RAWAN BOCOR PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS
(Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Sikap Pembaca Terhadap Pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos Di Surabaya )
S K R I P S I
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
DEVI SEPTIANINGSIH NPM. 0543010333
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul : SIKAP PEMBACA TERHADAP PEMBERITAAN TABUNG ELPIJI
RAWAN BOCOR PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Terhadap Pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor
Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos Di Surabaya).
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih yang setinggi‐tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Zainal Abidin Achmad M.Si.M.Ed Dosen Pembimbing penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Orang tua tercinta alm. Papa dan alm. Mama terima kasih atas doa dan
dukungannya selama ini baik moral maupun materiil.
buat doanya.
6. Untuk Gimbul dan keluarga membantu penulis selama menyelesaikan
skripsi ini.
7. Untuk Nyit‐sapi, Kiki‐ST, papa‐Guzman, mas Indra, Chris‐Jacobku, Lila
dan Ica (for kuesioner), Dito/Dolphin‐ku, Rae, Bayu‐lebay, Widha‐Budhe
terima kasih atas dukungan dan doanya.
8. Untuk Pius yang bersedia meminjamkan laptopnya.
9. Untuk Emen, and Nippon family terima kasih atas dukungan dan doanya.
10. Untuk Ibu Istiana dan Abi terima kasih doa dan dorongan yang telah diberikan.
11. Untuk temen‐temen “BFF‐Binyo Friends Forever” Mas Anton, Meme, dek Astri, Amel, Ndrengess, Choky Rock, Dangdut, Eyent, Uki, Putri, Andika,
Juwita, Andra, Penny, Tatoo‐boy, Eko‐Bulu, Mahmud, Fandi‐celenk,
Ableh, Fadil, Davin, Reno, Juve, Iphan, Otie, Rama, Bayu, mas Jafar, dan
semuanya maaf gak bisa sebutin satu persatu teman terima kasih atas
dukungannya.
12. Untuk adek2 AK UPN RADIO dan KINNE Komunikasi terima kasih buat suportnya.
v
13. Untuk semua teman2ku yang sudah mensuport banyak pada penulis
yang tak bisa tersebut namanya satu persatu, terima kasih banyak yah. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kebaikan skripsi ini. Wassalamualaikum Wr. Wb
Surabaya, November 2010
HALAMAN
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
ABSTRAKSI ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 14
2.2.1 Surat Kabar dan Karakteristiknya ... 14
2.2.2 Pengertian Sikap ... 20
2.2.3 Pembaca sebagai Khalayak Media Massa ... 22
2.2.4 Berita ... 24
2.2.5 Pemberitaan Jawa Pos Tentang Tabung Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya ... 27
2.2.6 Teori S.O.R ... 28
2.2.7 Kerangka Berfikir ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional ... 36
3.1.1 Sikap dan Pengukuran ... 36
3.1.2 Berita Tabung Elpiji Rawan Bocor di Surabaya ... 44
3.1.3 Pembaca Jawa Pos ... 44
3.2 Pengukuran Variabel ... 45
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 46
3.3.1 Populasi ... 46
3.3.2 Sampel ... 47
3.3.3 Teknik Penarikan Sampel ... 49
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 49
3.5 Metode Analisis Data ... 50
3.6 Analisis Deskriptif ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 53
4.1.2 Gambaran Umum Surabaya ... 58
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 59
4.2.1 Identitas Responden ... 59
4.2.1.1 Usia responden ... 59
4.2.1.2 Jenis Kelamin Responden ... 60
4.2.1.3 Pendidikan Terakhir Responden ... 61
4.2.1.4 Pekerjaan Responden ... 62
4.3 Deskriptif Subjek ... 63
4.3.1 Aspek Kognitif ... 63
4.3.1.1 Responden Mengetahui Berita Tentang Tabung Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya Melalui Pemberitaan Di Jawa Pos ... 64
4.3.1.2 Responden Mengetahui Tentang Dampak Negatif Dari Berita Tabung Elipji Rawan Bocor Di Surabaya Melalui Pemberitaan Di Jawa Pos ... 65 4.3.1.3 Responden Mengetahui Jika Korban
Tabung Elpiji Rawan Bocor (3 Kilogram
Adalah Kebanyakan Masyarakat Di Surabaya
Melalui PemberitaanDi JawaPos ... 67 4.3.1.4 Responden Mengetahui Bahwa
Penyalahgunaan Tabung Elpiji Rawan Bocor Tanpa Isi/Kosong (3 Kilogram) Telah
Menyebar Di Masyarakat Surabaya Dan Sekitarnya Melalui Pemberitaan
Di Jawa Pos ... 68 4.3.1.5 Responden Mengetahui Pentingnya
Memperhatikan Keterangan Masa Kadaluwarsa Tabung Elpiji (3 Kilogram)
Melalui Pemberitaan Di Jawa Pos ... 70 4.3.1.6 Aspek Kognitif Pembaca Jawa Pos
Terhadap Pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor di Surabaya
Di Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 72 4.3.2 Aspek Afektif ... 73
4.3.2.1 Responden Senang Terhadap
Tanggapan Positif dari Pemerintahan Untuk Menanggulangi Maraknya
(3 Kilogram) Pada Pemberitaan
Di Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 74 4.3.2.2 Responden Senang Dengan Adanya
Himbauan Yang diberikan Pihak Pertamina Melalui Harian Surat Kabar Jawa Pos Terkait Kasus
Tabung Elpiji Rawan Bocor ... 76 4.3.2.3 Responden Senang Pihak Pertamina
Akan Mengeluarkan Regulator dan Slang Tabung Elpiji (3 Kilogram) Yang berlabel SNI dan Bekerjasama
Dengan Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 77 4.3.2.4 Responden Nyaman dan Lebih Percaya
Terhadap Kualitas Tabung Elpiji
(3 Kilogram) dari Pertamina Setelah berlabel SNI Melalui Pemberitaan Harian surat
Kabar Jawa Pos ... 78 4.3.2.5 Responden Nyaman Setelah Mengetahui
Ciri‐ciri Tabung Asli Produksi Pertamina
Dari Pemberitaan Tabung Elpiji Rawan
Bocor Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 80 4.3.2.6 Responden Merasa Lebih Nyaman
Setelah Paham Penyebab Rawan Bocor Elpiji Dari Pemberitaan Tabung Elpiji
Di Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 81
4.3.2.7 Responden Merasa Senang Mendapatkan Pengetahuan
Tambahan Tentang Sandart
Tabung Elpiji 3kilogram Dari Pemberitaan
Tabung Elpiji Rawan Bocor
Di Harian Jawa Pos ... 83
4.3.2.8 Responden Merasa Senang Mendapatkan
Sosialisasi Pemasangan Regulator Dan Tips Menghindari
Kebocoran Tabung Elpiji
3 Kilogram Dari Pemberitaan
Di Jawa Pos ... 84
4.3.2.9 Aspek Afektif Pembaca Jawa Pos Terhadap Pemberitaan
Tabung Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya ... 85
4.3.3 Aspek Konatif ... 86
4.3.3.1 Responden Tidak Keberatan Jika Harus
Menukar Slng dan Regulator Lama Dengan
Regulator SNI Dan Menambah
Pemberitaan Dari Harian Surat Kabar
Jawa Pos ... 88
4.3.3.2 Responden Akan Membeli Tabung Elpiji
3 Kilogram Pertamina Hanya Di SPBE
(Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji)
Setelah Mengetahui Pemberitaan
Dari Harian Surat Kabar Jawa Pos... 89
4.3.3.3 Responden Akan Mengecek Ulang
Ciri-ciri Tabung Asli Produksi Pertamina
Sebelum Memeutuskan Untuk Menggunakan
Tabung Elpiji 3 Kilogram
Setelah Mengetahui Pemberitaan
Dari Harian Surat Kabar Jawa Pos... 91
4.3.3.4 Responden Membantu Menginfomasikan
Kepada Orang Lain Tentang Penggunaan
Tabung Elpiji 3Kilogram Yang Baik Dan Benar
Setelah Mengetahui Pemberitaan
Dari Harian Surat Kabar Jawa Pos... 92
4.3.3.5 Responden Membantu Menginfomasikan
Kepada Orang Lain Tentang Slang Dan
Regulator SNI Setelah Mengetahui
Dari Harian Surat Kabar JawaPos... 93
xiii
4.3.3.6 Aspek Konatif Pembaca Jawa Pos
Terhadap Pemberitaan Tabung Elpiji
Rawan Bocor Di Surabaya di Harian
Surat Kabar Jawa Pos ... 94
4.3.3.7 Sikap Pembaca Secara Keseluruhan Terhadap Pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya di Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 98
5.2 Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ...100
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Usia Responden ... 59
Tabel 2 : Jenis Kelamin Responden. ... 60
Tabel 3 : Pendidikan Terakhir Responden ... 61
Tabel 4 : Pekerjaan Responden ... 62
Tabel 5 : Responden Mengetahui Berita Tentang Tabung Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya Melalui Pemberitaan Jawa Pos ... 65
Tabel 6 : Responden Mengetahui Tentang Dampak Negatif Dari Berita Tabung Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya Melalui Pemberitaan Di Jawa Pos ... 66
Tabel 7 : Responden Mengetahui Jika Korban Tabung Elpiji Rawan Bocor (3 kilogram) Adalah Kebanyakan Masyarakat Di Surabaya Melalui Pemberitaan Di Jawa Pos ... 67
Tabel 8 : Responden mengetahui jikaPenyalahgunaan Tabung Elpiji Tanpa Isi/Kosong (3 kilogram) Telah Menyebar Di Masyarakat Surabaya Dan Sekitarnya Melalui Pemberitaan Di Jawa Pos ... 69
Tabel 9 : Responden Mengetahui Pentingnya Memperhatikan Keterangan Masa Kadaluwarsa Tabung Elpiji (3 Kilogram) lalui Pemberitaan Di Jawa Pos ... 71
Tabel 10 : Aspek Kognitif Pembaca Jawa Pos Terhadap Pemberitaan Tabung
Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya
Di Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 72
Tabel 11 : Responden Senang Terhadap Tanggapan Positif Dari Pemerintahan
Untuk Menanggulangi Maraknya Kebocoran Tabung Gas Elpiji
(3 Kilogram) Pada Pemberitaan Di Harian
Surat Kabar Jawa Pos ... 75
Tabel 12 : Responden Senang Dengan Adanya Himbauan Yang Diberikan
Pihak Pertamina Melalui Harian Surat Kabar Jawa Pos Terkait
Kasus Tabung Elpiji Rawan Bocor ... 76
Tabel 13 : Responden Senang Pihak Pertamina Akan Mengeluarkan
Regulator Dan Slang Tabung Elpiji 3 Kilogram Yang Berlabel SNI
Dan Berkerjasama Dengan Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 77
Tabel 14 : Responden Nyaman Dan Lebih Percaya Terhadap Kualitas Tabung
Elpiji 3 Kilogram Dari Pertamina Setelah Berlabel SNI Melalui
Pemberitaan Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 79
Tabel 15 : Responden Nyaman Setelah Mengetahui Ciri-Ciri Tabung Asli
Produksi Pertamina Dari Pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor
Di Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 80
Tabel 16 : Responden merasa lebih nyaman setelah paham penyebab rawan
bocor elpiji dari pemberitaan tabung elpiji diharian Surat Kabar
Jawa Pos ... 82
Tabel 17 : Responden Merasa Senang Mendapatkan Pengetahuan Tambahan
Tentang Sandart Tabung Elpiji 3kilogram Dari Pemberitaan
Tabung Elpiji Rawan Bocor Di Harian Jawa Pos ... 83
Tabel 18 : Responden Merasa Senang Mendapatkan Sosialisasi Pemasangan
Regulator Dan Tips Menghindari Kebocoran Tabung Elpiji
3 Kilogram Dari Pemberitaan Di Jawa Pos ... 84
Tabel 19 : Aspek Afektif Pembaca Jawa Pos Terhadap Pemberitaan Tabung
Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya ... 85
Tabel 20 : Responden Tidak Keberatan Jika Harus Menukar Slang Dan
Regulator Lama Dengan Regulator SNI Dan Menambah Biaya
Rp.35.000 Setelah Mengetahui Pemberitaan Dari Harian
Surat Kabar Jawa Pos ... 88
Tabel 21 : Responden Akan Membeli Tabung Elpiji 3 Kilogram Pertamina
Hanya Di SPBE (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji) Setelah
Mengetahui Pemberitaan Dari Harian Surat Kabar ... 90
Tabel 22 : Responden Akan Mengecek Ulang Ciri-Ciri Tabung Asli Produksi
Pertamina Sebelum Memutuskan Untuk Menggunakan Tabung
Elpiji 3 Kilogram Setelah Mengetahui Pemberitaan Dari Harian
Surat Kabar Jawa Pos ... 91
Tabel 23 : Responden Membantu Menginformasikan Kepada Orang lain
Tentang Penggunaan Tabung Elpiji 3 kilogram Yang Baik Dan
Benar Setelah Mengetahui Pemberitaan Dari Harian Surat Kabar
Jawa Pos ... 92
xii
Tabel 24 : Responden Akan Membantu Menginformasikan Kepada Orang
lain Tentang Slang Dan Regulator SNI Setelah Mengetahui
Pemberitaan Dari Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 93
Tabel 25 : Aspek Konatif Pembaca Jawa Pos Terhadap Pemberitaan Tabung
Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya di Harian Surat Kabar
Jawa Pos ... 94
Tabel 26 : Sikap Pembaca Secara Keseluruhan Terhadap Pemberitaan Tabung
Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya di Harian Surat Kabar
Gambar 2.1 : Model Teori S-O-R (Effendy, 2003 : 255) ... 30
Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir Sikap Pembaca Terhadap Tabung Elpiji
Rawan Bocor Pada Pemberitaan Harian Surat Kabar Jawa
Pos Di Surabaya ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner ...102
Lampiran 2 : Aspek Kognitif Pembaca Jawa Pos Terhadap Pemberitaan Tabung Elpiji
Rawan Bocor Di Surabaya di Harian Surat Kabar Jawa Pos...107
Lampiran 3 : Aspek Afektif Pembaca Jawa Pos Terhadap Pemberitaan Tabung Elpiji
Rawan Bocor Di Surabaya...109
Lampiran 4 : Aspek Konatif Pembaca Jawa Pos Terhadap Pemberitaan Tabung Elpiji
Rawan Bocor Di Surabaya di Harian Surat Kabar Jawa Pos...111
Lampiran 5 : Aspek Kognitif, Aspek Afektif, Aspek Konatif Sikap Pembaca Terhadap
Tabung Elpiji Rawan Bocor Pada Pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor
Di Surabaya di Harian Surat Kabar Jawa Pos...113
Lampiran 6 : Pemberitaan Jawa Pos Tentang Tabung Elpiji Rawan Bocor
Di Surabaya...115
Lampiran 7 : Pemberitaan Jawa Pos Tentang Elpiji Meledak Di Surabaya...116
Lampiran 8 : Pemberitaan Jawa Pos Tentang Tips Aman Memasang Elpiji
Di Surabaya...117
DEVI SEPTIANINGSIH. SIKAP PEMBACA TERHADAP PEMBERITAAN TABUNG ELPIJI RAWAN BOCOR PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Terhadap Elpiji Rawan Bocor Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos Di Surabaya)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap pembaca terhadap pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor pada pemberitaan harian surat kabar Jawa Pos, yang mengulas bagaimana sikap masyarakat setelah membaca pemberitaan tersebut, yaitu sikap positif, sikap negatif, atau sikap netral.
Landasan teori yang dipakai, diantaranya adalah pengertian sikap, pembaca sebagai khalayak media massa, surat kabar sebagai kontrol sosial, dan teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response).
Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah pembaca Jawa Pos yang berusia 17 tahun – 40 tahun yang berada di Surabaya yang pernah membaca berita tabung elpiji rawan boor pada harian surat kabar Jawa Pos. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan tipe
purposive sampling dengan kriteria responden yang telah berusia 17 tahun – 40
tahun, memilki KTP Surabaya.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sikap pembaca Jawa Pos terhadap pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor Di Surabaya adalah positif. Hal ini disebabkan karena banyak dari masyarakat kota Surabaya yang peduli akan keselamatan diri dalam menggunakan tabung elpiji untuk kegiatan mereka sehari-hari.
Kata kunci : Sikap, Pembaca, Harian Surat Kabar Jawa Pos, Pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor.
DEVI SEPTIANINGSIH. COVERAGE ATTITUDE TOWARD TUBE READER ELPIJI PRONE LEAK DAILY NEWSPAPER IN JAVA POS (Quantitative Descriptive Study About Attitude Readers Against Prone LPG Leaks In Java Pos Daily Newspaper In Surabaya)
This study aims to determine attitudes toward the news reader Tube Leaking LPG Prone on the daily news Java Post newspaper, which addresses how people's attitudes after reading the news, that is a positive attitude, negative attitude, or a neutral attitude.
The foundation of the theory is used, such as understanding the attitude, the reader as the audience of mass media, newspapers as social control, and the theory of SOR (Stimulus-Organism-Response).
The research method used is descriptive quantitative research methods. The population is Java Post readers who are 17 years old - 40 years in Surabaya has ever read the news LPG cylinder prone Boor on Java Post daily newspaper.
xvi
Sampling technique in this research using non-probability sampling technique with a type of purposive sampling with the criteria of respondents who were aged 17 years - 40 years, has an ID Surabaya.
From this study showed that attitudes toward the news reader Java Post Prone LPG Tubing Leaks In Surabaya is positive. This is because many of the people of Surabaya city that cares about the safety in using LPG cylinders to their daily activities.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat dalam kehidupannya membutuhkan informasi yang cukup
untuk memenuhi segala kebutuhan yang semakin beragam, serta informasi yang
selalu berkembang cepat. Dalam proses penyampaian pesan informasi tidak
terlepas dari proses komunikasi itu sendiri, dimana dalam proses komunikasi
membutuhkan sarana atau media yang dibutuhkan untuk menyampaikan
informasi. Ketika memilih media yang tepat, dipastikan informasi yang
disampaikan pada masyarakat dapat diterima dengan baik serta mendapat efek
yang baik pula. Komunikasi bersifat persuasif yakni untuk mengubah sikap,
pendapat dan perilaku seseorang dengan sukarela. Komunikasi bersifat persuasif
ini bertujuan menimbulkan adanya kesadaran, kerelaan disertai dengan perasaan
segan seseorang untuk mengubah. Selain itu sifat komunikasi adalah informatif
yakni agar orang lain mengerti dan tahu. Salah satu alat komunikasi yang bersifat
informatif ini adalah media massa.
Media massa memiliki peran sangat penting dan peran yang cukup besar
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan karena media
massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
informasi. Informasi itu sendiri disajikan secara benar yang terjadi didalam hidup
manusia. Antara manusia dan media massa keduanya saling membutuhkan satu
sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan media massa untuk
2
memenuhi kebutuhanya akan informasi dengan mengkonsumsi berita-berita yang
disajikan oleh media massa tersebut.
Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang
pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan
masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait dengan tata nilai sosial
yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, Pers sebagai lembaga
kemasyrakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi
masyarakatnya. (Djuroto, 2002:8)
Dalam perkembangannya media massa dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu sebagai Pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti
sempit meliputi media cetak. Media cetak adalah berita-berita yang disiarkan
melalui benda cetakan. Media cetak seperti surat kabar saat ini menjadi bagian
yang tak terpisahkan dan merupakan media massa yang digunakan oleh
masyarakat perkotaan selain media elektronik.
Sementara Pers dalam arti luas meliputi semua media komunikasi baik
baik cetak maupun media elektronik meliputi radio, televisi dan bahkan kini juga
sudah muncul internet. Oleh karena itu media massa sering digunakan sebagai alat
mentransformasikan informasi kearah masyarakat atau mentransformasikan
informasi diantara masyarakat itu sendiri. Surat kabar adalah kelanjutan dari
teknologi teks dan grafis yang sudah ditemukan beberapa abad yang lalu. Karena
itu, surat kabar hanya mentransmisikan informasi berupa teks dan grafis. Namun
surat kabar menjadi populer karena sifatnya yang sederhana menyebabkan surat
Beragam surat kabar bermunculan, mulai yang terbit harian atau migguan
dan ada yang terbit pagi atau sore. Pemberitaan dalam surat kabar mempunyai ciri
khas jika dibandingkan dengan jenis pemberitaan media lain yakni terletak pada
kesegarannya, karakteristik headline-nya serta keragaman liputan dari berbagi
peristiwa dengan beragam isu dan topik yang menarik. Beberapa kelebihan dari
surat kabar diantaranya yaitu bisa disimpan lebih lama atau dapat diulang dan
jelas, berbeda dengan media elektronik yang hanya bisa menginformasikan
sepintas dan membutuhkan perhatian dari komunikan untuk bisa memahami isi
dan pesan.
Artikel informatif yang memaparkan fakta-fakta lebih dipercaya sebagai
lebih sering digunakan untuk membentuk opini publik. Dalam kenyataannya,
fakta atau peristiwalah yang mengubah opini publik. Namun tanpa ulasan-ulasan
yang membesar-besarkannya, biasa opini publik itu akan berubah lagi. Ketika
dihadapkan pada sebuah berita atau informasi, maka secara tidak langsung akan
dapat memunculkan sikap seseorang terhadap berita tersebut. Sikap adalah suatu
kecenderungan bertidak, berfikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku tetapi lebih
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek
sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi, maupun kelompok.
(Sobur, 2003:361)
Banyak masyarakat yang menggunakan media massa untuk mencari berita
yang sedang hangat dibacarakan di masyarakat atau juga bisa digunakan untuk
4
mensosialisasikan suatu kebijakan. Media massa banyak digunakn oleh semua
lapisan masyarakat, bisa dari kalangan swasta, individu maupun pemerintah.
Pemerintah sering menggunakan media massa untuk mensosialisasikan suatu
kebijakan maupun peraturan perundangan. Saat ini surat kabar dan majalah telah
berkembang menjadi media dengan kemampuan yang terbatas oleh wilayah
bangsa dan mancanegara. Kemajuan teknologi cetak yang canggih,
menyebabakan hasil cetakan berwarna menyerupai asli bahkan melibihi. Sebagai
media transmisi, surat kabar relatif dapat mentransmisikan informasi dari sumber
berita khalayak dalam waktu yang cepat. Istilah real time pada surst kabar,
memiliki keterbatasan karena processing surat kabar butuh waktu. Karena itu
surat kabar bisa terbit harian, mingguan, dua mingguan, satu bulanan dan
sebagainya (Bungin, 2006 : 130).
Dengan demikian konsep real time untuk surat kabar adalah dalam kurun
waktu terbitannya. Untuk mengatasi kelemahan real time ini, maka surat kabar
yang kurun waktu terbitnya relatif lama, maka sebagai gantinya, pemberitaan
yang diturunkan disajikan dengan sangat detil, komprehensif, dan memuat
gambar-gambar yang transparan (Bungin, 2006 : 131).
Dipilihnya Jawa Pos sebagai surat kabar yang akan diteliti
pemberitaannya, karena Jawa Pos merupakan salah satu surat kabar yang bertaraf
nasional yang terbit setiap hari di Jawa Timur. Dengan berbagai rubrik berita yang
menyajikan tetang politik, ekonomi, bisnis, hukum, pendidikan, olahraga, masalah
intenasional, opini, gaya hidup, dll. Serta salah satu media yang sudah
investigative report dalam setiap pemberitaannya. Sehingga Jawa Pos sering
menjadi referensi dalam penyajian fakta yang terjadi, selain itu pembaca Jawa Pos
dikenal pembaca loyal. (sumber : www.jawapos.co.id).
Surat kabar Jawa Pos adalah salah satu surat kabar yang peredarannya
cukup luas dan dikonsumsi oleh banyak pembaca. Surat kabar Jawa Pos itu
sendiri merupakan media atau sarana penyampaian informasi yang menyajikan
berita-berita umum. Berita-berita umum meliputi peristiwa nasional yang
menyangkut peristiwa-peristiwa ekonomi, politik, hukum sosial dan budaya, olah
raga disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi diadarah Jawa Timur dan
indonesia timur. Selain itu, jawa pos juga mempunyai jumlah halaman yang lebih
banyak dari surat kabar harian lainnya, yakni 24 halaman.
Surat kabar Jawa Pos adalah salah satu surat kabar yang sering
memberitakan mengenai Pertamina pada umumnya dan tabung elpiji rawan bocor
pada khususnya. Dengan sering munculnya pemberitaan mengenai tabung elpiji
rawan bocor tesebut peniliti tertarik untuk menjadikan obyek penelitian.
Sebelum berita dimuat, maka terlebih dahulu melalui tahap penyeleksian
dengan melihat situasi dan kondisi jangkauan. Secara tidak langsung berita yang
besar atau yang sedang mendapat perhatian dan menjadi isu dari pembicaraan
masyarakat, akan mendapat porsi yang lebih banyak untuk dimuat dan diulas dari
berbagai aspek Jawa Pos (Sumber Meja Redaksi Jawa Pos).
Pembaca yang akan dipilih sebagai subyek penelitian adalah penduduk
Surabaya, pembaca Jawa Pos, yang menggunakan tabung elpiji 3 kilogram dan
6
17 tahun disebabkan karena menurut Gunarsa (2007:62) pada usia 17 tahun terjadi
penambahan kemampuan seseorang dan pada umur 40 tahun penambahan akan
bertambah. Kemampuan yang memerlukan kecepatan reaksi akan mulai menurun
pada akhir masa remaja. Prestasi intelegen yang memerlukan fleksibilitas akan
mencapai puncaknya pada masa sudah remaja. (Gunarsa, 2007:62).
Oleh karena itu pada edisi 13 Juli 2010 Jawa Pos memuat berita tentang
361 Ribu Tabung Elpiji Rawan Bocor. Dengan adanya pemberitaan tersebut, yang
kemudian mendapat reaksi dari DPRD Surabaya dua komisi (B dan C) dengan
memanggil wakil Pertamina Regional V / Jawa Timur. Dimana diharapkan
melalui hearing (dengar pendapat) dua komisi itu dengan Pertamina dapat
diketahui sebab dari banyaknya tabung elpiji yang bocor. Setelah dilakukan
hearing (dengar pendapat) dua komisi itu dengan Pertamina diketahui, ada sekitar
361 ribu tabung elpiji ukuran 3 kilogram yang berpotensi mengalami kebocoran.
Sehingga anggota dewan langsung mengadakan inspeksi ke lapangan.
Rombongan dewan memantau aktivitas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji
(SPBE) Margomulyo. Tujuannya ialah mengetahui keamanan tabung gas elpiji
yang dikeluarkan Pertamina.
Manajer Gas Domestik (GasDom) IV Arsono Kuswardanu mengatakan,
mulai tahun 2008 hingga sekarang total ada 361 ribu tabung elpiji 3 kilogram
yang didistribusikan ke seluruh Surabaya. Sebanyak 361 ribu tabung elpiji itu
belum dilengkapi slang dan regulator Standart Nasional Indonesia (SNI) sehingga
Fenomena komunikasi dalam penelitian ini berkaitan dengan pesan atau
informasi apakah dengan adanya peningkatan kasus meledaknya tabung gas elpiji
3 kilogram akan timbul kesadaran pada masyarakat bahwa pentingnya
kelengkapan dalam menggunakan tabung gas elpiji 3 kilogram. Berdasarkan
fenomena tersebut maka peneliti ingin meneliti sikap para pembaca Jawa Pos
tentang berita “361 Ribu Tabung Elpiji Rawan Bocor” di Harian Jawa Pos. Sikap
pada penelitian ini akan dianalisis berdasarkan tiga komponen yaitu kognitif
meliputi pengetahuan atau pemahaman pembaca tentang pemberitaan tabung gas
elpiji 3 kilogram yang rawan bocor, secara afektif meliputi ketertarikan atau
kesukaan terhadap pemberitaan tabung gas elpiji 3 kilogram yang rawan bocor
dan secara konatif yaitu kecenderungan perubahan perilaku pembaca terhadap
pemberitaan tabung gas elpiji 3 kilogram yang rawan bocor.
Berita mengenai 361 Ribu Tabung Elpiji Rawan Bocor ini ditulis oleh
Jawa Pos pada edisi 13 Juli 2010. Semuanya ditulis secara lengkap oleh surat
kabar harian Jawa Pos sehingga pembaca bisa mengetahui tentang pemberitaan
361 Ribu Tabung Elpiji Rawan Bocor tersebut, melalui tulisan dan juga gambar
atau foto yang disajikan oleh surat kabar harian Jawa Pos.
Dari sinilah peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana sikap pembaca tentang pemberitaan 361 Ribu Tabung Elpiji Rawan
Bocor pada harian surat kabar Jawa Pos, yaitu efek kognitif yang berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, kepercayaan atau informasi, efek afektif yang
8
rasa senang, serta efek konatif yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang
bertindak terhadap lingkungannya.
Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak, berpikir berpersepsi dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan
perilaku, tapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara
tertentu terhadap objek sikap. Dapat dipahami, bahwa manusia dilingkupi dengan
masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap.
Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan
pada satu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon yang
timbul terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai
sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesempatan nilai terhadap stimulus dalam baik buruk, positif atau negatif,
menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka,yang kemudian
mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Rakhmat, 2001 : 40).
Pada hakikatnya, sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagi
komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu (Gito Sudarmo,
2000 : 24-25) :
1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi,
keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.
Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankanpada
seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap
lingkunganya.
2. Komponen Afektif
Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa
senang atau tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat
dengan nilai-nilai kebudayaan dan sistem nilai yang dimiliki.
3. Komponen Konatif
Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak terhadap
lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan, menentang,
melaksanakan dengan baik dan sebagainya.
Apabila dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah
bagaimana suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator
tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu pada komunikan.
Dampak tersebut antara lain (Rachmat, 2005 : 219) :
a. Dampak Kognitif
Adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang
menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.
b. Dampak Afektif
Timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau
dibenci khalayak. Disini tujuan komunikatorbukan hanya sekedar supaya
10
c. Dampak Konatif
Merujuk pada behavioralatau perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi
pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.
Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat
diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
a. Respon positif jika seseorang menyatakan setuju
b. Respon negatif jika seseorang menyatakan tidak setuju
c. Respon netral jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang sesuatu
objek (Effendy, 1993 : 6-7).
Menurut LaPierre (1934) dalam buku sikap manusia, Drs. Saifuddin Azwar, MA,
(2007:5) Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana,
sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sikap pada
penelitian ini akan difokuskan pada bagaimanakah sikap pembaca tentang
pemberitaan 361 Ribu Tabung Elpiji Rawan Bocor pada harian surat kabar Jawa
Pos terhadap informasi-informasi yang disampaikan dalam berita tersebut yang
dikemas sedemikian rupa dan dimuat di surat kabar harian Jawa Pos. Penulis ingin
mengetahui, apakah setelah adanya pemberitaan tersebut, pembaca masih akan
tetap memilih dan membeli tabung elpiji yang rawan bocor serta slang ataupun
regulator yang palsu untuk kebutuhan sehari-harinya ataukah malah sebaliknya.
Untuk mencapai tujuan penelitian, Teori S-0-R sebagai singkatan dari
Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi
dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen : sikap, opini perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy,
2003 : 254-255).
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi jadi unsure-unsur
dalam model ini ( Effendy, 2003 : 254-255 ) adalah :
a. Pesan (Stimulus, S)
b. Komunikan (Organism, O)
c. Efek (Response, R)
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah
Aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal
ini how to change the attitude bagaimana mengubah sikap komunikan.
Dalam proses perubahan sikap perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat
berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.
Menurut Mar’at dalam Effendy ( 2003 : 254-255 ), yang menyatakan
bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting, ( Effendy, 2003
: 254-255 ) yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Digunakan teori S-O-R yaitu Stimulus adalah pemberitaan tentang bahaya tabung
12
pembaca di Surabaya terhadap pemberitaan tentang 361 Ribu Tabung Elpiji
Rawan Bocor pada harian surat kabar Jawa Pos.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah sikap pembaca terhadap pemberitaan Tabung Elpiji
Rawan Bocor pada harian surat kabar Jawa Pos?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah pada
penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui sikap pembaca harian surat kabar Jawa Pos terhadap pemberitaan
Tabung Elpiji Rawan Bocor pada harian surat kabar Jawa Pos.
1.4. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. Kegunaan Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau
landasan pemikiran pada ilmu komunikasi terutama topik bahasan yang
berhubungan dengan sikap pembaca harian surat kabar Jawa Pos terhadap
pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor pada harian surat kabar Jawa Pos
dan sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan dalam penilitian
2. Kegunaan Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
dan bisa menambah pengetahuan pembaca harian surat kabar Jawa Pos pada
umumnya bahwa media massa yang perlu perhatian, pengertian dan pemikiran
yang luas didalam menikmatinya, terutama berita-berita yang berisikan
terhadap pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor pada harian surat kabar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Surat Kabar dan Karakteristiknya
Berdasarkan pendapat (Effendy, 1993 : 93) komunikasi massa (mass
comunication) adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi
surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang
ditujukan untuk umum, dan film yang dipertunjukan di bioskop-bioskop. Untuk
itu fungsi komunikasi massa adalah untuk menyampaikan suatu informasi dalam
jangkuan yang luas dimana komunikasi tidak diketahui secara pasti jumlahnya
dan tersebar diberbagai daerah atau penjuru.
Berdasarkan pengertian tersebut menunjukan bahwa komunikasi massa
dapat berlangsung dan diperlukan saluran yang memungkinkan disampaikannya
pesan pada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa yang
menurut bentuknya dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Media cetak (printed media), yang meliputi : surat kabar, majalah, buku,
pamflet, brosur dan sebagainya.
2. Media elektronik seperti radio, televisi dan film.
Batasan surat kabar menurut (Asegraff, 1991 : 140) adalah penerbitan yang
berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan, yang
dicetak dan terbit secara tetap atau periodikda dijual untuk umum.
Menurut (Effendy, 2003 : 81-83) dalam komunikasi massa mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1. Komunikasi Massa bersifat umum
2. Pesan yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua
orang, tidak ditujukan untuk perorangan atau golongan tertentu sehingga
kemasan pesan tersebut untuk umum
3. Komunikator Melembaga
Komunikator disini tidak bertindak atas nama pribadi atau perorangan saja
melainkan organisasi yang merupakan suatu kerja tim.
4. Komunikator Bersifat Heterogen
Media massa dalam komunikasi massa merupakan kumpulan orang-orang
yang heterogen, tinggal dalam komunikasi yang berbeda, baik itu jenis
kelamin, tingkat status sosial ekonomi, usia dan sebagainya. Heterogenitas
dari khalayak pembaca merupakan kesulitan yang paling sering dihadapi
karena setiap individu dari khalayak selalu berkeinginan agar kebutuhan
terpenuhi.
5. Menimbulkan Keserempakan
Keserempakan merupakan kontak atau hubungan dengan sejumlah
komunikasi pada saat yang sama untuk memperhatikan pesan yang
disampaikan pada mereka.
6. Prosesnya Berlangsung Satu Arah
Prosesnya tidak menimbulkan umpan balik, kalaupun ada jelasnya secara
16
Menurut Mc. Quail memberi pengertian surat kabar dalam arti sempit
adalah suatu lembaga atau organisasi yang termasuk dalam media massa cetak,
yang menyebarkan berita sebagai kata juralistik berupa lembaran, karangan dan
iklan yang disebarluaskan secara umum (Mc. Quail, 1994 : 153).
Saat ini surat kabar telah berkembang hingga terdapat beberapa jenis, yang
dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, misalnya menurut frekuensi terbit
(harian, mingguan, bulanan), bentuk (standart atau tabloid), kelas
ekonomipembacanya, peredarannya (lokal atau nasional), penekanan isinya
(ekonomi, kriminal, agama, atau politik dan umum) dan sebagainya (Kasali, 1992
: 100).
Disamping itu pada dasarnya surat kabar tersebut mempunyai ciri-ciri dan
keunggulan. Adapun ciri-ciri dari surat kabar itu yaitu sebagai berikut :
1. Publisitas
Yang dimaksud dengan publisitas (publicity)adalah penyebaran pada publik
atau khalayak. Karena diperuntukan, maka sifat surat kabar adalah umum. Isi
surat kabar terdiri dari segi lembaranya jika surat kabar mempunyai halaman
yang binyak, isinya juga dengan sendirinya pula akan memenuhi kepentingan
khalayak yang lebih banyak.
2. Periodesitas (periodicity)
Adalah ciri surat kabar yang kedua. Keteraturan terbitnya surat kabar bisa satu
kali sehari, bisa dua kali sehari, dapat pula satu kali atau dua kali seminggu.
Penerbitan lainnya seperti buku umpamanya, tidak disebar secara periodik,
dari satu kali, terbitnya itu tidak teratur. Jadi terbitan seperti buku mempunyai
khas periodesitas, meskipun disebarkan kepada khalayak dan isinya
menyangkut kepentingan umum.
3. Heterogenitas
Yang dimaksud heterogenitas sebagai ciri ketiga surat kabar yaitu bahwa surat
kabar mempunyai segmentasi atau menjangkau / menerpa semua khalayak
dengan berbagai macam tingkat sosial, ekonomi, usia, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan.
4. Universalitas
Yang dimaksud dengan universalitas (universality) sebagai ciri ketiga surat
kabar adalah kemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia. Sebuah
penerbitan berkala yang isinya mengkhususkan dari pada suatu profesi atau
aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau
pertanian, tidak termasuk pada surat kabar. Adalah benar bahwa berkala
tersebut diperuntukkan khalayak terbit secara periodik, tetapi ciri khas
universalitas tidak ada, sebab lainnya mengenai suatu aspek kehidupan saja.
5. Aktualitas
Aktualitas (actuality) sebagai ciri dari surat kabar adalah mengenai berita yang
disiarkannya. Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan
sebenarnya”. Kedua-duanya sangat erat sekali sangkut pautnya dengan berita
yang disiarkan surat kabar. Berita adalah laporan yang mengenai peristiwa
yang baru terjadi dan yang melaporkan harus benar. Tetapi yang dimaksudkan
18
laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita. Hal-hal yang
disiarkan media cetak lainnya bisa saja mengandung kebenaran, tetapi belum
mengenai sesuatu yang baru terjadi. Pada kenyataannya, memang isi surat
kabar beraneka ragam, selain berita juga terdapat artikel, cerita bersambung,
cerita bergambar, teka-teki dan lainnya yang bukan merupakan laporan cepat.
Kesemuannya itu sekedar untuk menunjang upaya pembangkitan minat agar
surat kabar bersangkutan dibeli orang.
6. Terdokumentasi
Yang dimaksud terdokumentasi sebagai ciri surat kabar yang kelima yaitu
bahwa surat kabar dapat didokumentasikan atau disimpan. Dari berbagai fakta
yang disajikan di surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan
ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting
untuk diarsipkan atau dibuat kliping (Effendy, 2003 : 91).
Keunggulan dari surat kabar, yaitu sebagai berikut :
1. Jangkauan distribusi ( surat kabar ) yang tidak terbatasi.
2. Harga satuan ( surat kabar ) murah dan dapat dibeli eceran.
Secara mikro (surat kabar) dapat hadir diseluruh kota besar di Indonesia
dan memenuhi sasaran informasi secara general, yakni khalayak yang memiliki.
Karena beragamnya media massa, media cetak (surat kabar) sebagai media
massa yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, memiliki beberapa
kelebihan yang dapat dipilih oleh khalayak sebagai tempat pemenuhan kebutuhan.
oleh orang lain dan rekaman peristiwa yang dianggap oleh para jurnalis diubah
dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dan sebagainya, dengan kata lain
pesan-pesan dalam media cetak adalah terdokumenter.
Fungsi surat kabar sebagai media massa menyebutkan pers sebagai
penyebar informasi yang obyektif dan edukatif, melakukan kontrol sosial yang
konstruktif menyalurkan aspirasi mayarakat, meluaskan komunikasi dan peran
serta positif bagi masyarakat (Rachmat, 1993 : 217).
Sementara (Rachmadi. 1990 : 78) dalam perbandingan sistem pers
menunjukan empat fungsi pers, yaitu :
1. Fungsi Informasi
Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang aoa yang terjadi
dalam suatu komunitas, negara dan dunia.
2. Fungsi Mendidik
Bahwa fungsi surat kabar adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui informasi yang disampaikan dalam menunjang pendidikan
masyarakat. Akan ditemukan pada artikel ilmuwan, tajuk rencana atau
editorial dan rubrik opini.
3. Fungsi Hiburan
Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian komik, kartun dan
cerita-cerita khusus.
4. Kekuatan umum media massa sebagai alat kontrol sosial terletak pada
20
2.1.2. Pengertian Sikap
Sikap merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku, tetapi
lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap
objek sikap. Objek sikap biasanya berupa orang, situasi informasi, maupun
kelompok (Sobur, 2003 : 361).
Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar.
Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu
bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan,
komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang ( Sobur, 2003 :
362 ).
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan
seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu
dalam lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah evaluatif terhadap objek
atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang
berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tujuan perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap
seseorang, tetapi juga oleh harapan lingkungan sosialnya terhadap
perilakutersebut, norma-norma subjektif, serta kemampuannya untuk melakukan
perilaku itu, yakni penilaian perilaku sendiri (Van Den Ban dan Hawkins, 1999 :
106-107).
Pada hakikatnya, sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagi
komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu (Gito Sudarmo,
1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi,
keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.
Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankanpada
rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluatif yang dimiliki
seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap
lingkunganya.
2. Komponen Afektif
Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa
senang atau tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat
dengan nilai-nilai kebudayaan dan sistem nilai yang dimiliki.
3. Komponen Konatif
Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak terhadap
lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan, menentang,
melaksanakan dengan baik dan sebagainya.
Apabila dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah
bagaimana suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator
tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu pada komunikan.
Dampak tersebut antara lain (Rachmat, 2005 : 219) :
a. Dampak Kognitif
Adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang
22
diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.
b. Dampak Afektif
Timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau
dibenci khalayak. Disini tujuan komunikatorbukan hanya sekedar supaya
komunikan tahu, tapi juga tergerak hatinya.
c. Dampak Konatif
Merujuk pada behavioralatau perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi
pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.
Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat
diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
a. Respon positif jika seseorang menyatakan setuju
b. Respon negatif jika seseorang menyatakan tidak setuju
c. Respon netral jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang sesuatu
objek (Effendy, 1993 : 6-7).
2.1.3. Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa
Surat kabar sebagai salah satu alat komunikasi memeliki ciri khas, yakni
berkemampuan untuk memikat khalayak secara serempak (simulation) dan
serentak (instantaneous) (Effendy, 1993 : 313). Maka dalam hal ini khalyak yang
dimaksud adalah pembaca surat kabar. Pembaca sebagai khalayak media massa
yang banyak serta sifatnya yang heterogen dan banyak sekali jumlahnya, berasal
dari semua lapisan sosial dan kelompok demografis (Mc Quail, 1987 : 33).
Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai
penerima pesan yang disampaikan seraya menerima setiap secara inderawi dan
secara rohani. Yang dimaksudkan inderawi disini adalah diterimanya suatu pesan
yang jelas bagi indera mata, sedangkan yang dimaksud dengan rohani ialah
sebagai terjemahan dari bahasa asing. “Accepted”, yaitu diterimanya suatu pesan
yang sesuai dengan kerangka referensinya (Frame of reference), paduan dari usia,
agama, pendidikan, kebudayaan, dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Kerangka
referensi tertentu menimbulkan kepentingan dan minat (Interest) tertentu
(Effendy, 2003 : 315).
Dinamika masyarakat dalam memperoleh serta membaca suatu informasi
atau berita di media massa jelas menentukan seberapa jauh media massa tersebut
dalam hal ini adalah media massa cetak (surat kabar) itu mempunyai dampak yang
menyentuh dalam kehidupan masyarakat, meliputi : aspek kepribadian khalayak
secara emosional, intelektual maupun sosial. Setiap proses komunikasi selalu
ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang menjadi pembaca
dari media massa cetak (surat kabar) yang bersangkutan dimana pembaca tersebut
heterogen, anonym dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal dari semua lapisan
sosial dalam sosiologi komunikasi massa. (Sutaryo, 2005:114)
Khalayak sasaran (target audience) dalam penelitian ini adalah pembaca
surat kabar Jawa Pos yang mempergunakan tabung elpiji dalam kegiatannya
24
keatas. Dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan
intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang
dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya
sehingga dapat mengikuti perubahan zaman. (Dariyo, 2004:66)
2.1.4. Berita
Berita berasal dari bahasa sansekerta, yakni Vrist yang dalam bahasa
inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau tidak terjadi. Sebagian ada
yang menyebutkan dengan Vrita yang dalam bahas Indonesia kemudian menjadi
berita atau warta. Menurut bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwadarminto,
“berita” berarti kabar atau warta, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia
terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi “laporan mengenai kejadian
atau peristiwa yang hangat”. Jadi berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau
peristiwa yang terjadi (Djuroto, 2002 : 46).
Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukunya “reporting” memberikan
batasan definisi berita sebagai berikut :
“News is the timely report of facts or opinion either interst or importance,
or both, to a considerable number of people” (1965 : 24). (berita adalah laporan
tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau
penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk) (Effendy, 1982 : 24).
Djafar H. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini, mendefinisikan
“Berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan dipilih
oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang kemudian dapat menarik
pembaca. Entah karena luar biasa karena penting atau akibatnya karena mencakup
segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan” (Assegaff, 1982 :
24 ).
Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu
faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sedikit
saja, yang kedua bahwa berita itu bisa menceritakan segala aspek secara lengkap.
Biasanya suatu media lebih menyukai peristiwa besar atau penting terjadi dalam
skala waktu yang sesuai dengan jadwal produksi normal, serta menyukai pula
peristiwa yang paling mudah diliput dan dilaporkan serta mudah dikenal dan
dipandang relevan (Djuroto, 2002 : 48).
Faktor yang berkaitan dengan aliran lain, adalah kedekatan media terhadap
peristiwa yang sesuai dengan harapan yang dimiliki khalayak, keinginan utnuk
melanjutkan peristiwa yang sudah terjadi, yang dipandang layak diberitakan
keinginan adanya kesinambungan diantara berbagai jenis berita (Mc. Quail, 1991 :
193).
Ditegaskan bahwa News Must Be Factual, maka ditarik kesimpulan bahwa
berita atau sesuatu dikatakan berita bila ada fakta, interest, dan komunikan atau
khalayak (Mc. Quail, 1991 : 120).
Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan unsur-unsur
26
1. Faktual
Isi berita harus merupakan suatu yang berdasarkan fakta, bukan fakta yang
dibuat-buat. Suatu berita harus sesuai dengan fakta yang sebenarnya, jujur,
tanpa prasangka, dan tidak mendramatisir.
2. Objektifitas
Apa yang dilihat dan didengar itulah yang akan ditulis seorang wartawan
menjadi sebuah tulisan yang berisi pemaparan dan penguraian peristiwa atau
pendapat. Suatu berita yang objektif tidak dicampuri dengan sifat subjektifitas
atau opini pribadi dan peliput beritanya.
3. Nilai Berita
Suatu berita akan dianggap penting jika menyangkut kepentingan orang
banyak. Berita yang bernilai harus terdapat keterikatan dengan kepentingan
umum. Sebuah berita dianggap bernilai jika berita itu merupakan kejadian
atau peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat yang luas,
atau dinilai perlu diketahui dan diinformasikan kepada khalayak seperti
kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan sebagainya.
4. Aktual
Jarak antara terjadinya peristiwa ataupun suatu pendapat saat diucapkan
dengan saat diturunkannya berita itu, hendaknya secepatnya sebab jika
terlewati beberapa hari saja terutama berita peristiwa, maka nilai aktualitasnya
5. Menarik
Berita yang disajikan harus berisi peristiwa atau pendapat yang memang
menarik perhatian sebagian besar pembaca. Biasanya berita yang menarik
adalah tentang sesuatu yang belum pernah terjadi. Suatu berita dikatakan
menarik apabila informasi yang disajikan membangkitkan kekaguman, rasa
lucu, atau humor atau informasi mengenai pilihan hidup.
2.1.5. Pemberitaan Jawa Pos Tentang Tabung Elpiji Rawan Bocor di Surabaya
Dalam pemberitaan surat kabar pada edisi 13 Juli 2010 Jawa Pos memuat
berita tentang 361 Ribu Tabung Elpiji Rawan Bocor. Dengan adanya pemberitaan
tersebut, yang kemudian mendapat reaksi dari DPRD Surabaya dua komisi (B dan
C) dengan memanggil wakil Pertamina Regional V / Jawa Timur. Dimana
diharapkan melalui hearing (dengar pendapat) dua komisi itu dengan Pertamina
dapat diketahui sebab dari banyaknya tabung elpiji yang bocor. Setelah dilakukan
hearing (dengar pendapat) dua komisi itu dengan Pertamina diketahui, ada sekitar
361 ribu tabung elpiji ukuran 3 kilogram yang berpotensi mengalami kebocoran.
Sehingga anggota dewan langsung mengadakan inspeksi ke lapangan.
Rombongan dewan memantau aktivitas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji
(SPBE) Margomulyo. Tujuannya ialah mengetahui keamanan tabung gas elpiji
yang dikeluarkan Pertamina. Mereka juga meminta agar segera dilakukan
penanggulangan secepatnya terhadap peristiwa tersebut oleh pihak Pertamina agar
28
Manajer Gas Domestik (GasDom) IV Arsono Kuswardanu mengatakan,
mulai tahun 2008 hingga sekarang total ada 361 ribu tabung elpiji 3 kilogram
yang didistribusikan ke seluruh Surabaya. Sebanyak 361 ribu tabung elpiji itu
belum dilengkapi slang dan regulator Standart Nasional Indonesia (SNI) sehingga
berpotensi mengalami kebocoran. Arsono menjelaskan dalam waktu dekat
Pertamina akan mendistribusikan slang dan regulator SNI, tidak hanya itu saja
pihak Pertamina juga menghimbau masyarakat agar jangan membeli tabung
dengan isi kosong dan selalu mengecek kondisi tabung (tulisan Pertamina, kode
pabrikan, tanggal kadaluwarsa, warna cat terang dan halus). Dalam menangani
peristiwa itu pihak Pertamina sudah membangun pabrik khusus yang menangani
masalah tabung kadaluwarsa sehingga masalah tabung elpiji rawan bocor akan
mendapatkan solusinya.
2.1.6. Teori S-O-R
Teori S-O-R awalnya berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan
objek material dari psikologis sama maka teori ini menjadi kajian teori ilmu
komunikasi. Yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen opini,
sikap, perilaku, afeksi, konasi, dan kognitif.
Teori S-0-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini
semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi,
tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi
adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap,
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi jadi unsure-unsur
dalam model ini ( Effendy, 2003 : 254-255 ) adalah :
a. Pesan (Stimulus, S)
b. Komunikan (Organism, O)
c. Efek (Response, R)
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah
Aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal
ini how to change the attitude bagaimana mengubah sikap komunikan.
Dalam proses perubahan sikap perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat
berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.
Menurut Mar’at dalam Effendy ( 2003 : 254-255 ), yang menyatakan
bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting, ( Effendy, 2003
: 254-255 ) yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
30
Teori S.O.R dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Menurut gambar kerangka model di atas menunjukkan bahwa stimulus
atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa isi
pesan yang berisi himbauan pada para remaja mengenai pentingnya menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar mungkin diterima atau mungkin saja terjadi
penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau
pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya
komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses
terakhir adalah kesediaan diri dari komunikan untuk mengubah sikap yang
menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003 : 256).
Pada penelitian ini, masyarakat yang menjadi objek dalam penelitian ini
berfungsi sebagai organisme yaitu pihak yang menerima rangsangan atau stimulus
dari surat kabar berupa pemberitaan tentang tabung elpiji rawan bocor.
akhirnya akan memberikan respon atau tanggapan atas pemberitaan tentang
tabung elpiji rawan bocor.
2.1.7. Kerangka Berpikir
Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak, berpikir berpersepsi dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan
perilaku, tapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara
tertentu terhadap objek sikap. Dapat dipahami, bahwa manusia dilingkupi dengan
masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap.
Surabaya sebagai kota metropolitan atau kota terbesar kedua setelah
Jakarta sudah dapat dipastikan banyak permasalahan yang terjadi atau timbul di
kota ini. Dan selain itu Surabaya merupakan ibukota Jawa Timur, yang menjadi
cerminan kota-kota lain di Jawa Timur. Surabaya saat ini sedang meningkatkan
pelayanan yang terbaik untuk masyarakat disegala bidang, dimana pemberitaan ini
untuk mempermudah masyarakat dalam menyelesaikan segala kebutuhan atau
urusan tanpa melalui perantara untuk mendatangi instansi yang bersangkutan.
Maka dalam hal inilah media massa khusunya media cetak surat kabar
Jawa Pos memberitakan mengenai 361 ribu tabung elpiji rawan bocor untuk lebih
bisa membuat masyarakat cermat dan teliti terhadap pembelian dan pemakaian
tabung elpiji di Surabaya. Dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Surabaya (DPRD) meminta pertanggung jawaban dari pihak Pertamina Surabaya
terhadap banyaknya tabung elpiji rawan bocor yg tersebar di wilayah Surabaya.
32
dan regulator yang berlabel standart nasional (SNI), supaya warga masyarakat
Surabaya segera mengganti slang dan regulator lama mereka.
Penelitian yang dilakukan saat ini adalah meniliti mengenai sikap pembaca
tentang tabung elpiji rawan bocor pada harian surat kabar Jawa Pos. Adapun
kerangka berpikirnya sebagai berikut :
Dengan tingkat penduduk yang semakin besar, semakin sulit
berkomunikasi secara interpersonal, dan secara tidak langsung peran komunikasi
massa sebagai sarana penyampaian informasi mengenai tabung elpiji rawan bocor
pada harian surat kabar Jawa Pos di Surabaya.
Dan dalam penelitian ini, peneliti ingin meniliti tentang sikap pembaca
terhadap tabung elpiji rawan bocor pada pemberitaan harian surat kabar Jawa Pos
di Surabaya, karena stimuli yang ada dalam hal ini pesan akan diterima bila ada
perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi objek dalam hal
ini, selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadinya
perubahan sikap oleh khalayak tersebut yang dalam penelitian ini adalah
masyarakat Surabaya.
Pada hakikatnya, sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagi
komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu (Gito Sudarmo,
2000 : 24-25) :
1 Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi,
keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.
Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa
senang atau tidak senang.
3 Komponen Konatif
Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak terhadap
lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan, menentang,
melaksanakan dengan baik dan sebagainya.
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus
sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan
komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar
kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau
informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang
maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan
dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response diartikan efek
sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi
adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan kognitif pada diri
komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu
dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999 : 71), dan definisi dari efek kognisi
tersebut adalah perubahan pengetahuan.
Namun setelah adanya pemberitaan di harian surat kabar Jawa Pos tentang
tabung elpiji rawan bocor membuat masyarakat Surabaya khususnya para
pembaca harian surat kabar Jawa Pos menjadi cemas akan kesehatan mereka.
34
mereka tersebut banyak yang rawan akan kebocoran dan kemungkinan besar bisa
membahayakan keselamatan lingkungan dan diri mereka sendiri.
Untuk lebih jelasnya dapat diterapkan dalam bagan sebagai berikut :
Response :
Perubahan Sikap Pembaca
Setelah Membaca Berita
Tentang Tabung Elpiji
Rawan Bocor di Surat
Di dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti sikap pembaca harian surat
kabar Jawa Pos di Surabaya karena stimuli yang dalam hal ini pesan akan diterima
bila ada perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek
dalam peneliti ini, selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode
deskriptif yang bertujuan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai
situasi atau berbagai variable yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek
penelitian itu, kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran
tentang kondisi, situasi ataupun variable tertentu. (Bungin, 2001;48)
3.1. Definisi Operasional
Definisi operasional disini untuk menjelaskan indikator dari variable penelitian. Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau
mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang dapat di uji
dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. (Koentjaraningrat, 1991:23). Pada
penelitian sikap pembaca terhadap tabung elpiji rawan bocor pada pemberitaan harian
surat kabar Jawa Pos di Surabaya.
3.1.1. Sikap dan Pengukuran
Sikap pembaca yang menggunakan elpiji setelah membaca berita tentang
Tabung Elpiji Rawan Bocor di Jawa Pos merupakan bentuk dari kecenderungan
berfikir, merasa dan bertindak menghadapi objek, situasi berupa pemberitaan tersebut
di surat kabar Jawa Pos.
Sikap pembaca Jawa Pos di Surabaya dibedakan dalam 3 hal yaitu komponen,
kognitif, kompenin afektif, dan komponen konatif.
1. Komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan
masyarakat mengenai pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor.
Pengetahuan seseorang didasarkan pada tingkat pendidikan. Jika tingkat
pendidikan seseorang tinggi maka seseorang akan mudah untuk memahami
suatu informasi. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan
tertentu dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan disini tentang
adanya pemberitaan Tabung Elpiji Rawan Bocor, yaitu :
a. Melalui pemberitaan di jawa pos anda mengetahui berita tentang
tabung elpiji rawan bocor di Surabaya.
b. Melalu pemberitaan di jawa pos anda mengetahui tentang dampak
negatif dari berita tabung elpiji rawan bocor di Surabaya.
c. Melalui Pemberitaan di jawa pos anda mengetahui jika korban tabung
elpiji rawan bocor (3 kilogram) adalah kebanyakan masyarakat di
Surabaya.
d. Melalui Pemberitaan di jawa pos anda mengetahui bahwa
penyalahgunaan tabung elpiji tanpa isi/kosong (3 kilogram) telah