• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU HAMIL DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU HAMIL DENGAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN PENGESAHAN

ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU HAMIL DENGAN PERILAKU ANTE

NATAL CARE (ANC) DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON TAHUN 2017

Disusun Oleh: Sucia Nadila D11.2013.01747

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan di Sistem Informasi Tugas Akhir (SIADIN)

Pembimbing

(2)

1

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU HAMIL DENGAN PERILAKU ANTE NATAL CARE (ANC) DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON TAHUN 2017

Sucia Nadila *), Kismi Mubarokah **))

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Email: ciasucia0821@gmail.com

ABSTRAK

Kurangnya pengetahuan ibu terhadap pemeriksaan ANC (Ante Natal Care) untuk melihat riwayat penyakit menular atau tidak menular sehingga menyebabkan faktor risiko tinggi pada ibu hamil. Penyebab kematian ibu tertinggi yaitu karena tumor otak, kanker tulang, kanker getah bening, penyakit jantung bawaan (PJB), kanker mamae dan AIDS. Tujuan adanya penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ante natal care pada ibu hamil.

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan metode kuantitatif dengan instrumen kuesioner dan wawancara yang digunakan untuk uji faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ante natal careI dengan jumlah populasi 292 dan data yang diambil sejumlah 88 ibu hamil. Analisis data menggunakan uji Fisher Exact Test.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur (p=1,000), keguguran (p=1,000) dengan perilaku ante natal care karena dan terdapat hubungan yang signifikan antara keadaan kesehatan (p=0,044 ≤ 0,05). Kebanyakan ibu hamil sudah sesuai dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dari trimester ke-1 sampai trimester ke-4. Ibu hamil melakukan pemeriksaan setiap bulan agar menjaga kehamilan dan dapat mendeteksi risiko dini terhadap kehamilan.

Bagi petugas kesehatan dapat memberikan materi atau memberikan penyuluhan mengenai pemeriksaan kehamilan agar ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan secara rutin dan mendeteksi dini risiko terhadap kehamilan.

(3)

2

FACTORS RELATED WITH UNDERMINE ANTE NATAL CARE (ANC) OF THE MOTHER PREGNANT IN TLOGOSARI KULON PUBLIC HEALTH CENTER (PHC) YEARS 2017

SUCIA NADILA Faculty Of Health

Dian Nuswantoro University

ABSTRAK

Maternal Mortality is one of the greatest maternal health indicators in Indonesia compared to other countries. The cause of the highest of the maternal mortality is because of brain tumors, bone cancer, lymphatic cancer, congenital heart disease (PJB), mamae cancer and AIDS. The purpose of this study to know the factors associated with ante natal care behavior in pregnant women.

This study using Cross Sectional approach with quantitative method with instruments questionnaires and interview used to factors test that associated with ante natal care behavior which amounted 88 pregnant women. Management and analysis using Chi Square test.

The results of this study indicate that there is no significant relationship between age (p = 0,606), education (p = 1,000), number of children (p = 0,683), last pregnancy event (p = 0,677), health condition (p = 0,759) , P = 1,000), perception (p = 0,972) toward ante natal care behavior large vaue p (>0,05) which means H0 is accepted. Most pregnant women are suitable for pregnancy checks from 1st trimester to 4th trimester. Pregnant women perform monthly checks to maintain pregnancy and can detect early risks of pregnancy.

For pregnant women were advised to keep pregnancy by doing pregnancy check to know condition of mother and fetus health, and follow activity in puskesmas to get information about pregnancy.

(4)

3 PENDAHULUAN

Indikator kesehatan ibu terbesar di Indonesia salah satunya yaitu AKI (Angka Kematian Ibu) jika dibandingkan dengan negara lain dan menjadi salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) Indonesia masuk ke dalam jajaran negara dengan AKI tertinggi, yaitu menduduki peringkat ke-3 dalam negara anggota ASEAN. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah hipoksia intrauterus,prematuritas, infection, trauma persalinan dan cacat bawaan dan yang paling besar penyebabnya yaitu plasenta previa dimana terlalu dekat kondisi plasenta yang menyebabkan tertutupnya jalan lahir, dan jika terlambat diatasi dapat mengakibatkan perdarahan. Indonesia termasuk urutan ke-2 terbesar dalam kasus kematian ibu yang disebabkan oleh gizi buruk dan anemia. Faktor alam dan geografis Indonesia juga dinilai membuat ibu hamil sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan, terutama yang tinggal di daerah pedesaan.1

Indikator penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun 1991-2007 di Indonesia yaitu dari 390 sampai 228. Tahun 2012 SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) menunjukkan AKI meningkat yaitu 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan yaitu 305 kematian ibu per 100 ribu kelahiran hidup.2

Tahun 2015 di Provinsi Jawa Tengah jumlah kematian ibu yaitu 619 kasus, mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2014 dengan jumlah kematian ibu sebesar 711 kasus. Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan AKI per 100 ribu kelahiran hidup yaitu 126,55 di tahun 2014 dan 111,16 di tahun 2015.3 Angka kematian ibu di Jawa tengah belum mencapai dengan target SDGs. Walaupun dari tahun sebelumnya sudah mengalami penurunan hingga 15,39 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan target SDGs mengenai angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran hidup yaitu hingga kurang dari 70 .4

(5)

4

kelahiran hidup.4 Kota Semarang juga belum memenuhi target dari SDGs sendiri yang angka kematian ibu hingga kurang dari 70per 100 rubu kelahiran hidup.5

Penyebab kematian ibu tertinggi di kota Semarang tahun 2016 adalah karena tumor otak, kanker tulang, kanker getah bening, Penyakit Jantung Bawaan (PJB), Tuberkulosis, kanker mamae dan AIDS (51%), penyebab lainnya adalah karena Pre-Eklamsia Berat (PEB) (21%), perdarahan (12%), lain-lain seperti syok,

neurogenic, unidentifile (9%), dan sepsis (6%).6

Faktor resiko ibu hamil yang berkaitan dengan masalah kesehatan seperti terlalu tua, muda, sering dan banyak anak, adapun beberapa faktor biologis lainnya. Penyebab lainnya juga karena ibu terlambat dalam pengambilan keputusan, terlambat dibawa ke pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu misalnya perdarahan, eklampsia dan infection.1

Pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care) sangat disarankan bagi ibu yang sedang hamil. Ante Natal Care (ANC) dalam pemantauan kesehatan ibu dan janin sangat penting sepanjang masa kehamilan. Pemeriksaan kehamilan ini dilakukan secara rutin oleh dokter atau bidan. Sehingga bila terjadi sesuatu hal yang membahayakan kesehatan dan keselamatan janin serta ibunya, dapat segera dilakukan/tindakan.7

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan metode kuantitatif dengan instrumen kuesioner dan wawancara yang digunakan untuk uji faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ante natal careI.

(6)
(7)

6

Berdasarkan tabel 1 didapatkan frekuensi umur responden lebih banyak pada umur yang Tidak Berisiko sekitar umur 20-35 tahun. Semakin bertambahnya umur maka tingkat pemahaman seseorang akan lebih baik cara bekerja dan berfikir. Sedangkan pada umur yang Berisiko sekitar umur ≤ 20 dan ≥ 35 tahun, pada usia ≤ 20 tahun akan rentan terhadap terjadinya pre-eklamsia dan eklamsia dan usia ≥ 35 tahun akan lebih rentan terhadap diabetes atau fibroid dan tekanan darah tinggi didalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan.1

Pendidikan responden lebih banyak pada pendidikan tinggi (SMA-PT) yaitu 87,5%. Tingginya tingkat pendidikan berkaitan dengan pemahaman mengenai masalah kesehatan dan kehamilan, sehingga menyebabkan ibu hamil lebih sering melakukan pemeriksaan kehamilan di pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.

Jumlah anak responden mempunyai anak ≤ 2 anak (88,6%) sedangkan yang mempunyai anak > 2 anak (11,4%).

Ibu hamil banyak yang tidak mengalami keguguran (89,8%) adapun yang yang mengalami keguguran (10,2%) dengan penyebab keguguran yaitu karena perdarahan, flek, rahim lemah, dan jatuh.

Ibu hamil banyak yang tidak mempunyai riwayat penyakit saat kehamilan adapun ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit seperti tipes, anemia, asma, alergi, tensi rendah, hipertensi, dan infeksi.

Saran petugas kesehatan lebih tinggi pada baik (81,8%) dengan 72 responden jika dibandingkan dengan yang Kurang Baik dengan 16 responden (18,2%).

Hasil penelitian yang diketahui bahwa terbesar adalah persepsi responden Baik (52,3%) dengan 46 responden sedangkan Kurang Baik (47,7%) dengan 42 responden.

Frekuensi kunjungan dan perilaku Ante Natal Care (ANC) yang sesuai dengan presentase 92% dibandingkan dengan tidak sesuai yaitu 8%.

Hasil Bivariat

Tabel 2

(8)

7

Hubungan antara Umur dengan Perilaku Ante Natal Care

Usia wanita dapat mempengaruhi risiko kehamilan, usia 20-35 tahun yaitu usia yang baik bagi wanita untuk hamil karena usia tersebut adalah dimana reproduksi wanita telah berfungsi dan berkembang dengan baik. Sedangkan pada usia ≤ 20 dan ≥ 35 yaitu usia yang sangat berisiko untuk hamil karena dapat mengakibatkan

kegagalan persalinan, keguguran dan kematian.

Umur ibu juga berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan dimana usia > 35 tahun kemungkinan lebih rendah dalam melakukan pemeriksaan dan dapat terjadinya risiko tinggi seperti penyulitan kehamilan jika tidak melakukan pemeriksaan.8

(9)

8

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriyati Mantang didapatkan hasil dengan nilai Chi Square p = 1,000 > α =0,05 yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur dengan kujungan ante natal care pada ibu hamil.

Umur yang sesuai untuk melakukan pemeriksaaan ante natal care yaitu pada usia 20-35 tahun hal ini dikarenakan bahwa pemeriksaan kehamilaan itu sangat penting sedangkan usia > 35 tahun kurang merasa pentingnya pemeriksaan kehamilan karena telah memiliki pengalaman kehamilan yang lebih baik.9 Umur merupakan salah satu penentu bagi ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.

Usia wanita dapat mempengaruhi risiko kehamilan dimana usia < 20 tahun akan menyebabkan terjadinya pre-eklamsia & eklamsia. Sedangkan usia > 35 tahun akan rentan terkena diabetes atau fibroid dan rentan terhadap gangguan persalinan di dalam rahim.1

Hal ini berbeda dengan penelitian dari Kurnia Indriyanti dan Heny Vidia bahwa nilai Chi Square α =0,05 dengan nilai signifikan sebesar 0,019 yang berarti usia memiliki pengaruh terhadap kunjungan antenatal care pada ibu hamil.10

Hasil uji statistik dari penelitian Mutia Erlina Arisandi bahwa dengan adanya pemanfaatan ANC dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi persalinan begitupun dengan umur ibu yang berisiko yang artinya mempunyai risiko 2,7 kali dapat terjadi komplikasi persalinan jika dibandingkan dengan umur ibu yang tidak berisiko.11

Hubungan antara Keguguran dengan Perilaku Ante Natal Care

(10)

9

melahirkan bayi prematur. Perdarahan setelah usia kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.1

Abortus juga dapat meningkatkan kematian ibu karena adanya komplikasi. Komplikasi yang berbahaya yaitu adanya infeksi dan perdarahan dan syok. Faktor lainnya penyebab abortus adalah dengan hubungan seksual dan trauma fisik/kelelahan.12

Hasil uji Fisher Exact Test nilai p value = 1,000 > α 0,05 berarti (H0) diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara peristiwa pada kehamilan lalu dengan perilaku Ante Natal Care.

Ibu hamil yang sudah pernah mengalami keguguran atau riwayat abortus mempunyai keinginan yang lebih besar dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami riwayat abortus. Hal ini karena ibu hamil memiliki rasa khawatir atau cemas terhadap kesehatan janin dalam kandungan.

Ibu hamil yang sudah mengalami keguguran berturut-turut akan lebih terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau sudah pernah melahirkan bayi prematur. Risiko melahirkan bayi prematur memiliki risiko tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.1

Penelitian ini sejalan dengan Eka Vitriyani riwayat abortus dengan uji Chi Square 1,000 > α 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan riwayat abortus terhadap pemeriksaan K1 ibu hamil.13

(11)

10

Hasil uji chi square p = 0,000 ≤ 0,05 sehingga adanya hubungan antara anemia dengan kejadia abortus di RSUD Abdul Moeleok.14

Hubungan antara Riwayat Penyakit dengan Perilaku Ante Natal Care

Adanya hipertensi pada ibu saat hamil akan rentan terhadap adanya penyulitan saat kehamilan. Sehingga ibu hamil dianjurkan untuk menjaga tekanan darah untuk tidak terjadi hipertensi. Anemia dapat mengakibatkan kematian ibu dan syok walaupun tidak adanya perdarahan. Timbulnya anemia dapat menyebabkaan partus lama, abortus, partus prematus, infeksi, syok dan perdarahan.15

Pengaruh terhadap kehamilan dapat menimbulkan asma yang tidak sama pada setiap penderita, maupun yang sudah menderita asma. Asma akan timbul pada usia kehamilan 24-36 minggu dan jarang terjadi serangan asma saat akhir kehamilan.14 infeksi seperti virus dan bakteri dan membahayakan ibu hamil karena akan semakin berisiko apabila dapat meyebabkan kematian pada janin yang dikandungnya oleh ibu hamil.1

Hasil Fisher Exact Test diperoleh nilai p value = 0,044 ≤ α 0,05 sehingga terdapat hubungan antara keadaan kesehatan dengan perilaku Ante Natal Care.

Kondisi kesehatan ibu hamil sangat penting selama masa kehamilan. Kondisi kehamilan sangat berpengaruh dalam pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mengetahui adanya gangguan kesehatan, cenderung akan melakukan pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan ini bertujuan agar kondisi kesehatan selama kehamilan dapat kembali secara optimal.

(12)

11

mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai salah satu cara untuk mengecek kehamilan ibu dalam kondisi sehat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Kurnia Indriyanti dan Heny Vidia hasil Chi Square 0,012 ≤ 0,05 yang berarti kondisi kesehatan ibu hamil selama kehamilan memiliki pengaruh terhadap kunjungan antenatal care. Ibu hamil yang memiliki gangguan akan melakukan pemeriksaan kehamilan sebagai kebutuhan yang harus dalami.16

Penelitian ini tidak sejalan dengan Eka Vitriyani riwayat penyakit dengan uji Chi Square 1,000 > α 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan riwayat penyakit terhadap pemeriksaan K1 ibu hamil.13

SIMPULAN

Hasil penelitian didapatkan presentase umur responden lebih banyak pada umur yang tidak berisiko (20-35 tahun) (93,2%), pendidikan Tinggi (SMA-PT) yaitu 87,5%, responden yang mempunyai jumlah ≤ 2 anak (88,6%), peristiwa pada kehamilan lalu banyak ibu hamil yang tidak mengalami keguguran (89,8%), keadaan kesehatan banyak responden tidak mempunyai riwayat penyakit (77,3%), saran petugas kesehatan dengan Baik (81,8%), persepsi responden Baik (52,3%) dan perilaku Ante Natal Care sesuai (92%).

Tidak ada hubungan antara umur (p value = 1,000 > 0,05), Keguguran (p value = 1,000 > 0,05) dengan perilaku Ante Natal Care karena H0 diterima. Terdapat hubungan antara keadaan kesehatan (p value = 0,044 > 0,05) dengan perilaku Ante Natal Care karena H0 diterima.

(13)

12

Ibu hamil lebih menjaga kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan kehamilan. Melakukan pemeriksaan secara rutin untuk mendeteksi dini risiko kehamilan dan mengikuti kegiatan ibu hamil yang ada di Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan terutama informasi tentang kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maryunani, A. (2016). Buku Praktis dan Persalinan Patologis (Risiko Tinggi dan Komplikasi) dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.

2. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 3. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2015

4. http://sdgsindonesia.or.id/index.php/sdgs/itemlist/category/29-sdgs?start=12 diakses pada 7 April 2016: pukul 14.20 WIB

5. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015

6. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2016, Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang

7. Endjun, J. J. (2017). Panduan Cerdas Pemeriksaan Kehamilan. Jakarta: Pustaka Bunda

8. Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bima Pustaka

9. Mantang, I. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kunjungan Antenatal pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Motoboi Kecil Kota Kotamobagu.

(14)

13

11. Arisandi, M. E. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Komplikasi Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Vol. VII, No. 2.

12. Prihandini, S. R. (2016). Usia Reproduksi Tidak Sehat dan Jarak Kehamilan yang Terlalu Dekat Meningkatkan Kejadian Abortus di Rumah Sakit Tentara Dokter Soedjono Magelang. Jurnal Kebidanan Vol. 5 No. 9.

13. Vitriani, E. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) K1 Ibu Hamil sDI Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan Vol. 5 No. 2.

14. Wardiyah, Aryanti. (2016). Hubungan Anemia dengan Kejadian Abortus di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. e-jurnal umm Vol. 7, No. 1 15. Maliana, Andesia. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Abortus Inkomplit di Ruang Kebidanan RSUD Mayjend. HM. Ryacudu Kota Bumi. Jurnal Kesehatan Vol. VII No. 1.

Gambar

Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Rombel Mahasiswa yang tidak terjadwalnya segera hubungi sdr Tulus di ktr MKU/MKDK satu hari sebelum hari ujian (081375254024).. Page 2

Aarena systemnya yang ke!il dan dipasang se!ara desentralisasi 'satu rumah satu pembangkit, sehingga tidak memerlukan jaringan distribusi( SHS ideal digunakan untuk

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar, bahkan tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada peserta

Oleh karena itu diperlukan (1) metode untuk menghasilkan format standar konten e-Learning agar dapat digunakan dalam berbagai platform LMS dalam merancang sumberdaya pembelajaran

Tabel Hubungan antara Berat Bayi Lahir Rendah dengan Kematian Neonatal di Rumah Sakit PHC Surabaya 1 Januari sampai dengan 31

Hewan uji yang digunakan sebanyak 15 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok I (kontrol) diberikan Na.CMC, kelompok II (pembanding) diberikan salep

Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan Uber Car, bagaimana kepuasan konsumen terhadap

1 Untuk umur r 40 tahun, seluruh sub variabel gaya kepemimpinan berkorelasi nyata dengan Motivasi Kerja pegawai, sedangkan untuk kelompok umur > 40 tahun, hanya sub variabel