10 Strategi pembelajaran multiple intelligences memiliki hubungan yang positif dengan pengajaran sains.11

Armstrong menyatakan bahwa masyarakat cenderung menghargai pemikir logis yang dapat mengungkapkan pendapat secara jelas serta ringkas dan mengabaikan kecerdasan lain. Pengabaian yang membudaya ini terbawa dalam ruang kelas sehingga sekolah lebih menghargai kemampuan linguistik dan logis-matematis. Siswa yang berbakat dalam kedua bidang ini biasanya berprestasi baik di sekolah sedangkan siswa yang lemah sering gagal, meskipun mereka mungkin sangat berbakat dalam satu atau lebih pada bidang kecerdasan yang lain. Kegagalan siswa dengan kecerdasan logis-matematis yang lemah ditambah dengan pengabaian terhadap kemampuan mereka di bidang kecerdasan lain dalam suatu pembelajaran fisika tentunya akan berdampak pada hasil belajarnya.12

Strategi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat masal dan fokus kepada tahapan inti pembelajaran dan mengabaikan tahapan pembukaan. Membuka pembelajaran adalah usaha yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar.13 Pembelajaran harus penuh dengan variasi, agar dapat mengakomodasi berbagai macam cara belajar siswa yang beragam14. Diantara strategi pembelajaran yang berkembang saat ini adalah strategi pembelajaran multiple intelligences. Strategi pembelajaran multiple

10 Piping sugiharti. Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam pembelajaran fisika, Jurnal Pendidikan Penabur. No.05/Th.IV/Desember 2005

11 Mohd Ali Samsudin dkk .The Relationship between Multiple Intelligences with Preferred Science Teaching and Science Process Skills. Journal of education and learning . vol. 9 no. 1. 2015 h. 53

12Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara,(Bandung:Kaifa)h.24

13Asria Azis. Pengaruh Keterampilan Membuka Pembelajaran Terhadap Motivasi Siswa Dalam Belajar.

Journal of EST, volume 2 nomor 2. Agustus 2018. h. 67

14 Mel. Silberman, Active Learning:101 Strategi Untuk Mengajar Aktif, (Jakarta Barat: Indeks, 2012),h. 5

(18)

4

intelligences dapat memberikan kepuasan dan meningkatkan motivasi siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat.15

Proses pembelajaran multiple intelligences oleh Munif Chatip dibagi menjadi dua tahap besar, yaitu apersepsi dan strategi. Apersepsi adalah stimulus khusus pada awal belajar yang bertujuan meraih perhatian dari siswa agar siswa memulai pembelajaran dengan relaks dan menyenangkan dan harus dipertahankan hingga pembelajaran usai.16 Apersepsi adalah gagasan terpenting dalam dunia pendidikan. Gagasan mengenai apersepsi telah membuat perubahan pada metode pembelajaran di Jerman. Saat ini apersepsi merupakan istilah yang sangat bermakna pada pedagogi pendidikan akan tetapi masih kurang dikuasi oleh guru karena beranggapan bahwa penguasaan apersepsi hanya berpengaruh kecil terhadap proses belajar mengajar.17

Oleh karena kondisi tersebut penulis ingin menerapkan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dalam pembelajaran fisika. Diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk membuat pembelajaran fisika lebih menyenangkan dan bermanfaat untuk melatih kecerdasan-kecerdasan yang ada dalam diri setiap manusia. Skripsi ini berjudul

“PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMA PADA KONSEP GELOMBANG”

B. Identifikasi Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa memiliki kecerdasan dan gaya belajar yang beragam.

2. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran di kelas.

3. Rendahnya hasil belajar belajar siswa.

4. siswa tidak mendapatkan kesan yang baik ketika pembelajaran dimulai.

15 P.R. Probowing dan A. dkk,”Pengembangan strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori multiple intelegence untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMP”, Unnes Physic Education Journal, vol.

3, no. 1, 2014, h. 70.

16 Mucif Chatib, Op. Cit,.. h. 94

17William James. Ebook Talk to teacher. www.gutenberg.net 2005

(19)

5

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih berfokus pada objek yang akan di teliti, maka dibatasi hanya pada masalah hasil belajar, dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif dimulai dari tahap mengingat (C1) hingga menganalisis (C4).

D. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa pada konsep gelombang?

2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan strategi multiple intillegences?

E. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran multiple intelligences terhadap kemampuan kognitif siswa pada konsep gelombang.

2. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan strategi multiple intelligences

F. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan alternatif strategi atau pembelajaran yang dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

2. Untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada konsep gelombang agar hasil belajar siswa pun meningkat.

3. Memberikan wawasan mengenai pengaruh strategi pembelajaran multiple intelligences

terhadap kemampuan kognitif siswa.

(20)

6

BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis

1. Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences

a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi merupakan perencanaan, langkah, dan rangkaian untuk mencapai suatu tujuan. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan yang pada dasarnya bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.1

Pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru (komunikasi dua arah) untuk membelajarkan siswanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 2 Strategi pembelajaran bagi guru merupakan pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam berbagai konsep materi dan digunakan untuk memenuhi tujuan pembelajaran terkait perilaku, keyakinan dan keterampilan guru yang diperlukan untuk memastikan semua siswa belajar sebanyak mungkin. 3

b.

Pengertian kecerdasan dan Multiple Intelligences

Kecerdasan didefinisikan sebagai “kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan produk, yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat”.4 Gardner mendefinisikan bahwa “intelligences is the ability to find and solve problems and create products of value in one’s own culture”.

Kecerdasan merupakan kemampuan untuk menemukan penyelesaian masalah dan menciptakan produk nilai dalam suatu budaya. Selain itu kecerdasan didefinisikan sebagai ungkapan dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas dalam

1 Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung : Kaifa,2013), h. 129

2Ibid.

3 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran, (Jakarta Barat: Indeks, 2012), h. 6

4 Howard Gardner, frame of mind, (New York: Basic Book, Inc)1985, h 22

(21)

7

belajar.5 Lebih luas lagi kecerdasan adalah suatu kesinambungan yang dapat dikembangkan seumur hidup.6 Kecerdasan juga diartikan sebagai keterampilan berpikir dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup yang tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dapat dievaluasi secara tidak langsung dengan membandingkan tindakan kecerdasan manusianya.7Multiple intelegence adalah sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan oleh Dr. Gardner, seorang psikolog dari project zero Harvard University pada 1983. Menurut Gardner, manusia memiliki multiple intelegence, tes IQ hanya mengukur sebagian kecil saja dari kecerdasan. Kecerdasan-kecerdasan ini bersifat mandiri satu sama lain. Sebagai bukti adanya multiple intelegence, Gardner menunjukkan kejadian-kejadian dimana kemampuan kognitif itu tetap bertahan meskipun ada kerusakan otak.8

Pada dasarnya setiap manusia memiliki semua macam kecerdasan tersebut, akan tetapi dalam tingkatan yang bervariasi. Akibatnya lebih cenderung mempelajari dan memproses informasi dengan cara yang berbeda-beda. bisa belajar dengan baik ketika mereka mampu mengaplikasikan keunggulan kecerdasan mereka dalam belajar. Penerapan teori kecerdasan Garden dalam Pendidikan memungkinkan siswa bisa menemukan dan mengeksplorasi bidang-bidang kecerdasan jika para guru memiliki keingintahuan, bakat alami dan memberi siswa kesempatan untuk menggunakan tubuh, imajinasi dan Indera mereka, maka hampir semua siswa akan menemukan bahwa dirinya sangat ahli dalam suatu hal tertentu.9Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi delapan kategori yang komprehensif atau delapan “kecerdasan dasar”, pada Tabel 2.1 berikut:10

Tabel 2.1 Pengertian Kecerdasan dan Indikatornya

5 Chatib, op. cit.,h 132.

6 Bobbi de porter dkk, Quantum Teaching Mempraktikan Quantum learning di ruang-ruang kelas,(Bandung : Kaifa,2001),h. 96.

7Jhon W Santrok, Perkembangan Anak. Edisi Ke Sebelas Jilid 1, (Jakarta: Mizan, 2003),h. 317.

8 Chatib. loc. cit.

9 Santrok, op. cit., h. 323.

10 Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara, (Bandung : Kaifa,2004), h. 2

(22)

8

No Kecerdasan Deskripsi Indikator

1. Linguistik

kemampuan menggunakan kata- kata secara efektif, baik secara lisan (pendongeng, orator atau politisi) maupun tertulis (sastrawan, editor, wartawan)

kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, bunyi bahasa, makna bahasa, dan penggunaan praktis bahasa(retorika, hafalan, eksplanasi, metabahasa)

2. Matematis- Logis

kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran dengan benar

Kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil (jika-maka, sebab-akibat), fungsi logis dan abstraksi lainnya

3. Spasial

kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual.

kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang dan hubungan antar unsur tersebut.

Kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial dan mengorientasikan diri secara tepat dalam matrik spasial.

4. Kinestesis- Jasmani

Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta

keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu.

Kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, kekuatan, kelenturan, kecepatan, menerima rangsangan dan hal yang berkaitan dengan sentuhan.

5. Musikal

Kepekaan menciptakan dan mengapresi irama, pola titi nada dan warna nada serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musikal

Kemampuan menciptakan lagu, membentuk irama, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik

6. Interpersonal

Kepekaan merencana dan merespons secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan keinginan orang lain

Kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerja sama, punya empati yang tinggi

7. Intrapersonal

Kepekaan memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi,

pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri

Kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam, intuitif dan motivasi diri serta tujuan hidup.

8. Natural

Kepekaan membedakan spesies, mengenali eksistensi spesies lain dan memetakan hubungan antar spesies

Kemampuan meneliti gejala- gejala alam, mengklarifikasi, identifikasi

Pada dasarnya setiap manusia memiliki semua macam kecerdasan tersebut, akan tetapi dalam tingkatan yang bervariasi. Akibatnya lebih cenderung mempelajari

(23)

9

dan memproses informasi dengan cara yang berbeda-beda. Setiap manusia bisa belajar dengan baik ketika mereka mampu mengaplikasikan keunggulan kecerdasan mereka dalam belajar. Penerapan teori kecerdasan Garden dalam Pendidikan memungkinkan siswa bisa menemukan dan mengeksplorasi bidang-bidang kecerdasan jika para guru memiliki keingintahuan dan bakat alami serta memberi siswa kesempatan untuk menggunakan tubuh, imajinasi dan indra mereka, maka hampir semua siswa akan menemukan bahwa dirinya sangat ahli dalam suatu hal tertentu.11

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang, itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak.

Berikut adalah faktor- faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik:12

a. Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Besar atau tidak minat anak didik sangat berpengaruh terhadap proses maupun prestasi belajar anak didik, semakin besar minat maka prestasi belajar akan baik begitu juga sebaliknya. Selain memanfaatkan minat yang telah ada, Pengajar seharusnya mampu mengarahkan dan membimbing siswa untuk menciptakan minat-minat yang baru pada diri anak didik.

Perlu diingat bahwa lamanya minat bervariasi.

b. Kecerdasan

Kecerdasan adalah hal yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia.

Akan tetapi masih sulit untuk mendefinisikan konsep kecerdasan. Kecerdasan diartikan sebagai keterampilan berpikir dan kemampuan untuk beradaptasi dan

11 Jhon W Santrok, op. cit., h. 323.

12 Syaiful Bahri, Psikologi Belajar. (Jakatra : Rineka Cipta. 2011),h 190.

(24)

10

belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Kecerdasan tidak dapat diukur secara langsung. melainkan hanya dapat mengevaluasi kecerdasan secara tidak langsung dengan cara membandingkan tindakan kecerdasan yang ditunjukkan oleh manusia.13 c. Bakat

Pada awal abad ke 20 dimana tes intelegensi mengalami perkembangan yang cepat dan orang-orang mulai memperhatikan perbedaan-perbedaan individu dalam kemampuan dan prestasi, anak gifted diartikan sebagai anak yang mempunyai IQ yang sangat tinggi. IQ dipakai sebagai satu-satunya patokan dari giftedness (pendekatan unidimensional). Istilah gifted child menjadi sinonim dengan anak dengan IQ tinggi. Agar memiliki arti yang lebih luas sebaiknya digunakan istilah ”anak berbakat” untuk “gifted dan talented” sedangkan istilah anak yang sangat cerdas mengandung pengertian sebagai anak yang berbakat intelektual. 14

Anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional, dimana anak tersebut karena kemampuannya yang sangat menonjol, dapat memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang terdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangan terhadap diri sendiri dan terhadap masyarakat. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif dan produktif kemampuan dalam salah satu bidang seni dan kemampuan psikomotor.15

Bakat adalah kemampuan-kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat pada (inheren) dalam diri seseorang. Bakat peserta didik dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otaknya tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan oleh cara peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya yang biasanya sangat dikaitkan dengan kecerdasan yang merupakan modal awal untuk bakat tertentu. 16 Karakteristik anak berbakat sehubungan dengan perkembangan berbicara, banyak anak-anak berbakat mulai bicara pada umur yang lebih muda dari rata-rata anak. Namun usia

13 Jhon W Santrok, op. cit., h. 317.

14 Utami Munandar. Pemanduan anak berbakat. (Jakarta: CV. Raja Wali) h. 6.

15Ibid,. h. 7.

16Hamzah B. Uno dan Umar.op. cit.,h.7.

(25)

11

mulai bicara tidak dapat diandalkan sebagai kriteria giftedness. Perbendaharaan kata- kata yang luas, cepat menggunakan kalimat-kalimat majemuk dan ketepatan dalam berbicara, minat terhadap kata-kata dan keinginan untuk bereksperimen dengan kata- kata agaknya lebih merupakan indikator dari intelegensinya yang superior, juga ingatan yang baik.17

d. Motivasi

Motivasi merupakan motor penggerak dalam perbuatan, maka bila ada anak didik yang kurang memiliki motivasi intrinsik diperlukan dorongan dari luar, yaitu motivasi ekstrinsik, agar anak didik termotivasi untuk belajar. Motivasi menurut Noeh Nasution adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. 18

Beberapa poin yang berkaitan dengan model teori multiple intelligences yang perlu diperhatikan, yaitu:19

1. Setiap siswa memiliki delapan kecerdasan. Teori multiple intelligences bukanlah teori untuk menentukan satu jenis kecerdasan yang sesuai. Setiap siswa sejatinya memiliki kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut. Kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi beriringan dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap siswa. Siswa memiliki kecerdasan tertentu yang sangat berkembang dan relatif agak terbelakang dalam kecerdasan yang lain.

2. Siswa pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai. Setiap siswa sebenarnya memiliki kemampuan mengembangkan kedelapan kecerdasan sampai pada tingkat yang memadai apabila ia mendapatkan cukup dukungan, pengayaan, dan pengajaran.

3. Kecerdasan pada umumnya bekrja bersaam dengan cara yang kompleks dan selalu berinteraksi satu sama lain.

4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam berbagai kategori. Tidak ada rangkaian atribut standar yang harus dimiliki siswa untuk dapat disebut cerdas

17Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. (Jakarta: Rineka Cipta,2004) h. 16.

18Bahri, op cit., h. 200.

19 Amstrong , op. cit., h. 16.

(26)

12

dalam wilayah tertentu. Teori multiple intelligences menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat, baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun kecerdasan yang lain.

Esensi teori kecerdasan majemuk menurut Gardner adalah menghargai keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dan cara yang hampir tidak terbatas untuk mengaktualisasikan diri. Munculnya kecerdasan majemuk seseorang dapat menjadikannya sebagai seorang yang memiliki daya ingat yang kuat serta merupakan orang yang kreatif.

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu ide yang baru, pada dasarnya setiap manusia kreatif, selama manusia bisa berpikir dengan baik, maka dia kreatif. Kreativitas membuka pikiran dan menjadikan motivasi hidup lebih tinggi.

Karena orang yang kreatif tidak takut akan kehilangan peluang, bahkan dia bisa menciptakan peluang sendiri.20

2. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegence

Pembelajaran berbasis Multiple intelegence adalah pembelajaran yang didasarkan pada teori Howard Gardner dengan memperhatikan delapan potensi dasar yang dimiliki setiap manusia yang dikenal dengan delan kecerdasan. Esensi teori Multiple Intelligences menurut Gardner adalah menghargai keunikan setiap individu, berbagai variasi belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dan cara yang hampir tidak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini.21 Menurut Armstrong, teori kecerdasan majemuk adalah model kognitif yang berupaya menjelaskan bagaimana seseorang menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk.22

Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences menegaskan pada kenyataan bahwa setiap manusia memiliki kelebihan. Tidak ada siswa yang bodoh sebab setiap siswa pasti memiliki minimal satu kecerdasan yang menonjol dari kelebihan yang lainnya. Karenanya tidak ada rangkaian strategi pengajaran yang dapat selalu bekerja

20 Hamzah B. Uno dan Umar, op. cit.,h. 88.

21Ibid.

22 Armstrong, op. cit., h. 20.

(27)

13

secara efektif untuk semua siswa.23 Oleh karena itu pembelajaran berbasis Multiple Intelligences perlu diterapkan di sekolah. Teori Multiple Intelligences sangat membentuk untuk beberapa alasan :24

1. Setiap siswa dapat mengetahui mereka termasuk dalam tipe kecerdasan yang mana, alih-alih mendapati betapa cerdasnya mereka

2. Teori ini mendukung inklusi dengan memperjelas bahwa setiap individual memiliki banyak kelebihan dan kekurangan

3. Hal itu membuat kita dapat memandang kecerdasan sebagai konsep yang lebih luas daripada sekedar kemampuan sederhana untuk sukses dalam tes IQ.

Menerapkan Multiple Intelligences dalam pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang bervariasi kepada siswa dan akan mengaktifkan potensi kecerdasan yang dalam diri siswa dan membantu siswa untuk terkesan dan senang terhadap kegiatan belajar, karena para siswa terlibat aktif didalamnya.

3. Strategi Dasar dan Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Multiple Intelgences

Pendekatan terbaik dalam pengembangan strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences adalah dengan memikirkan cara menerjemahkan materi-materi yang akan diajarkan dari satu kecerdasan ke kecerdasan yang lain. Berikut beberapa strategi dan langkah-langkah pembelaran beebasis multiple intelligences menurut beberapa ahli:

a) Thomas Amstrong, Prosedur tujuh langkah berikut ini menawarkan satu cara menyusun rencana pembelajaran atau unit kurikulum yang menggunakan teori kecerdasan majemuk sebagai kerangka penyusunan:25

1. Memusatkan perhatian pada topik dan tujuan tertentu; hal pertama yang harus ditentukan adalah topik dan tujuan sebagai fokus. Topik atau tujuan tersebut dapat ditulis di tengah-tengah kertas seperti pada Gambar 2.1.

23 Ibid., h 99.

24 Brin Best. Strategi Percepatan Belajar.(Jakarta: Esensi, 2009) h. 82.

25 Armstrong, op. cit.,, h. 88.

(28)

14

Gambar 2.1 Pertanyaan kunci untuk merancang strategi pembelajaran Multiple Intelligence

2. Menjawab pertanyaan kunci Multiple Intelligences; gambar 2.1 dapat digunakan untuk merencanakan pembelajaran dalam topik tertentu. Pertanyaan yang ada dapat membantu memancing secara kreatif langkah selanjutnya.

3. Mempertimbangkan kemungkinan lain, kemudian tentukanlah metode, bahan dan alat mengajar, serta kegiatan belajar yang paling cocok untuk diterapkan.

4. Curah gagasan; pada langkah ini catatlah semua gagasan mengenai kegiatan pembelajaran setiap kecerdasan sebanyak mungkin.

5. Memilih kegiatan yang cocok; dari gagasan-gagasan yang telah dituliskan di lembar perencanaan, dapat dipilih kegiatan yang sesuai dengan keadaan dan lingkungan sekolah.

6. Menyusun rencana pembelajaran yang berkesinambungan. Setelah memilih kegiatan yang cocok, rancanglah rencana pembelajaran dengan mengumpulkan materi yang dibutuhkan dan menentukan pembagian waktu yang sesuai. Rencana dapat dimodifikasi atau disisipkan perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran.

(29)

15

7. Menjalankan rencana; kumpulkan materi-materi yang dibutuhkan, pilih pembagian waktu yang sesuai dan kemudian jalankan rencana pembelajaran tersebut. Modifikasilah rencana pembelajaran tersebut apabila perlu.

b) Munif Chatib, Berikut adalah proses pembelajaran dalam penerapan strategi pembelajaran berdasarkan teori Multiple Intelligences: 26

Gambar 2.2 Bagan tahapan strategi pembelajaran Multiple Intelligences

1) Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

(a) Zona alfa, Kondisi ini adalah waktu yang paling baik untuk belajar sebab neuron sedang dalam suatu keseimbangan. Kondisi alfa adalah kondisi yang relaks dan menyenangkan. Tanda-tanda siswa masuk ke zona ini adalah hati mereka senang, wajah ceria, tersenyum, bahkan tertawa. Zona alfa merupakan kondisi sangat ampuh untuk melakukan apersepsi, yaitu stimulus khusus pada awal belajar yang bertujuan meraih perhatian dari siswa. Adapun cara yang dapat membawa siswa masuk dalam kondisi zona gelombang alfa adalah ice breaking, fun story, musik dan brain game.

(b) Warmer, Warmer atau pemanasan adalah pengulangan materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang diajarkan agar materi atau informasi masuk dalam memori jangka panajang siswa, biasanya warmer baik dilakukan pada pertemuan kedua sebuah materi. Warmer pada apersepsi ini dapat berupa games pertanyaan dan penilaian diri.

(c) Pre-teach, Pre-teach adalah aktivitas yang harus dilakukan sebelum aktivitas inti pembelajaran. Pre-teach tidak harus selalu ada dalam setiap kali pertemuan

26Chatib, op.cit.., h.88.

(30)

16

karena sangat bergantung pada kebutuhan yang berkaitan dengan materi dan strategi pembelajaran akan tetapi jika tidak dilakukan pre-teach proses belajar akan menjadi terganggu. Pre-teach pada apersepsi bisa berupa penjelasan awal tentang menggunakan peralatan di laboratorium sains, penjelasan awal tentang alur diskusi, memilih moderator, notulen, jumlah kelompok dan lama waktu diskusi, serta penjelasan awal tentang prosedur yang harus dilakukan siswa ketika berkunjung ke sebuah tempat atau enviroment learning.

(d) Scene setting, Scene setting adalah aktivitas yang dilakukan oleh guru atau siswa untuk membangun konsep pembelajaran. Aktivitas ini akan memberikan makna belajar yang mendalam ketika siswa mulai memasuki materi. Pada awal pembelajaran guru dapat memancing motivasi siswa dengan berbagai cara yang bervariasi, misalnya dengan menampilkan video atau gambar (kecerdasan visual), bercerita (kecerdasan linguistik), atau menyanyikan lagu yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan (kecerdasan musikal), dan masih banyak lagi.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru harus sekreatif mungkin untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa. Teori multiple intelligences membuka kemungkinan pada berbagai macam strategi pembelajaran yang diterapkan di kelas.

Dalam hal ini guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru di dunia pendidikan. Setiap siswa memiliki kecerdasan dominan yang berbeda.

Oleh karena itu suatu strategi mungkin saja berhasil pada sekelompok siswa namun gagal pada kelompok siswa yang lain. Karena perbedaan itulah maka guru dianjurkan untuk menggunakan strategi pembelajaran yang bergantian dari pertemuan satu ke pertemuan lainnya. Dengan strategi pembelajaran yang bergantian ini, dalam beberapa hari, seluruh kecerdasan dapat tereksplorasi dan siswa memiliki kesempatan untuk belajar sesuai kecerdasan dominannya.27

27 Armstrong, op.cit.., h. 99.

(31)

17

3) Penutup

Pada akhir pembelajaran guru dapat memberikan refleksi pada suatu pertemuan dan memberikan penghargaan bagi siswa yang melaksanakan kegiatan belajar dengan baik.

4) Evaluasi

Cara penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan belajar harus disesuaikan. Tentu akan percuma saja meminta siswa untuk terlibat dalam pengalaman yang luas di delapan kecerdasan tetapi kemudian menunjukkan apa yang telah mereka pelajari melalui tes-tes standar yang hanya difokuskan pada wilayah verbal atau logis-matematis. Komponen terpenting adalah pendokumentasian hasil karya siswa dan proses pemecahan masalah yang dijalaninya. Misalnya siswa diberi tugas untuk membuat laporan kegiatan pembelajaran dalam format yang ditentukan oleh siswa sendiri, sesuai dengan minatnya. Misalnya menggubah simpulan menjadi sebuah lagu, membuat puisi mengenai materi yang dipelajari, membuat artikel, dan lain-lain sesuai dengan kreativitas pribadi siswa.28

5. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Belajar adalah ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.29 tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.30 Sedangkan menurut Gagne, belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai

28Ibid., h. 177

29 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 10

30Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010),h. 90

(32)

18

jenis kinerja.31 Jadi, belajar merupakan suatu usaha perubahan tingkah laku yang melibatkan jiwa dan raga sehingga menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, nilai dan sikap yang dilakukan oleh seorang individu melalui latihan dan pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan yang selanjutnya dinamakan hasil belajar.

Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.32 Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.33 Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.34

Menurut taksonomi Bloom, terdapat enam aspek yang dapat diukur pada bidang kognitif. Taksonomi Bloom telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl.

Pada taksonomi Bloom yang telah direvisi, terdapat enam aspek kognitif. Hasil belajar yang diukur pada penelitian ini hanya pada aspek mengingat, memahami, mengaplikasikan dan menganalisis.

a) Mengingat

Mengingat adalah menumbuhkan kemampuan untuk meretensi materi pelajaran sama seperti materi yang diajarkan35. Siswa diharapkan dapat mengingat materi pembelajaran di memori jangka panjang.

31 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 10

32 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 155

33 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), h. 3

34 Dimyati dan Mudjiono., Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 3

35 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), cet. 1, h. 99.

(33)

19

b) Memahami

Siswa dikatakan memahami jika mereka dapat mengonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku atau layar komputer36. Siswa menghubungkan pengetahuan yang telah didapat sebelumnya dengan pengetahuan yang baru didapatkan.

c) Mengaplikasikan

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah37. Siswa harus memiliki prasyarat, yaitu memahami pengetahuan konseptual untuk dapat mengaplikasikan pengetahuannya.

d) Menganalisis

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya38. Dibutuhkan kemampuan membedakan berbagai macam informasi yang didapat, lalu mengorganisasikan informasi-informasi tersebut dan mengetahui tujuan dan makna dari informasi-informasi yang didapat menjadi sebuah pengetahuan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu pencapaian indikator dari tujuan pembelajaran.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:39

1) Faktor internal siswa

36 Ibid., h. 105.

37 Ibid., h. 116.

38 Ibid., h. 120.

39 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 129-136

(34)

20

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:

a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam meningkatkan pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak terbatas.

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang umumnya dipandang lebih esensial itu adalah tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa

2) Faktor eksternal siswa

Seperti halnya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni:

a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar siswa. Selain itu, yang termasuk lingkungan siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Selanjutnya, lingkungan sosial yang lebih banyak memengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.

b) Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

(35)

21

3) Faktor pendekatan belajar

Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan, yaitu:

a) Pendekatan tinggi (speculative dan achieving)

Pendekatan ini digunakan pada siswa dengan gaya belajar yang lebih serius, memiliki daya saing yang tinggi dalam meraih nilai prestasi tertinggi, sehingga sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana maju ke depan.

b) Pendekatan sedang (analitical dan deep)

Pendekatan ini digunakan pada siswa yang memang tertarik dan merasa membutuhkan mempelajari materi. Gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya.

c) Pendekatan rendah (reproductive dan surface)

Pendekatan ini digunakan pada siswa yang mau belajar karena dorongan dari luar, karena untuk menghindari kegagalan tetapi tidak belajar dengan keras. Gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman mendalam.

6. Kajian Konsep

a. Peta Konsep

Gambar 2.3 Peta konsep gelombang

(36)

22

b. Materi Konsep Gelombang

Gelombang yang merambat adalah gangguan medium yang dapat berlanjut dengan sendirinya, dengan membawa energi dan momentum. Gelombang-gelombang mekanis adalah fenomena pengumpulan yang muncul dari gerakan partikel-partikel penyusunnya. Gelombang bergerak maju tetapi partikel-partikel dari mediumnya hanya berisolasi di tempat. Sebuah gelombang di timbulkan pada tali melalui getaran sinusoidal tangan pada ujungnya. Energi dibawa oleh gelombang pada tali dari sumber ke arah kanan. Arah ini yaitu arah dari perpindahan energi, disebut arah perambatan gelombang. Gambaran gelombang tali pada Gambar 2.5

Gambar 2.4 Gelombang pada tali

Setiap partikel tali (seperti yang ada pada titik C) bergetar naik dan turun, tegak lurus terhadap arah perambatan gelombang. Gelombang yang arah getarannya tegak lurus terhadap arah perambatan gelombang disebut gelombang transversal.

Gelombang-gelombang transversal yang umum, selain pada tali, adalah gelombang gelombang elektromagnetik (yaitu gelombang cahaya dan radio). Sebaliknya, pada gelombang suara arah getaran adalah sejajar dengan arah perambatan gelombang yang disebut dengan gelombang longitudinal.

Terminologi gelombang: periode (T) suatu gelombang adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus yang lengkap. Periode adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah partikel, sebagaimana yang ada pada A, untuk menyelesaikan satu getaran atau , maka f dalam hertz (Hz), dimana 1 Hz=1 det-1.

(37)

23

Periode dan frekuensi gelombang adalah sama dengan periode dan frekuensi getaran.40 Periode pada gelombang ditunjukkan pada Gambar 2.5 di bawah ini: 41

Gambar 2.5 Periode Gelombang

Titik tertinggi dari gelombang, seperti titik A dan C pada Gambar 2.4, disebut puncak gelombang. Titik terendah seperti B dan D disebut lembah. Dengan berjalannya waktu, puncak-puncak dan lembah-lembah bergerak ke kanan dengan laju v yaitu laju gelombang.

Amplitudo gelombang adalah gangguan maksimum yang berlangsung selama satu siklus getaran, seperti di tunjukkan pada Gambar 2.6 dibawah ini. 42

Gambar 2.6 Amplitudo gelombang

Panjang gelombang ( ) adalah jarak sepanjanga arah perambatan gelombang antara titik-titik yang berkorespodensi pada gelombang, misalnya jarak AC. Dalam suatu waktu T, sebuah puncak yang bergerak dengan laju v akan berpindah sejauh lamda ke arah kana. Oleh karena itu, menghasilkan

Hubungan ini berlaku untuk semua gelombang, tidak hanya pada gelombang tali. Getaran sefase terjadi pada dua titik dalam suatu gelombang jika titik-titik tersebut mengalami getaran-getaran dengan arah yang sama, secara bertahap. Sebagai

40 Frederick J. Buece dan Eugene Hecht. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh (Jakarta: Erlangga,2006) h. 154

41 Arthur Beiser. PHYSICS (California : Cummings Publishing Company) 1973. H.280

42 Frederick J. Buece dan Eugene Hecht Op.cit h. 155

(38)

24

contoh, partikel-partikel tali pada titik A dan C pada gambar di atas bergetar sefase, karena partikel=partikel tersebut bergerak ke atas bersama-sama dan ke bawah bersama-sama. Getaran-getaran adalah sefase jika titik-titik tersebut berjarak satu panjang gelombang penuh. Bagian-bagian tali A dan B bergetar berlawanan satu sama lain; getaran-getaran di A dan B sebagai getaran berbeda fase 1800, atau setengah siklus.

Gelombang tegak. Pada frekuensi-frekuensi getaran tertentu, suatu sistem dapat menyerap energi secara efisien dari sumber getaran dalam lingkungannya yang berosilasi pada frekuensi tersebut. Hal ini dan pola-pola getaran yang sama disebut gelombang tegak, dibandingkan dengan gelombang merambat yang dibahas di atas.

Ini mungkin tidak disebut gelombang sama sekali karena mereka tidak memindahkan energi dan momentum. Gelombang tegak di tunjukkan pada Gambar2.7 di bawah ini:43

Gambar 2.7 Gelombang Berdiri

Titik -titik yang diam seperti B dan D disebut titik-titik simpul. Titik dengan gerakan terbesar A,C dan E disebut titik-titik perut. Jarak antara dua titik simpul atau titik perut yang berdekatan adalah . Kita menyebutnya bagian tali antara dua titik simpul yang berdekatan sebagai segmen adalah juga .44

43 Arthur Beiser. PHYSICS (California : Cummings Publishing Company) 1973. H.280

44 Ibid h. 282

(39)

25

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. P. R. Probowening, A. Sopyan, L. Handayani (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengembangan strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori multiple intelegence untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMP”

kesimpulannya bahwa strategi pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan teori multiple intelegence (MI) layak untuk diterapkan. Analisis uji t menghasilkan harga t = 17,26, berdasarkan tabel = 5% dengan dk= 54 – 1 = 53 adalah 1,67. Harga t yang diperoleh berada pada daerah penolakan H0, maka dapat disimpulkan bahwa hasil posttest lebih tinggi dari pada pretest. Motivasi siswa juga mengalami peningkatan, sehingga memberikan dampak yang baik bagi hasil belajar kognitif siswa.45

2. Sri Wahyuni, J.A Pramukantoro (2014), dalam penelitiannya yang berjudul

“Perbandingan model pembelajaran kooperatif berbasis Multiple intelegence dengan kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada standar kompetensi memahami dasar-dasar kelistrikan di SMK Negeri 3 Surabaya”, kesimpulan penelitian ini bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis MI lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan berbasis STAD.46

3. Ni Kadek Sukiati Arini dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Intelegensi Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik Siswa SMA Negeri 99 Jakarta” diperoleh bahwa secara parsial intelegensi dan motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik. Hal ini dibuktikan dari t hitung masing-masing sebesar 2,305 dan 3,703, dengan tingkat signifikansi 0,022 dan 0,000. Berdasarkan analisis data, juga diperoleh nilai F

45 P.R. Probowing dan A. dkk,” Pengembangan strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori multiple intelegence untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMP”, Unnes Physic Education Journal, vol. 3, no. 1, 2014, h. 70.

46 Sri Wahyuni, J.A pramukantoro. “Perbandingan model pembelajaran kooperatif berbasis Multiple intelegence dengan kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada standar kompetensi memahami dasar-dasar kelistrikan di SMK Negeri 3 Surabaya (2014). Skripsi pada Universitas Negeri Surabaya.

Gambar

Gambar 2.1 Pertanyaan kunci untuk merancang strategi pembelajaran  Multiple Intelligence
Gambar 2.2 Bagan tahapan strategi pembelajaran Multiple Intelligences
Gambar 2.3 Peta konsep gelombang
Gambar 2.4 Gelombang pada tali
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji (1) perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek antara kelompok siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal

Pengaruh perputaran total aset terhadap pertumbuhan laba adalah semakin besar perputaran total aset akan menunjukkan efektivitas manajemen perusahaan dalam

Diungkapkan dengan tepat, aspek penting tidak dilewatkan, bahkan analisis dan sintetis nya membantu memahami konsep Diungkap dengan tepat, namun deskriptif Sebagian besar

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pada dongeng anak karya Lia Herliana terdapat maksud-maksud tuturan

Sebagai seorang kepala madrasah, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, kepala sekolah berperan sebagai pendidik, yaitu memberi contoh yang baik kepada

menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN METODE GUIDED NOTE TAKING TERHADAP HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK PADA SISWA KELAS X

Ada pengaruh yang signifikan pengaruh modifikasi permainan bolavoli terhadap kerjasama siswa dalam pembelajaran pendidikan, jasmani, olahraga dan kesehatan siswa kelas X Boga 1

Distribusi frekuensi dari 297 genotipe keturunan yang berasal dari persilangan terkontrol secara resiprokal antara 10 klon berpotensi hasil tinggi dengan empat klon kaya