• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI PETANI PADA USAHATANI PADI ORGANIK DI KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI PETANI PADA USAHATANI PADI ORGANIK DI KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH AGRITAS VOL 4 NO 2, OKTOBER 2020 : 52-65

MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI PETANI PADA USAHATANI PADI ORGANIK DI KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN

BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RISK MANAGEMENT OF FARMER'S PRODUCTION IN ORGANIC RICE FARMING IN IMOGIRI DISTRIC, BANTUL REGENCY, THE

SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA

Fitratunnas¹, Ari Astuti², Wahyu Setya Ratri³

1,2,3Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa,

Yogyakarta.

*Email Korespondensi: fitratunnas01@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko produksi yang dihadapi petani padi organik, untuk mengetahui persepsi petani terhadap risiko produksi pada usahatani, dan untuk mengetahui manajemen risiko produksi padi organik di Kecamatan Imogiri. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei. Untuk lokasi pada penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja), karena kelompok tani yang dijadikan sampel merupakan satu- satunya kelompok tani yang telah memperoleh penghargaan nasional dari Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 37 petani. Analisis risiko produksi menggunakan koefisien variasi dan diuji menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab utama risiko produksi di kelompok tani Madya adalah cuaca atau iklim yang berubah-ubah. Hasil analisis risiko produksi diperoleh nilai KV sebesar 6,083 yang menandakan bahwa risiko produksi pada usahatani padi organik di kelompok tani Madya tinggi. Persepsi petani terhadap risiko produksi diketahui dari nilai interval yang diperoleh sebesar 12,891. Artinya petani menyadari bahwa usahatani padi organik memiliki risiko produksi tetapi petani mampu mengatasi risiko yang ada. Untuk mengetahui manajemen risiko produksi dihitung menggunakan metode FMEA dengan menghitung nilai RPN dan dibandingkan dengan nilai kritis RPN. Pada penelitian ini diperoleh nilai kritis RPN sebesar 5912,9875. Berdasarkan nilai kritis tersebut, penyebab risiko paling tinggi adalah cara pembuatan drainase yang kurang baik dengan nilai RPN sebesar 8691 dan yang kedua adalah cara pengolahan lahan yang kurang baik dengan nilai RPN sebesar 7885. Penyebab risiko yang sudah dapat dikelola dengan baik yaitu cara pemberian pupuk dan pemberian air yang sudah sesuai dengan kebutuhan padi organik, kebutuhan tenaga kerja yang sudah terpenuhi, usia petani, pengetahuan petani tentang harga padi organik.

Kata Kunci : risiko produksi, analisis risiko, persepsi petani padi organik, manajemen risiko produksi, petani padi organik.

(2)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the risk of production faced by organic rice farmers, to determine farmer’ perception of production risks in farming, and to determine the risk management of production of organic rice farmers in Imogiri District. The research method used was survey method. The location in this study was determined purposively (intentionally), because the farmer groups sampled were the only farmer group that had received a National award from Mr. President Susilo Bambang Yudhoyono, the sample determination used the purposive sampling method with a total sample of 37 farmers.

Production risk analysis using the coefficient of variation and tested using the t test. The results showed that the main cause of the risk of production in the middle farmer group is the changing weather or climate. The results of the production risk analysis obtained a KV value of 6,083 which indicates that the risk of production in organic rice farming in the intermediate farmers’ perceptions of the risk of production are known from the interval value obtained at 12.891. This means that farmers realize that organic rice farming has production risks, but farmers are able to overcome the existing risks. To find out the production risk management was being calculated with the FMEA method by calculated the RPN value and compared it with the critical value of the RPN. In this study, the critical value of the RPN was 5912,9875. Based on this critical value, the cause of the highest risk is the way of making drainage that is not good with an RPN value of 8691 and the second is a poor land management method with an RPN value of 7885. The causes of risk that have been managed properly are the way of applying fertilizers and provision of water that in accordance with the needs of organic rice, fulfilled labor requirements, age of farmers, farmers’ knowledge about the price of organic rice.

Keywords: production risk, risk analysis, organic rice farmers’ perception, production risk management, organic rice farmers.

PENDAHULUAN

Menurut Lestari (2017) sektor pertanian merupakan suatu sektor yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian nasional. Sektor pertanian juga merupakan salah satu sektor yang dipersiapkan untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan nilai ekonomis. Sektor pertanian adalah suatu sektor yang dalam kegiatannya mudah mengalami suatu risiko dan kejadian yang tidak pasti. Risiko dan kejadian tidak pasti tersebut terjadi karena kegiatan pertanian dipengaruhi oleh alam seperti cuaca, hama, penyakit tanaman, dan bencana alam.

Menurut Sunaryo dalam Noor dkk (2018) risiko terdapat di semua lini kehidupan manusia begitu pula pada bidang pertanian. Risiko pada bidang pertanian misalnya risiko produksi, risiko pasca panen, ataupun risiko pada bagian pemasaran. Menurut Fahmi (dalam Noor dkk, 2018) risiko adalah bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan. Potensi besarnya kerugian yang disebabkan oleh kejadian yang tidak dikehendaki adalah ukuran risiko yang

(3)

dihadapi oleh individu. Besarnya ukuran risiko dan frekuensi kemunculan kejadian yang tidak diinginkan perlu dilakukan manajemen dengan manajemen risiko.

Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan.

Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini yaitu identifikasi risiko, evaluasi dan pengukuran risiko, serta pengelolaan risiko (Hanafi dalam Noor dkk, 2018).

Mengimplementasikan manajemen risiko ada tahapan yang harus dilalui oleh petani yaitu mengidentifikasi risiko, mengidentifikasi bentuk-bentuk risiko, menempatkan ukuran-ukuran risiko, menempatkan alternatif-alternatif, menganalisis setiap alternatif, memutuskan satu alternatif, melaksanakan alternatif yang dipilih, mengontrol alternatif yang dipilih tersebut, dan mengevaluasi jalannya alternatif yang telah dipilih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko produksi yang dihadapi petani padi organik, untuk mengetahui persepsi petani terhadap risiko produksi pada usahatani, dan untuk mengetahui manajemen risiko produksi padi organik di Kecamatan Imogiri.

METODE PENELITIAN

Metode pemilihan tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu peneliti secara sengaja memilih lokasi tersebut, karena adanya karakteristik khusus yang melekat pada kelompok tani Madya yaitu kelompok tani ini telah memperoleh beberapa penghargaan serta merupakan saru-satunya kelompok tani yang telah mendapatkan penghargaan nasional dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2020.

Metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah sampling jenuh atau sensus.

Menurut Sugiyono (2008) : “Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Observasi, (2) Wawancara yang merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diinterviu (interviewee) menggunakan kuisioner dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan peneliti, (3) Studi dokumen, merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Untuk melengkapi data primer, maka diperlukan data sekunder yang berasal dari berbagai sumber literatur jurnal dan lainnya sebagai penunjang penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis kualitatif dilakukan dengan cara wawancara, sedangkan teknik

(4)

analisis kuantitatif dilakukan dengan mengolah data yang telah dikumpulkan dengan bantuan dari aplikasi software.

Pengukuran risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Elton dan Gruber dalam Situmeang (2011) menjelaskan bahwa terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Coefficient variation merupakan ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh berupa risiko produksi. Risiko produksi dapat dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan koefisien variasi dengan rumus sebagai berikut:

KV = 𝜎 𝑋𝑟 Keterangan:

KV = Koefisien Variasi

σ = Standar deviasi (simpangan baku) Xr = Nilai rata-rata produksi

Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis analisis risiko maka diuji menggunakan uji t, dengan rumus sebagai berikut.

t = KV−H0

𝑠/√𝑛

Keterangan :

𝑥̅ : rata-rata nilai yang diperoleh dari hasil pengumpulan data 𝜇𝑜 : rata-rata nilai yang dihipotesiskan

S : standar deviasi sampel N : jumlah populasi

KV : koefisien variasi yang menunjukan tingkat risiko usahatani

Ho : KV > 1, t hitung ≤ t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya risiko tinggi Ha : KV ≤ 1, t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha diterima Artinya risiko kecil

Nilai t tabel =1,69. Nilai signifikan= 5% atau 0,05. Di mana nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel.

(5)

Persepsi Petani Terhadap Risiko Produksi

Persepsi petani adalah cara pandang petani terhadap suatu risiko. Untuk mengetahui persepsi petani terhadap risiko produksi pada usahatani padi organik di Kecamatan Imogiri maka perlu adanya suatu indikator dan sub indikator penilaian. Indikator dan sub indikator persepsi petani pada usahatani padi organik bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Indikator Persepsi Petani Terhadap Risiko Produksi

Indikator Skor Sub indikator

Mak Min

Kekeringan 3 1 1. Penurunan hasil lebih dari 50%

2. Penurunan hasil 20-50%

3. Penurunan hasil kurang dari 20%

Organisme Penggangu Tanaman 3 1 1. Hasil produksi yang berkurang lebih dari 50%

2. Hasil produksi yang berkurang antara 20-50%

3. Hasil produksi yang berkurang, kurang dari 20%

Pergeseran Musim 3 1 1. Musim tanam menjadi tidak menentu 2. Ada kemungkinan musim tanam berubah 3. Musim tanam terjadi seperti biasanya

Pengairan 3 1 Jika terjadi ganggaun pengairan, maka petani:

1. Tidak melakukan usahatani padi organik 2. Ada kemungkinan tidak menjalankan usahatani

padi organik

3. Tetap melakukan usahatani padi organik Tanaman Terkontaminasi Pestisida 3 1 1. Menyulitkan petani

2. Cukup menyulitkan petani 3. Tidak menyulitkan petani

Jumlah 15 5

𝑥̅𝑛 − xi C = 𝑘

Keterangan:

C = interval kelas K = jumlah kelas Xn = skor maksimum Xi = skor minimun

Tabel 2. Kategori Untuk Mengetahui Tingkat Persepsi Petani Terhadap Risiko Produksi

Interval Nilai Persepsi Petani

11,68-15,00 Baik

8,34-11,67 Kurang baik

5,00-8,33 Tidak baik

(6)

Manajemen Risiko Produksi Petani Pada Usahatani Padi Organik

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui manajemen risiko. Untuk mengetahui manajemen risiko maka perlu adanya kategori risiko. Untuk mengetahui kategori risiko dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Matriks Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Kategori Risiko Penyebab O S D RPN (OXSXD)

Pengolahan Tanah - Cara pembersihan lahan yang kurang baik - Cara pembuatan drainase yang kurang baik Perawatan - Kurang teratur dalam pemberian pupuk

- Kurang teliti dalam pemberian air Panen - Kurangnya tenaga kerja

- Usia petani yang sudah tidak muda

Pasca Panen - Kurangnya pengetahuan petani tentang harga padi organik

- Cuaca yang tidak menentu bisa mempengaruhi proses pengeringan padi

Kriteria penilaian risiko produksi dengan metode FMEA.

Suatu risiko dikategorikan sebagai risiko kritis jika memiliki nilai RPN di atas nilai kritis RPN.

Nilai kritis RPN ditentukan dengan rumus:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑃𝑁 Nilai Kritis RPN =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜

HASIL

1. Sumber Risiko Produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Mubarokah dkk (2017) risiko produksi yang mengganggu usahatani dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perubahan iklim/cuaca, gangguan hama, dan penyakit serta kualitas pada benih yang digunakan.

Tabel 4. Skor Sumber Risiko Produksi

Sumber risiko Jumlah Pemilih Persentase (%)

Risiko yang bersumber dari produksi padi organik

a. Bencana alam 2 5,4

b. Gangguan yang berasal dari organisme pengganggu tanaman seperti hama, penyakit, dan gulma

13 35,1

c. Cuaca atau iklim yang berubah-ubah 22 59,5

Total 37 100

Sumber : Analisis data primer (2020)

Pada tabel 4 diperoleh bahwa 59,5% petani mengatakan sumber risiko produksi padi organik dikelompok tani Madya itu berasal dari cuaca atau iklim yang berubah-ubah.

(7)

2. Pemahaman Petani Tentang Risiko

Pemahaman petani tentang risiko adalah bagaimana petani memahami tentang hal-hal yang berkaitan tentang risiko baik itu risiko yang belum terjadi atau risiko yang sudah terjadi.

Pemahaman petani tentang risiko dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Skor Pemahaman Petani Tentang Risiko Produksi

Kategori pemahaman (orang) Pemahaman petani Jumlah

4 3 2 1

Pengertian 14 14 9 116

Produktivitas 3 26 8 106

Alasan 24 6 2 5 123

Total 345

Rata-rata 115

Sumber: Analisis Data Primer (2020)

Kategori penilaian tingkat pemahaman petani terhadap risiko produksi pada usahatani padi organik:

1. Paham : > 112

2. Kurang paham : 75-112 3. Tidak paham : 37- 74

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perhitungan mengenai tingkat pemahaman petani ini dapat dilihat pada tabel 5 yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 115, dengan nilai ini dapat dikatakan bahwa petani paham tentang risiko produksi pada usahatani padi organik dikelompok tani Madya. Pemahaman petani tentang risiko menjadi salah satu alasan petani bertahan untuk tetap berusahatani padi organik, karena petani bisa mengatasi risiko yang terjadi.

3. Analisis Risiko Produksi

Risiko produksi adalah suatu risiko yang diakibatkan oleh adanya ketidakpastian dalam proses produksi. Analisis risiko produksi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Skor Hasil Analisis Risiko Produksi Padi Organic di Kelompok Tani Madya

Kategori Nilai

Total Hasil Produksi (Kg) 68.500

x² (Rp) 4.692.250.000

Rata-rata produksi (kg) 1.851

(∑x)² 4.692.250.000

Sumber: Analisis Data Primer (2020)

(8)

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil produksi padi organik di kelompok tani Madya sebesar 68.500 kg sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 1.851 kg. Dari hasil perhitungan KV diperoleh nilai sebesar 6,083. Hal ini menandakan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak jika risiko usahatani padi organik di Kecamatan Imogiri tinggi dengan nilai KV ≥ 1.

Hasil analisis risiko dan hasil uji t menunjukan bahwa hipotesis yang diajukan diterima, artinya usahatani padi organik di Kecamatan Imogiri memiliki risiko produksi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh nilai KV yang diperoleh lebih besar dari 1 dan hasil uji t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (Ho: KV > 1, t hitung ≤ t tabel) hal ini sejalan dengan hipotesis pernyataan yang menyatakan bahwa risiko produksi pada usahatani padi organik di Kecamatan Imogiri tinggi.

4. Persepsi Petani Terhadap Risiko Produksi

Menurut Lestari (2017) persepsi adalah penginderaan yang dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara orang yang satu dengan yang lain, tidak akan sama meskipun mereka sama-sama dalam satu organisasi atau kelompok.

Tabel 7. Skor Untuk Mengetahui Persepsi Petani Terhadap Risiko Produksi

Kategori 1 2 3 4 5 Total

Jumlah 102 80 95 102 102 481 Rata-rata 2,7 2,1 2,6 2,7 2,7 12,8

Sumber : Analisis Data Primer (2020)

Kategori penilaian persepsi petani terhadap risiko produksi : 1. Baik : 11,68-15,00

2. Kurang baik : 8,34- 11,67 3. Tidak baik : 5,00-8,33

Persepsi petani terhadap risiko produksi petani pada usahatani padi organik dapat dilihat pada tabel 7. Berdasarkan hasil olah data di tabel tersebut diperoleh rata-rata nilai persepsi sebesar 12.891. Nilai ini menandakan bahwa petani memiliki persepsi yang baik terhadap risiko produksi yang mereka hadapi pada saat budidaya padi organik.

(9)

5. Manajemen Risiko Produksi

Manajemen risiko produksi adalah segala proses kegiatan atau aktivitas yang dilakukan petani untuk meminimalkan bahkan mencegah terjadinya risiko. Manajemen risiko juga diperlukan supaya usahatani bisa tetap bertahan. Manajemen risiko produksi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Untuk Mengetahui Manajemen Risiko Produksi

Kategori risiko Penyebab risiko RPN

Pengolahan Lahan Cara pengolahan lahan yang kurang baik 7885

Cara pembuatan drainase yang kurang baik 8691

Perawatan Kurang teratur dalam pemberian pupuk 2050,25

Kurang teliti dalam pemberian air 2334,5

Panen Kurangnya tenaga kerja 1293,02

Usia petani yang sudah tidak muda 1067,24

Pasca Panen Kurangnya pengetahuan petani tentang harga padi organik 788,05

Cuaca yang tidak menentu 835,91

Sumber : Analisis data primer (2020)

Nilai kritis RPN= 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑃𝑁

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜

23651,95

= 4

= 5912.9875

Berdasarkan nilai kritis RPN yang telah dihitung diperoleh nilai kritis RPN sebesar 5912.9875. Setelah dihitung diketahui bahwa cara pembuatan drainase yang kurang baik dengan nilai sebesar 8691, dan cara pengolahan lahan yang kurang baik dengan nilai sebesar 7885 memiliki risiko produksi yang tinggi. Artinya cara pengolahan lahan dan cara pembuatan drainase berpengaruh terhadap proses produksi karena apabila pengolahan lahan tidak baik maka unsur hara dalam tanah akan berkurang bahkan hilang, begitupula jika pembuatan drainase kurang baik maka dapat mempengaruhi proses pengairan padi organik karena pengairan padi organik di kelompok tani Madya berasal dari DAM yang dialiri menggunakan drainase.

PEMBAHASAN

Kelompok tani Madya beranggota 37 orang. Pola pertanian yang diterapkan adalah metode System of Rice Intensification (SRI) karena petani meyakini bahwa metode budidaya padi organik secara SRI ini bisa menghasilkan produk akhir berupa beras yang memiliki kualitas tinggi. Untuk penanaman dan jarak tanamnya menggunakan metode Tajarwo 2:1 karena jumlah populasi tanaman cukup banyak. Untuk pengairan di kelompok tani Madya

(10)

menggunakan DAM sungai Opak yang mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna untuk menambah kesuburan tanaman. Pupuk kompos yang digunakan di kelompok tani Madya dibuat sendiri yang berasal dari kotoran hewan dan jerami. Untuk irigasi sendiri di kelompok Tani Madya menggunakan irigasi setengah teknis.

Risiko produksi terjadi karena adanya variasi hasil yang disebabkan oleh adanya berbagai faktor sulit yang terjadi selama proses budidaya misalnya cuaca atau iklim, gangguan organisme pengganggu tanaman. Risiko produksi yang paling mengganggu petani pada usahatani padi organik di kelompok tani Madya adalah cuaca atau iklim yang berubah-ubah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mubarrokah dkk (2017) yang menyatakan bahwa cuaca atau iklim merupakan sumber risiko produksi.

Risiko produksi adalah suatu risiko yang diakibatkan oleh adanya ketidakpastian dalam proses produksi. Dari hasil penelitian ini diperoleh ada beberapa risiko produksi yang dihadapi petani padi organik di kelompok tani Madya seperti bencana alam, gangguan dari organisme pengganggu tanaman, dan cuaca atau iklim yang tidak menentu. Petani di kelompok tani Madya menjelaskan bahwa cuaca atau iklim yang berubah-ubah merupakan sumber risiko produksi paling tinggi pada usahatani padi organik, hal ini disebabkan oleh petani yang masih kesulitan dan terlambat mengetahui tentang perubahan cuaca atau iklim karena petani tidak memiliki alat pendeteksi cuaca. Keadaan cuaca atau iklim yang mudah berubah dapat menyebabkan munculnya berbagai jenis organisme pengganggu tanaman.

Gangguan organisme pengganggu tanaman ini dapat terjadi mulai dari benih padi baru ditanam, pada saat budidaya, panen bahkan sampai dengan proses pasca panen padi. Untuk menghadapi gangguan organisme pengganggu tanaman petani memanfaatkan ekosistem yang ada di lingkungan persawahan dan menggunakan predator alami yang ada dalam rantai makanan di sawah tersebut. Biasanya petani menggunakan hewan jangkrik untuk mengatasi hama wereng dan ular untuk membasmi tikus. Selain menggunakan ular petani juga membasmi tikus dengan cara memburu tikus dengan petani lainnya. Ada juga petani yang memasang bunyi-bunyian, orang-orangan sawah, dan membuat bendera dari plastik yang digunakan untuk menakut-nakuti burung yang ada di sawah. Selain itu menyesuaikan waktu tanam (pranoto mongso) adalah salah satu cara yang digunakan petani untuk memaksimalkan hasil produksi.

Untuk mengetahui tingkat risiko produksi dilakukan pengukuran dengan menghitung koefisien variasi. Dari hasil pengukuran tingkat risiko produksi diperoleh bahwa usahatani padi organik di kelompok tani Madya mempunyai tingkat risiko yang tinggi.

Persepsi merupakan suatu proses seseorang/individu mengatur dan menjelaskan kesan- kesan dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan. Pada penelitian

(11)

ini unuk mengetahui persepsi petani terhadap risiko produksi maka peneliti melakukan perhitungan hasil penilain petani yang diperoleh dari hasil kuisioner, di mana pada penelitian ini diperoleh nilai sebesar 12.891, artinya persepsi petani terhadap risiko produksi padi organik baik, hal ini menandakan bahwa petani bisa menghadapi risiko yang ada pada proses produksi.

Manajemen risiko adalah segala proses kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk meminimalkan bahkan mencegah terjadinya risiko. Pada penelitian ini untuk mengetahui manajemen risiko produksi peneliti menggunakan metode FMEA. Hasil perhitungan nilai kritis RPN diperoleh nilai kritis sebesar 5.912,9875. Setelah dilakukan perhitungan RPN diperoleh penyebab risiko dengan tingkat risiko tinggi ada dua yaitu cara pembuatan drainase yang kurang baik dengan nilai RPN sebesar 8691, dan cara pengolahan lahan yang kurang baik dengan nilai RPN sebesar 7885. Menurut petani jika pengolahan lahan kurang baik maka dapat mempengaruhi unsur hara dalam tanah atau organisme dalam tanah berkurang, sedangkan drainase memiliki risiko yang tinggi karena DAM yang digunakan petani untuk pengairan berada cukup jauh dari lahan sawah yang digunakan petani untuk berusahatani sehingga drainase yang dibuat cukup berpengaruh dalam berusahatani padi organik. Selain penyebab risiko yang memiliki risiko yang tinggi ada juga risiko yang memiliki nilai risiko yang rendah seperti yang pertama kurang teratur dalam pemberian pupuk, penyebab risiko ini berisiko rendah karena di kelompok tani Madya pemupukan yang dilakukan sudah diatur. Selama satu kali musim tanam dilakukan 3 kali pemupukan yaitu pemupukan dasar yang dilakukan petani lebih kurang 10 hari sebelum proses penanaman, pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, dan pemupukan terakhir dilakukan pada saat tanaman padi berumur 30 hari. Penyebab risiko kedua yaitu kurang teliti dalam pemberian air, memiliki risiko yang rendah karena pengairan di kelompok tani Madya menggunakan DAM yang memiliki air yang melimpah sehingga petani tidak kekurangan air. Penyebab ketiga adalah kurangnya tenaga kerja, memiliki risiko yang rendah karena meskipun di usahatani padi organik di Kecamatan Imogiri tidak memiliki regenerasi yang disebabkan oleh penduduk usia muda kurang tertarik berusahatani padi organik dan lebih memillih pekerjaan selain bertani namun hal itu bukan masalah karena luas lahan petani yang tidak terlalu luas sehingga petani masih mampu menjalankan usahataninya sendiri. Penyebab risiko produksi keempat yaitu usia petani yang sudah tidak muda, sama halnya dengan tenaga kerja usia petani juga bukan masalah bagi petani padi organik kelompok tani Madya karena luas lahan yang sedikit menyebabkan petani masih mampu mengurus usahataninya sendiri. Penyebab risiko produksi ke lima yaitu kurangnya pengetahuan petani tentang harga padi organik, hal ini disebabkan oleh sebagian besar petani berusahatani padi organik adalah untuk konsumsi sendiri. Sedangkan penyebab risiko terakhir

(12)

produksi padi organik yang memiliki risiko tinggi adalah cuaca yang tidak menentu, di kelompok tani Madya salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi masalah cuaca adalah dengan pranoto mongso. Untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi petani biasanya melakukan beberapa cara seperti jika risiko belum terjadi mereka mengatur pola tanam (pola tanam yang dipakai adalah padi-padi-padi) karena untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani responden. Jika risiko produksi sudah terjadi maka petani akan mencari penyebab risiko dan akan mengatasi risiko sesuai dengan kerusakan yang terjadi.

KESIMPULAN

1. Proses produksi pada usahatani padi organik di kelompok tani Madya memiliki risiko tinggi. Hal ini disebabkan oleh cara pembuatan drainase dan cara pengolahan lahan yang kurang baik.

2. Petani dikelompok tani Madya memiliki persepsi yang baik terhadap risiko produksi.

Artinya petani meyadari bahwa risiko akan menimbulkan kerugian tapi petani mampu mengatasi risiko tersebut jika mereka mewaspadai risiko sejak awal.

3. Manajemen risiko yang dilakukan petani padi organik di Kecamatan Imogiri biasanya petani memulai dengan cara mengidentifikasi kerusakan usahatani, mencari penyebab utama terjadinya kerusakan pada usahatani padi, selain itu petani juga mengatasi risiko dengan cara mengatur pola tanam padi organik.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, Tri. 2016. Strategi Manajemen Risiko Usaha Hutan Rakyat pada Petani Anggota Koperasi Wana Lestari Menoreh, Kabupaten Kulonprogo.

Dianna, Daru N. 2020. Dasar-dasar Penelitian Akademik: Analisis Data Kualitatif dan Kuantitatif.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2020. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Hapsari, Roesita Widya. 2018. Analisis Manajemen Risiko Desain dan Produksi dalam Proses New Product Development (NDP) pada Industri Fashion (Studi Kasus Dalam Industri Jilbab di Yogyakarta). https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle.

Hasanah, Julita., Muhammad Eondhi, dan Triana Dewi Hapsari. 2018. Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik di Desa Rowosari, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten

Jember. Jurnal Agribisnis Indonesia 6 (1) hal: 37-48.

(13)

Kecamatan Imogiri dalam Angka. 2020. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul.

Lesmana, Dina., Margareta. 2017. Tingkat Pengetahuan Petani Padi Sawah (Oryza sativa L.) terhadap Pertanian Organik di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang. Jurnal Pertanian Terpadu 5 (2) hal: 18-33.

Lestari, Fajar Tri. 2017. Manajemen Risiko Usahatani Padi Organik (Studi Kasus di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo). Skripsi Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Maulidi, Ikhram., Irwan A. Kadir, dan Fauzi, T. 2019. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah 4 (4).

Mubarokah, Syaima L., Yusdiarti A. Nahraeni, dan Rahayu A. 2017. Analisis Risiko Produksi Sayuran Daun Indigenous di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Jurnal AgribiSains ISSN 2550-1151 3 (1).

Monografi Kecamatan Imogri. 2020

Noor, Hana Fadhillah, Kusnandar, dan Irianto Heru. 2018. Analisis Strategi Manajemen Risiko Pada Usahatani Bawang Putih di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

Offayana, dkk. 2016. Analisis Risiko pada UD Agro Mandiri di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301 6523 1 (1).

Prosiding: The National Conferences Management and Business (NCMAB) 2018

“Pemberdayaan dan Penguatan Daya Saing Bisnis dalam Era Digital”. 2018.

http://publikasiilmiah.ums.ac.id

Rasmikayati, Elly, Sulistyowati, dan Rachmat. 2017. Risiko Produksi dan Pemasaran Petani Mangga: Kelompok Mana yang Paling Berisiko. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 3 2): 105-116.

Roring, Chrisandy, dkk. 2019. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Petani Bunga di Kota Tomohon. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 19 (1) hal: 78-87.

Rustam, Bambang Rianto. 2017. Manajemen Risiko: Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.

Salemba Empat. Jakarta Selatan.

Sari, Tris Yudila. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Gula Tebu di Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok. Jurnal Buana 2 (1).

SPOI (Statistik Pertanian Organik Indonesia). 2019.

(14)

Wadu, Junaedin., Yuliawati, dan Nuswantara Bayu. 2019. Strategi Menghadapi Risiko Produksi Padi Sawah di Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 22 (2) hal: 231-256.

Windani, Isna. 2016. Manajemen Risiko Usahatani Jagung (Zea mays. L). Jurnal Surya Agritama 5 (1) hal: 130-142.

Wulandari, Suci., Agus Wahyudi. 2014. Manajemen Risiko dalam Pengembangan Pertanian Organik. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik.

Yasa, I Nyoman Artika., 2017. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Desa Bonemarawa Kecamatan Riopakava Kabupaten Donggala. Jurnal: e J.Agrotekbis 5 (1) :111 – 118.

Referensi

Dokumen terkait

menganalisis hukum 16. Obyek penelitian yaitu perlindungan hukum terhadap pekerja seks komersial ditinjau dari aspek kesehatan reproduksi.. Cara atau prosedur yang digunakan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah pada anak sekolah dasar di Distrik

Karakter pahlawan yang muncul yang sama adalah berkaitan dengan nilai, moral dan karakter positif yang melekat pada diri individu konkret (tidak fiksi) dan cenderung

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian terapi ekstrak rumput laut coklat (Sargassum prismaticum) selama 1, 3, 5, dan 7 hari yang diberikan pada

Obyek dari performance bond adalah barang serta jasa lingkungan hidup (hutan, udara, air) yang dapat terkena dampak polutif atau ekstraktif dari suatu kegiatan ekonomi..

[r]

Berdasarkan fakta-fakta di atas, tentunya akan menarik untuk membandingkan bagaimana reaksi pasar terhadap peristiwa pengumuman pembagian dividen yang dilakukan oleh

Interaksi itu menghasilkan lima macam reaksi semantis: (1) reaksi semantis netral (o) menandai kenetralan komponen tertentu dalam kaitannya dengan butir leksikal tertentu, dalam