• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berikut data produksi tanaman obat di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Berikut data produksi tanaman obat di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berjumlah sekitar 13.000 pulau dengan topografi dan iklim yang beragam. Besarnya jumlah pulau tersebut secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak pada beragamnya keanekaragaman hayati yang dapat hidup pada daerah di setiap pulau. Indonesia memiliki 35.000 jenis tanaman tingkat tinggi, dimana 3.500 atau sekitar 10%

diantaranya dilaporkan sebagai tanaman obat. Beberapa tanaman obat tersebut hanya tumbuh di daerah-daerah tertentu (tanaman endemik) serta ada pula yang tumbuhnya menyebar di setiap kepulauan Indonesia (Algopeng, 2017).

Tanaman obat memiliki peranan penting dalam dunia kesehatan yang pemakaiannya sudah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Berikut data produksi tanaman obat di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Tabel 1. Produksi Tanaman Obat di Indonesia (Kg), 2017-2020

Jenis Tanaman Obat 2017 2018 2019 2020

Dringo 433.381 281.511 333.452 318.829

Jahe 216.586.662 207.411.867 174.380.121 179.043.146 Kapulaga 90.787.405 81.724.526 72.529.554 93.682.701

Kencur 36.655.028 35.966.755 35.296.213 54.484.970 Kunyit 128.338.949 203.457.526 190.909.2013 193.929.693 Laos/Lengkuas 63.536.065 70.014.973 75.384.909 68.021.774

Lempuyang 7.728.410 9.150.995 6.609.056 7.053.052 Lidah Buaya 10.331.221 11.228.825 20.746.714 21.704.984

Mengkudu 4.629.225 5.741.585 8.119.231 19.960.993 Temuireng 6.407.704 7.135.233 6.969.556 7.181.654 Temukunci 4.291.516 5.182.414 4.866.303 4.920.195 Temulawak 24.561.046 25.571.197 29.637.119 26.660.472

Sambiloto 1.612.170 2.290.039 1.856.377 2.070.866 Sumber : Badan Pusat Statistik 2021

1

(2)

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat data produksi tanaman obat di Indonesia dari tahun 2017 sampai 2020 untuk 13 jenis tanaman obat diantaranya jahe yang memiliki jumlah produksi yang menurun dari semula 216.586.662 Kg pada tahun 2017 tetapi pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan dan pada tahun 2020 hanya sebesar 179.043.146 Kg produksi yang dihasilkannya, untuk jenis tanaman lainnya seperti kunyit terlihat terjadi peningkatan setelah tahun 2017 yang produksinya hanya 128.338.949 Kg meningkat pada tahun 2018 sebesar 203.457.526 Kg dan produksi tahun berikutnya stabil.

Sementara itu, untuk jenis tanaman obat lainnya memiliki jumlah produksi yang relatif stabil, peningkatan maupun penurunan produksi tanaman obat ini di pengaruhi oleh luas areal panen serta permintaan konsumen dari luar negeri maupun di dalam negeri. Gunawan (2014), menyatakan bahwa perusahaan industri obat dan industri farmasi menyerap produksi tanaman obat hingga 63%, sedangkan 23% adalah konsumen rumah tangga dan 14% untuk ekspor. Kendala yang mengakibatkan penurunan produksi tanaman obat antara lain sebagian besar merupakan tanaman alami dan belum dapat dibudidayakan karena dari aspek teknologi masih banyak yang belum menguasainya.

Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki daerah-daerah yang memproduksi tanaman jenis obat-obatan, ada empat jenis tanaman obat utama yang memiliki produksi yang optimal dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.

(3)

Tabel 2. Produksi Empat Tanaman Obat Utama di Provinsi Jambi (Kg), 2019-2020

Kabupaten/Kota Jahe (Kg)

Laos/Lengkuas (Kg)

Kencur (Kg)

Kunyit (Kg)

2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020

Kerinci 303.333 744.234 98.600 248.913 422 29.076 102.695 148.864 Merangin 386.898 377.243 344.066 224.252 87.436 135.313 141.263 200.413 Sarolangun 11.149 26.456 19.415 23.576 3.650 13.956 16.890 26.127

Batang Hari 1.065 531 910 1.480 250 1.744 640 1.406

Muaro Jambi 14.751 21.243 17.715 12.555 5.629 3.837 102.562 36.676 Tanjung Jabung

Timur

2.311 8.864 3.448 3.380 1.058 1.368 5.423 5.566 Tanjung Jabung

Barat

43.880 154.610 28.077 64.461 9.578 22.536 16.494 31.726 Tebo 7.957 12.204 5.415 11.173 3.027 4.373 4.809 8.406 Bungo 3.525 3.115 2.998 2.912 1.979 2.242 3.099 2.344 Kota Jambi 9.831 6.603 6.027 2.912 2.066 3.429 17.384 19.209 Kota Sungai Penuh 24.215 19.469 8.643 14.340 4.975 16.020 9.914 12.501 Jambi 813.915 1.374.572 535.314 609.953 120.070 233.895 421.173 493.238 Sumber : Badan Pusat Statistik 2021

Berdasarkan lampiran 1 tanaman obat di Provinsi Jambi yang berproduksi sebanyak tujuh jenis tanaman, tetapi terdapat empat jenis tanaman obat utama di provinsi jambi yang memiliki produksi yang optimal dalam waktu dua tahun tersebut dimana untuk Kabupaten yang stabil dalam produksi tanaman obatnya yaitu Kabupaten Merangin dan Kabupaten Sarolangun yang stabil dalam memproduksi setiap jenis tanaman obat yang ada di wilayahnya. Untuk jumlah produksi tanaman jahe di Provinsi Jambi mengalami peningkatan pada tahun 2019 sebesar 813.915 Kg meningkat pada tahun 2020 sebesar 1.375.572 Kg, serta tanaman obat jenis laos/lengkuas produksinya mengalami peningkatan dari 535.314 Kg pada tahun 2019 menjadi 609.953 Kg tahun 2020 dan begitu pula untuk jenis tanaman lainnya yang mengalami peningkatan produksi dari tahun 2019 ke tahun 2020.

Kabupaten Sarolangun salah satu daerah yang berada di Provinsi Jambi memiliki hasil alam yang melimpah salah satunya dalam produksi tanaman obat, dapat dilihat pada data di tabel 2 Kabupaten Sarolangun salah satu Kabupaten

(4)

yang memiliki jumlah produksi tanaman obat yang relatif stabil dua tahun terakhir, hal ini menarik untuk membantu pereknomian di daerah tersebut dan perlu adanya pengembangan yang optimal untuk meningkatkannya. Dapat dilihat Kecamatan di Kabupaten Sarolangun yang aktif dalam produksi empat jenis tanaman obat utama pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Produksi Empat Tanaman Obat Utama di Kabupaten Sarolangun (Kg), 2019-2020

Kecamatan Jahe

(Kg)

Laos/Lengkuas (Kg)

Kencur (Kg)

Kunyit (Kg)

2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020

Batang Asai 37 31 870 243 - - 300 162

Limun - - - - - - - -

Cermin Nan

Gedang - - - - - - - -

Pelawan 2.700 10.050 13.500 14.700 2.350 5.200 6.200 7.700

Singkut - 7.000 - 2.315 - 4.200 - 10.600

Sarolangun 7.300 7.250 4.200 4.900 1.090 3.750 9.000 6.700

Bathin VIII 10 34 6 4 3 10 19 30

Pauh 300 - 150 - 35 - 30 -

Air Hitam - - - - - - - -

Mandiangin 802 2.091 689 1.414 172 796 1.341 935

Sarolangun 11.149 26.456 19.415 23.576 3.650 13.956 16.890 26.127 Sumber : Badan Pusat Statistik 2021

Berdasarka tabel diatas, dapat dilihat data produksi empat jenis tanaman obat utama di setiap Kecamatan yang berada di Kabupaten Sarolangun pada tahun 2019 dan 2020 yang dimana Kecamatan Pelawan dan Kecamatan Sarolangun yang masih aktif untuk memproduksi tanaman obat walaupun mengalami naik dan turunnya jumlah produksinya. Sedangkan untuk Kecamatan Air Hitam sendiri tidak ada produksi untuk jenis tanaman obat tersebut, hal ini dikarenakan daerah tersebut termasuk di dalam area Taman Nasional Bukit Duabelas yang dimana area tersebut termasuk area konservasi. Sementara itu, Kecamatan Air Hitam ini salah satu wilayah yang memiliki prospek pengembangan tanaman obat tetapi jenis tanaman obat endemik dikarenakan dari pihak konservasi Taman Nasional Bukit Duabelas melaksanakan kegiatan pengelolaan serta mengembangkan

(5)

tanaman obat-obatan yang berada di dalam Taman Nasional Bukit Duabelas tersebut.

Kawasan hutan di Ekosistem Taman Nasional Bukit Duabelas dianugerahi dengan sumberdaya yang cukup beranekaragam. Sumber daya alam itu meliputi flora, fauna dan sumberdaya non hayati lainnya. Keberadaan jenis tanaman dan hewan yang sangat beraneka ragam ini mendorong banyak pihak, termasuk pemerintah Indonesia, untuk berusaha melestarikan sumberdaya alam tersebut.

Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.

258/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 kawasan hutan di ekosistem bukit duabelas ditunjuk menjadi kawasan konservasi dengan nama Taman Nasional Bukit Duabelas (Algopeng, 2017).

Penunjukan kawasan ini menjadi taman nasional adalah melindungi dan melestarikan serta mengembangkan tanaman-tanaman obatan yang merupakan sumber penghidupan, dapat dilihat pada lampiran 2 jenis tanaman obat yang berada pada Taman Nasional Bukit Duabelas dan terdapat tanaman obat endemik yang di gunakan oleh orang rimba di dalam dan sekitar kawasan ini yaitu akar kancil, akar kuning, kunyit rimba, selusuh, dan pulai, dimana orang rimba yang bergantung pada hutan tepatnya Taman Nasional Bukit Duabelas tersebut sebagai tempat keberlangsungan hidup mereka terutama bahan makanan dan bahan obat- obatan mereka yang masih bergantung di dalam wilayah tersebut, sehingga perlu adanya keberlanjutan orang rimba untuk menjaga atau mengembangkan salah satunya tanaman obat endemik agar tidak punah atau susah ditemukan (Algopeng, 2017).

(6)

Orang Rimba atau Suku Anak Dalam yang berada di dalam Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan salah satu kelompok minoritas berada di Provinsi Jambi yang selama hidupnya dan segala aktifitas dilakukan di hutan, juga memiliki budaya dan kearifan yang khas dalam mengelola sumberdaya alam.

Salah satu kearifan lokal Suku anak dalam adalah dalam hal meramu. Meramu adalah aktifitas “Suku anak dalam” mencari berbagai jenis tanaman, baik tanaman obat-obatan untuk dikonsumsi ataupun dijual ke desa sekitar hutan. Tanaman yang digunakan untuk obat-obatan biasanya jenis tanaman obat endemik seperti selusuh, akar kancil, akar kuning, kunyit rimba, dan pulai. Maka dari itu pengembangan tanaman obat endemik ini memang patut mendapatkan perhatian yang lebih, hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan masyarakat SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam.

Dalam upaya pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun yang berkelanjutan, maka perlu dilakukannya suatu analisis untuk melihat suatu posisi keberadaannya dan kondisi untuk memaksimalkan kekuatan serta peluang yang ada, namun meminimalkan kelemahan dan ancaman, sehingga didapat alternatif-alternatif strategi dalam pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

Pemilihan strategi pengembangan dan faktor-faktor penyusun yang tepat akan membantu masyarakat untuk mengatasi permasalahan dan mencapai tujuan dari masyarakat tersebut. Berdasarkan uraian diatas, menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Prospek Pengembangan Tanaman Obat

(7)

Endemik Oleh Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun”.

I.2. Perumusan Masalah

Tanaman obat ialah salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang lumayan besar dan tanaman obat juga di ekspor ke pasar dunia sebagai sumber devisa negara. Di Indonesia tanaman obat selain sebagai obat- obatan juga dijadikan sebagai bahan baku kosmetik, makanan, maupun minuman sehingga dapat dijadikan nilai tambah dari tanaman obat itu sendiri. Hal ini menyebabkan konsumsi tanaman obat di Indonesia bisa meningkat. Potensi yang cukup baik ini menjadikan tanaman obat salah satu produk yang digemari masyarakat.

Dalam perkembangannya tanaman obat ini menghadapi berbagai ancaman diantaranya yaitu munculnya pesaing produk sejenis dan produk substitusi. Untuk tetap bertahan dalam persaingan, maka tanaman obat ini harus melakukan penyesuaian dalam pengembangannya di masa yang akan datang. Pengembangan tanaman obat ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam menambah pengetahuan masyarakat terutama Suku Anak Dalam (SAD) yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas, penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan usaha khususnya bagi masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam. Upaya pengembangan tanaman obat di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal usaha tani tanaman obat di wilayah tersebut. Apabila telah diketahui potensi dan kelemahan yang dimiliki

(8)

oleh tanaman obat di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas maka di masa yang akan dating potensi yang dimiliki harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar dapat memberikan hasil yang maksimal, sementara faktor yang melemahkan hendaknya dapat diminimalisir dan dicari solusinya.

Prospek pengembangan ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan analisis SWOT yaitu analisis yang didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan serta ancaman yang terdapat pada tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas. Dengan demikian dapat dirumuskan strategi pengembangan secara lebih baik di masa yang akan datang.

Dari penjelasan diatas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum Suku anak dalam (SAD) dalam pemanfaatan dan pengolahan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun?

2. Bagaimana prospek pengembangan tanaman obat endemik oleh Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun?

I.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan gambaran umum Suku anak dalam (SAD) dalam pemanfaatan dan pengolahan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

(9)

2. Untuk mengidentifikasi prospek pengembangan tanaman obat endemik oleh Suku anak dalam (SAD) di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

I.3.2. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakan di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas terutama Suku Anak Dalam (SAD) dalam mengembangkan tanaman obat di Taman Nasional Bukit Duabelas agar bernilai ekonomi berkelanjutan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan dan pengambil keputusan untuk meningkatkan proses pengembangan tanaman obat di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

3. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Referensi

Dokumen terkait

Harvested area, production and average of corn production by Village in Samigaluh Subdistrict 2009 Desa Village Luas Panen Harvested area (Ha) Produksi Production (Ton)

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan upaya (penelitian dan pengembangan) untuk membantu meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam proses pembelajaran pada mata kuliah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sampai sejauh mana aksesibilitas petani pada lembaga-lembaga pendukung agribisnis bawang merah di lahan pasir pantai

26 026/APB/14 MUHAMMAD ADAM Lulus APB PT TIGA MUSIM MAS JAYA Sudah Jadi. 27 027/APB/14 MULYADI Lulus

Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian kinerja keuangan PT XL AXIATA Tbk pada rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio menunjukan hasil yang tidak

Kemaslahatan yang terdapat nas} secara tegas menjelaskan dan mengakui keberadaannya dan terdapat dalil untuk memelihara dan melindunginya. Contohnya, dalil nas

3.5.4 Proses Pembuatan Komposit Penggabungan Dua Metode Pada proses pembuatan produk komposit penggabungan dua metode akan dibagi menjadi 4 bagian, hal tersebut guna untuk

Pengubahan jerami padi menjadi bioetanol melalui penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul “ Pembuatan Bioetanol dari Jerami Padi Gogo (Oryza sativa var.