ANALISIS HUBUNGAN AKSES FISIK, AKSES EKONOMI, DAN
PENGETAHUAN GlZl TERHADAP KONSUMSI PANGAN
MAHASISWA IPB
IPAH RAHMAH
PROGRAM STUD1
GlZI
MASYARAKAT DAN
SUMBERDAYAKELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
IPAH RAHMAH. Analisis Hubungan Akses Fisik, Akses Ekonorni, dan Pengetahuan Gizi terhadap Konsumsi Pangan Mahasiswa IPB (Dibimbing oleh IKEU TANZIHA).
Penelitian ini secara urnurn bertujuan untuk rnenganalisis hubungan akses fisik (jarak ternpat tinggal dari warung rnakan terdekat), akses ekonorni (pengeluaran pangan), dan pengetahuan gizi terhadap konsumsi pangan mahasiswa program studi pangan & gizi (PG) dan program studi non pangan &
gizi (NPG). Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi
karakteristik contoh dan keluarga contoh PG dan NPG; 2) Menganalisis perbedaan uang saku, pengeluaran pangan, jarak ternpat tinggal dari warung rnakan terdekat, pengetahuan gizi, kebiasaan rnakan, dan konsurnsi pangan antara contoh PG dan NPG; 3) Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan frekuensi rnakan contoh; 4) Menganalisis hubungan jarak ternpat tinggal dari warung rnakan terdekat, pengeluaran pangan, dan pengetahuan gizi dengan
konsurnsi pangan contoh.
Desain penelitian ini adalah crossectional study. Penelitian dilakukan di karnpus dan lingkungan Kampus IPB Drarnaga. Responden penelitian ini adalah rnahasiswa IPB Angkatan 2003 yang tinggal secara rnandiri, dan berasal dari program studi pangan & gizi (PG) dan program studi non pangan & gizi (NPG). Penelitian dilakukan selarna 3 (tiga) bulan, sejak bulan April sarnpai Juni 2006.
Data yang dikurnpulkan dalarn penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder. Jenis data primer yang dikurnpulkan adalah karakteristik sosial ekonorni keluarga contoh (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orang tua serta besar keluarga), karakteristik contoh (urnur, daerah asal, jenis ternpat tinggal, dan uang saku), pengeluaran pangan selarna sebulan, jarak ternpat tinggal ke warung makan terdekat, pengetahuan gizi, kebiasaan rnakan serta konsurnsi pangan selarna dua hari. Sedangkan data sekunder berupa profil urnurn IPB serta narna dan jurnlah program studi.
Data statistik diolah dengan rnenggunakan program SPSS 13.0 for windows dan Microsoft Exel. Independent .Samp:e T Test digunakan untuk rnelihat perbedaan kedua kelornpok penelitian pada variabel uang saku, pengeluaran pangan, jarak warung rnakan terdekat, pengetahuan gizi, kebiasaan rnakan, dan konsurnsi pangan. Uji korelasi Pearson digunakan untuk rnelihat hubungan antara pengetahuan gizi dengan frekuensi rnakan dan hubungan jarak ternpat tinggal dari warung rnakan terdekat, pengeluaran pangan, serta pengetahuan gizi dengan konsurnsi pangan contoh.
Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara urnur ayah, urnur ibu, serta besar keluarga contoh pada kedua program studi. Lebih dari separuh ayah contoh pada kedua program studi berpendidikan perguruan tinggi. Sebanyak 43.3% ibu contoh NPG berpendidikan perguruan tinggi dan sebanyak 48.3% ibu contoh PG berpendidikan SMU. Sebanyak 53.4% ayah contoh NPG dan 76.7% ayah contoh PG rnerniliki pendapatanlsxc3 juta rupiah. Sebanyak 46.7% ibu contoh NPG dan 62.1% ibu contoh PG bekerja sebagai ibu rurnahtangga. Lebih dari 30% ayah contoh pada kedua program studi bekerja sebagai PNS.
612.900+172.505. Sebanyak 53.4% contoh NPG dan 70% contoh PG memilki pengeluaran pangan berkisar antara Rp 231.734 sld Rp 398.741 per bulan. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada pebedaan yang nyata antara uang saku dan pengeluaran pangan contoh pada kedua program studi. Sebagian besar (90%) contoh pada kedua program studi memiliki tempat tinggal yang berjarak dekat dengan warung makanlsurnber pangan (466.3rn). Sebanyak 70% contoh NPG berpengetahuan gizi sedang, sedangkan pada program studi PG sebanyak 70% contoh memiliki pengetahuan gizi tinggi. Hasil uji statistik rnenunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara jarak tempat tinggal dari warung makan serta pengetahuan gizi contoh kedua program studi.
Sebagian besar (80%) contoh PG dan sebanyak 46.7 % contoh NPG biasa rnengkonsurnsi makanan pokok dengan frekuensi 3 kali sehari. Sebanyak 76.7% contoh PG biasa mengkonsumsi lauk dengan frekuensi tiga kali sehari sedangkan sebanyak 60% contoh NPG biasa mengkonsumsi lauk dengan frekuensi dua kali sehari. Sebanyak 46.7% contoh PG biasa mengkonsurnsi sayur dengan frekuensi tiga kali sehari, sedangkan sebanyak 46.7% contoh NPG
biasa mengkonsumsi sayur dengan frekuensi dua kali sehari. Sebanyak 56.7 %
contoh PG dan sebesar 46.7% contoh NPG biasa rnengkonsumsi buah dengan frekuensi satu kali sehari. Lebih dari separuh contoh (56.7%) pada kedua program studi biasa mengkonsumsi susu dengan frekuensi 1-2 kali sehari. Lebih dari separuh contoh NPG biasa sarapan pagi sebelum rnelakukan aktivitas sedangkan jumlah contoh PG yang biasa sarapan pagi sebelum melakukan aktivitas adalah sebanyak 73.3%. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara frekuensi makan makanan pokok, lauk, dan sayur contoh pada kedua program studi. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara frekuensi rnakan buah, minum susu, dan kebiasaan sarapan pagi contoh pada kedua program studi. Sebanyak 67.7% contoh NPG dan 77.8% contoh PG tidak rnelakukan sarapan pagi karena jadwal kuliah yang padat.
Rata-rata tingkat kecukupan energi, protein, vitamin A, Fe, dan kalsium contoh PG cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan contoh NPG. Meskipun demikian konsumsi energi, vitamin C, zat besi, dan kalsiurn contoh pada kedua program studi masih jauh dari angka kecukupan yang dianjurkan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara konsurnsi protein, vitamin A, dan kalsiurn contoh pada kedua program studi. Separuh contoh (50%) pada kedua program studi memprioritaskan rasa sebagai kriteria pertama dalam memilih pangan dan sebanyak 43.3% contoh pada kedua program studi mernilih kebersihan sebagai prioritas pertarna dalam memilih tempat makan.
Hasil uji statistik mernperlihatkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan frekuensi makan makanan pokok, sayur, buah, dan susu, tetapi terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan frekuensi makan lauk. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara jarak tempat tinggal ke warung makan dengan tingkat konsumsi energi dan protein contoh. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengeluaran pangan dengan tingkat konsumsi energi, protein, dan kalsium contoh. Terdapat hubungan positif signifikan antara pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi protein, vitamin A, dan kalsium contoh.
ANALISIS HUBUNGAN AKSES FISIK, AKSES EKONOMI, DAN
PENGETAHUAN GlZl TERHADAP KONSUMSI PANGAN
MAHASISWA IPB
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor
Oleh:
IPAH RAHMAH A541 02013
PROGRAM STUD1 GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : ANALISIS HUBUNGAN AKSES FISIK, AKSES EKONOMI, DAN PENGETAHUAN GlZl TERHADAP KONSUMSI PANGAN MAHASISWA IPB
Nama : lpah Rahmah
Nomor Pokok : A54102013
Disetujui
Dosen pembimbing
+
Dr
Ir.
lkeu Tanziha. MSNIP. 131628329
. .
, .,. .
- .':,*, Diketahui "";
" " *>,~ -*
an:fakultas Pertanian
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Juni 1984. Penulis rnerupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayip Ali Alhabsyi dan
lpah Mas'at Assegaf. Pendidikan SD diternpuh dari tahun 1990 sarnpai tahun
1996 di SDN 21 Serang. Tahun 1996 penulis melanjutkan sekolah di SLTPN 1
Cipocok Jaya tahun 1999. Pada tahun yang sarna penulis melanjutkan sekolah
di SMUN 1 Serang dan lulus pada tahun 2002.
Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2002 rnelalui jalur USMl di Departernen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas
Pertanian. Selarna rnenyelesaikan studinya di IPB, penulis pernah rnenjadi
PRAKATA
Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat rnenyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Hubungan Akses Fisik, Akses Ekonomi, dan Pengetahuan Gizi terhadap Konsumsi Pangan Mahasiswa IPB. Penulis rnengucapkan terirnakasih
kepada Dr.lr. lkeu Tanziha, MS telah membimbing penulis dari awal pembuatan
proposal hingga selesainya skripsi ini, juga atas dukungan baik rnoril rnaupun semangat yang telah diberikan. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Faisal Anwar selaku dosen pemandu dan lr.Retnaningsih, MS selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi penyempurnaan
skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Aba, Umi, Ama, Ila, Haidar, Wulan atas doa, kasih sayang, perhatian dan
dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
2. Asril Siregar atas waktu, perhatian, dan bantuannya
3. Aa Hendrayana, terima kasih atas waktu, bantuan, dan kebaikannya.
4. Mbak Mega, Agustin Susilo, dan Benny lrawan yang telah membantu penulis
dalam pengolahan data.
5. Vivi, lin, Ade, Tyas, Dian, Heda, Mideh, Achi, Rico, Sita, Hany, terima kasih atas bantuannya.
6. Teman-teman 40 GMSK, TPG, TEP, STK, SEI, MNH, EKBANG atas kesediannya untuk diwawancarai dan kemudahan dalam mengambil data.
7.
M:;
lovely peer group, Meta, Midah, Maul, Inggrit, Fina, dan Aya. 8. Teman-teman KKP Brebes ceria, Liza, Ade, Mia, Endank, Ema, Astri.9. Teman-teman 39 : Bwie, Genta, Dewi titi, Lyana, Mboku woro, Bude Munce,
Deni Alam, Eva, Eki, Dikfa, Mamieh, Rian, Ninot, dan teman-teman lain yang tidak bisa saya ucapkan satu persatu atas kebersamaan kita di GMSK.
10. Gardenia girls : Maul. Nene (Putri). Heda (monti), lpeh, ido, Anggi, Mba
Pippo, Mba Eyi. Mba Liza, Mba Ocha atas kenangan indah dan kebersamaan kita.
11. Staf GMSK untuk semua kebaikan dan bimbingannya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat.
DAFTAR
IS1
Halaman
DAFTAR ISI
...
iiDAFTAR TABEL
...
iv...
DAFTAR GAMBAR V...
DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN Latar Belakang...
1Tujuan
...
2... Kegunaan 2 Hipotesis
...
3TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Pangan
...
4... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan 5
.
. Penlla~an Konsumsi Pangan ... 10Kecukupan Energi ... 10
...
Kecukupan Protein 11 Kecukupan Vitamin ... 12...
Kecukupan Fe 13 Kecukupan Kalsium...
13...
KERANGKA PEMIKIRAN 14 METODE PENELlTlAN ... Desain. Tempat. dan Waktu Penelitian 16 Cara Pengambilan Contoh...
16Jenis dan Cara Pengumpulan Data
...
17Pengolahan dan Analisis Data ... 18
Definisi Operasional ... 21
HASlL DAN PEMBAHASAN
...
Garnbaran Umum Lokasi Penelitian 22 Karakteristik Keluarga Contoh...
23...
Karakteristik Contoh...
Uang Saku Contoh Pengeluaran pangan...
32Jarak Tempat Tinggal dari Warung Makan ... 33
. . . lnformas~ GIZI ... 34
Pengetahuan Gizi Kebiasaan Makan ... Konsumsi Pangan Hubungan Penge Hubungan Jarak Warung Makan dengan Konsumsi Pangan ... 51
Hubungan Pengeluaran Pangan dengan Konsumsi Pangan ... 53
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Pangan ... 53
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Rangkuman hasil angka kecukupan gizi yang dianjurkan
2004
...
132 Jenis dan cara pengumpulan datd
...
183 Narna fakultas. depaternen. dan program studi
...
224 Sebaran orang tua contoh berdasarkan umur ... 24
5 Sebaran ayah contoh berdasarkan pendapatan ... 24
6 Sebaran ibu contoh berdasarkan pendapdtan
...
257 Sebaran ayah contoh berdasarkan pendidikan ... 25
...
8 Sebaran ibu corltoh berdasarkan pendidikan 26 9 Sebaran ayah contoh berdasarkan pekerjaan...
2610 Sebaran ibu contoh berdasarkan pekerjdan
...
2711 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
...
2812 Sebaran contoh berdasarkan umur ... 29
13 Sebaran contoh berdasarkan daerah asdl
...
2914 Sebaran contoh berdasarkan jenis tempat tinggal
...
3015 Sebaran contoh uang saku
...
3116 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan
...
3217 Sebaran contoh berdasarkan jarak ternpat tinggal dari warung rnakan ... 33
18 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertama kali . . . . ... rnendengar lstllah g121 34 19 Sebaran contoh berdasarkan jawaban asal memperoleh . . . ... inforrnasl glzr 34 20 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas mecari informasi . . glzl ... 35
21 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pengetahuan gizi ... yang benar dan salah 36 22 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi ... 37
23 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan rnakan makanan ... p6kgk. lauk. dan sayur 39 ... 24 Separqn contoh berdasarkan kebiasaan rnakan buah 40 ... 25 S&baran contoh berdasarkan kebiasaan rninum susu 41 26 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan pagi ... 41
29 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan kerangka pernikiran hubungan akses fisik, akses ekonomi, dan hubungan pengetahuan gizi terhadap konsumsi rnahasiswa IPB
...
152 Bagan penarikan contoh
.. ...
163 Sebaran contoh berdasarkan prioritas pertarna rnernilih pangan.. 43 4 Sebaran contoh berdasarkan prioritas kedua rnernilih pangan
...
44 5 Sebaran contoh berdasarkan prioritas ketiga rnernilih pangan...
446 Sebaran contoh berdasarkan prioritas keernpat memilih pangan. 45 7 Sebaran contoh berdasarkan prioritas pertama rnernilih ternpat
rnakan
...
468 Sebaran contoh berdasarkan prioritas kedua rnernilih ternpat
makan
...
469 Sebaran contoh berdasarkan prioritas ketiga rnernilih ternpat
rnakan
...
4710 Sebaran contoh bardasarkan prioritas keernpat rnernilih ternpat
rnakan
...
47 I 1 Sebaran contoh berdasarkan prioritas kelirna rnernilih tempatrnakan
...
48 12 Sebaran contoh berdasarkan jarak warung rnakan dan tingkatkonsumsi
...
52 13 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan tingkatkonsurnsi
...
53 14 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dengan tingkatDAFTAR LAMPIRAN
Halaman
I Lampiran Kuesioner
...
62.
.
...
2 Hasil Deskr~pt~f 68
3 Hasil Uji Beda /dependent Sample
T
Test...
69PENDAHULUAN
Latar belakang
Papalia & Olds (1986) rnernbagi rnasa dewasa rnenjadi dewasa awal(20-40 tahun), dewasa menengah (40-65 tahun), dan dewasa lanjut (>65 tahun). Dengan
dernikian rnahasiswa yang berada pada tingkat dua ke atas dapat dikelornpokan
pada kategori usia dewasa awal. Menurut Nasution dan Riyadi (1995) pada rnasa ini
baik pria rnaupun wanita setengah dari kehidupannya dipakai untuk aktivitas fisik
yang kuat, sehingga rnemerlukan konsurnsi zat gizi yang cukup untuk mengimbangi
aktivitasnya. Mahasiswa sebagai generasi rnuda juga berpotensi besar sebagai
penggerak pernbangunan. Agar akivitas dan potensi tersebut dapat berjalan dan
digunakan secara optimal, rnaka keadaan gizi dan kesehatan rnahasiswa saat ini
harus diperhatikan. Unsur gizi rnerupakan salah satu faktor yang rnemegang
peranan penting terhadap perkembangan mental, perkembangan fisik, produktivitas,
dan kesanggupan kerja rnanusia yang sernuanya rnernpengaruhi kesanggupan
ekonorni yang akan berdampak pada pembangunan (Berg 1986).
Keadaan gizi seseorang merupakan garnbaran apa yang dikonsumsinya.
Kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi sangat rnenentukan pemenuhan
kebutuhan zat gizi tubuh. Hasil penelitian Lubis (1993) menyatakan bahwa rata-rata
konsurnsi energi, protein, dan zat besi pada rnahasiswa asal Tapanuli Selatan di
IPB rnasih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Hasil yang sarna
diperoleh dari hasil penelitian Mustopa (2003) pada rnahasiswa Universitas Pakuan
Bogor. Hal ini rnengindikasikan bahwa keadaan gizi yang rneng~hawaiirkan dapat
terjadi pada rnahasiswa sebagai generasi penerus bangsa jika ha1 ini tidak segera
ditangani secara serius.
Konsurnsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah
pengetahuan gizi dan aksesibilitas secara ekonomi maupun fisik untuk mernperoleh
pangan. Menurut Arifin (2004) walaupun pangan tersedia cukup, tetapi jika akses
individu untuk mernenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan
pangan dapat dikatakan masih rapuh. Artinya bahwa individu tersebut tidak dapat
mendapatkan pangan untuk mernenuhi kebutuhan pangannya baik secara kuantitas
maupun kualitas. Aspek distribusi pangan sampai ke pelosok tentunya mencakup
fungsi tempat, ruang, dan waktu juga tidak kalah pentingnya dalam memperkuat
strategi ketahanan pangan. Mahasiswa biasanya tidak rnernasak sendiri, sehingga
untuk rnencukupi kebutuhan pangannya rnereka sangat tergantung pada
(jarak tempat tinggal dari warung rnakan) terhadap tingkat konsurnsi pangan
mahasiswa sarnpai saat ini belurn dilakukan. Mengingat rnasih rendahnya tingkat
konsumsi zat gizi pada beberapa rnahasiswa maka penelitian rnengenai faktor-
faktor yang berperan dalarn konsurnsi pangan rnahasiswa penting untuk dilakukan.
Selain faktor ekonomi dan pengetahuan gizi, penelitian mengenai akses fisik dilihat
dari jarak ternpat tinggal rnahasiswa dengan warung rnakan juga penting
diperhatikan untuk melihat hubungan jauh dekatnya ternpat tinggal dengan surnber
pangan terhadap tingkat konsurnsi pangan mahasiswa.
Adapun sasaran dalarn penelitian ini adalah mahasiswa yang berasal dari
program studi yang berbeda, yaitu rnahasiswa program studi PG (pangan & gizi)
dan NPG (non pangan & gizi). Perbedaan rnateri ilmu yang diajarkan pada kedua
program studi tersebut diduga mengakibatkan perbedaan tingkat pengetahuan di
bidang pangan dan gizi. Mahasiswa dari program studi pangan dan gizi diharapkan
merniliki pengetahuan gizi yang lebih baik sehingga pada akhirnya juga rnerniliki
kualitas konsurnsi pangan yang lebih baik pula.
Tujuan
Tujuan Urnum
Menganalisis hubungan jarak ternpat tinggal dari warung rnakan terdekat
(akses fisik), pengeluaran pangan (akses ekonorni), dan pengetahuan gizi terhadap
konsumsi pangan mahasiswa program studi PG dan program studi NPG.
Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh PG dan NPG.
2. Menganalisis perbedaan uang saku, pengeluaran pangan, jarak warung
makan terdekat dari ternpat tinggal, pengetahuan gizi, kebisaan rnakan, dan
konsurnsi pangan antara contoh PG dan NPG
@
Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dan frekuensi rnakan contoh.4. Menganalisis hubungan jarak tempat tinggal dari warung; rnakan terdekat,
pengeluaran pangan, dan pengetahuan gizi dengan konsumsi pangan
contoh.
Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan
jarak tempat tinggal dari warung rnakan, pengeluaran pangan, dan pengetahuan gizi
digunakan dan bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain perguruan tinggi dan
pernerintah daerah dalarn penyusunan program dan kebijakan dalarn upaya
perbaikan konsurnsi pangan dan gizi rnahasiswa. Perbaikan konsurnsi pangan
rnahasiswa dapat dilakukan rnelalui penyuluhan pangan & gizi maupun
pengernbangan warung rnakan yang rnudah dijangkau, rnurah, serta rnenyediakan
rnakanan bergizi secara lengkap dengan citarasa yang lebih baik. Perbaikan
konsurnsi pangan rnahasiswa rnerupakan salah satu upaya dalarn rnewujudkan
upaya perbaikan gizi masyarakat.
Hipotesis
Dalarn penelitian ini akan dikernukakan beberapa hipotesis yang dapat
digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya. Hipotesis-hipotesis yang akan diuji
dalarn penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan pengetahuan gizi, kebiasaan rnakan, dan konsurnsi pangan
antara contoh PG dan NPG
2. Terdapat hubungan negatif signifikan antara jarak tempat tinggal dari warung
rnakan terdekat dengan tingkat konsurnsi pangan contoh.
3. Terdapat hubungan positif signifikan antara pengetahuan gizi dan pengeluaran
TlNJAUAN PUSTAKA
Konsumsi panganKonsurnsi pangan adalah inforrnasi pangan yang dirnakan (dikonsurnsi)
seseorang atau kelornpok, baik berupa jenis rnaupun jurnlahnya pada waktu
tertentu, artinya konsurnsi pangan dapat dilihat dari aspek jurnlah rnaupun jenis
pangan yang dikonsurnsi (Hardinsyah & Suhardjo 1990). Menurut Riyadi (1996)
ada tiga tujuan sesorang rnengkonsurnsi pangan, yaitu tujuan fisiologis,
psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah untuk rnernenuhi rasa lapar
atau keinginan rnernperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis
rnerupakan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan untuk rnernenuhi
kepuasan ernosional ataupun selera seseorang. Tujuan sosiologis adalah
berhubungan dengan upaya rnernelihara hubungan antar rnanusia dalarn
kelornpok kecil rnaupun kelornpok besar.
Keragaan konsurnsi pangan rnasyarakat dapat diketahui dari pola
konsurnsi pangan di daerah yang bersangkutan, yaitu rnencakup ragarn jenis
pangan dan jurnlah pangan yang dikonsurnsi serta frekuensi dan waktu rnekan,
yang secara kuantitatif kesernuanya rnenentukan jurnlah pangan yang
dikonsumsi. Apabila keragaan konsurnsi pangan berada di bawah anjuran, rnaka
tingkat konsurnsi rnasyarakat perlu ditingkatkan rnelalui peningkatan pendapatan,
pengetahuan pangan dan gizi, serta peningkatan ketersediaan pangan sesuai
dengan kondisi dan potensi surnberdaya yang dirniliki oleh daerah yang
bersangkutan (Anonirn 2005).
Konsurnsi pangan berkaitan erat dengan gizi & kesehatan, kesejahteraan,
pengupahan serta perencanaan ketersediaan dan produksi pangan (Hardinsyah
& Suhardjo 1990). Menurut Harper, Deaton, dan Driskel (1985) ada 4 faktor
utarna yang rnempengaruhi konsurnsi pangan sehari-hari yaitu, produksi pangan
untuk keperluan rurnahtangga, pengeluaran uang untuk pangan rurnahtangga,
pengetahuan gizi, dan tersedianya pangan. Sedangkan rnenurut Hardinsyah,
Suhardjo, dan Riyadi (1988) faktor-faktor yang rnernpengaruhi konsurnsi pangan
seseorang atau rnasyarakat, diantaranya adalah aksesibilitas, kebiasaan rnakan,
pola rnakan, pernbagian rnakanan dalarn keluarga, dan besar keluarga.
Konsurnsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor pernilihan jenis rnaupun
Suhardjo (1989) adalah jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan
tersedia, tingkat pendapatan, dan pengetahuan gizi.
Oleh karena konsurnsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor rnaka
analisis pengaruh masing-masing faktor rnenjadi kompleks. Analisis harus
dilakukan sedernikian rupa sehingga sernua faktor yang diharapkan berpengaruh
diasumsikan konstan kecuali faktor yang dipelajari. Apabila tidak demikian, maka
pengaruh masing-masing faktor penting yang mernbatasi kecukupan konsurnsi
pangan tidak dapat diternukan (Hardinsyah, Suhardjo & Riyadi 1988). Beberapa faktor yang rnernpengaruhi konsumsi pangan diantaranya dapat diuraikan
sebagai berikut.
Aksesibilitas
Tingkat Pendapatan
Pendapatan rnerupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas makanan. Akses pangan hanya dapat terjadi bila rurnah tangga
berpenghasilan cukup. Konsumsi pangan akan sangat rnenentukan apakah
seluruh anggo?a rurnah tangga bisa rnencapai derajat kesehatan optimal
(Khornsan 2005).
Terdapat hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi. Adanya
pertarnbahan pendapatan akan berdarnpak pada kualitas kesehatan dan gizi
keluarga, dan pendapatan yang rendah atau peningkatan pendapatan yang
rendah dapat menyebabkan daya beli rnasyarakat lernah sehingga kualitas
konsurnsi pangannya juga rendah dan otornatis menghalangi upaya perbaikan
gizi yang efektif (Berg 1986).
Menurut Harper, Deaton, dan Driskel (1985), jika tingkat pendapatan
naik, jurnlah dan jenis rnakanan cenderung rnembaik juga, akan tetapi rnutu
rnakanan tidak selalu rnernbaik. Adanya peningkatan pendapatan rnungkin tidak
digunakan untuk rnernbeli pangan atau ada juga yang rnernbeli cukup pangan
tetapi tidak dapat rnernilih jenis pangan yang dibeli, sehingga berakibat pada
kurangnya rnutu dan keragarnan yang diperoleh. Hal ini bisa rnenyebabkan
adanya masalah gizi kurang.
Tingkat pendapatan juga rnenentukan pola rnakan atau jenis pangan apa
yang dibeli. Orang rniskin biasanya akan rnembelanjakan sebagian besar
pendapatan tarnbahannya untuk rnakanan, sedangkan pada orang kaya porsi
untuk jenis pangan padi-padian akan rnenurun tetapi untuk rnakanan yang
berasal dari susu akan bertambah jika pendapatan keluarga rneningkat. Semakin
tinggi pendapatan, sernakin besar pula persentase pertambahan
pernbelanjaannya ternasuk untuk buah, sayur, dan jenis-jenis rnakanan lainnya
(Berg 1986).
Akses Fisik
Akses pangan menunjukkan adanya jarninan bahwa setiap individu
rnernpunyai surnberdaya yang cukup untuk rnengakses kebutuhan pangan
sesuai norrna gizi. Ada tiga kornponen utarna dalam ketahanan pangan, yaitu
ketersediaan dan stabilitas harga, kemudahan rnemperoleh pangan, dan
pemanfaatan pangan (Setiawan 2004). Menurut Arifin (2004), konsep ketahanan
pangan minimal terdiri dari ketersediaan pangan dan aksesibilitas rnasyarakat
terhadap bahan pangan. Jika salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi rnakan
rnaka tidak dapat dikatakan tahan pangan. Walaupun pangan tersedia cukup,
tetapi jika akses individu untuk rnernenuhi kebutuhan pangannya tidak rnerata,
rnaka ketahanan pangan dapat dikatakan rnasih rapuh. Aspek distribusi pangan
sarnpai ke pelosok tentunya rnencakup fungsi tempat, ruang, dan waktu juga
tidak kalah pentingnya dalarn mernperkuat strategi ketahanan pangan.
Akses pangan rneliputi akses fisik dan ekonomi. Akses fisik akan
rnenentukan apakah surnber pangan yang dikonsurnsi dapat diternui dan rnudah
diperoleh. Kernudahan dalarn mernperoleh pangan di tunjang oleh tersedianya
sarana fisik yang cukup dalarn mernperoleh pangan (Penny 1990). Rimbawan
dan Baliwati (2004) rnenyatakan bahwa salah satu kelornpok masyarakat yang
rawan terhadap pangan dan gizi adalah rnasyarakat yang tinggal di lokasi atau
ternpat yang terpencil.
Pengetahuan Gizi
Selain pendapatan, peningkatan pendidikan, serta pengetahuan tentang
pangan dan gizi diperlukan agar rnasyarakat dapat rnernperbaiki konsurnsi
pangan dan gizi sekaligus kesehatan mereka. Pengetahuan didefinisikan sebagai
ingatan terhadap rnaterilbahan yang telah dipelajari sebelurnnya yang rnencakup
sernua ha1 dari fakta-fakta yang sangat khusus sampai sernua teori yang sangat
kornpleks. Pengetahuan merupakan hasil belajar yang rendah tingkatannya
(Bloom 1956 diacu dalarn Pranadji 1988). Riyadi (1996) rnenyatakan bahwa
adalah banyaknya inforrnasi yang dirniliki seseorang rnengenai kebutuhan tubuh
akan zat gizi; kernarnpuan seseorang untuk rnenerapkan pengetahuan gizi ke
dalarn pernilihan pangan dan cara pernanfaatan pangan yang sesuai; dan
keadaan kesehatan seseorang.
Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan baik buruknya
kualitas gizi dari rnakanan yang dikonsurnsi. Dengan pengetahuan yang benar
rnengenai gizi, rnaka orang akan tahu dan berupaya untuk rnengatur pola
rnakannya sedernikian rupa sehingga seirnbang, tidak kekurangan dan tidak
berlebihan. Jadi, rnasalah gizi yang tirnbul apakah itu gizi kurang atau gizi lebih
sebenarnya disebabkan oleh perilaku yang salah, yakni tidak adanya
ketidakseirnbangan antara konsurnsi gizi dan kecukupan gizinya (Karyadi 1997).
Pengetahuan gizi, sikap terhadap gizi, dan keterarnpilan gizi secara bersarna-
sarna akan rnenentukan perilaku gizi (Pranadji 1988).
Sikap seseorang terhadap gizi akan dapat rnernperkirakan perilaku
gizinya. Perilaku gizi seseorang atau kelornpok sangat dipengaruhi oleh
kebiasaan yang berkaitan dengan gizi. Pola konsurnsi pangan sangat
dipengaruhi oleh adat istiadat seternpat, terrnasuk didalarnnya pengetahuan
mengenai pangan, sikap ierhadap pangan, dan kebiasaan rnakan sehari-harinya.
Tercukupinya kebutuhan gizi individu rnerupakan hasil akhir yang diharapkan
akan meningkatnya pengetahuan, sikap, dan keterarnpilan gizi (Pranadji 1988).
Suatu ha1 yang rneyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada tiga kenyataan, yaitu
1. Status gizi yang cukup adalah penting, bagi kesehatan dan
kesejahteraan.
2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika rnakanan yang dirnakannya
rnampu rnenyediakan zat gizi yang diperlukan untuk perturnbuhan yang
optimal, perneliharaan, dan energi.
3.
llmu gizi rnernberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapatbelajar rnenggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.
Kurangnya pengetahuan dan kesalahan konsepsi tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah urnum disetiap negara. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi rnerupakan faktor penting didalarn
rnasalah kurang gizi. Gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi
atau kernarnpuan untuk rnenerapkan inforrnasi tersebut dalarn kehidupan sehari-
Kebiasaan Makan
Konsurnsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan rnakan seseorang
(Suhardjo 1989). Kebiasaan rnakan berasal dari kata kebiasaan dan rnakan.
Kebiasaan adalah poia perilaku yang diperoleh dari pola praktek. Kebiasaan
makan rnerupakan tindakan rnanusia (what people do, practice) terhadap
makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan (what people think) dan perasaan
atau apa yang dirasakan (what people feel) serta persepsi (what people
perceive) (Khurnaidi 1988).
Perilaku konsurnsi pangan rnasyarakat dilandasi oleh kebiasaan rnakan
(food habit) yang turnbuh dan berkernbang dalarn lingkungan keluarga rneialui
proses sosialisasi. Keadaan gizi seseorang sangat dipengaruhi oleh konsurnsi
rnakanannya sehari-hail. Kebiasaan rnakan tersebut dapat dipengaruhi oleh
lingkungan ekologi (ciri tanarnan pangan, ternak, dan ikan yang tersedia dan
dapat dibudidayakan seternpat), lingkungan budaya, dan sistern ekonorni.
(Anonirn 2005).
Kebiasaan rnakan dapat diartikan sebagai cara individu atau keiornpok
individu rnemilih pangan dan rnengkonsurnsinya sebagai reaksi terhadap
pengaruh-pengaruh fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya (Hardinsyah,
Suhardjo & Riyadi 1988). Kebiasaan terbentuk dalarn diri seseorang akibat
proses sosialisasi yang diperoleh dari lingkungannya (Pranadji 1988). Kegiatan
budaya suatu keluarga, suatu kelornpok rnasyarakat suatu negara atau suatu
bangsa rnempunyai pengaruh kuat dan kekal terhadap apa, kapan, dan
bagaimana penduduk makan. Kebudayaan tidak hanya rnenentukan pangan
apa, tetapi untuk siapa, dan dalarn keadaan bagairnana pangan tersebut
dirnakan. Pola kebudayaan yang berkenaan dengan suatu rnasyarakat dan
kebiasaan pangan yang rnengikuti berkernbang di sekitar arti pangan dan
penggunaannya (Hardinsyah, Suhardjo & Riyadi 1988).
Krondl dan Lau (1985) diacu dalarn Susanto (1995) rnengatakan bahwa
dalarn upaya rnernperkenalkan kebiasaan rnakan yang baik, perlu diperhatikan
beberapa faktor yang rnernpengaruhinya, yaitu persepsi (wawasan konsumsi
rnakan, termasuk pengetahuan, sistem kepercayaan, prestise, rasa, dan
keterbiasaan), faktor dalarn (jenis kelarnin, urnur, kegiatan) dan faktor luar
(budaya, ekonomi, dan ciri masyarakat). Sernua faktor tersebut pada gilirannya
Besar Keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata
pada masing-masing keluarga. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga
yang miskin, adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota
keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh
kekurangan pangan. Hal ini terjadi pada sebagian masyarakat karena dengan
bertarnbahnya jumlah keluarga, maka pangan untuk setiap anak berkurang.
Banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda
memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua.
Akibatnya banyak anak-anak yang kekurangan pangan (Suhardjo 1989).
Faktor Pribadi
Jika berbagai pangan yang berbeda tersedia dalam jumlah yang cukup,
biasanya orang memilih pangan yang telah dikenal dan yang disukai. Disamping
banyak faktor yang mempengaruhi tersedianya pangan dan pola sosial budaya
yang berkaitan dengan cara makan, juga terdapat faktor pribadi dan kesukaan
yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, diantaranya:
-
Banyaknya informasi yang dirniliki seseorang tentang kebutuhan akan zatgizi.
-
Kemarnpuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi kedalampemilihan pangan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang
sesuai.
- Hubungan keadaan kesehatan seseorang dengan kebutuhan akan
pangan untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit
(Harper, Deaton, dan Driskel 1985).
Ketersediaan Pangan
Masalah penyusutan pangan baik karena kerusakan, tercecerlhilang,
kadar air dan lain-lain selarna dalam penanganan sejak bahan rnakanan dipanen
sampai siap dikonsumsi juga merupakan ha1 yang sangat penting untuk diatasi
selain produksi pertanian yang rendah yang menjadikan pembatas bagi usaha-
usaha untuk mernperbaiki keadaan gizi penduduk. Sementara itu
ketidakmerataan lahan pertanian juga merupakan hambatan yang harus
diperhitungkan dalam upaya perbaikan gizi penduduk (Harper, Deaton, dan
Aspek ketersediaan pangan bergantung pada surnber daya alarn, fisik,
dan manusia. Pemilikan lahan yang ditunjang iklirn yang rnendukung disertai
SDM yang baik akan rnenjarnin ketersediaan pangan yang kontinu (Khornsan
2005).
Penilaian Konsumsi Pangan
Pada prinsipnya penilaian jurnlah konsurnsi zat gizi berdasarkan pada
data konsumsi pangan dan data kandungan zat gizi bahan rnakanan (pangan)
atau Daftar Kornposisi Bahan Makanan (DKBM). DKBM menunjukkan
kandungan berbagai zat gizi dari berbagai jenis pangan atau makanan dalam
seratus gram bagian yang dapat dirnakan (Bdd). DKBM sangat penting sebagai
alat untuk rnenilai konsumsi pangan, rnerencanakan menu, rnerencanakan
ketersediaan, dan produksi pangan yang sesuai dengan kebutuhan gizi
(Hardinsyah & Martianto 1992).
Dengan menggunakan DKBM, jurnlah dan komposisi zat gizi yang
diperoleh seseorang atau kelompok orang dapat dihitung atau dinilai konsumsi
pangannya dari jurnlah pangan yang dikonsurnsinya (Hardinsyah & Martianto 1992). Secara umurn, penilaian zat gizi tertentu yang dikonsurnsi dapat dihitung
dengan rurnus :
BPj
Bddj
Gij =
-X-XKGij
100
100
Ket:Kgij
=
Kandungan zat gizi tertentu (i) dari pangan (j) atau rnakanan yang dikonsumsi dengan satuannya.Bpij
=
Berat pangan atau rnakanan j yang dikonsurnsi.Bddj = Bagian yang dapat dimakan (dalam persen atau gram dari 100 gram
pangan atau makanan j).
Gij
=
Zat gizi i yang dikonsurnsi dari pangan atau makanan j.Kecukupan Energi
Selama ini ada dua cara yang digunakan untuk menaksir angka
kebutuhan energi seseorang rnelalui penelitian. Pertama, diperoleh dengan
rnengetahui energi yang digunakan tubuh untuk berbagai aktivitas (internal dan
eksternal) dan kegunaan lainnya bagi tubuh seperti untuk pertumbuhan,
pencernaan, dan metabolisme. Kadangkala hasil pengukuran seperti pada cara
yang pertarna tidak tersedia atau sulit dilakukan, maka dapat dilakukan
yang dikonsurnsi oleh seseorang yang sehat dan rnarnpu rnernpertahankan
kesehatannya. Biasanya angka kecukupan energi dinyatakan dalarn satuan
Kalori (Hardinsyah & Martianto 1992).
Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsurnsi dari
pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelornpok urnur, jenis
kelarnin, ukuran tubuh, dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat
rnelakukan kegiatan ekonorni dan sosial yang diharapkan.
Sekurang-kurangnya setengah dari kehidupan rnasa dewasa awal baik
pria ataupun wanita telibat dalarn rnasa kerja fisik yang kuat. Kerja rnernerlukan
energi pengeluaran energi tarnbahan. Cukup rnakanan sangat dibutuhkan untuk
rnengirnbangi energi yang dikeluarkan untuk bekerja. Kalau tidak, rnaka protein
dan lernak tubuh yang disirnpan akan digunakan untuk rnernenuhi kebutuhan
tubuh (Nasoetion & Riyadi 1995).
Kecukupan Protein
Kecukupan protein ditentukan dari rata-rata kebutuhan protein seseorang
ditarnbah sejumlah tertentu yang biasanya dua kali sirnpangan baku atau kira-
kira 20-30 persen. Ada dua alasan yang rnendasari kecukupan protein dihitung
berdasarkan rata-rata kebutuhan ditambah dua kali sirnpangan baku. Pertarna,
protein tidak dapat disirnpan di dalam tubuh. Apabila konsurnsi protein kurang
dari kebutuhannya, maka pernenuhan kebutuhan tersebut diarnbil dari protein
jaringan yang rnasih aktif. Dengan dernikian penetapan kecukupan protein
jaringan pada rata-rata kebutuhan suatu kelornpok rnasih rnerupakan batas kritis
terhadap kernungkinan kekurangan protein. Kedua, penentu kecukupan protein
dengan rnenarnbah dua standar deviasi tidak rnernbahayakan kesehatan, karena
sarnpai batas tertentu kelebihan konsurnsi protein akan diubah rnenjadi energi
dan sisa perombakan protein dibuang rnelalui air seni, tinja, dan keringat
(Hardinsyah & Martianto 1992).
Walaucun sebagian besar tubuh sudah berhenti perturnbuhannya pada
akhir remaja, ukuran tubuh dan jaringan harus tetap dipelihara. Tubuh rnanusia
rnerupakan bentuk dinamis dari kehidupan dan zat gizi yang sarna diperlukan
untuk penggantian jaringan pada rnasa dewasa (Nasoetion & Riyadi 1995).
Secara urnum faktor yang rnernpengaruhi dan perlu dipertirnbangkan
dalarn penetapan kecukupan protein adalah urnur, jenis kelarnin, ukuran tubuh,
Angka Kecukupan Protein (AKP) adalah rnutu protein dan tingkat konsumsi
energi.
Kecukupan Vitamin
Vitamin rnerupakan zat organik yang pada urnurnnya tidak dapat dibentuk
di dalam tubuh. Vitamin berperan sebagai katalisator organik, serta pengatur
proses rnetabolisme dan fungsi normal tubuh. Masing-masing vitamin
rnempunyai peran khusus dan tidak dapat digantikan oleh vitamin atau zat gizi
lain.
a. Vitamin A
Penilaian konsumsi atau diit vitamin A rnerupakan indikator status vitamin
A yang agak kasar pada tahap populasi. Pada tahap individu interpretasi data
asupan bahkan lebih rneragukan. Hal ini disebabkan keragaman antar
individu dalarn kebutuhan dan asupan dari hari ke hari. Catatan jangka
pendek seperti recall 2 X 24 jam rnernang kurang teliti, narnun dapat rnenjadi
alternatif dalam ha1 waktu dan biaya untuk mengidentifikasi kelompok
beresiko tinggi (Berg 1996 diacu dalam Muhillal & Sulaernan 2004). Vitamin
A sangat efisien disimpan dalam hati dan orang yang menyusui dengan baik,
sedikitnya beberapa bulan sebelumnya rnenyuplai vitamin A ke dalarn
tubuhnya. Keracunan bagi orang dewasa tampak dengan konsurnsi lebih dari
15.000 RE untuk jangka waktu yang panjang, sedangkan bila lebih dari 7500
RE per hari tidak menjadi masalah. Kelebihan konsurnsi karoten tidak
berbahaya tetapi rnenyebabkan warna kuning pada kulit (Hardinsyah &
Martianto 1992).
b. Vitamin C
Kebutuhan vitamin C pada manusia sudah diperkirakan dalam jumlah
yang dapat rnencegah tejadinya penyakit scurvy, jumlah yang dapat
dimetabolisir tubuh, serta jumlah yang dapat rnemelihara sirnpanan vitamin C
dalam jumlah cukup (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Vitamin
C
yangdiperlukan rnanusia tergantung pada faktor usia, jenis kelamin, konsumsi
obat-obatan, kebiasaan merokok dan penggunaan kontrasepsi. Vitamin C
yang diperlukan wanita dewasa umumnya tidak sebesar yang diperlukan pria
dewasa karena adanya perbedaan fisiologi pada metabolisrne vitamin C
wanita dan pria (Hardinsyah & Martianto 1992). Asupan vitamin C dalam
Asupan vitamin C yang tinggi dapat meningkatkan resiko timbulnya batu
ginjal
Kecukupan
Mineral
a. Zat besi (Fe)
Faktor yang rnernpengaruhi kebutuhan zat besi adalah keasarnan
lambung, bioavailibilitas, serta faktor pernacu dan penghambat penyerapan
besi. Kekurangan zat besi dapat rnenyebabkan anemia gizi besi sedangkan
kelebihan zat besi dapat rnenjadi fatal bagi penderita parkinson,
hernosidorisis, dan talesimia. Pada pria dewasa, kecukupan besi adalah 13
mglhari sernentara untuk wanita dewasa adalah 26 mglhari. Untuk wanita
menopause, karena tidak lagi kehilangan zat besi akibat rnenstruasi sehingga
kecukupan besi adalah 12 rnglhari (Soekatri & Kartono 2004).
b. Kalsiurn (Ca)
Diantara sekian banyak mineral yang dibutuhkan tubuh, kalsium
merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan tubuh dalarn jurnlah banyak.
Hal ini disebabkan karena kalsium sangat penting sebagai kornponen tulang
(Hardinsyah & Martianto 1992). Menurut Alrnatsier (2002) konsurnsi kalsium
hendaknya jangan rnelebihi 2500 rng sehari. Kelebihan kalsiurn dapat
rnenirnbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Kelebihan kalsiurn bisa terjadi
bila menggunakan suplemen berupa tablet atau bentuk lainnya. Sedangkan
kekurangan kalsium dapat rnenyebabkan osteoporosis dan osteomalasia
atau riketsia pada orang dewasa. Kadar kalsiurn darah yang sangat rendah
[image:26.532.61.461.0.786.2]dapat rnenyebabkan tetani atau kejang
Tabel 1 Rangkurnan hasil angka kecukupan gizi yang dianjurkan 2004
Umur Jenis BB TB AKE AKP AKVitA AKVitC AKFe AKCa
Kelamin (kg) (cm) (Kkal) (g) (RE) (mg) (mg) (mg)
Pria 60 165 2550 60 600 90 13 800
19-29
Wanita 52 ?55 1900 50 500 75 26 800
KERANGKA PEMlKlRAN
Mahasiswa adalah salah satu unsur rnasyarakat yang berpotensi besar
sebagai penggerak pernbangunan. Mahasiswa yang berkualitas rnerupakan
salah satu surnberdaya penting bagi investasi pernbangunan nasional. Menurut
Khornsan (2002a), terdapat sejurnlah faktor yang rnenentukan terciptanya
surnberdaya rnanusia yang berkualitas, salah satu diantaranya adalah pangan
yang bergizi.
Konsurnsi pangan yang baik diperlukan untuk rnencapai suatu taraf gizi
dan kesehatan yang optimal. Konsurnsi pangan dan taraf gizi serta kesehatan
yang baik rnerupakan unsur penting dalarn rneningkatkan kualitas hidup
rnanusia. Konsurnsi pangan yang bergizi dan seirnbang dapat rneningkatkan
daya tahan tubuh dan konsentrasi belajar rnahasiswa sehingga rnahasiswa dapat
belajar secara efektif.
Harper, Deaton, dan Driskel (1985) rnengatakan bahwa faktor-faktor yang
berperan dalarn konsurnsi pangan antara lain adalah pengeluaran uang untuk
pangan rurnahtangga, pengetahuan gizi, dan tersedianya pangan. Sedangkan
Hardinsyah, Suhardjo, dan Riyadi (1988) rnenyatakan beberapa faktor yang
rnempengaruhi konsumsi pangan seseorang atau rnasyarakat, diantaranya
adalah aksesibilitas dan kebiasaan rnakan. Aksesibilitas (akses) pangan
rnenunjukkan adanya jarninan bahwa setiap individu rnernpunyai surnberdaya
yang cukup untuk rnengakses kebutuhan pangan sesuai norrna gizi. Akses
pangan meliputi akses fisik dan ekonorni. Akses fisik akan rnenentukan apakah
surnber pangan yang dikonsurnsi dapat diternui dan rnudah diperoleh sedangkan
akses ekonorni akan menentukan daya beli seseorang terhadap pangan baik
secara kualitas rnaupun kuantitas. Selain itu rnenurut Martianto dan Ariani (2004)
adanya peningkatan pengetahuan gizi rnernungkinkan pengelolaan sumberdaya
secara lebih baik sehingga seseorang dapat rnernilih jenis-jenis pangan yang
berrnutu gizi tinggi dengan harga terjangkau.
Jadi selain akses pangan secara fisik dan ekonorni, pengetahuan gizi
juga rnempunyai peranan penting dalarn menentukan konsurnsi pangan
rnahasiswa. Secara lebih lengkap, faktor-faktor yang berperan dalarn konsurnsi
Pengeluaran pangan-akses ekonomi
4
I . . . *
Pengetahuan gizi
Kebiasaan makan (frekuensi rnakan,
sarapan pagi, prioritas .* memilih pangan dan
tempat rnakan )
4 Uang saku
n
Sosek keluarga( pendapatan, pendidikan, pekerjaan orang tua dan
[image:28.532.23.483.76.448.2]besar keluarga)
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan fisik, akses ekonomi, dan pengetahuan gizi terhadap konsumsi pangan mahasiswa IPB.
Keterangan :
=
Variabel yang diteliti...
=
Variabel yang tidak diteliti:
-
...
= Hubungan yang diteliti
9
= Hubungan yang tidak diteliti
METODE PENELITIAN
Desain,Tempat, dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan rnenggunakan desain cross sectional study,
yaitu pengurnpulan paparan dan outcome pada satu waktu. Penelitian ini
dilakukan selarna tiga bulan dari bulan April sarnpai dengan bulan Juni 2006 di
karnpus dan lingkungan Karnpus IPB Drarnaga. Pernilihan ternpat dilakukan
secara purposive dengan pertirnbangan Karnpus IPB Drarnaga rnerupakan pusat
aktivitas sebagian besar rnahasiswa IPB.
Cara Pengambilan Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah rnahasiswa IPB angkatan 2003 yang
tinggal di Bogor secara rnandiri. Artinya bahwa contoh tidak tinggal dengan orang
tua atau keluarga. Jumlah contoh ada 60 orang, 30 orang berasal dari program
studi PG dan 30 orang berasal dari program NPG yang diarnbil secara acak dari
masing-masing program studi. Program studi NPG berasal dari Program studi
Statistika, Ekonorni Pernbangunan, Manajernen Kehutanan, Manajernen Bisnis
dan Ekonorni Perikanan Kelautan serta Teknik Pertanian, sedangkan program
studi PG berasal dari Program studi Gizi Masyarakat dan Surnberdaya Keluarga
dan Teknologi Pangan. Pengarnbilan program studi NPG dilakukan secara acak
dari setiap fakultas sedangkan pengarnbilan Program studi PG dilakukan secara
purposive (Garnbar 2).
II
II !I
Program studi PG
II
II I1 II II II I1 !I
[image:29.532.28.519.225.717.2]i/Iml
11
Fateta11
Perhitungan jurnlah sarnpel
xa
Z=
X3Oorang
xa
+
ya
Ket : a
= Pangan dan gizi
b
= Non pangan dan gizi
Z
= Jurnlah contoh
x
= Jurnlah contoh program studi tertentu yang tinggal
rnandiri (kos, kontrak, atau asrarna) dalarn satu kelas
Y
=
Jurnlah contoh pada seluruh program studiContoh perhitungan sarnpel program studi statistika
xa = 32
ya=(32+45+37+83+93)=290
=
3.3 (3 orang)Jenis dan Cara Pengurnpulan Data
Data yang dikurnpulkan dalarn penelitian ini terdiri atas data primer dan
sekunder. Jenis data primer yang dikurnpulkan adalah karakteristik sosial
ekonorni keluarga contoh (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orang tua
serta besar keluarga), karakteristik contoh (urnur, daerah asal, jenis ternpat
tinggal, dan uang saku), pengeluaran pangan selarna sebulan terakhir, jarak
ternpat tinggal ke warung rnakan terdekat, pengetahuan gizi, kebiasaan rnakan
serta konsumsi pangan selama dua hari. Data primer diperoleh rnelalui hasil
wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner (lampiran 1).
Data primer berupa kebiasaan rnakan contoh rneliputi frekuensi makan
makanan pokok, lauk, sayur, buah, dan susu dalarn satu hari, kebiasaan sarapan
pagi, serta faktor-faktor yang dipertirnbangkan contoh dalarn rnernilih pangan dan
tempat rnakan. Sementara data konsurnsi pangan rneliputi jurnlah dan jenis
pangan yang dikonsurnsi contoh selarna dua hari. Data pengeluaran pangan
merupakan jurnlah uang yang dikeluarkan contoh selama dua hari yang rata-
ratanya dikalikan 30 hari. Data sekunder diperoleh dari buku Panduan Program
Tabel 2 Jenis peubah berdasarkan cara pengumpulan data
No Variabel Cara pengumpulan data ... ... . .
1. Karakteristik contoh dan keluarga Wawancara menggunakan kuesioner
2. Kebiasaan rnakan Wawancara rnenggunakan kuesioner
3. Pengetahuan dan inforrnasi gizi Wawancara rnenggunakan kuesioner
4. Pengeluaran pangan
5. Konsurnsi pangan
Wawancara rnenggunakan kuesioner
Recall 2 X 24 jam dan penimbangan
beberapa sampel makanan dari 5
warung makan di lingkungan kampus
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul kernudian dianalisis secara deskriptif menggunakan
rata-rata dan tabulasi silang dan statistika inferensia. Data statistik diolah dengan
menggunakan program SPSS versi 13.0 for windows dan Microsoft Exel. Proses
pengolahan rneliputi editing, coding, entry, dan analisis data.
Data konsurnsi pangan yang dikumpulkan dengan metoda 24-hours food
recall dikonversikan ke dalam bentuk energi, protein, vitamin A, vitamin C, Fe,
dan kalsium dengan rnenggunakan Food Processor yang mengacu pada Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM) ASEAN tahun 2000. Konversi dihitung
dengan rurnus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994):
KGj=(Bj1100 x Gij x (BDDj1100)
Keterangan :
Kgij
= Kandungan zat gizi
-i dalarn bahan rnakanan -jBj
= Berat makan j yang dikonsumsi (g)
Gij
= Kandungan zat gizi dalarn 1009 BDD bahan makanan ke-j
BDDj = Bagian bahan makanan -j yang dapat dirnakanKemudian data tersebut dihitung kandungan zat gizinya dengan
rnenggunakan Microsoff Exel dengan program Food Processor (Hardinsyah &
Briawan 1994). Konsurnsi zat gizi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan
angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional
TKGi
=
(KiIAKG) XI 00%Keterangan :
TKGi
=
Tingkat konsumsi zat gizi -iKi
=
Konsumsi zat gizi -iAKGi
=
Tingkat kecukupan zat gizi-i yang dianjurkanAKGI
=
(Ba1Bs)xAKGIKeterangan :
AKGI
=
Angka kecukupan energi atau proten yang dianjurkanBa
= Berat badan aktual sehat (kg)
Bs
= Berat badan rata-rata (kg)
Tingkat pendidikan orang tua dikategorikan menjadi:
a. Tidak sekolah d. SLTA
b. SD e. PT
c. SLTP
Uang saku dan pengeluaran pangan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
Kategori tinggi : X 2 (rnean+l sd)
Kategori sedang : (mean -1sd) .%X (mean +Isd)
Kategori rendah : X .% (mean-I sd)
Jarak tempat tinggal ke warung makan terdekat dikelompokan menjadi 3
kategori, yaitu:
a. Kategori rendah
= NR-(NR+I)
b. Kategori sedang = (NR+I)+((NR+I)+I)
c. Kategori tinggi
= ((NR+l)+l)-NT
Nilai maksirnal
-
Nilai Minimal I =Jumlah Kategori
(Slarnet 1993 diacu dalarn Marviati 2001)
Keterangan: I = Kelas interval antar kategori
NR = Nilai minimal
NT = Nilai maksimal
Pengetahuan gizi contoh diketahui dengan menilai jawaban contoh terhadap
20 pertanyaan tentang pangan dan gizi. Jawaban yang salah diberi skor 0,
penilaian terhadap pertanyaan yang diajukan, tingkat pengetahuan gizi contoh dikelornpokan berdasarkan persentase skor yang diperoleh dibandingkan skor
total (Khornsan 2000), yaitu: a. tinggi : > 80%
b. sedang : 60-80% c. rendah : ~ 6 0 %
Uji statistik yang digunakan yaitu,
a. Independent Sample J-Jest untuk rnelihat perbedaan kedua kelornpok penelitian pada variabel uang saku, pengeluaran pangan, jarak ternpat tinggal dari warung makan terdekat, pengetahuan gizi, frekuensi rnakan,
dan konsurnsi pangan contoh.
b. Uji korelasi Pearson untuk melihat hubungan antara pengetahuan gizi dengan frekuensi rnakan contoh serta hubungan jarak tempat tinggal dari warung rnakan terdekat, pengeluaran pangan, dan pengetahuan gizi
Definisi Operasional
Konsumsi pangan adalah jenis, dan jurnlah pangan yang dikonsumsi
rnahasiswa yang diperoleh melaui recall 2 X 24 jam yang dikonversikan
ke dalarn bentuk energi, protein, vitamin A, vitamin C, Fe, dan kalsiurn.
Contoh adalah rnahasiswa program studi pangan & gizi serta rnahasiswa program studi non pangan & gizi angkatan 2003 dan tinggal di Bogor secara mandiri.
Program studi pangan & gizi adalah Program studi yang rnerniliki latar belakang studi pangan dan rnernpelajari bidang pangan dan gizi
Program studi non pangan & gizi adalah Program studi yang rnerniliki latar belakang studi non pangan dan tidak rnendapat inforrnasi pangan dan gizi berupa rnata kuliah.
Akses fisik adalah variabel yang digunakan untuk rnengukur kernudahan mahasiswa dalarn rnernperoleh pangan dihitung berdasarakan jarak ternpat tinggal ke warung atau ternpat rnakan terdekat.
Akses ekonomi adalah variabel yang digunakan untuk rnengukur kemarnpuan rnahasiswa dalarn rnernperoleh pangan yang ada di warung rnakan dihitung berdasarkan jurnlah uang yang dikeluarkan untuk rnernbeli pangan.
Pengeluaran pangan adalah rata-rata jurnlah uang yang dikeluarkan contoh untuk rnernbeli pangan selarna dua hari recall yang dikalikan 30 hari.
Kebiasaan makan adalah cara contoh rnernilih dan rnengkonsurnsi rnakanan sehari-hari yang rneliputi frekuensi rnakan setiap hari, kebiasaan sarapan pagi, serta prioritas contoh rnernilih pangan dan ternpat rnakan.'
Pengetahuan gizi adalah pengetahuan contoh tentang hal-ha1 yang berhubungan dengan gizi dan kesehatan secara umurn.
;;;j Pendapatan orangtua adalah jurnlah penghasilan orang tua yang diperoleh dari
kegiatan atau pekerjaan orang tua yang dinilai dengan uang selarna sebulan terakhir.
Besar keluarga adalah jurnlah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak
Pekerjaan orangtua adalah jenis pekerjaan utarna yang dilakukan ayah sebagqi kepala keluarga dan pekerjaan yang dilakukan ibu yang digunakan sebagai sumber pendapatan keluarga.
HASlL
DAN
PEMBAHASAN
Gambaran U m u mLokasi
Penelitianlnstitut Pertanian Bogor adalah lernbaga pendidikan pertanian yang
secara historis rnerupakan bentukan dari lernbaga-lernbaga pendidikan
menengah dan tinggi pertanian dan kedokteran hewan yang dirnulai pada awal
abad ke-20 ini di Bogor. Pada awalnya IPB terdiri dari lima fakultas yang
kemudian pada tahun 2000 berkembang menjadi 8 fakultas yaitu fakultas
pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan, kedokteran hewan,
teknologi pertanian, ilrnu pengetahuan alam serta fakultas ekonorni dan
[image:35.539.66.480.281.730.2]rnanajernen.
Tabel 3 Narna Fakultas, Departemen, dan Program studi di IPB
No Fakultas Departernen Program studi
1. Pertanian -Sosial Ekonorni 1,Manajemen Agribisnis Pertanian 2.Ekonomi Pertanian dan
Surnberdaya 3,Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat -6udidaya Pertanian 1 .Agronomi
2.Arsitektur Landskap 3.Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih
4,Hortikultura
-Hama dan Penyakit -Harna dan Penyakit Tumbuhan Turnbuhan
-Tanah -1lrnu Tanah
-Gizi Masyarakat dan -Gizi Masyarakat dan Surnberday2 Keluarqa Surnberdaya Keluarga 2. ~edokteranFewan Kedokteran Hewan ~edokteran?iewan
3. perikanan dan llmu -6udldaya perairan . . -~ekioloqi dan ~ a i h j e m e n
Kelautan ~kuakultir
-Manajemen Surnberdaya -Pengelolaan Surnberdaya dan Perairan Lingkungan Perairan
-Teknologi Hasil Perikanan -Teknologi Hasil Perikanan -Sosial Ekonorni Perikanan -Manalemen Bisnis dan
dan kelautan Ekonomi Perikanan Kelautan -Pemanfaatan Surnberdaya -Pemanfaatan Surnberdaya Perikanan Perikanan
4. Peternakan -1lrnu Produksi Ternak 1 .Teknoloqi Produksi Ternak 2.~eknologi Hasil Ternak -Ilrnu Nutrisi dan Makanan -1lrnu Nutrisi dan Makanan
Ternak Ternak
-Sosial Ekonomi dan -Sosial Ekonomi Peternakan lndustri Peternakan
5. Kehutanan -Manaiemen Kehutanan 1.Manaiemen Kehutanan 2.I3udidaya Hutan -Teknologi Hasil Hutan -Teknologi Hasil Hutan
Lanjutan Tabel 3 Narna Fakultas, Departernen, dan Program studi di IPB
No Fakultas Departemen Program studi
6. Teknologi -Teknik Pertanian -Teknik Pertanian
~ertaniai -Teknologi Pangan dan gizi -Teknologi Pangan
-Teknologi lndustri -Teknologi lndustri
Pertanian Pertanian
7. MlPA -Geofisika dan rneteorologi - -Meteorologi .
-Biologi -6iologi
-Kirnia -Kimia
-Matematika -Matematika
-1lrnu Kornputer -Ilmu Komputer
-Fisika -Fisika
-Statistika -Statistika
8. Ekonorni dan -Ilmu Ekonomi dan Studi
-
Ekonomi Pernbangunan -Manajernen Pernbangunan
-Manajemen
-
ManajemenKarnpus IPB Dramaga adalah kampus induk dari 4 karnpus yang ada dan
rnerupakan pusat aktivitas sebagian besar mahasiswa IPB. Kampus IPB
rnencakup sernua fasilitas dalam kawasan IPB yang digunakan untuk segala
jenis kegiatan dan tempat-tempat diluar kawasan IPB yang digunakan untuk
kegiatan akadernik maupun kegiatan lainnya yang rnernbawa nama dan
rnengemban rnisi IPB. Adapun fasilitas tersebut meiiputi unit pelayanan teknis
perpustakaan, kornputer, kebun percobaan dan hutan pendidikan, produitsi
media inforrnasi, laboratorium terpadu, pelatihan bahasa, olahraga, pernbinaan
lingkungan karnpus, dan badan pengelola asrarna rnahasiswa TPB. Selain unit
pelayanan teknis, IPB juga rnenyediakan fasilitas pelayanan kemahasiswaan dan
umum yaitu, beasiswa, pelayanan kesehatan, bimbingan dan konseling, asrarna,
pelayanan bank, kafetaria, aula, ternpat peribadatan dll.
Karakteristik Keluarga Contoh
Umur orang tua
Umur orang tua contoh dibagi menjadi tiga kategori yaitu dewasa awal,
dewasa rnenengah, dan dewasa lanjut. Batasan urnur dewasa awal dimulai pada
usia 20-40 tahun, dewasa memngah yaitu 40-65 tahun dan dewasa lanjut
adalah lebih dari 65 tahun (Papalia & Olds 1986). Sebaran contoh berdasarkan
umur orang tua dapat dilihat pada Tabel 4.
Urnur ayah berkisar antara 40 hingga 64 tahun, dengan rata-rata urnur
ayah adalah 51.4 tahun. Tabel 4 rnenunjukkan bahwa sebagian besar ayah
contoh NPG (96.2%) dan semua ayah contoh PG (100%) berada pada kategori
Urnur ibu contoh berkisar antara 30 hingga 65 tahun, dengan rata-rata
urnur ibu adalah 46.6 tahun. Berdasarkan Tabel 4 juga diketahui bahwa sebagian
besar ibu contoh NPG (96.7%) dan ibu contoh PG (93.1%) juga berada pada
kategori urnur dewasa rnenengah. Hasil uji statistik rnenunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang nyata antara urnur ayah dan urnur ibu contoh pada kedua
program studi (larnpiran 3).
Tabel 4 Sebaran keluarga contoh berdasarkan urnur orang tua
Kategori umur NPG PG Total
n
YO
nYO
n %Ayah
Dewasa awal 1 3.8 0 0.0 1 1.9
Dewasa rnenenaah
-
25 96.2 27 100.0 52 98.1Dewasa lanjut 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Total 26 100.0 27 100.0 53 100.0
P value 0.89
Ibu
Dewasa awal 1 3.3 2 6.9 3 5.1
Dewasa rnenengah 29 96.7 27 93.1 56 94.9
Dewasa lanjut 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Total 30 100.0 29 100.0 59 100.0
Pendapatan
Tingkat pendapatan rnenentukan pola rnakan atau jenis pangan yang
akan dibeli seseorang. Berg (1986) rnenjelaskan bahwa ada hubungan yang erat
antara pendapatan dan gizi. Adanya pertarnbahan pendapatan akan berdarnpak
pada peningkatan kualitas kesehatan dan gizi keluarga, sedangkan pendapatan
yang rendah atau peningkatan pendapatan yang rendah dapat rnenyebabkan
daya beli rnasyarakat lernah sehingga kualitas konsurnsi pangannya rendah dan
secara otornatis rnenghalangi upaya perbaikan gizi yang efektif.
Tabel 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan ayah
Pendapatan ayah NPG PG Total
n
YO
n % nYO
<Ijuta 4 15.4 2 7.4 10 18.9
1 <x<3 16 61.6 23 85.2 39 73.6
3 ~ x 2 5 3 11.5 1 3.7 4 7.5
>5juta 3 11.5 1 3.7 4 7.5
Total 26 100.0 27 100.0 53 100.0
Pendapatan ayah dan ibu contoh dibagi rnenjadi ernpat keiornpok
berdasarkan sebaramya dengan interval dua juta rupiah ( 4 juta, 15x<3 juta,
pada Tabel 5 dan 6. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebanyak
61.6% ayah contoh NPG dan sebanyak 85.2% ayah contoh PG rnerniliki
pendapatan 1<x<3 juta rupiah. Menurut Surnawan (2003) jurnlah pendapatan
akan rnenggarnbarkan daya beli seseorang. Daya beli rnenggarnbarkan
banyaknya produk yang dikonsumsi.
Tabel 6 rnenunjukkan bahwa separuh ibu contoh (50%) NPG dan
sebanyak 58.6% ibu contoh PG tidak rnerniliki pendapatan sendiri. Hal ini
rnengindikasikan bahwa kebanyakan ibu contoh tidak bekerja di sektor publik.
Menurut Suhardjo (1989) ibu yang tidak bekerja lebih banyak rnernpunyai waktu
untuk rnernpersiapkan rnakanan bagi keluarga
Tabel 6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan ibu
NPG PG Total
Pendapatan ibu
n % n 70 n %
0 15 50.0 17 58.6 32 54.2
<Ijt 5 16.7 4 13.8 9 15.3
1 Sx<3 10 33.3 8 27.6 18 30.5
35x55 0 0.0 0 0.0 0 0.0
>5juta 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Total 30 100.0 29 100.0 59 100.0
Pendidikan
Selain pendapatan, peningkatan pendidikan, serta pengetahuan tentang
pangan dan gizi dapat rnernperbaiki konsumsi pangan, gizi, dan kesehatan.
Faktor pendidikan selain dapat rnenentukan proporsi penggunaan pendapatan
untuk pengadaan pangan dapat pula rnenentukan kualitas dan kuantitas bahan
pangan dalam menu sehari-hari
Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendidikan ayah
Pendidikan ayah NPG PG Total
n % n YO n %
SD 2 7.7 1 3.7 3 5.7
SMP 2 7.7 2 7.4 4 7.5
SMU 8 30.8 10 37.0 18 34.0
PT 14 53.8 14 51.9 28 52.8
Total 26 100.0 27 100.0 53 100.0
Pendidikan ayah dan ibu contoh tersebar pada tingkat SD, SMP, SMU,
dan Perguruan Tinggi. Lebih dari separuh ayah contoh NPG (53.8%) dan PG
(51.9%) rnemiliki pendidikan perguruan tinggi. Sebaran berdasarkan pendidikan
Fallah (2004), tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap
dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
rnernudahkan seseorang atau rnasyarakat untuk rnenyerap inforrnasi dan
rnengirnplernentasikannya dalarn perilaku dan gaya hidup sehari-hari khususnya
dalarn ha1 kesehatan dan gizi
Tabel 8 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendidikan ibu
Pendidikan ibu NPG PG Total
n % n % n %
SD 6 20.0 4 13.8 10 16.9
SMP 1 3.3 3 10.3 7 6.8
SMU 10 33.3 14 48.3 24 70.7
PT 13 43.3 8 27.6 21 35.6
Total 30 100.0 29 100.0 59 100.0
Tabel 8 rnenunjukkan bahwa sebanyak 43.3% ibu contoh NPG
berpendidikan perguruan tinggi, sedangkan sebanyak 48.3% ibu contoh PG
berpendidikan SMU. Tingkat pendidikan berkaitan dengan tingkat pengetahuan
yang dirniliki oleh seseorang. Pengetahuan yang cukup tentang gizi dan
rnakanan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas konsurnsi pangan
(Suhardjo 1989). Menurut Pranadji (1988), baik buruknya kualitas gizi yang
dikonsurnsi keluarga berhubungan erat dengan pengetahuan gizi ibu. Ibu juga
berperan sebagai pendidik gizi informal narnun peran anggota keluarga lain
seperti ayah juga rnenentukan kualitas gizi keluarga.
Pekerjzan
Jenis pekerjaan ayah bervariasi yaitu PNS, karyawan swasta, wirausaha,
petani, pensiunan, damsupir. Sebaran contoh Mrdasafkan pekerjaan ayah dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran keluarga contoh berd-an pekerjaan ayah
Pekerjaan ayah BPG F(: Total
n % n YO n YO
PNS 10 38.5 11 40.7 21 3 9 . 6
Kary.swasta 9 3 4 6 3 11.1 12 22.7
Wirausaha 4 I 5-4 9 33.4 13 24.5
Petani 1 3.8 0 0.0 1 1.9
Pensiun 2 7.7 3 11.1 5 9.4
Supir 0 0.0 1 3.7 1 1.9-
Sebanyak 38.5% ayah contoh NPG dan sebanyak 40.7% ayah contoh PG
bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Pada contoh NPG tidak diternukan ayah
contoh yang bekerja sebagai supir sedangkan pada contoh PG tidak diternukan
ayah contoh yang bekerja sebagai petani. Menurut Surnarwan (2003) status
pekerjaan akan rnenentukan kelas sosial seseorang. Pekerjaan yang dilakukan
orang tua, baik ayah atau ibu akan rnenentukan kelas sosial.
Ada enarn kelornpok pekerjaan ibu contoh yaitu PNS, karyawan swasta,
wirausaha, petani, pensiunan, dan ibu rurnahtangga. Sebaran contoh
berdasarkan pekerjaan ibu dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 rnenunjukkan
bahwa harnpir separuh (46.7%) ibu contoh NPG bekerja sebagai ibu
rumahtangga, sedangkan ibu contoh PG yang bekerja sebagai ibu rurnahtangga
adalah sebanyak 62.1%. Jurnlah ibu contoh PG yang bekerja sebagai PNS
adalah sebesar 36.7% sedangkan jurnlah ibu contoh NPG yang bekerja sebagai
PNS adalah sebesar 33.3%. Pada program studi PG tidak terdapat ibu contoh
yang bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan pada program studi NPG
tidak diternukan ibu contoh yang sudah pensiun. Menurut Khornsan (2006) peran
ganda perernpuan berirnplikasi pada derajat kesehatan keluarga. Perernpuan
yang bekerja diluar rurnah akan rnendapatkan penghasilan sehingga akan
meningkatkan pendapatan keluarga. Pendapatan ini berkorelasi erat dengan
semakin rnernbaiknya derajat kesehatan dan status gizi anak
Tabel 10 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pekerjaan ibu
Pekerjaan ibu NPG PG Total
n YO n YO n
YO
PNS 13 43.3 8 27.6 21 35.6
Kary.swasta 1 3.3 0 0.0 1 1.7
Wirausaha 1 3.3 2 6.9 3 5.1
Petani 1 3.3 0 0.0 1 1.7
Pensiun 0 0.0 1 3.4 1 1.7
Ibu rurnahtangga 14 46.7 18 62.1 32 54.2
Total 30 100.0 29 100.0 59 100.0
Besar Keluarga
Besar keluarga rnenggarnbarkan keseluruhan jurnlah anggota keluarga