• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN DAYA DUKUNG LAHAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA DI KECAMATAN PALU TIMUR Khairinrahmat*, Muhammad Najib, Tri Wahyuni Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako e-mail : khairinrahmat@untad.ac.id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KAJIAN DAYA DUKUNG LAHAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA DI KECAMATAN PALU TIMUR Khairinrahmat*, Muhammad Najib, Tri Wahyuni Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako e-mail : khairinrahmat@untad.ac.id"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako 1 KAJIAN DAYA DUKUNG LAHAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA DI KECAMATAN

PALU TIMUR

Khairinrahmat*, Muhammad Najib, Tri Wahyuni Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako

e-mail : khairinrahmat@untad.ac.id

ABSTRAK

Bencana alam yang terjadi di Kota Palu pada 28 September 2018 berdampak pada ketersediaan lahan permukiman yang semakin berkurang akibat adanya zonasi rawan bencana yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah pada wilayah Kecamatan Palu Timur. Sementara itu, Kecamatan Palu Timur merupakan kecamatan di Kota Palu yang mengalami peningkatan penduduk yang signifikan yakni 1,54% dalam 5 tahun terakhir. Penggunaan lahan permukiman juga meningkat selama 10 tahun terakhir, tahun 2009 luas permukiman yaitu 303,89 ha dan pada tahun 2018 menjadi 384,14 ha. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan sebagai lahan permukiman di Kecamatan Palu Timur pasca bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan menggunakan analisis kesesuaian lahan melalui teknik skoring/pembobotan dan teknik overlay terhadap peta kemiringan lereng, peta jenis batuan, peta jenis tanah, peta air tanah dan peta zona rawan bencana yang kemudian menggunakan analisis daya dukung lahan berdasarkan kondisi fisik dan rawan bencana.Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa lahan di Kecamatan Palu Timur yang sesuai untuk dijadikan sebagai lahan permukiman yaitu 531,85 Ha, sedangkan untuk luas wilayah dengan klasifikasi yang tidak sesuai sebagai lahan permukiman yaitu 63,21 Ha. Dari luas lahan yang sesuai tebagi atas 30% lahan untuk RTH dan 70% untuk pengembangan permukiman.

Kata kunci : Daya Dukung, Lahan Permukiman, Pasca Bencana.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota sebagai “living systems” merefleksikan adanya keterkaitan antara pembangunan dan lingkungan. Dengan demikian, perubahan dalam ruang perkotaan akan menyebabkan perubahan pada kualitas lingkungan. Padahal lingkungan hidup secara alamiah memiliki daya dukung yang terbatas (carrying capacity). Oleh karena itu perlu adanya inisiatif untuk mengintegrasikan komponen lingkungan dalam aspek pembangunan (Setiawan, 2004). Hal tersebut diharapkan dapat mencapai kondisi ideal suatu kota/kabupaten yang dapat dihuni oleh penduduk secara layak dengan mempertimbangkan daya dukung terutama untuk lahan permukiman (Arief, 2018).

Permukiman akan dengan sendirinya berkembang secara terus menerus selama kehidupan manusia berlangsung, untuk itu perlu disiapkan tempat tinggal yang layak bagi semua

orang, mengatur penggunaan lahan untuk permukiman dengan daya dukung lahan permukiman sesuai dengan aktivitas diatasnya.

Dalam kegiatan perencanaan, aspek fisik lahan memiliki pengaruh yang besar dalam mendukung pemanfaatan ruang diatasnya (Arief, 2018).

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palu dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlah penduduk Kota Palu terus mengalami peningkatan, termasuk di Kecamatan Palu Timur yang memiliki jumlah penduduk sebesar 67.419 pada tahun 2013 mengalami kenaikan di tahun 2018 menjadi 71.452 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,54% per tahun.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terjadi begitu pesat, hal tersebut berdampak pada pemenuhan kebutuhan permukiman.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk dengan sendirinya menyebabkan bertambahnya

(3)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako 2

kebutuhan tempat tinggal maupun sarana

pendukungnya. Lahan yang bersifat tetap sedangkan permintaan yang terus bertambah menjadikan penggunaan lahan di Kecamatan Palu Timur menjadi berubah. Selama 10 tahun terakhir, luas permukiman meningkat yang mana pada tahun 2009 luas permukiman yaitu 303,89 ha dan pada tahun 2018 menjadi 384,14 ha.

Perkembangan permukiman di Kecamatan Palu Timur Kota Palu terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan bertambahnya kebutuhan masyarakat akan lahan permukiman. Sementara itu, terjadinya bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi pada 28 September 2018 menjadikan sebagian lahan di Kecamatan Palu Timur Kota Palu tidak layak untuk menjadi lahan permukiman dan menampung penduduk untuk bermukim karena lahan yang sebelumnya diperuntukkan sebagai lahan permukiman kemudian ditetapkan sebagai zona rawan bencana. Bencana alam gempa, tsunami dan likuifaksi yang terjadi di Kota Palu pada September 2018 mengakibatkan sebanyak 1.254 unit bangunan rusak berat, 1.447 unit bangunan rusak sedang, 1.605 unit bangunan rusak ringan dan 103 unit bangunan hilang di Kecamatan Palu Timur (BAPPEDA Kota Palu, 2018)

Sehingga dari permasalahan tersebut berdampak pada tidak terpenuhinya lahan untuk bermukim yang pada akhirnya tidak sesuai dengan konsep sustainable development goals yang mewujudkan kota dan pemukiman manusia yang adil, merata, aman, tangguh dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji daya dukung permukiman untuk mengetahui gambaran ketersediaan lahan yang ada dalam memenuhi kebutuhan lahan permukiman penduduk dimasa yang akan datang, serta memetakan lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan permukiman pasca bencana di Kecamatan Palu Timur.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui luas lahan yang sesuai dan daya dukung untuk permukiman pasca bencana di Kecamatan Palu Timur

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Permukiman

Pemukiman menurut Hadi Sabari Yunus (1987) dapat diartikan sebagai bentukan baik buatan manusia ataupun alami dengan segala kelengkapannya yang digunakan manusia induvidu maupun kelompok untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya.

Perbedaan antara perumahan dan permukiman menurut Sadana (2014:20) dalam Arief (2018) secaranya nyata adalah terletak pada fungsinya. Pada kawasan permukiman, lingkungan tersebut memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mencari nafkah bagi sebagian penghuninya.

Pada perumahan, lingkungan tersebut hanya berupa sekumpulan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para penghuninnya.

Fungsi perumahan hanya sebagai tempat tinggal dan tidak merangkap sebagai tempat mencari nafkah.

Kawasan Permukiman merupakan sebidang tanah/lahan yang diperuntukkan bagi pengembangan permukiman. Selain itu, daerah tertentu yang didominasi lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana, prasarana daerah dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja guna mendukung penghidupan, perikehidupan sehingga fungsi kawasan dapat berdayaguna dan berhasilguna (Adisasmita, 2010)

2.2 Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Lahan diperlukan sebagai ruangan atau tempat di permukaan bumi yang dipergunakan oleh manusia untuk melakukan segala macam kegiatan. Dalam rangka mengoptimalkan fungsi lahan maka diperlukan tata guna lahan, yaitu pengarahan penggunaan lahan sesuai kebutuhan manusia dan atau kebijakan untuk memperoleh manfaat yang optimal secara berkelanjutan. Dalam tata guna lahan juga terkandung makna menempatkan tiap kegiatan pada bagian lahan yang berkemampuan sesuai dengan kegiatan tersebut. Oleh karena itu terdapat dua pengukuran penting dalam analisis sumberdaya lahan, yaitu kemampuan lahan dan

(4)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako 3

kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan merupakan

spesifikasi kemampuan lahan, khususnya kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk suatu macam penggunaan tertentu pula (Muta’ali, 2012).

Tejoyuwono (1991) dalam (Muta’ali, 2012) mengilustrasikan kesesuaian lahan dalam pengertian daya dukung, dimana dari perbandigan antara daya dukung lahan (supply) dan nilai kemanfaatannya (demand) dapat dinilai kelayakannya. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara daya dukung lahan dan kemanfaatannya maka dapat mengakibatkan ketidakefisienan yang berarti daya dukung telah terlampaui atau tidak efektif, karena tingkat pemanfaatan masih jauh di bawah kemampuan daya dukung lahannya. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).

Kawasan peruntukan permukiman harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, serta tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Kawasan peruntukan permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk permukiman diantaranya yaitu:

a) Topografi datar sampai bergelombang (lereng 0-25%);

b) Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/orang/hari-100 liter/orang/hari;

c) Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi, tsunami);

d) Drainase baik sampai sedang;

e) Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/ pantai/ waduk/ danau/ mata air/

saluran pengairan/ rel kereta api dan daerah aman penerbangan;

f) Tidak berada pada kawasan lindung;

g) Tidak terletak pada kawasan lindung budidaya pertanian/penyangga;

h) Menghindari sawah irigasi teknis.

Dari aspek jenis tanah, dapat digunakan indikasi awal pemanfaatan lahan untuk permukiman, diantaranya yang pernah dihasilkan BPN (1995) sebagai berikut (Muta’ali, 2013):

Tabel 1. Kriteria Jenis Tanah untuk Permukiman No. Jenis Tanah Keterangan (untuk Permukiman)

1 Latosol coklat tua kemerahan dan Latosol coklat

Kurang peka terhadap erosi

2 Alluvial Tidak peka terhadap erosi, harus diperhatikan bila direncanakan untuk permukiman

3 Mediteranian Tidak peka terhadap erosi, harus diperhatikan bila direncanakan untuk permukiman

4 Aluvial kelabu dan coklat kelabuan

Tidak peka terhadap erosi 5 Aluvial hidromorf Tidak peka terhadap erosi, sesuai

untuk permukiman 6 Grumosol tua

maupun kelabu

Peka terhadap erosi, tidak sesuai untuk permukiman, laju erosi cukup besar membahayakan ekosistem, mengurangi daya dukung lingkungan

Sumber: Muta’Ali, 2013

2.3 Daya Dukung Lahan untuk Permukiman Daya dukung wilayah untuk permukiman, dapat diartikan sebagai kemampuan suatu wilayah dalam menyediakan lahan permukiman guna menampung jumlah penduduk tertentu untuk bertempat tingal secara layak. Dalam menyusun formulasi daya dukung wilayah untuk permukiman, selain diperlukan besaran luas lahan yang cocok dan layak untuk permukiman tetapi juga dibutuhkan standar atau kriteria kebutuhan lahan tiap penduduk.

Luas lahan yang sesuai untuk permukiman dapat didekati dengan meggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan tataruang dan pendekatan kemampuan lahan. Dengan pendekatan tata ruang, maka lahan permukiman adalah area yang ada di dalam suatu wilayah, diluar kawasan lindung dan terbebas dari bahaya lingkungan seperti banjir, tanah longsor, instrusi air tanah, dan abrasi, serta berbagai macam ancaman bahaya geologi lainnya. Meskipun demikian tidak semua areal yang sesuai untuk permukiman dapat dikembangkan secara

(5)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako 4

keseluruhan, melainkan harus disediakan ruang

untuk penggunaan yang lainnya. Buku pedoman kawasan budidaya menyebutkan penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru terdapat sekitar 40%-60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung lingkungan.

SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, menyebutkan tentang kebutuhan layak (minimum) lahan untuk bangunan rumah yaitu 9,6 m2/orang dewasa, 4,8 m2/anak-anak dan 100 m2/kavling untuk maksimal 5 orang.

Dengan asumsi kebutuhan 100 m2/kavling dan tambahan 30% (tiga puluh persen) dari luasan tersebut untuk tambahan fasilitas lingkungan permukiman, maka idealnya adalah 130 m2 untuk maksimal 5 orang, atau 26 m2 tiap orang.

III. METODOLOGI

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Palu Timur Kota Palu dengan luas sekitar 5,95 Km².

Kota Palu memiliki potensi alam berupa teluk, sungai, gunung dan lembah serta potensi bencana akibat dilewati sesar aktif Palu Koro yang dapat menyebabkan gempa besar dan tsunami. Oleh karena itu, perencanaan Kota Palu harus memperhatikan kondisi alam atau daya dukungnya dapat berkelanjutan.

Kecamatan Palu Timur berperan sebagai pusat pelayanan Kota Palu dan memiliki keunggulan dari lokasinya yang strategis. Hal ini menyebabkan aktifitas penduduk semakin meningkat sehingga menuntut penyediaan infrastruktur sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Wilayah ini memiliki konstelasi dengan wilayah sekitarnya karena salah satu fungsi kecamatan ini yang menyediakan fasilitas pendidikan. Dengan demikian fungsinya yang menyediakan fasilitas tersebut, menarik minat para pelajar yang berada di Kota Palu untuk menuntut ilmu di sekolah yang berada pada kecamatan ini.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam studi ini menggunakan metode kuantitatif. Pendekatan ini mampu menjelaskan hal sebagai berikut : 1. Pendekatan terhadap kondisi fisik lahan 2. Pertumbuhan penduduk 20 tahun ke depan 3. Pendekatan menggunakan daya dukung

permukiman dari kesesuaian lahan secara fisik untuk mengetahui kesesuaian lahan peruntukan permukiman.

4. Pendekatan daya tampung lahan peruntukan perumahan sesuai pertumbuhan penduduk dan luas kesesuaian lahan permukiman.

5. Memberikan saran dan rekomendasi pengembangan lahan permukiman

3.2 Teknik Pengumpulan Data Dan Jenis Data Teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi literatur, survei instansional, wawancara serta dokumentasi.

Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder, dengan kebutuhan data sebagai berikut.

Tabel 2. Kebutuhan data

Sasaran Data Sumber

Mengidentifikasi data jumlah penduduk di Kota

Palu.

Jumlah penduduk lima tahun terakhir di Kota Palu

BPS Kota Palu dan Kecamatan

Mengidentifikasi kebutuhan analisis

peta kesesuaian lahan di Kota Palu

- Peta kemiringan lereng

- Peta jenis batuan - Peta jenis tanah - Peta air tanah - Peta rawan

bencana - Peta penggunaan

lahan

- Peta Zona Rawan Bencana

- BAPPEDA Kota Palu - Dinas Tata

Ruang dan Permukiman Kota Palu - Badan

Pertanahan Nasional Kota Palu - Pengolahan

peta dari citra satelit Menganalisis

proyeksi pertumbuhan penduduk Kota

Palu.

- Jumlah penduduk tahu awal - Jumlah penduduk

tahun akhir

- BPS

Menganalisis peta kesesuaian lahan di

Kota Palu.

- Peta kemiringan lereng

- Peta jenis batuan - Peta jenis tanah - Peta air tanah - Peta rawan

bencana

- Hasil analisis overlay peta

Menganalisis daya dukung permukiman di

Kota Palu.

- Jumlah penduduk - Luas lahan layak

huni - Luas lahan

keseluruhan

- BPS Kota Palu - Dinas Tata

Ruang Kota Palu - Hasil analisis

Peta Kesesuaian

(6)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako 5

Sasaran Data Sumber

Lahan Menganalisis daya

tampung lahan perumahan

- Hasil analisis proyeksi penduduk - Hasil analisis

kesesuaian lahan permukiman

- Hasil analisis

Sumber: Penyusun, 2019

3.3 Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan metode analisis skoring dan perhitungan matematis.

a. Analisis Pertumbuhan Penduduk

Analisis pertumbuhan penduduk menggunakan metode garis regresi karena memiliki standar deviasi terkecil di banding dengan metode lainnya. Adapun rumus dari metode garis regresi yaitu:

Keterangan:

P = Jumlah penduduk tahun terhitung (jiwa) X = Tambahan tahun terhitung

a,b = Tetapan yang diperoleh dari rumus dibawah ini:

N = Jumlah tahun data pengamatan

b. Analisis Daya Dukung Lahan Permukiman Dalam penetapan kriteria kelayakan, daya dukung lahan permukiman memiliki variabel meliputi faktor kondisi (jenis guna lahan yang akan dikembangkan), daya dukung pengembangan berikutnya, serta minimumnya dampak yang dapat merugikan wilayah sekeliling ataupun terhadap dirinya sendiri.

Tabel 2. Kriteria Daya Dukung Lahan Peruntukan Permukiman di Kota Palu

No Jenis Klasifikasi Keterangan Nilai (N)

Bobot (B)

Skor (NxB) 1 Kemiri-

ngan

0-8% Datar - Landai 4 4

16 8-15% Landai – Agak

Terjal 3 12

15-40% Terjal 2 8

>40% Sangat Terjal 1 4

2 Jenis Keras Tinggi 4 5 20

No Jenis Klasifikasi Keterangan Nilai (N)

Bobot (B)

Skor (NxB)

Batuan Sedang Sedang 3 15

Lunak Rendah 2 10

Sangat Lunak Sangat Rendah 1 5 3 Jenis

Tanah

Alluvial, glei Tidak Peka 4

5 20 Mediteranian

Latosol, Kambisol

Kurang Peka 3 15

Podslik, vertisol, andosol, grumusol,

podsolik

Peka 2 10

Molisol, regsol, litosol

Sangat

Peka 1 5

4 Air Tanah

Daerah Aman Baik 4

3 12 Daerah Rawan

(termasuk daerah imbuhan)

Sedang 2 6

Daerah Kritis

dan rusak Buruk 1 3

Sumber: Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, 2010 dalam Fansuri 2017

Formula yang dapat digunakan untuk menghitung daya dukung wilayah untuk permukiman (Muta’ali, 2012) yaitu sebagai berikut.

Keterangan:

DDPm = daya dukung permukiman JP = jumlah penduduk

α = koefisien luas kebutuhan ruang/kapita (m²/kapita)

LPm = luas lahan yang layak untuk permukiman (m²), di luar kawasan lindung dan kawasan rawan bencana.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui daya dukung lahan untuk permukiman serta daya tampungnya dalam memenuhi kebutuhan lahan permukiman pada 20 tahun mendatang di Kota Palu khususnya Kecamatan Palu Timur.

4.1 Analisis Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Melalui penggunaan metode ekstrapolasi dengan garis regresi atau regresi linier dapat diketahui proyeksi penduduk sampai tahun 2038 berikut ini.

Tabel 3. Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Palu Timur tahun 2018 – 2038

No. Kelurahan Tahun

2018 2023 2028 2033 2038

(7)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako 6

No. Kelurahan Tahun

2018 2023 2028 2033 2038 1 Besusu Barat 19.692 22.831 25.969 29.107 32.245 2 Besusu Tengah 11.162 12.819 14.476 16.134 17.791 3 Besusu Timur 11.386 12.946 14.506 16.066 17.626 4 Lolu Selatan 17.390 19.465 21.539 23.613 25.688 5 Lolu Utara 15.748 17.899 20.051 22.203 24.355 Jumlah 75.378 85.960 96.541 107.123 117.705 Sumber: Hasil Analisis, 2019

Penambahan penduduk di Kecamatan Palu Timur dalam waktu 20 tahun mencapai 42.327 jiwa. Mayoritas penduduk terkonsentrasi di Kelurahan Besusu Barat dengan perkiraan jumlah penduduk terbanyak yang mencapai 32.245 jiwa, sedangkan untuk kelurahan dengan perkiraan jumlah penduduk terkecil yaitu Kelurahan Besusu Timur yang berjumlah 17.626 jiwa pada tahun 2038.

4.2 Analisis Kesesuaian Lahan Permukiman Analisis kesesuaian lahan untuk permukiman dilakukan dengan teknik skoring yang selanjutnya dianalisis menggunakan tools overlay pada aplikasi ArcMap 10.3 pada masing- masing peta berdasarkan kriteria kesesuaian lahan yang telah diberi penilaian atau skor, nilai skor ditentukan berdasarkan ketentuan perhitungan yang bersumber dari Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan dalam Fansuri (2017). Hasil analisis kesesuaian lahan terbagi menjadi lahan sesuai dan tidak sesuai.

Metode tumpang tindih terhadap skor dari setiap kriteria yang ada sesuai dengan dengan alur analisis tersebut maka dapat diketahui total nilai atau skor dari masing-masing kawasan, sehingga masing-masing kawasan dapat di kelompokkan menjadi beberapa kelas rentang total skor yang ada. Dari total penilaian terhadap kemiringan lereng, jenis batuan, jenis tanah dan air tanah diketahui bahwa rentang nilai yang diperoleh adalah mulai dari 10 sampai 58. Selain dilakukan skoring terhadap variable tersebut, juga dilakukan analisis overlay terhadap kemiringan lereng, jenis batuan, jenis tanah dan air tanah kemudian ditumpang tindihkan kembali dengan peta zona rawan bencana yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. Klasifikasi penilaian kriteria yaitu :

Berdasarkan nilai tersebut, kesesuaian lahan permukiman dapat dibagi menjadi :

- Tidak sesuai dengan rentang nilai 36 - 45 - Sesuai dengan rentang nilai >46

Hasil dari analisis tersebut dapat dilihat pada tabel beikut.

Tabel 4. Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Kecamatan Palu Timur

No. Kecamatan

Luas Kesesuaian Lahan

Permukiman Luas (Ha) Sesuai Tidak Sesuai

1 Besusu Barat 92,49 33,87 126,36

2 Besusu Tengah 103,61 1,27 104,89

3 Besusu Timur 64,32 7,24 71,56

4 Lolu Selatan 137,02 15,42 152,44

5 Lolu Utara 134,41 5,41 139,81

Total 531,85 63,21 595,06

Sumber: Hasil Analisis, 2019

Sumber: Hasil Analisis, 2019

Gambar 1. Diagram Kesesuaian Lahan Kecamatan Palu Timur

Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukkan bahwa luas kawasan yang sesuai untuk lahan permukiman yaitu 531,85 Ha atau 89% dari total luas Kecamatan Palu Timur, sedangkan untuk luas kawasan yang tidak sesuai dimana lahan tersebut tidak sesuai dijadikan sebagai lahan permukiman yaitu 63,21 Ha dengan presetasi 11% dari total luas Kecamatan Palu Timur. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh lahan di Kecamatan Palu Timur sesuai untuk dijadikan sebagai lahan permukiman. Untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan yang sehat, aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan, harus memenuhi persyaratan teknis maupun ekologis.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan tata ruang kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah administrasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka luas kesesuaian lahan yang

(8)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako 7

dijadikan sebagai lahan permukiman terbagi atas

30% untuk peruntukan penyediaan ruang terbuka hijau dan 70% dari luas lahan yang sesuai dapat dikembangkan sebagai lahan permukiman dalam hal ini termasuk didalamnya yaitu prasarana dan sarana umum serta perumahan. Luas kesesuaian lahan untuk permukiman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Luas Peruntukan Lahan untuk Permukiman Kecamatan Palu Timur

No. Kelurahan

Kesesuaian

Lahan (Ha) RTH PSU dan Perumahan

A B =

[A*30%] C = [B*70%]

1 Besusu Barat 92,49 27,72 64,74 2 Besusu Tengah 103,61 31,08 72,53 3 Besusu Timur 64,32 19,29 45,02 4 Lolu Selatan 137,02 41,10 95,91 5 Lolu Utara 134,41 40,32 94,09 Total 531,85 159,52 372,30 Sumber: Hasil Analisis, 2019

Luas lahan yang secara alami mampu untuk dijadikan sebagai lahan permukiman di Kecamatan Palu Timur yaitu 372,30 Ha. Lahan ini dinilai sesuai untuk dijadikan sebagai lahan permukiman karena memenuhi kriteria dan tidak dalam kawasan rawan bencana melainkan termasuk dalam ZRB 1 yaitu zona pengembangan perkotaan dengan pembangunan baru yang harus mengikuti standar yang berlaku serta dengan intensitas pemanfaatan ruang rendah-sedang. Lahan ini dinilai memiliki sumber daya yang tinggi dan faktor kendala yang rendah.

Lahan dengan kriteria tidak sesuai di Kecamatan Palu Timur yang mendominasi berada disekitar pesisir Teluk Palu Kelurahan Besusu Barat dengan luas 33,87 Ha. Lahan tersebut juga merupakan lahan yang terdampak bencana tsunami. Hal ini menunjukkan bahwa lahan tersebut tidak sesuai untuk dijadikan sebagai lahan permukiman karena tidak memenuhi kriteria sebagai lahan permukiman.

Adapun lahan yang termasuk dalam kriteria ini mencakup lahan dengan kemiringan lereng diatas 40%, batuan penyusunnya sangat lunak, jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi, sempadan patahan sesar Palu Koro, lahan bekas likuifaksi dan bencana tsunami di Kota Palu.

Sumber: Hasil Analisis, 2019

Gambar 2. Peta Kesesuaian Lahan Permukiman Kecamatan Palu Timur

4.3 Analisis Daya Dukung untuk Lahan Permukiman

Hasil dari perhitungan daya dukung permukiman menunjukkan bahwa daya dukung di Kecamatan Palu Timur beragam berdasarkan kelurahannya. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Daya Dukung Permukiman di Kecamatan Palu Timur Tahun 2018

No. Kecamatan DDPm Keterangan

1 Besusu Barat 1,26 Tinggi

2 Besusu Tengah 2,50 Tinggi

3 Besusu Timur 1,52 Tinggi

4 Lolu Selatan 2,12 Tinggi

5 Lolu Utara 2,30 Tinggi

Kecamatan Palu Timur 1,90 Tinggi Sumber: Hasil Analisis, 2019

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada saat ini, nilai daya dukung permukiman di Kecamatan Palu Timur hasilnya 1,90. Hal ini menunjukkan bahwa artinya daya dukung permukiman tinggi, masih mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun rumah) dalam wilayah tersebut. Adapun untuk proyeksi daya dukung permukiman pada 20 tahun mendatang yaitu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Daya Dukung Permukiman di Kecamatan Palu Timur tahun 2038

No. Kecamatan DDPm Keterangan

1 Besusu Barat 0,77 Rendah

2 Besusu Tengah 1,57 Tinggi

3 Besusu Timur 0,98 Rendah

4 Lolu Selatan 1,44 Tinggi

5 Lolu Utara 1,49 Tinggi

Kecamatan Palu Timur 1,22 Tinggi Sumber: Hasil Analisis, 2019

(9)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako 8

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa

untuk 20 tahun yang akan datang diproyeksikan daya dukung lahan permukiman di Kecamatan Palu Timur masih mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun rumah) dibeberapa kelurahan. Namun perlu diperhatikan bahwa berdasarkan hasil analisis, terdapat kelurahan dengan nilai DDPm rendah yaitu Kelurahan Besusu Barat dan Besusu Timur.

Nilai DDPm terendah berada di Kelurahan Besusu Barat dengan nilai DDPm 0,77 yang menunjukkan bahwa daya dukung permukiman rendah, Kelurahan Besusu Barat tidak mampu mendukung penduduk untuk bermukim (membangun rumah) dalam kelurahan tersebut.

Selain itu, Kelurahan Besusu Timur memiliki nilai DDPm 0,98 yang berarti bahwa di kelurahan tersebut harus mulai diperhatikan dalam pengembangan kawasan permukiman karena nilainya yang juga kurang dari 1.

Pengembangan kawasan permukiman dapat dikembangkan di Kelurahan Besusu Tengah, Lolu Utara dan Lolu Selatan. Namun perlu diperhatikan bahwa untuk 20 tahun mendatang, kelurahan tersebut sebaiknya dipertahankan untuk tidak dikembangkan sebagai kawasan permukiman karena nilai DDPm yang mendekati angka 1 sebab dikhawatirkan dapat terjadi ketidakseimbangan penggunaan sumberdaya lahan dan mencapai overshoot penggunaan lahan serta menurunkan nilai daya dukungnya jika masih terus dikembangkan sebagai lahan permukiman. Hal ini akan berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan sebagaitempat manusia beraktifitas.

Sumber: Hasil Analisis, 2019

Gambar 3. Peta Daya Dukung Lahan Permukiman Kecamatan Palu Timur

Tahun 2038

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Ketersediaan lahan permukiman setelah bencana di Kota Palu mengalami penurunan luas karena adanya zonasi rawan bencana yang lahannya tidak dapat dijadikan sebagai lahan permukiman. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk permukiman menunjukkan bahwa lahan di Kecamatan Palu Timur yang sesuai untuk dijadikan sebagai lahan permukiman yaitu dengan luas 531,85 Ha atau sebesar 89% dari total luas Kecamatan Palu Timur, sedangkan untuk luas wilayah dengan klasfikasi tidak sesuai dimana lahan tersebut tidak sesuai dijadikan sebagai lahan permukiman yaitu 63,21 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 11% luas lahan di Kecamatan Palu Timur tidak sesuai untuk dijadikan sebagai lahan permukiman. Dari luas lahan sesuai tersebut, terbagi atas 30% lahan untuk RTH dan 70% untuk pengembangan permukiman.

Berdasarkan hasil perhitungan daya dukung untuk lahan permukiman di Kecamatan Palu Timur menunjukkan bahwa nilai DDPm masih tinggi yang mana berarti masih mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun rumah), begitu pun dengan hasil proyeksi 20 tahun mendatang di beberapa kelurahan. Namun perlu diperhatikan bahwa untuk Kelurahan Besusu Barat dan Besusu Timur pada tahun 2038 diproyeksikan mengalami penurunan nilai DDPm yang menjadi rendah, oleh karena itu pada kelurahan ini sebaiknya tidak dilakukan pengembangan kawasan permukiman agar nilai daya dukungnya tidak menurun dan terjadi overshoot penggunaan sumberdaya lahan untuk permukiman.

. 5.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan dalam kajian ini berkaitan dengan daya dukung lahan permukiman yaitu sebagai berikut :

1. Pengembangan permukiman di Kota Palu dalam hal ini Kecamatan Palu Timur harus berdasarkan atas standar pembangunan permukiman yang berlaku dan harus memperhatikan kondisi lingkungan, seperti tidak membangun di zona rawan bencana, memperhatikan kemiringan lereng dengan

(10)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako 9

hanya membangun di kemiringan 8 – 15 %

sesuai dengan arahan aturan yang berlaku.

Untuk pengembangan permukiman kedepan dapat diarahkan di Kelurahan Besusu Tengah, Lolu Selatan dan Lolu Utara sebab penduduk pada kelurahan tersebut masih minim dengan nilai DDPm tertinggi dibanding dengan kelurahan lain hingga tahun 2038..

2. Penelitian ini tidak mempertimbangkan aspek sosial budaya masyarakat, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan aspek sosial budaya masyarakat untuk arahan penggunaan lahan. Selain itu, penelitian ini tidak sampai pada arahan skenario penataan permukiman di Kota Palu, sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat melanjutkan sampai pada skenario arahan penataan permukiman di Kota Palu dengan mempertimbangkan aspek sosial budaya masyarakat sesuai dengan daya dukung dan daya tampungnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adisasmita, R., 2010. Pembangunan Kawasan Dan Tata Ruang, Ed. 1, cet. 1. ed.

Graha Ilmu, Yogyakarta.

[2] Arief, M., 2018. Analisis Daya Tampung Lingkungan Hidup Untuk Lahan Permukiman Di Kabupaten Semarang.

[Tugas Akhir]. Semarang. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Universits Diponegoro.

[3] Badan Pusat Statistik. Kota Palu dalam Angka tahun 2009-2018. Palu.

[4] BAPEDA Kota Palu, 2018. Rekapitulasi Data Pengungsi Tahap II Korban Bencana Alam Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi di Kota Palu Tahun 2018. Palu.

[5] BAPEDA Kota Palu, 2018. Rekapitulasi Data Kondisi Bangunan Akibat Bencana Alam Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi Tahap I di Kota Palu Tahun 2018. Palu.

[6] Fansuri, F. 2017. Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan Perumahan (Studi Kasus : Kota Cimahi). [Tugas Akhir].

Bandung. Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota Fakultas Teknik.

Universitas Pasundan

[7] Muta’ali, L., 2012. Daya dukung lingkungan untuk perencanaan pengembangan wilayah, Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

[8] Muta’ali, L., 2013. Penataan ruang wilayah dan kota: tinjauan normatif-teknis, Badan Penerbit, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

[9] Setiawan, M.H., 2004. Kajian Daya Tampung Ruang Untuk Pemanfaatan Lahan Kota Tarakan. [Tugas Akhir]. Semarang. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro.

Referensi

Dokumen terkait

Ada hubungan antara dukungan masyarakat dengan keaktifan kader pada kegiatan posyandu di Desa Purwojati, dengan nilai koefisien korelasi dukungan keluarga

bahwa dalarn rangka implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Sistem Pendataan

 Instruksi memerlukan data yang di simpan dalam register  Register lebih cepat dari memory, tetapi jumlahnya terbatas  Komputer menggunakan clock untuk mensinkronkan

Prestasi belajar anak merupakan suatu hal yang penting. Banyak faktor yang mendukung siswa mendapatkan prestasi belajar yang baik. Salah satunya adalah faktor sosial dan

Artinya bahwa, konsep dari keusangan tersebut adalah masa dimana dokumen tersebut mengalami penurunan penggunaan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penggunaan yang

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maka Esa atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

isilah urutan tempat kosong ini dengan salah satu bentuk yang paling sesuai atau tepat dari keempat bentuk yang

Dengan adanya wilayah yang bersinggungan atau berbatasan langsung dengan negara- negara tetangga, tentu diperlukan kajian tersendiri karena adanya perbedaan karakteristik ekonomi,