• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Siswa di kedua kelas mendapatkan pretest sebelum diberikan treatment. Data hasil pretest menunjukkan nilai rata-rata pretest kelas XI IPA 1 (sebesar 34,5) lebih rendah dari kelas XI IPA 2 (sebesar 35,33). Hal tersebut yang menjadi penentuan kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.

51

Kelas eksperimen diberikan treatment menggunakan strategi pembelajaran multiple intelligencess, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan media power point pada saat proses pembelajaran siswa kelas eksperimen diberi angket respon terhadap penggunaan strategi pembelajaran multiple intelligences setelah treatment selesai dilakukan.

Secara keseluruhan hasil respon siswa berada pada kategori baik dengan persentase rata-rata sebesar 78,66%, sementara pada indikator minat siswa terhadap pembelajaran fisika berada pada kategori baik (78%), hal ini menunjukkan bahwa kegiatan awal pembelajaran dengan strategi multiple intlligences berpengaruh terhadap proses pembelajaran selanjutnya karena adanya minat dan siswa termotivasi serta berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh P. R. Probowening, yang menunjukkan bahwa motivasi siswa mengalami peningkatan setelah pengajaran menggunakan strategi pembelajaran berdsarkan teori multiple intelligences.1 Meningkatnya minat dan motivasi belajar siswa menandakan bahwa siswa siap untuk melaksan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manusia adalah makhluk pembelajar yang jika hal ini dipahami oleh guru maka akan muncul paradigma yang menyatakan bahwa siswa di dalam kelas adalah para makhluk yang sebenarnya siap untuk bealajar2.

Minat dan motivasi belajar siswa muncul karena kegiatan pembelajaran dibuka dengan membuat siswa memasuki zona alfa, yaitu kondisi siswa menjadi relaks dan menyenangkan. Kondisi alfa adalah tahap paling iluminasi (cemerlang) proses kreatif otak seseorang sehingga menjadikannya kondisi paling baik untuk belajar. Betapapun bagusnya strategi pembelajaran yang disusun, jika siswa keluar dari zona alfa, maka informasi itu tidak akan pernah masuk ke dalam meori siswa.3 Pada penelitian ini siswa diajak masuk dalam zona alfa dengan menampilkan tokoh fisikawan dunia, lalu siswa diminta untuk menuliskan mimpinya pada potongan kertas lalu dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah karton besar dan menempelnya

1 P. R. Probowening, A. sopyan dan L. Handayani, “Pengembangan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori Kecerdasan Majemuk Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajara Siswa SMP”, Unnes Physics Education Journal, vol. 3, no. 1, 2014, h. 70

2Munif Chatib. Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2013), h. 83-84

3 Ibid., h 88-90

52

di dinding kelas. Pada pertemuan selanjutnya siswa masuk ke zona alfa dengan ice breaking singkat bersama siswa dan pada proses pembelajaran siswa juga diperdengarkan musik dan video agar siswa selalu berada pada zona alfa selama proses pembelajaran.

Tahapan selanjutnya adalah warm up atau pemanasan yaitu pengulangan materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Pada penelitian ini memberikan warm up atau pemanasan dalam bentuk mencocokan pertanyaan dan jawaban. Pada tahap scene seting pada penelitian ini hanya digunakan pada pertemuan pertama untuk membangun konsep pembelajaran yang akan dipelajari siswa. Scene setting yang digunakan adalah menampilkan video tentang manfaat gelombang dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas eksperimen dari 34,5 saat pretest menjadi 79,66 pada posttest, sedangkan kelas kontrol dari 35,33 menjadi 66,00 pada posttest. Hasil ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar yang lebih signifikan dibandingkan kelas kontrol.

Pada penelitian ini hasil belajar yang di teliti hanya pada ranah kognitif, yaitu pada jenjang mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4). Jika dilihat dari setiap ranah kognitif, setelah diberikan perlakuan kelas eksperimen mengalami peningkatan pada kategori rendah di aspek kognitif C1, sedangkan aspek kognitif C2-C4 mengalami peningkatan pada kategori sedang.

Kelas kontrol mengalami peningkatan pada kategori rendah di aspek kognitif C1 dan C3, sedangkan aspek kognitif C2 dan C4 mengalami peningkatan pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran multiple intelligences mampu meningkatkan pemahaman siswa pada ranah kognitif memahami (C2), mengaplikasikan (C3) dan menganalisis (C4). Pada aspek kognitif C4 kelas kontrol dan kelas ekperimen pada pretest memiliki peringkat yang sama yaitu 23%, sedangakan setelah posttes kelas eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan dibanding dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh 77%

sedangkan kelas kontrol hanya 63%.

53

Hasil analisis data penelitian diperoleh bahwa data terdistribusi tidak normal untuk hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol sehingga uji hipotesis menggunakan uji non parametrik. Pada uji hipostesis nilai signifikansi pretest lebih besar dari taraf sig () yaitu 0,945 > 0,05 sehingga H1 ditolak dan H0 diterima.

Artinya penggunaan strategi multiple intelligences tidak berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa pada konsep gelombang. Sementara pada hasil uji hipotesis data posttest, nilai signifikansi lebih keci dari taraf sig () yaitu -3,016 <

0,05 sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya penggunaan strategi multiple intelligences terbukti berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa pada konsep gelombang.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa secara keseluruhan, penggunaan strategi multiple intelligences berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cornelia Astir Dewi, Z. A. dan Imam Supardi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Genius Learning Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Elastisitas Di Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Surabaya”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi Genius Learning berbasis Multiple Intelligences berjalan dengan baik. Semua aspek tahap pembelajaran sudah dilakukan dengan sistematis, hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol dan penerapan strategi ini mendapat respons positif dari siswa 4. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh I. Safitri, H. Bancong dan H. Husain membuktikan bahawa ketika peserta didik menerima materi, keaktifan peserta didik meningkat yang menunjukkan respon peserta didik yang positif. Terdapat korelasi yang signifikan antara sikap dan hasil belajar peserta didik setelah diajar dengan pendekatan multiple intelligences melalui model pembelajaran langsung.5

4Cornelia Astri Devi dan Z. A. Imam Supardi, “Pengaruh Penerapan Strategi Genius Learning Berbasis Multiple Intellegence Terhadap Hasil Belajar siswa Pada Materi Elastisitas Di Kelas XI Madrasah Aliayah Negeri Surabaya”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), vol. 03, no. 02, 2014, h. 79-84.

5 I. Safitri dkk “Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligences Melalui Model Pembelajaran Langsung Terhadad Sikap dan Hasil Belajar Kimia Peserta Didik di SMA Negeri Tellu Lipoe”. Jurnal

Pendidikan IPA Indonesia. Vol. 2 No. 02, 2013. h. 160

54

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait