• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Persepsi Karyawan Terhadap Gaya Kepemimpinan Dan Hubungannya Dengan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja (Studi Kasus Pada Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Persepsi Karyawan Terhadap Gaya Kepemimpinan Dan Hubungannya Dengan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja (Studi Kasus Pada Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)http://www.mb.ipb.ac.id. RINGKASAN EKSEKUTIF AMlR SUHARTO. 2002. Analisis Persepsi Karyawan Terhadap Gaya Kepemimpinan Dan Hubungannya Dengan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja (Stud; Kasus Pada Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta). Di bawah bimbingan AGUS DHARMA dan IMAM TEGUH SAPTONO. Menyadari tingginya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, dalam ha1 ini Kantor Kas Daerah, berupaya melakukan berbagai pembenahan dan pembaruan dalam sistem penerimaan pembayaran pajak dan retribusi daerah. Hal ini sesuai dengan Tugas Pokok Kantor Kas Daerah yaitu menerima, menyimpan, membayar, mengeluarkan, dan mempertanggungjawabkan keuangan atau surat-surat berharga milik Pemerintah Daerah sebagaimana perannya sebagai Bendaharawan Umum yang diatur dalam ICW (Indische Comptabiliteits Wet). Selain itu, upaya pembe6ahan yang dilakukan Kantor Kas Daerah tersebut juga ditujukan untuk mendukung tercapainya visi dan misi yang diemban oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta yang terus berupaya mewujudkan Jakarta sebagai Kota Layanan (Sewice City). Upaya pembenahan yang dilakukan Kantor Kas Daerah tersebut diarahkan pada upaya untuk memenuhi tuntutan masyarakat dengan memberikan pelayanan prima sesuai dengan misi Kantor Kas Daerah, yaitu layanan yang tepat, cepat, mudah, dan akurat. Prinsip pelayanan prima tersebut, tentunya harus dapat tercermin pada kinerja layanan organisasinya, terutama di tingkat wilayah kota. Namun demikian, sampai sekarang ini, berbagai upaya pembenahan terhadap kinerja layanan terhadap masyarakat belum sepenuhnya terlaksana. Hal ini terlihat dari adanya masyarakat yang masih antri menunggu petugas di muka loket pembayaran karena petugas loket datang tidak tepat waktu. Ketidakdisiplinan ini belum ditindaklanjuti dengan pemberian sanksi hukuman yang jelas dari pimpinan. Selain itu, kurangnya perhatian pimpinan terhadap petugas menyebabkan kualitas layanan seperti, keramahan, penampilan, dan sikap petugas terlihat tidak memuaskan. Demikian pula dengan keterlambatan pengiriman laporan keuangan yang menyebabkan pimpinan tidak secepatnya mengetahui posisi keuangan pada saat itu, karena karyawan belum sepenuhnya mampu mengoperasikan peralatan yang telah disediakan secara optimal. Berbagai indikasi permasatahan tersebut mencerrninkan kondisi lemahnya fungsi kepemirnpinan dalam memotivasi pegawai di lingkungan Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta. Gejala kurang cerrnatnya faktor. - - . ~ - ~, . ~ . . ~. . .. .. . ... .. .. .. ..

(2) http://www.mb.ipb.ac.id. pemerintah lainnya yang dicerminkan oleh rendahnya tingkat disiplin, moral, dan produktivitas pegawai pemerintahan tersebut. Karena pola kepemimpinan sangat berperan dalam kinerja organisasi pemerintahan, ini berarti juga bahwa keberhasilan suatu organisasi pemerintah (publik) sangat dipengaruhi pula gaya kepemimpinan yang diterapkan. Di sisi lain, pegawai akan mengambil pola sikap tertentu sebagai reaksi dari pola kepemimpinan yang dijalankan. Atas dasar kondisi yang melatarbelakangi tersebut, maka perlu dilaKukan suatu kajian guna rnengetahui persepsi karyawan atas pola kepemimpinan yang dijalankan saat ini serta impilikasinya terhadap peningkatan motivasi kerja pegawai. Namun mengingat kajian ini melingkupi wilayah yang sangat luas, penelitian dibatasi pada aspek yang terkait dengan pola kepemimpinan dan motivasi kerja pegawai di lingkungan Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta- lni karena pola kepemimpinan merupakan suatu kegiatan yang besar pengaruhnya terhadap pegawai agar termotivasi guna melancarkan jalannya suatu organisasi. Atas dasar ruang lingkup tersebut, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini meliputi 1) Pola kepemimpinan apa yang eksis dan yang diharapkan oleh pegawai, 2) Apakah ada hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai dan faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan untuk mendukung gaya kepemimpinan yang kondusif bagi terwujudnya motivasi kerja pegawai, dan 3) Alternatif gaya kepemimpinan apa yang dibutuhkan pegawai agar dapat meningkatkan motivasi kerjanya di lingkungan Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta ?. Dari rumusan tersebut, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu 1) Mendeskripsikan pola kepemimpinan yang eksis dan yang diharapkan dalam sistem organisasi. 2) Menganalisis hubungan antara gaya kepernimpinan dengan motivasi kerja pegawai dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendukung gaya kepemimpinan yang kondusif bagi terwujudnya motivasi kerja pegawai, dan 3) Menformulasikan gaya kepemimpinan alternatif yang lebih sesuai dengan harapan pegawai agar meningkatkan motivasi kerja bagi pegawai. Teori utama (grand' theory) yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori yang diungkapkan oleh Likert dalam Stoner (1978) yang menyatakan bahwa model kepemimpinan dapat dikelompokkan kedalam empat sistem, yaitu sistem otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif dan partisipatif. Sedangkan teori gaya kepemimpinan dalam penelitian ini menggunakan pendapat Hersey dan Blanchard (1992) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan (K) merupakan perwujudan dari komponen pemimpin (p), bawahan (b), dan situasi (s). Pendapat ini dapat dinotasikan secara matematis. vaitu K = fla.b.s). Adaoun teori motivasi van0 diaunakan.

(3) http://www.mb.ipb.ac.id. dalam penelitian ini adalah teori yang diungkapkan oleh Herzberg dalam Luthans (1995) yang menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi sehingga menimbulkan kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan kerja selalu dihubungkan dengan faktor-faktor intrinsik seperti prestasi dari pekerjaan itu sendiri, tanggung 'jawab, pengakuan, di mana rangkaian kondisi intrinsik ini disebut sebagai faktor pemuas atau motivator. Sedangkan bila seseorang merasa tidak puas maka cenderung mengutip faktor-faktor ekstrinsik, seperti ketidakpuasan dalam ha1 gaji, kondisi kerja, prosedur perusahaan dan sebagainya, di mana faktorfaktor ini diacu sebagai hygiene faktor. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan nilai kritis 10 % dan jumlah populasi sebanyak 308 orang. Dengan menggunakan persamaan Slovin, jumlah sampel penelitian diperoleh sebanyak 75 orang pegawai Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta. Selanjutnya dalam penarikannya, sampel diambil berdasarkan teknik simple random sampling. Untuk memudahkan pengolahan datanya, setiap pendapat atau jawaban responden diberikan skala, yaitu dengan menggunakan skala Likert, yaitu untuk jawaban 1) SS (Sangat Setuju) skalanya 5, 2) S (Setuju) skalanya 4, 3) R (RaguRagu) skalanya 3,4) TS (Tidak Setuju) skalanya 2, dan 5) STS (Sangat Tidak Setuju) skalanya 1. Skor dari skala pendapat tersebut kemudian dinalisis dengan menggunakan teknik analisis Rank's Spearman untuk diperoleh kesimpulan tingkat signifikansi hubungan antara dua variabel yang dianalisis, yaitu Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja pegawai. Selanjutnya untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif, analisis ini juga dilakukan terhadap komponen-komponen dari dua variabel tersebut yang diimplementasikan terhadap tingkatan karakteristik responden, seperti Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin, Umur, Pengalaman, Unit Kerja, Golongan Kepangkatan dan jabatannya. Dari hasil analisis dengan menggunakan Teknik Analisis Rank's Spearman diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : 1. Untuk kondisi sistem organisasi yang eksis saat ini dan yang diharapkan dapat diindikasikan sebagai berikut : a. Sistem organisasi yang eksis adalah sistem organisasi yang berpola konsultatif, dimana dalam pola ini pegawai merasakan bahwa pola komunikasi yang ada sudah dua arah meskipun terbatas pada tingkat bawahan tertentu saja. Pimpinan pola ini cenderung sebagai supporting saja, artinya mengikuti dari belakang. Sebagaimana pola komunikasinya, dalam proses pengambilan keputusan, pola konsultatif sudah mampu mengakomodasi bawahan meskipun hanya pada.

(4) http://www.mb.ipb.ac.id. b. Sistem organisasi yang diharapkan pegawai di masa mendatang adalah sistem partisipatif, dimana pola komunikasi yang terbangun merupakan pola komunikasi yang tanpa batas sampai ke tingkat yang paling bawah. Selain itu, dalam sistem organisasi ini pegawai mengharapkan adanya keterbukaan dan rasa saling percaya yang tinggi pada seluruh pegawai, baik di tingkat unit kerja maupun di tingkat organisasi. Dengan adanya keterbukaan dan kepercayaan yang tinggi ini memungkinkan organisasi dalam menyusun target dan sasarannya dapat melibatkan seluruh bawahan. Dalam sistem organisasi ini juga dibutuhkannya sistem dan kriteria penilaian yang jelas bagi pegawai. 2. Tingkat hubungan yang terjadi antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai di lingkungan cenderung bervariasi. Variasi tingkat hubungan .tersebut, jika dipilah menurut karakteristik pegawai diperoleh indikasi sebagai berikut : a. Secara umum, korelasi antara kondisi Motivasi Kerja pegawai terhadap Gaya Kepemimpinan menunjukkan tingkat korelasi yang signifikan dengan a antara 0,000 sampai dengan 0,026. b. Jika dianalisis menurut komponen Gaya Kepemimpinannya, terindikasi adanya kecenderungan yang be~ariasitergantung pada karakteristik respondennya. 1) Untuk umur r 40 tahun, seluruh sub variabel gaya kepemimpinan berkorelasi nyata dengan Motivasi Kerja pegawai, sedangkan untuk kelompok umur > 40 tahun, hanya sub variabel situasi yang tidak nyata berkorelasi dengan motivasi kerja pegawai. 2) Untuk jenis kelamin Perempuan, hanya sub variabel Situasi yang tidak berkorelasi nyata dengan Motivasi Kerja pegawai, sedangkan untuk kelompok Laki-laki, hanya sub variabel Pernimpin yang tidak berkorelasi nyata dengan motivasi kerja pegawai. 3) Untuk Golongan Kepangkatan I II, hanya sub variabel bawahan yang berkorelasi nyata dengan Motivasi Kerja pegawai, sedangkan sub variabel lainnya tidak berkorelasi nyata. Untuk Golongan Kepangkatan Ill-IV, terindikasi bahwa seluruh sub variabel Gaya Kepernimpinan berkorelasi nyata dengan Motivasi Kerja pegawai. 4) Untuk Pejabat terindikasi bahwa seluruh sub variabel Gaya Kepemimpinan berkorelasi nyata dengan Motivasi Keja pegawai, sedangkan untuk kelompok Staf, hanya sub variabel situasi yang tidak nyata berkorelasi dengan motivasi keja pegawai. 5) Untuk Pengalaman c 16 Tahun, hanya sub variabel Pemimpin. -. .... . .. .. .. .. .. - - .. . .- ..

(5) http://www.mb.ipb.ac.id. sedangkan untuk kelompok Pengalaman z 16 tahun, hanya sub variabel Situasi yang tidak berkorelasi nyata dengan Motivasi Kerja pegawai. 6) Untuk Pendidikan SLTA ke bawah, hanya sub variabel Situasi yang tidak berkorelasi nyata dengan Motivasi Kerja pegawai, sedangkan untuk kelompok Pendidikan di atas SLTA, seluruh sub variabel Gaya Kepemimpinan berkorelasi nyata dengan Motivasi Kerja pegawai. c. Jika dianalisis menurut komponen variabel Motivasi Kerja dan Gaya Kepemimpinannya, terindikasi untuk masing-masing karakteristik respondennya sebagai berikut. 1) Untuk umur s 40 tahun, variabel Gaya Kepemimpinan berkorelasi nyata terhadap Hygiene dan Motivator pegawai, demikian halnya untuk kelompok umur > 40 tahun. Sedangkan komponen Gaya Kepemimpinan yang berkorelasi nyata dengan Hygiene adalah Situasi dan Bawahan untuk umur 1 4 0 tahun dan Bawahan untuk umur > 40 tahun. Adapun komponen Gaya Kepemimpinan yang berkorelasi nyata dengan Motivator adalah Pemimpin dan Bawahan untuk umur 5 40 tahun, demikian halnya untuk umur > 40 tahun. 2) Untuk Perempuan dan Laki-laki, variabel Gaya Kepemimpinan berkorelasi nyata dengan Hygiene dan Motivator pegawai. Sedangkan komponen Gaya Kepemimpinan yang berkorelasi nyata dengan Hygiene adalah Pemimpin dan Bawahan untuk Perempuan dan Bawahan kelompok Laki-laki. Adapun komponen Gaya Kepemimpinan yang berkorelasi nyata dengan Motivator adalah Pemimpin dan Bawahan untuk Perempuan maupun Lakilaki. 3) Untuk Golongan Kepangkatan I II, variabel Gaya Kepemimpinan berkorelasi nyata dengan Hygiene dan Motivator pegawai, demikian halnya untuk kelompok Golongan Kepangkatan Ill - IV. Selanjutnya komponen Gaya Kepemimpinan yang berkorelasi nyata dengan Hygiene adalah Bawahan untuk Golongan Kepangkatan I- 11 maupun Golongan Kepangkatan Ill IV. Adapun komponen Gaya Kepemimpinan yang berkorelasi nyata dengan Motivatortidak ada untuk Golongan Kepangkatan I- II, sedangkan untuk Golongan Kepangkatan Ill - IV seluruh komponen Gaya Kepemimpinan berkorelasi nyata. 4) Untuk Pejabat, variabel Gaya Kepemimpinan berkorelasi nyata. -. -. .#. ,. .. .. ... .. .. .. .. .. .. ~.

(6) http://www.mb.ipb.ac.id. kelompok Staf. Komponen Gaya Kepemimpinan yang berkorelasi nyata dengan Hygiene adalah Bawahan untuk Pejabat maupun Staf. Adapun komponen Gaya Kepemimpinan yang berkorelasi nyata dengan Motivator adalah seluruh komponen untuk Pejabat, sedangkan Staf adalah Pemimp~ndan Bawahan. 5) Untuk Pengalaman .: 16 tahun maupun r 16 Tahun memiliki kecenderungan bahwa variabel Gaya Kepemimpinan berkorelasi nyata dengan Hygiene dan Motivator pegawai. Jika dirinci, kornponen Gaya Kepernimpinan yang berkorelasi nyata dengan Kondisi Hygiene adalah Situasi dan Bawahan untuk Pengalaman < 16 tahun dan Bawahan untuk umur Pengalaman 2 16 tahun. Adapun komponen Gaya Kepemimpinan yang berkorelasi nyata dengan Motivafor adalah Situasi untuk Pengalaman c 16 tahun dan untuk Pengalaman 2 16 tahun adalah Pemimpin dan Bawahan. 6) Untuk Pendidikan, hanya kelompok di atas SLTA yang memiliki korelasi yang signifikan antara variabel Gaya Kepemimpinan dengan Kondisi Hygiene dan Motivator pegawai, sedangkan kelompok SLTA ke bawah cenderung tidak berkorelasi secara nyata. Selanjutnya, dari komponen Gaya Kepemimpinan yang berkorelasi nyata tersebut adalah Situasi dan Bawahan untuk Hygiene dan seluruh komponen Gaya Kepemimpinan untuk Motivator. 3. Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka upaya pembenahan kondisi sub variabel gaya kepemimpinan menurut prioritasnya adalah sebagai berikut : a. Untuk membenahi Komponen Bawahan dilakukan beberapa upaya, yaitu 1) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada bawahan untuk terlibat diberbagai pekerjaan, 2) Pimpinan memberikan perhatian kepada Bawahan 3) Pimpinan membangun sistem penilaian kinerja pegawai, sehingga setiap upaya yang dilakukan bawahan dapat dinilai secara adil dan obyektif, dan 4) Upaya pimpinan organisasi untuk dapat memberikan pekerjaan yang lebih menantang. b. Pembenahan Komponen Pimpinan dilakukan dengan beberapa upaya, yaitu Pimpinan dituntut untuk 1) lebih akomodatif terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi bawahannya, 2) dapat menjalankan gaya kepemimpinan secara tegas, 3) mengembangkan pola komunikasi yang mampu mendorong adanya keterbukaan pada bawahan, dan 4) secara intensif memperhatikan setiap hasil kerja. -_,_,__: -1-1. ,._-2-1:. .-I--.

(7) http://www.mb.ipb.ac.id. '. c. Pembenahan Komponen Situasi dilakukan dengan beberapa upaya, yaitu 1) Menciptakan rasa bangga pada diri pegawai terhadap organisasi yang diwujudkan olah pimpinan organisasi, 2) Memberikan pemahaman peran strategis organisasi kepada pegawai dengan secara terus menerus pemimpin mencermati hasil kerja pegawai serta selalu mengingatkan pentingnya hasil kerja tersebut bagi kinerja Pemerintah Propinsi DKI Jakarta secara keseluruhan, 3) Para pimpinan dituntut untuk bekerja bersama-sama bawahannya yang selalu diarahkan kepada tercapainya hasil kerja yang tinggi, 4) Pimpinan organisasi perlu menciptakan nuansa kekeluargaan di unit kerjanya dengan memberikan perhatian dan kepedulian kepada bawahan untuk secara bersama-sama memecahkan permasalahan yang dihadapi, dan 4) Pihak pimpinan perlu mengambil inisiatif untuk selalu mendengar keluhan dan saran bawahannya. Dari beberapa indikasi hasil penilitian tersebut, maka dapat direkomendasikan beberapa hal, yaitu 1) Pihak Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta perlu menindaklanjuti hasil penelitian ini. 2) Agar hasil penelitian ini dapat diterapkan secara efektif dan efisien, maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut yang lebih komprehensif yaitu dengan mengakomodasi berbagai pertimbangan kebijakan kelembagaan yang sudah ada, misalnya kebijakan kepegawaian maupun kebijakan restrukturisasi dan revitalisasi organisasi Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta yang paling akhir (up to date). 3) Selain itu, agar dilakukan kajian ilmiah yang melibatkan lebih banyak variabel yang dianalisis, yaitu seperti variabel-variabel kebijakan pengembangan kepegawaian lainnya seperti variabel karir, kompensasi serta lingkungan atau budaya kerja organisasi. Melalui kajian yang lebih kompleks ini, diharapkan dapat memperkaya hasil temuan penelitian ini sehingga mampu memberikan masukan yang berarti bagi perkembangan pengetahuan di bidang pemotivasian pegawai di lingkungan organisasi publik seperti Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta ini. Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan. Motivasi Kerja. Hygiene dan Motivator, Kantor Kas Daerah Propinsi DKI Jakarta, Uji Korelasi Rank's Spearman, Data Primer dan Data Sekunder..

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Aroma yang ditimbulkan yaitu aroma harum edamame dan pisang, serta tekstur lembut, kurang keras dan kurang renyah.Beberapa panelis mendeskripsikan produk MAMABAR seperti diatas

“On this PC” refers to music files actually on your machine, while “in the cloud” lists songs you’ve bought from Microsoft’s online music store; they’re held for you in

[r]

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan vitamin E dan bakteri asam laktat berpengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap kecernaan lemak kasar pada ayam kedu

[r]

RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN

Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Gallery walk pada pembelajaran tematik subtema Indahnya Peninggalan Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, menunjukkan bahwa penggunaan Media video tutorial dapat meningkatkan keterampilan dasar siswa saat melakukan Eksperimen dari