• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

2.1 Pengertian dan Sejarah Museum

Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat, dan mengkomunikasikan berdasarkan penelitian dari benda-benda yang merupakan bukti konkret dari proses pengembangan kebudayaan.

Di museum, masyarakat dapat memperoleh tempat berekreasi sambil mendapatkan informasi mengenai ilmu dan kejadian-kejadian yang terdapat dalam kehidupan manusia dan lingkungan.

Pada umumnya masyarakat masih memandang museum sebagai suatu tempat atau lembaga yang bersuasana statis, berpandangan konservatif atau kuno, mengurusi benda- benda kuno kalangan elite untuk kebanggaan dan kekaguman semata. Bangunan museum memang terkesan menyeramkan karena identik dengan barang-barang kuno, sunyi, kemegahan, dan kadang agak kurang terurus. Namun seharusnya hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi masyarakat untuk tidak mengunjungi museum. Karena dibalik kekakuannya, museum juga memperkenalkan proses perkembangan sosial budaya dari suatu lingkungan kepada masyarakat. Masyarakat juga bisa menggunakan museum sebagai sarana belajar, selain sebagai tempat rekreasi.

Untuk lebih lanjut, sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian museum. Secara etimologi, kata “Museum” diambil dari bahasa Yunani Klasik, yaitu:

“muze” kumpulan sembilan dewi yang berarti lambang ilmu dan kesenian. Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian museum adalah sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno yang dapat digunakan untuk menambah wawasan dan juga sebagai tempat rekreasi.

(2)

Menurut International Council of Museums ( ICOM ), museum ialah institusi permanen/lembaga permanen, yang melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum, tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, dengan cara mengumpulkan (pengoleksian), memelihara (konservasi), meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda nyata material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan.

Atau dengan kata lain museum adalah tempat dimana kebudayaan dan keseniaan dari jaman dahulu yang bernilai seni tinggi bisa dilihat.

Sejarah Museum

Sejarah Museum di Eropa

Pada masa gelap di Eropa, para bangsawan dan rohaniawan gereja sangat antusias terhadap benda-benda kuno. Benda-benda ini berbentuk penulisan, kronik, annal, dan hagiografi. Setelah rennaisance atau masa pencerahan, ilmu pengetahuan berkembang pesat, sehingga muncullah keinginan para bangsawan untuk mengumpulkan benda-benda antik.

Perdagangan antar negara, khususnya dengan negara-negara di luar Eropa, juga mengalami perkembangan. Para bangsawan pengumpul benda-benda antik tersebut melengkapi koleksinya dari berbagai negara. Hal ini bertujuan untuk pamer kekayaan.

Namun masalah yang muncul pada waktu itu mereka membutuhkan ruangan yang cukup luas untuk menyimpan koleksi-koleksi tersebut. Para bangsawan ini juga tidak mengetahui cara penyimpanan dan perawatan benda-benda antik tersebut. Sebagai jalan keluar, benda-benda antik koleksi para bangsawan ini diserahkan kepada lembaga yang mau menyimpan dan merawat benda-benda antik tersebut. Benda-benda ini menjadi milik

(3)

lembaga-lembaga tersebut sepenuhnya. Alasan lain, para bangsawan ingin membagi kesenangan sekaligus ingin memamerkan kekayaannya.

Demikianlah awal dikenalnya tugas museum, yaitu sebagai lembaga yang merawat dan memamerkan benda-benda antik. Kemudian muncullah galeri yang mengkhususkan diri untuk memamerkan karya-karya lukisan. Setelah melihat bahwa minat masyarakat untuk melihat koleksi benda-benda tersebut sangat besar, akhirnya semakin menjamur museum- museum lain untuk memamerkan koleksi benda-benda antik.

 Sejarah Museum di Indonesia

Sejarah museum di Indonesia mengalami tiga periodesasi, yaitu:

1. Periode Belanda, 2. Periode Inggris, dan 3. Periode Indonesiasi.

Berikut ini akan turut disertakan penjelasan singkat mengenai sejarah di Indonesia yaitu sebagai berikut:

1. Periode Belanda

Pada tanggal 14 April 1778 dibangun museum yang paling tua di Belanda, yaitu Bataviaasch Genootschap von Kunsten en Westenschappen (Perkumpulan Batavia untuk Memajukan Kesenian dan Ilmu Pengetahuan) di Jakarta. Museum ini memiliki slogan “Ten nutten van het gemmen” yang berarti untuk kepentingan umum. Museum ini berisi buku-buku dan benda-benda ilmu alam dan sosial budaya. Museum ini mengkhususkan pada bidang ilmu bahasa, ilmu bumi, dan ilmu bangsa-bangsa. Dengan beranggotakan tokoh- tokoh pemerintah, perbankan, dan perdagangan. Pada tahun 1915 didirikan Museum Bali di Denpasar. Sekitar tahun 1930-an Striching End Bataviaasch (Perkumpulan Belanda Kuno) mendirikanMuseum End Batavia (Museum Belanda Kuno), yang merupakan suatu museum

(4)

yang ditujukan untuk menghormati J.P. Coen, seorang Gubernur Jendral VOC yang sangat disegani.

Tahun 1935, didirikan museum Sono Budoyo di Yogyakarta. Pada akhir Perang Dunia II, jumlah museum di Indonesia berjumlah 30 buah.

2. Periode Inggris ( 1806-1811 )

Pada periode ini museum berfungsi sebagai lembaga penasihat pemerintah.

NamaBataviaasch Genootschap von Kunsten en Westenschappen diganti menjadi Batavian Society of Arts an Sciences ( Perkumpulan Seni dan Ilmu Pengetahuan Orang-orang Batavia

). Didirikan oleh Raffles. Pada masa ini preranan museum semakin berkembang. Selain itu juga pengelola museum mengadakan penerbitan dimana penerbitan ini kemudian bekerjasama dengan lembaga-lembaga di luar negeri. Museum juga digunakan oleh para ahli sebagai pusat pertemuan para orientalis, yaitu ilmuwan yang tertarik pada masalah-masalah atau ilmu-ilmu ketimuran.

3. Periode Indonesiasi

Setelah Indonesia merdeka, para penyandang dana meninggalkan Indonesia sehingga museum terbengkalai. Untuk memulihkan kembali peran museum, pada tahun 1950 museum diubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Teknologi meningkat dan arus komunikasi lancar, sehingga budaya asing masuk dengan cepat. Untuk menanggulangi pengaruh budaya asing yang negatif, pemerintah Republik Indonesia membentuk Jawatan Kebudayaan di Yogyakarta. Jawatan Kebudayaan merupakan satu organisasi Kementriaan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.

Pada tahun 1975,di Jawatan Kebudayaan ini ditambah satu unit kerja yaitu Urusan Museum yang bertugas untuk membina dan mengembangkan permuseuman. Tahun 1964 Urusan Museum membawahi Lembaga Museum-museum Nasional.

(5)

Pada tahun 1966, Lembaga Museum-museum Nasional diubah menjadi Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jendral Kebudayaan. Tahun 1971, Direktorat Museum mengelompokkan museum dalam tiga kelompok menurut jenis koleksinya, yaitu :

Museum umum,

Museum khusus, dan

Museum lokal.

Pada tahun 1975 pengelompokkan diubah, menjadi sebagai berikut:

Museum umum,

Museum khusus, dan

Museum pendidikan.

Pada tahun 1980, pengelompokkan tersebut diubah lagi menjadi dua kelompok, yaitu : Museum umum dan Museum Khusus.

Berdasarkan tingkat kedudukan, Direktorat Permuseuman mengelompokkan Museum Umum dam Museum Khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Tingkat Regional (Propinsi), dan Museum Tingkat Lokal ( Kodya / Kabupaten ). Pada tahun 1981, berdasarkan catatan terakhir, di Indonesia ada 135 bangunan Museum.

(6)

Ada perbedaan antara museum sesudah kemerdekaan dengan sebelum kemerdekaan, yaitu :

Perbedaan Museum sebelum Kemerdekaan

Museum sesudah Kemerdekaan

Tujuan Pendirian

Untuk kepentingan ilmu pengetahuan yang menunjang pelaksanaan politik kolonial dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Untuk melestarikan warisan budaya dalam pengembangan

kebudayaan bangsa dan sarana pendidikan non formal.

Pengadaan koleksi

Banyak. Sebagian dipamerkan dalam tata pameran yang

berorientasi pada tata pameran museum- museum di Eropa.

Terbatas.

Bangunan

Sebagian tidak direncanakan untuk museum. Bangunannya tua dan tidak memenuhi tatas bangunan museum modern.

Direncanakan khusus untuk museum.

Mencerminkan gaya arsitektur tradisional daerah tertentu.

Tenaga

Memiliki tenaga ilmiah yang berpengalaman, namun jumlah tidak memadai.

Masih kekurangan tenaga ahli.

Struktur Organisasi

Sebagian mempunyai bagian yang melayani bimbingan edukatif.

Sarana penunjang belum

Struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan.

(7)

2.2 FUNGSI MUSEUM

Menurut ICOM, museum memiliki beberapa fungsi, antara lain : 1. Mengumpulkan dan pengaman warisan alam dan kebudayaan.

2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah.

3. Konservasi dan preservasi.

4. Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum.

5. Pengenalan dan penghayatan kesenian.

6. Visualisasi warisan baik hasil alam dan budaya.

7. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.

8. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Museum yang dapat digunakan sebagai wadah menambah wawasan di sisi lain juga dapat dijadikan sebagai tempat wisata sebab tempat tersebut merupakan salah satu objek wisata yang menarik dikunjungi oleh masyarakat. Oleh karena itu, sebelum pembahasan lebih lanjut kita harus mengetahui kaitannya.

Menurut Ngafenan dalam Karyono (1997:26) defenisi objek wisata:

“ Sebagai objek yang dapat menimbulkan daya tarik bagi wisatawan untuk dapat mengunjunginya misalnya: keadaan alam, bangunan sejarah, pusat-pusat rekreasi atau dengan kata lain sebagai tempat tujuan wisata yakni: tempat pemberhentian terakhir suatu perjalanan wisata dan harga paket tersebut.”

Jadi, objek wisata disebut juga produk industri pariwisata yang meliputi: seluruh pelayanan yang diperoleh, dirasakan, dan dinikmati oleh wisatawan. Untuk itu, objek wisata merupakan hal yang menentukan dalam kegiatan pariwisata.

Adapun yang termaksud ke dalam unsur – unsur pengembangan objek wisata yaitu : atraksi, budaya, tenaga kerja, sarana, prasarana, transportasi, jasa pendukung dan juga akomodasi.

(8)

Bentuk wisata itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

a. objek wisata alam yakni objek wisata yang 98% merupakan natural atau bersifat alamiah

b. objek wisata hasil ciptaan manusia, yaitu objek wisata yang seluruhnya merupakan hasil dari kreatifitas yang diciptakan manusia.

Sedangkan yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah:

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985 menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu

Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun 1994 mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.

Jadi, yang dimaksud dengan museum sebagai objek wisata adalah sebuah badan tetap yang berfungsi untuk memelihara, dan memamerkan untuk tujuan penelitian, pendidikan dan hiburan, kumpulan benda yang bernilai bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian Sistem Informasi Data dan Dokumen serta Pelayanan pada Perpustakaan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya adalah suatu sistem yang dibuat

Rasio besaran perusahaan yang meningkat tidak menyebabkan peningkatan atau penurunan laba karena investasi pada aset perusahaan yang besar didanai oleh utang yang besar pula..

Dye-sensitized Solar Cell (DSSC) telah berhasil difabrikasi dengan menggunakan material semikonduktor TiO 2 yang dikompositkan dengan graphene secara laminat dan dye

tempat kerja yang aman, bersih dan sehat Sebagian besar Rumah Sakit kurang menggalang kemitraan untuk meningkatkan upaya pelayanan yang bersifat Preventif dan Promotif Isu

Namun pada penelitian ini juga menggunakan Analitical Hirarchy Proses (AHP) dan digabungkan dengan Business Model Canvas untuk menciptakan usulan pengembangan bisnis

Pola pengobatan malaria tanpa komplikasi adalah gambaran pengobatan malaria lini pertama yang meliputi jenis obat, dosis dan lama pemberian yang diperoleh pasien malaria

Pada aplikasi sistem manajemen keuangan kos yang akan dibangun, terdapat beberapa tabel basisdata yang digunakan untuk mendukung aplikasi.. Berikut adalah tabel

Tujuan dari dibuatnya sistem ini untuk mengidentifikasi jenis – jenis kedip tegangan ( voltage sag ) melalui penurunan tegangan Vrms dan Voltage Severity Index