• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makassar, 24 Desember 2014 Yang menyatakan, Walid Rahman (5)vi Bersama Dalam Pengelolaan Limbah Ternak di Kabupaten Bantaeng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Makassar, 24 Desember 2014 Yang menyatakan, Walid Rahman (5)vi Bersama Dalam Pengelolaan Limbah Ternak di Kabupaten Bantaeng"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PT MAJU BERSAMA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK

DI KABUPATEN BANTAENG

WALID RAHMAN 105640 1000 10

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)
(3)
(4)

v Saya bertandatangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Walid Rahman Nomor Stambuk : 105640 1000 10 Program Study : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahawa benar karya ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat.

Pernyataan ini saya buat dngan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku sekalipun pencabutan gelar akademik.

Makassar, 24 Desember 2014 Yang menyatakan,

Walid Rahman

(5)

vi

Bersama Dalam Pengelolaan Limbah Ternak di Kabupaten Bantaeng.

(dibimbing oleh Mappamiring dan Muh. Idris).

Masalah limbah merupakan masalah yang sulit, tidak bisa diselesaikan dengan mudah. Dibutuhkan manajemen profesional untuk mengelola masalah ini dengan baik. Namun, setiap daerah memiliki masalahnya sendiri untuk membangun teknologi untuk manajemen profesional ini. Daerah memiliki dana minimum dan kekurangan sumber daya manusia. Itulah mengapa mereka melakukan kemitraan untuk memecahkan masalah limbah. Hal ini merupakan alasan mengapa Pemerintah Kabupaten Bantaeng melakukan kemitraan dengan Pt. Maju Bersama untuk mengelola limbah. Dalam kemitraan ini, ada beberapa masalah yaitu sampai saat ini, Pt.Maju Bersama belum berhasil dengan baik mengolah limbah. Karena hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kemitraan Pemerintah dengan Pt. Maju Bersama dan peran serta pemerintah dalam pengelolaan limbah ternak. Karena hal tersebut sehingga penulis termotivasi mengangkat masalah tersebut sebagai bahan penelitian dengan judul:“ Kemitraan Pemerintah Daerah Dengan Pt. Maju Bersama Dalam Pengelolaan Limbah Ternak Di Kabupaten Bantaeng ”.

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan informan dan Key informan sebanyak 5 (Lima) orang yang dipilih dengan maksud bahwa informasi yang diberikan memiliki pengetahuan dan informasi yang kuat tentang masalah yang diteliti. Informan dan Kei informan yaitu Kepala Dinas Pertanian dan Pemilik Pt. Maju Bersama selaku Informan dan Karyawan Pt. Maju Besama serta Masyarakat sekitar sebagai Key Informan. Data yang dikumpulkan dengan tehnik analisa yang menggunakan tehnik observasi dan dokumentasi serta diperkuat dengan wawancara kepada informan dan key informan.

Hasil penelitian ini yaitu, dibalik permasalahan yang terjadi pada kemitraan ini, BPKS selaku badan yang menaungi kemitraan antara Pemeritah Daerah dengan Pt. Maju Bersama melaksanakan tugasnya dengan baik. Dengan menerapkan manajemen kolaboratif yang menempatkan semua pihak pada posisi yang setara membuat BPKS mampu menengahi konflik antara kedua belah pihak. Mekanisme penyelesaian konflik dengan cara musyawarah dan mufakat yang diterapkan oleh BPKS membuat kemitraan ini tetap berjalan dan dapat mewujudkan tujuan awal dari kerjasama. Maka dengan melakukan mediasi kolaboratif manajemen untuk membuat kemitraan ini berjalan dengan baik sampai hari ini.

Kata Kunci : Kemitraan dan Pengelolaan Limbah Ternak

(6)

vii

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hal ini merupakan salah satu syarat yang harus diambil oleh mahasiswa guna menyelesaikan studi dan dalam rangka memperoleh gelar sarjana ILMU PEMERINTAHAN (IP) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Muhammadiyah Makassar, adapun judul skripsi yang penulis buat adalah Kemitraan Pemerintah Daerah Dengan Pt Maju Bersama Dalam Pengelolaan Limbah Ternak Di Kabupaten Bantaeng

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengalami banyak kesulitan dan rintangan, namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena hal tersebut, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan banyak terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibuku tercinta Nuraeni. Atas dorongan dan doanya yang membuat penulis menjadi semangat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa penulis hanturkan ucapan terimakasih kepada Bapakku Abdul Rahman yang selalu memberikan nasehat dan bimbingan dalam

menentukan pilihan untuk hidup yang lebih indah. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam hidup penulis terdapat banyak sekali kesalahan dan kehilafan yang sangat sering penulis lakukan.

(7)

viii

henti-hentinya membingbing penulis sampai penyusunan skripsi ini selesai.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari masukan, arahan serta dorongan dukungan yang diberikan oleh banyak pihak, karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak DR H. Muhlis Madani,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar serta seluruh stafnya.

2. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar beserta stafnya

3. Bapak DR H.Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempaan kepada penulis untuk menyelesaikan study Starta Satu (S1) dan yang telah membina Universitas ini dengan sebaik-baiknya

4. Bapak Drs.Muhammad Tahir.M.Si selaku Penasehat Akademik yang telah membimbing saya sehingga dapat seperti sekarang ini.

5. Kepada Kepala Dinas Kantor KESBANG,POLITIK dan LINMAS yang telah mengeluarkan izin penelitian.

6. Kepada saudara-saudaraku yang sangat menyayangi ku Ningsi dan Kemal doakan kakakmu ini ya.

7. Dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan motivasi dan bantuannya untuk menyelesaikan Study, terimakasih atas bantuan moril dan materinya yang selalu diberikan

8. Seluruh keluarga besar HIMJIP, sahabatku angkatan 2010 jurusan Ilmu Pemerintahan Unismuh Makassar terkhusus kepada Syahrul, Erna, rahmi dan Hidayatullah.

(8)

ix

10. Terimakasih pula kepada Kaizar, Iqbal, Firdaus, Kahar Musakkir, Andi Eril Tamimi selaku keluarga Besar Serikat Mahasiswa Indonesia yang selalu berjuang.

11. Terimakasih pula kepada Nurhusna Mudmainnah yang telah menjadi penyemangat dan selalu dengan sabar mendampingi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu, penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang sedalam- dalamnya jika penulis telah banyak melakukan kesalahan dan kehilafan, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku, semenjak penulis menginjakkan kaki pertama kali di Universitas Muhammadiyah Makassar hingga selesainya Study penulis. Semua itu adalah murni dari penulis sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan.

Akhir kata penulis berharap banwa apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga semua ini dapat bernilai ibadah disisi-Nya, aamiin! Sekian dan terimakasih

WassalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 24 Desember 2014

Walid Rahman

(9)

x Daftar Isi

Halaman pengajuan Skripsi ... ii

Halaman persetujuan ... iii

Halaman Penerimaan Tim ... iv

Halaman Penyataan Keabsahan Karya Ilmiah ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kemitraan ... ……… 5

B. Kelembagaan Kemitraan Pemerintah Dengan Swasta ... 6

C. Menajemen Kemitraan Pemerintah Dengan Swasta ... 7

D. Peran Pemerintah Daerah dalamPengelolaan Lingkungan Hidup 9 E. KonsepPengelolaanLingkunganHidup ... 11

F. Pembedayaan Masyarakat ……... 13

G. Pengelolan Limbah Ternak ...… 18

H. IndustriPengelolaanLimbahTernak ... 18

I. Kerangka Pikir ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... .. 23

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... .. 23

C. Prosedur Pengumpulan Data ……... 24 x

(10)

xi

D. Sumber Data ... ……… 25 E. Tehnik Analisis Data ... ……… 26 F. Keabsahan Data ... ……… 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 29 B. Pola Kemitraan Pemerintah Dengan Swasta ... 37 C. Peran Pemerintah dalam Pelaksanaan Kemitraan ... . 44 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 53 B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris tidak hanya kaya dengan keragaman hayati, juga kaya dengan sumber energi fosil sampai energi yang terbaru, hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk pengalian pemanfaatan dan pengembangan ini perlu sentuhan yang energik.Limbah peternakan merupakan bahan organik yang sering tertumpuk dan dapat menjadi polusi bau setra mencemari lingkungan jika tidak diolah lebih lanjut.

Limbah merupakan permasalahan yang tidak kunjung dapat terselesaikan.

Sebagai daerah pariwisata yang sangat potensial, Kabupaten Bantaeng dituntut untuk menjaga kebersihan dan keindahan daerahnya. Jumlah volume limbah yang semakin banyak serta tidak diimbangi dengan lahan yang dipergunakan untuk menampung seluruh volume limbah membuat Kabupaten Bantaeng sepakat bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan limbah. Dengan adanya Undang – Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, daerah diperbolehkan untuk melakukan suatu kerja sama antar daerah. Kerja sama antar daerah merupakan alternatif yang terbaik untuk daerah-daerah yang memiliki permasalahan yang sama dan tidak dapat mengatasi masalah daerahnya secara sendiri sehingga membutuhkan bantuan dari pihak lain.

Kerja sama antar daerah dimulai dengan adanya legal formal Peraturan Bersama antara Pemerintah Daerah. Seiring berjalannya waktu, kerja sama untuk

1

(12)

mengatasi permasalahan limbah mengalami kendala, Pemerintah Daerah menyadari bahwa untuk mengelolah limbah dengan baik memang bukanlah suatu hal yang mudah karena ada berbagai keterbatasan yang mereka miliki seperti, keterbatasan dana dan sumber daya manusia. Dengan keterbatasan yang mereka miliki sehingga timbul pemikiran untuk melakukan suatu kemitraan dengan pihak ketiga untuk membuat suatu pengelolaan limbah professional khususnya limbah ternak.

Melalui Badan pengelolan kebersihan Kabupaten Bantaeng, pemerintah mulai mencanangkan untuk melaksanakan kemitraan dengan sektor swasta untuk melaksanakan pengelolaan limbah. Badan pengelolah kebersihan merupakan badan yang dibentuk pemerintah untuk mengembangkan kerja sama antara pemerintah dengan investor dalam pengelolaan limbah terpadu. Saat ini Badan Pengelolah Kebersihan memfasilitasi kemitraan antara pemerintah dengan PT Maju Bersama.

PT Maju Bersama adalah pihak swasta yang akan membangun sarana dan prasarana infrastruktur Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu (IPLT). Dengan adanya instalasi pengolahan limbah ternak terpadu ini, Limbah ternak yang dulunya hanya dibiarkan tertimbun dan menumpuk begitu saja akan diolah menjadi pupuk organik dengan menggunakan teknologi yang sudah disesuaikan dengan keadaan lingkungan.

Sehingga, limbah ternak dapat memiliki nilai ekonomis yang akan menguntungkan pemerintah dan juga masyarakat. Namun sejak beroperasi, PT Maju Bersama belum mampu mengolah limbah secara keseluruhan, hanya limbah ternak yang dapat diolah.

Ketidak mampuan PT Maju Bersama dalam mengolah limbah ternak secara maksimal membuat limbah masih banyak yang tidak dimanfaatkan. Sampai saat ini PT Maju Bersama hanya mampu menghasilkan 4000 karung pupuk organik sangat

(13)

jauh dari komitmen awal perjanjian dimana PT Maju Bersama akan menghasilkan pupuk organik sebesar 10.000 karung perhari.

Pengolahan limbah ternak melalui instalasi pengelolaan limbah terpadu ini belum berjalan dengan baik karena PT Maju Bersama belum dapat merealisasikan teknologi terbaru. Teknologi terbaru yang akan dikembangkan oleh PT Maju Bersama memerlukan biaya yang cukup tinggi sehingga PT Maju Bersama meminta bantuan Pemerintah dalam hal pendanaan (tipping fee), akan tetapi Pemerintah menolaknya. Penolakan dari pihak Pemerintah ini dikarenakan bahwa dalam kontrak yang telah disepakati Pemerintah hanya akan memberikan lahan dan beberapa alat bantu saja tanpa adanya tipping fee.

Suatu kemitraan dilakukan untuk mencapai tujuan bersama, dalam mengelolah suatu kemitraan antara pemerintah dengan pihak swasta dibutuhkan pengelolaan konflik yang muncul dari perbedaan pendapat antara anggota yang bekerja sama agar tidak terjadi kegagalan kemitraan, pemerintah harus mampu mengelolah kemitraan ini sebaik mungkin Pengelolaan kemitraan ini diperlukan agar terbangun saling kesepahaman mengenai tujuan dan manfaat kerja sama, hak dan kewajiban masing–masing pihak serta menerapkan solusi tepat sehingga menciptakan kesepahaman antara pemerintah dan pihak swasta yaitu PT Maju Bersama.

Demikian pembahasan ini lebih difokuskan pada kemitraan Pemerintah Daerah dengan swasta yaitu PT Maju Bersama, yang dimana saat ini sedang memperbaiki hubungan kerja sama yang akan lebih ditingkatkan dan saling memberi keuntungan sesuai yang diharapkan.

(14)

B. Rumusan Masalah

Melihat permasalahan yang terjadi pada kemitraan antara pemerintah dengan PT Maju Bersama, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pola kemitraan Pemerintah Daerah dengan PT Maju Bersama ?

2. Bagaimana peran serta Pemerintah dalam pengelolaan limbah ternak di Kabaupaten Bantaeng?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh:

1. Untuk mengetahui pola kemitraan Pemerintah Daerah dengan PT Maju Bersama.

2. Untuk mengetahui peranan serta pemerintah dalam pengelolaan limbah ternak di Kabupaten Bantaeng.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut:

1. Sebagai bahan studi perbandingan Ilmu Pemerintahan kepada semua pihak tentang Kemitraan yang ada di Kabupaten Bantaeng.

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah serta Instansi yang terkait dalam pelaksanaan Kemitraan di Kabupaten Bantaeng.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kemitraan

Kemitraan Pemerintah Swasta disingkat KPS atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Public Private Partnership adalah bentuk perjanjian jangka panjang (biasanya lebih dari 20 tahun) antara pemerintah, baik pusat ataupun daerah dengan mitra swasta. Melalui perjanjian ini, keahlian dan aset dari kedua belah pihak (pemerintah dan swasta) bekerjasama dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Dalam melakukan kerjasama ini risiko dan manfaat potensial dalam menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilah/dibagi kepada kedua pihak.

Terminologi Kemitraan Pemerintah Swasta di Indonesia dimulai sejak dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur yang yang telah beberapa kali diubah dan perubahan terakhir adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 66 Tahun 2013.

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.Kegiatan kerjasama juga sering dilakukan oleh suatu lembaga maupun pemeritah guna mencapai tujuan bersama.Sedangkan kemitraan sendiri adalah suatu hubungan atau jalinan kerjasama sebagai seorang mitra.Suatu kemitraan tidak hanya sekedar kerjasama saja karena

5

(16)

kemitraan merupakan kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk mencapi keuntuangan dan tujuan bersama.

Kemitraan merupakan kerjasama yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, bersifat kolaboratif, adanya penggabungan sumberdaya, masing-masing pihak yang terlibat berada pada posisi yang setara sehingga nantinya manfaat dan resiko yang terjadi dalam berjalannya kemitraan akan ditanggung keduabelah pihak.

Sangat berbeda dengan kerjasama yang bersifat non-kemitraan dimana kerjasama non-kemitraan lebih bersifat swastanisasi, dengan intensitas kerjasama yang rendah, jangka waktu kerjasama pendek, kedudukan para pihak yang bekerjasama tidak setara sehingga tidak adanya penggabungan sumber daya serta manfaat yang didapat pada kerjasama dihitung sebagai sebuah kompensasi atas prestasi dan juga resiko ditanggung oleh masing-masing pihak.

B. Kelembagaan Kemitraan Pemerintah dengan Swasta

Kemitraan yang dilakukan pemerintah dan sektor swasta memerlukan pengelolaan secara profesional.Pengelolaan secara profesional dilakukan untuk menjamin keberlangsungan dari kemitraan yang dibangun, agar kemitraan dapat berjalan dengan efektif salah satu kuncinya adalah membentuk tim pelaksana yang profesional. Tim pelaksana yang profesional tergabung dalam lembaga yang akan mengelolah kemitraan antara pemerintah dengan pihak swasta. Lembaga yang bertugas mengelola kemitraan serta mengurusi permasalahan-permasalahan pada implementasi kemitraan pemerintah dan pihak swasta haruslah mengedepankan asas- asas seperti asas transparansi, asas independensi serta asas akuntabilitas.

(17)

Menurut Adji (2010) Dalam melaksanakan dan mengelola suatu kemitraan memang diperlukan kelembagaan yang matang. Didalam suatu lembaga harus terdapat sumberdaya yang profesional dengan pembagian tugasnya masing-masing.

Ketiga asas yang dikedepankan dalam pengelolaan kelembagaan kemitraan harus diterapkan dengan baik agar tujuan dari kemitraan dapat tercapai dan tidak terjadi permasalahan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kemitraan.

C. Manajemen Kemitraan Pemerintah dengan Swasta

Kemitraan yang terjadi antara pemerintah dan swasta harus dikelola sebaik mungkin karena jika tidak dikelola dengan baik maka kemitraan yang terbangun dapat mengalami kegagalan.Dalam pengelolaan suatu kemitraan antara pemerintah dan pihak swasta, manajemen yang digunakan sebaiknya adalah manajemen kolaboratif yang mengedepankan asas kebersamaan dan menempatkat pihak yang erlibat dalam kemitraan dalam posisi yang sertara.

Menurut Dwiyanto (2011) Manajemen kolaboratif adalah manajemen yang sangat menghargai akan keragaman nilai, tradisi, budaya organisasi, bekerja dalam struktur yang terbilang longgar, berbasis pada networks , dikendalikan oleh nilai-nilai untuk mencapai tujuan bersama serta memiliki kapasitas dalam pengelolaan konflik.

Dalam suatu manajemen kolaboratif kemitraan antara pemerintah dengan swasta memiliki kedudukan yang setara antar kedua belah pihak sehingga mekanisme yang dikembangkan adalah mekanisme kerja fungsional.

Setiap pihak melaksanakan pekerjaannya berdasarkan dengan fungsinya masing-masing sesuai dengan pembagian kerja yang telah disepakati bersama, serta mekanisme hubungan kerja yang berbasis jejaring atau networks mengharuskan setiap

(18)

anggota yang terlibat dalam kemitraan yang bersifat otonom diikat oleh suatu kepentingan bersama. Selain itu semua, manajemen kolaboratif juga lebih mengandalkan pada persuasi, negosiasi serta mediasi ketimbang perintah ataupun komando. Jika terjadi perbedaan kepentingan maka dalam manajemen kolaboratif yang memiliki peranan penting adalah mediasi.

Mediasi digunakan untuk mengurangi tekanan yang terjadi pada hubungan antar institusi dalam sebuah jaringan. Serta persuasi dan negosiasi digunakan untuk mengakomodasi kepentingan dari para pihak yang terlibat dalam kemitraan dengan para pemangku kepentingan saat kepentingan dari para anggota tidak sepenuhnya dapat terealisasikan. Maka dari itulah agar kemitraan dapat berjalan dengan baik, manajemen haruslah mampu melakukan negosiasi dan persuasi antar pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan sehingga kolaborasi dapat terus dipertahankan.

Pada manajemen kolaboratif dibutuhkan kepercayaan yang tinggi antar anggota yang terlibat dalam kemitraan. Jika para anggota yang terlibat dalam kemitraan memiliki kepercayaan yang tinggi satu sama lain maka mereka akan mematuhi dan mentaati segala keputusan yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, dalam menjalin suatu kemitraan di perlukan Intregritas tinggi sehingga kemitraan dapat berjalan sesuai dengan harapan awal melakukan kemitraan.

Keberhasilan dari suatu kemitraan pemerintah dengan swasta sangatlah dipengaruhi dengan cara pengelolaan konflik. Konflik dalam kemitraan acap kali muncul dari perbedaan antar pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan. Pengelolaan hubungan antar anggota serta penanganan konflik menjadi kunci yang teramat

(19)

penting. Tanpa adanya pengelolaan hubungan dan penangan konflik yang baik maka kemitraan antara pemerintah dengan pihak swasta akan mengalami kegagalan.

D. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dalam konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, yang terpenting adalah memberikan arahan agar pendayagunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, bertanggung jawab dan sesuai dengan daya dukung yang mengutamakan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup.

Untuk menjamin pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik maka perlu didukung oleh berbagai stakeholder yang ada. Hal ini seyogyanya dimulai dengan mengimplementasikan ketentuan- ketentuan yang sudah ada dalam Undang – Undang Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997. Oleh karena itu dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, maka pemerintah berkewajiban untuk :

1. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

2. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.

3. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran antara masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

(20)

4. Mengembangkan dan menerapkan kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

5. Mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat preventif dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Selama ini secara nasional sudah ada beberapa produk Undang – Undang yang dibuat khusus mengatur mengenai lingkungan hidup dan sumber daya alam (Subagyo, 1999), yaitu :

1. Undang – undang Nomor 5Tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem

2. Undang – undang Nomor 12Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman 3. Undang – undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia

4. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok- pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

5. Undang – undang Nomor 27 Tahun 1997 tentang AMDAL

6. Undang – undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pokok – pokok Kehutanan.

Keberadaan lingkungan pada dasarnya harus dijaga. Suatu kehidupan lingkungan akan sangat bergantung pada ekosistemnya. Oleh karena itu, masyarakat secara terus menerus harus didorong untuk mencintai, memelihara dan bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan. Sebab untuk menjaga semuanya itu tidak ada lagi yang bisa dimintai pertanggung jawaban kecuali manusia sebagai pemakai / pengguna itu sendiri, dan demikian pula sebaliknya.

(21)

E. Konsep Pengelolaan Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang dapat dibedakan menjadi beberapa macam objek atau benda, diantaranya benda mati, benda hidup, benda nyata maupun abstrak. Lingkungan hidup meliputi alam sekitar termasuk manusia. Lingkungan merupakan satu kesatuan ekosistem yang saling mendukung satu sama lain. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup tidak hanya terdiri dari benda hidup saja, tetapi suatu kesatuan ekosistem (air, udara, tanah, sosial dan teknologi) termasuk benda mati yang menunjang kehidupan di bumi.Yang dimaksud lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Norma-norma Lingkungan Hidup, Norma adalah aturan, ukuran atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai dan membandingkan sesuatu. Norma yang berkaitan dengan likungan hidup dapat dibedakan menjadi dua.

1) Norma sosial adalah norma yang dipakai untuk menilai suatuperilaku manusia, terutapa terhadap lingkungan hidup, berdasarkan kekuatan yang meningkat. Sementara itu yang dipandang sebagai norma sosial adalah cara, kebiasaan, tingkah laku, dan adat istiadat.

2) Norma hukum Indonesia sudah memiliki peraturan hukum berupa undang- undang khusus mengenai lingkungan hidup. Salah satunya adalah Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkunga Hidup yang memuat pengertian tentang lingkungan hidup, ruang lingkup, asas, tujuan serta sasaran, hak dan tanggung jawab masyarakat serta

(22)

berbagai macam hal yang melingkupi lingkungan hidup. Norma hukum lingkungan hidup sangat diperlukan karena menjadi panduan barsama dan kekuatan pendorong bagi masyarakat.

Permasalahan Lingkungan Hidup Masalah lingkungan hidup yang diketahui dan diakibatkan oleh manusia:

a. Penggundulan dan penebangan hutan

b. Suhu udara yang semakin memanas akibat pemanasan global

c. Matinya beberapa spesies hewan tertentu dan punahnya beberapa jenis tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia.

d. Ketidaksuburan tanah karena ekosistemnya terganggu

e. Polusi udara, air, tanah, suara, pestisida, radiasi, cuaca, dan pencemaran lingkungan lainnya.

f. Penyakit endemik Masalah lingkungan hidup yang biasanya terikat dengan bencana alam

Pengamatan Lingkungan Hidup Manusia, makhluk hidup lain, dan benda- benda mati yang hidup dalam suatu daerah dan saling berinteraksi dinamakan komunitas. Komunitas organik yang saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan dinamakan ekosistem. Manusia merupakan anggota komunitas yang berperan penting dalam lingkungan hidup. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan

(23)

makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pentingnya Lingkungan untuk Kehidupan Fungsi utama lingkungan hidup bagi manusia yaitu:

1. Lingkungan sebagai Wahana bagi Keberlanjutan Kehidupan Lingkungan hidup merupakan tempat berinteraksinya makhluk hidup yang membentuk suatu sistem jaringan kehidupan.

2. Lingkungan sebagai Tempat Berlangsungnya Aktivitas Sosial, Ekonomi, Budaya. Aktifitas dan interaksi antar sesama manusia akan menghasilkan sebuah kebudayaan, baik itu itu kebudayaan material maupun kebudayaan non material.

3. Lingkungan sebagai Tempat Mencari Makan F. Pemberdayaan Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang terpola atau terorganisir. Baik individu maupun sebagai warga masyarakat mempunyai kebutuhan. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebutuhan dapat bersifat individual dan kolektif. Konsekuensinya, selalu ada upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan tersebut dapat dibedakan dalam berbagai kriteria baik dari sifat, hirarki maupun prioritasnya.

Realitas bahwa masyarakat selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah sosial, menyebabkan dalam kehidupan masyarakat selalu terjadi proses dan usaha perubahan. Bahkan tanpa dikaitkan dengan dua persoalan tersebut masyarakat senantiasa mengalami perubahan, karena tidak pernah ditemui

(24)

masyarakat yang benar-benar statis. Perbedaaannya, ada yang dapat berubah secara cepat dan ada yang lambat.

Disamping itu, perubahan sosial dapat berdampak progres dan regres.

Perubahan dalam rangka lebih banyak kebutuhan yang terpenuhi dan perubahan dalam rangka pemecahan masalah sosial adalah perubahan yang berdampak pada perubahan progres atau setidaknya diharapkan menuju progres. Hal itu disebabkan karena perubahan tersebut menuju kondisi yang semakin sejahtera. Perubahan kearah progres tersebut sering disebut sebagai perkembangan atau pembangunan. Dengan demikian, pembangunan atau lebuh spesifik pembangunan masyarakat merupakan suatu realitas sosial suatu fenomena yang selalu muncul dalam kehidupan manusia.

Dengan demikian, perubahan dalam rangka pembangunan masyarakat dapat di identifikasi titik pangkal yang menjadi awal keberangkatannya dan titik yang menjadi tujuannya. Titik pangkal yang menjadi awal suatu proses perubahan adalah faktor yang menjadi pendorong perubahan tersebut,sementara itu tujuan akan berfungsi menjadi arah perubahan. Faktor pendorong perubahan adalah kondisi yang tidak di harapkan atau kondisi yang tidak sesuai dengan apa yang di idealkan, sementara arah perubahan adalah kondisi yang di harapkan atau yang di idealkan yang sering di sebut sebagai kondisi yang sejahtera. oleh sebab itu, pemahaman dan pemikiran tentang pembangunan masyarakat sebagai proses peruahan dapat di mulai dari ujung yang satu, yaitu kondisi yang sejahterah maupun dari ujung yang lain yaitu kondisi yang tidak di harapkan.

Sementara itu, pemahaman tentang pembangunan masyarakat juga dapat melihat perubahan tidak dari sisi tujuannya yaitu kondisi sejahtera, akan tetapi dari

(25)

awal keberangkatannya, yaitu kondisi yang tidak di harapkan. Proses perubahan ini sebagai perkembangan masyarakat yang merupakan upaya untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi penderitaan manusia dalam semua bentuk dan dimensinya.

Menurut Soetomo (2009) Lebih dari itu, karena pembangunan masyarakat merupakan fenomena yang selalu muncul dalam kehidupan manusia, maka melalui kajian yang dilakukan dapat diamati kecenderungan yang terjadi dapat dievaluasi hasil kajian yang sudah dilakukan sebelumnya. Untuk lebih mudah memahami dan menjelaskan pembangunan masyarakat sebagai obyek kajian, perlu direkomendasi sosok dan posturnya. Pada dasarnya sosok dan postur realitas sosial yang namanya pembangunan masyarakat tersebut mengandung empat unsur dasar yaitu :

1. Pembangunan masyarakat pada dasarnya merupakan proses perubahan.

2. Pembangunan masyarakat adalah proses semakin terciptanya hubungan yang harmonis antara hubungan masyarakat serta potensi, hubungan sumberdaya dan serta peluang.

3. Pembangunan masyarakat merupakan proses peningkatan kapasitas masyarakat untuk merespon berbagai persoalan yang berkembang.

4. Pembangunan masyarakat merupakan proses yang bersifat multi dimensi.

Dari sisi yang lain keempat asumsi dan konsep dasar tadi juga dapat dilihat sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait. Dalam posisi seperti ini keempatnya dapat berfungsi sebagai kerangka dari konsep pembangunan masyarakat yang akan dikembangkan. Pemberdayaan merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan masyarakat. Konsep tersebut telah meluas dan diterima dan

(26)

dipergunakan dengan pengertian serta persepsi yang berbeda satu sama lain.

Perspektif pertumbuhan sangat berorientasi pada peningkatan produktifitas guna mengejar pertumbuhan ekonomi secara cepat dan tepat.

Menurut Totok Mardikano (2012) salah satu indikator dari keberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang baik dalam menentukan dan memperbaiki kehidupannya. Tujuan utama dari pemberdayaan masyarakat adalah keberdayaan (kemampuan dan posisi tawar) masyarakat. Oleh sebab itu, lingkup materi pemberdayaan masyarakat difokuskan kepada dua hal tersebut,yaitu :

1. Peningkatan Kemampuan Masyarakat

Dalam konsep pendidikan, yang dimaksud kemampuan setiap individu mencangkup: pengetahuan (kognitif), sikap (afectif) dan keterampilan

2. Peningkatan posisi-tawar Masyarakat

Terkait dengan posisi-tawar, pengorganisasian masyarakat akan memainkan peran strategis. Tidak saja untuk menyusun kekuatan bersama, tetapi jaga membangun jaringan antar pemangku kepentinan yang terdiri dari:

birokrasi akademis, pelak bisnis, tokoh masyarakat, dan pelaku pengelola media, utamanya dalam kegiatan advokasi dan politisasi. Sejalan dengan itu, pendidikan politik dan keterlibatan dalam gerakan politik praktis harus menjadi agenda pemberdayaan masyarakat.

(27)

Ada pun 3 cara dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang di lakukan saat ini, yaitu:

1. Upaya menciptakan suasana / iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang.

2. Upaya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan, serta menyediakan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial yang dapat diakses masyarakat lapisan paling bawah.

3. Upaya memberdayakan rakyat dalam arti melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.

Meskipun rumsan konsep pemberdayaan berbeda-beda antar ahli yang satu dengan yang lainnya, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebagai upaya berencana yang dirancang untuk merubah atau melakukan perubahan pada suatu komuntas atau masyarakat dari kondisi ketidakberdayaan menjadi berdaya dengan menitikberatkan pada pembinaan potensi dan kemandirian masyarakat.

Dengan demikian upaya penguatan pemberdayaan masyarakat di daerah pedalaman perlu dilakukan secara terus menerus. Hal ini bukan saja karena pemerintah benar – benar telah meneguhkan tekad untuk bersungguh – sungguh dalam memajukan daerah melalui otonomi, akan tetapi karena dewasa ini masyarakat telah menunjukkan diri mereka memiliki kehendak sangat kuat untuk memperbaiki segi –segi kehidupan ekonomi, sosial dan aspek lainnya.

(28)

G. Pengelolaan Limbah Ternak

Pemanfaatan limbah ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak limbah ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak sedap.

Pupuk organik yang berasal dari limbah ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman. Di samping menghasilkan unsur hara makro, pupuk kandang juga menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk alternativ untuk mempertahankan produksi tanaman.

H. Industri Pengelolaan Limbah Ternak

Indonesia merupakan negara berkembang sekaligus negara agraris yang juga bergerak dibidang peternakan, Limbah ternak yang berupa kotoran ternak mengandung bahan organik yang cukup tinggi, bahan ini sebelum dibuang atau digunakan sebagai pupuk atau pembenah tanah harus distabilkan lebih dulu agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tanah dan tanaman. Pemakaian kotoran ternak secara langsung (tanpa diproses lebih dulu) membahayakan tanaman, ternak maupun manusia. Kotoran ternak mengandung bibit penyakit yang dapat ditularkan ke ternak maupun manusia.

Kotoran ternak bila langsung digunakan pada manusia dapat meracuni tananman karena selama berada didalam tanah terjadi dekomposisi bahan organic dengan hasil asam – asam organik, senyawa fenol, NH3, CO2 dan panas. Asam –

(29)

asam organik, senyawa fenol, NH3 dan CO2 merupakan racun bagi tanaman. Panas yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik dapat membunuh tanaman. Oleh karena itu kotoran ternak yang akan digunakan sebagi pupuk sebaiknya diolah lebih dulu agar bahan organik dapat diubah menjadi senyawa organik yang siap digunakan.

Hasil samping dari daging ternak diantaranya kulit, penyamakan kulit menghasilkan limbah baik padat, cair maupun gas. Pengolahan limbah cair bertujuan untuk menurunkan kandungan bahan organik, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan bahan pencemar, serta menstabilkan bahan

organik sehingga produk akhirnya bila dibuang, tidak berbahaya bagi lingkungan.

Pengolahan limbah cair dengan lumpur aktif menghasilkan sludge dalam jumlah yang sangat besar. Sludge limbah penyamakan kulit berasal dari bak pengendapan primer dan sekunder, karena pengolahan tersier jarang dikerjakan di Indonesia, seharusnya limbah cair penyamakan kulit yang tinggi kandungan kromnya tidak boleh dicampur dengan sludge dari bak pengendapan primer dan sekunder. Limbah cair penyamakan kulit sebaiknya ditangani tersendiri, kromnya diambil lagi dan digunakan untuk menyamak kulit. Kenyataan dilapangan dibeberapa pabrik penyamakan kulit mengendapkan sisa atau limbah cair penyamakan dengan kapur dan mencampur sludge dari bak pengendapan primer dan sekunder, selanjutnya dipress dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Limbah organik termasuk kotoran ternak dan sludge penanganan limbah cair biasanya kotor, baunya busuk, menjijikkan, mengandung bibit penyakit dan bahan organik yang mudah diuraikan. Terjadinya pencemaran lingkungan dapat dilihat dengan adanya perubahan warna, bau dan kejernihan. Limbah industri peternakan dan

(30)

industri penyamakan kulit dapat menyebabkan perubahan fisis dan khemis lingkungan yang cepat yang dapat merugikan lingkungan.

Pengomposan adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan limbah industri peternakan dan industri penyamakan kulit. Zat – zat yang sangat berguna dalam limbah tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan cara mengolahnya menjadi pupuk kompos. Hasil akhir pengomposan berupa bahan organik yang telah mengalami mineralisasi dan dapat digunakan untuk memupuk tanaman. Kandungan unsur – unsur hara mempunyai kemampuan untuk memperbaiki sifat – sifat fisik tanah, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.Pengomposan merupakan salah satu proses stabilisasi limbah organik secara hayati dibawah kondisi terkendali, serta akan dihasilkan energi panas yang cukup tinggi yang berguna membunuh organisme patogen dan biji gulma.

I. Kerangka Pikir

Pemanfaatan limbahternak sangat membantu kesejahteraan masyarakat. Di samping dapat menghilangkan bau tak sedap pada lingkungan, dapat pula menghasilkan kesejahteraan yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Pemanfaatan limbah ternak ini membuat masyarakat mendapat ilmu baru dari pengelolaannya, sehingga masyarakat terpicu untuk lebih meningkatkan kualitas diri.

Terbentuknya kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan pihak swasta berawal dari rekomendasi swasta kepada Pemerintah untuk membangun suatu pengelolaan limbah yang berstandar internasional. Membangun suatu teknologi pengelolaan limbah profesional bukanlah suatu hal yang mudah karena memerlukan biaya yang tidak sedikit. Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh Pemerintah

(31)

dalam melakukan pengelolaan limbah ternak, Maka dari itulah Pemerintah Daerah membentuk suatu badan yang bertugas untuk mengelola kemitraan antara Pemerintah dengan investor. Seiring dengan berjalannya waktu pemerintah dan pihak swasta menyepakati melakukan kemitraan sehingga masyarakat Kabupaten Bantaeng dapat menjadi masyarakat yang mandiri.

(32)

Bagan Kerangka Pikir

Kemitraan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng Dengan PT Maju Bersama Dalam Pengelolaan Limbah Ternak

Dikabupaten Bantaeng

Bentuk Kemitraan : 1. Inti Plasma 2. SubKontrak 3. Dagang Umum

PeranPemerintah 1. Pemberdayaan Masyarakat

2. Pencegahan pencemaran lingkungan

Efektifitas

Kwalitas Pemberdayaan dan Keasrian Lingkungan Hidup

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Desember 2014 sampai Februari 2015. Dalam penelitian ini, objek penelitian adalah pada Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bantaeng serta pada PT Maju Bersama yang berlokasi di Jl. Lingkar Kelurahan Bonto Rita, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan.

2. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang di gunakan yaitu Data Deskriptif Kualitatif.

a. Jenis penelitian

Penelitian kualitatif yaitu suatu strategi yang dipilih oleh penulis untuk mengamati suatu fenomena, mengumpulkan informasi dan menyajikan informasi hasil penelitian. Tipe penelitian kualitatif atau biasa juga disebut penelitian bentuk bukan angka (non numeric) yang sifatnya menunjang data kualitatif.

b. Tipe penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskritif. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktik yang berlaku.

Metode ini penulis gunakan umtuk melukis secara statik fakta atau bidang tertentu. Menetapkan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah

23

(34)

yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menerapkan rencana dan keputusan pada waktu yang mendatang.

Jenis penelitian digunakan untuk membuat deskriktif, gambaran atau sistimatis, Faktual,. Dan akurat mengenai fakta tersebut,sikap sifat situasi, kondisi,

fenomena dengan menggunakan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan objek yang diamati secara utuh. Berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis ingin memaparkan secara deskriptif tentang strategi pemasaran pada program.

3. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam prosedur pengumpulan data, ada 2 sumber data yang di gunakan, yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Untuk mendapatkan hasil data primer penulis menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data, seperti:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan narasumber (informan), dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial.

Pada penelitian ini penulis melakukan wawancara tidak terstruktur, dimana penulis bebas mewawancara dan tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

(35)

b. Observasi

Observasi yang dilakukan penulis dalam mengumpulkan data sebagai penunjang penelitiannya, menggunakan observasi analisis dokumen yaitu penulis menggunakan beberapa dokumen sebagai sumber informasi.

Observasi analisis dokumen dilaksanakan selama penulis melakukan penelitian di PT Maju Bersama.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui orang lain atau dokumen. Dan data-data sekunder didapat penulis melalui:

a. Company profile PT Maju Bersama, dan b. Daftar kepustakaan (buku-buku referensi) 4. Sumber Data

Ada pun informan penelitian di ambil dari beberapa masyarakat, perusahaan swasta dan pihak-pihak atau Instansi terkait terhadap kemitraan pemerintah dengan pihak swasta di Kabupaten Bantaeng seperti, di bawah ini:

No. Informan Jabatan/Keterangan Jumlah

1.

2 3 4 5

Ir. H. Muhammad Zainuddin, MP

Abdul Rahman, SE

Agus Soptona Darmawan,S.E Rumallang

Gassing

Kepala Dinas Pertanian Staf Dinas Pertanian Pemilik PT. Maju Bersama Karyawan PT. Maju Bersama Ketua Kelompok Tani

1 1 1 1 1

(36)

6 7 8

Museng Sahar Ridwan

Ketua Kelompok Ternak Masyarakat sekitar Petani di Kab. Bantaeng

1 1 1

Total Informan 8

Tabel.1 :Informan Penelitian 5. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Penulis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data Model Miles dan Huberman. Analisis dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data periode tertentu. Selanjutnya melakukan tehnik analisis data guna mencari, menata, dan merumuskan kesimpulan secara sistematis dari catatan hasil wawancara Informan dan Key Informan, serta observasi yang berlangsung.

Analisis data kualitatif merupakan bentuk analisis yang tidak menggunakan tehnik metematik, statistic, dan ekonomi atau pun bentuklainnya. Analisis data yang dilakukan terbatas pada tehnik pengolahan datanya yang kemudian penulis melakukan uraian dan penafsiran. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2006:248) mengemukakan bahwa: analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satu kesatuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menentukan pola menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat dicerikan kepada orang lain.

(37)

Dari penjelasan diatas, penulis memahami bahwa analisis data merupakan tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti guna mencari, menata, dan merumuskan hipotesis rumusan secara sistematis dari observasi langsung dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang ditelitinya.

6. Keabsahan data

Penilaian keabsahan penelitian kualitatif terjadi pada waktu proses pengumpulan data, dan untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik memeriksaan. Pelaksanaan tehnik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah criteria tertentu dan dalam memeriksa keabsahan data yang diperoleh maka penulis menggunakan teknik triangulasi data.

Menurut Sugiono (2009:366), tehnik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiono (2009:368), ada 3 macam triangulasi yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Merupakan suatu perbandingan dengan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan antara apa yang dikatakan secara umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

(38)

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi tehnik untuk menguji kredibilitas data maka, dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian data.

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Dinas Pertanian dan Peternakan

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng merupakan perangkat organisasi kelembagaan daerah yang didasarkan pada Peraturan Daerah No. 26 Tahun2007 tentang Pembentukan Organisasi, Kedudukan Dan Tugas Pokok serta Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Bantaeng. Dengan terbentuknya berdasarkan Peraturan Daerah tersebut diatas, maka Dinas Pertanian mempunyai tugas melaksanakan kewenangan aturan daerah kabupaten di bidang pangan dalam rangka tugas Desentralisasi.

Melalui indikator pelaksanaan Program-program Proyek kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan yang mencerminkan kepentingan masyarakat di Kabupaten Bantaeng ternyata cukup memadai terutama dapat dilihat dari

29

(40)

perkembangan peningkatan hasil-hasil pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang mengalami peningkatan secara konsisten dalam lima tahun terakhir.

VISI Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng

terwujudnya masyarakat petani yang maju dan sejahtera melalui pembangunan sistem agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

MISI Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng

1. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya tahan, agroklimat komoditas unggulan daerah dan Sumber Daya Pertanian.

2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hulu khususnya perbenihan / pembibitan dan industri penunjang lainnya.

3. Mendorong perkembangan usaha agribisnis dari berbagai tingkat skala usaha dan menumbuh kembangkan kerjasama kemitraan bisnis antara usaha yang saling menguntungkan

4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, baik aparat pertanian maupun pelaku agribisnis khususnya petani.

5. Mengembangkan inovasi teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan.

6. Mendorong tumbuh dan kembangnya sentra – sentra agribisnis komoditi unggulan berskala ekonomi

7. Pemberdayaan masyarakat petani menuju masyarakat wirausaha / wiraswasta agribisnis yang mandiri maju dan efisien.

8. Mendorong tumbuh dan kembangnya kelompok masyarakat pelestari sumber daya alam.

(41)

Berdasarkan Peraturan Bupati Bantaeng Nomor 22 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi, Uraian Tugas Pokok dn fungsi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng, untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, struktur Organisasi Dinas Pertanian dan Peternakan terdiri dari:

1. Kepala Dinas 2. Sekretaris Dinas

a) Sub Bagian Program dan Pelaporan b) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian c) Sub Bagian Keuangan

3. Kepala Bidang Tanaman Pangan

a) Seksi Perbenihan Sarana dan Prasarana

b) Seksi Pengembangan Produksi Perlidungan Tanaman Pangan c) Seksi Bina Usaha dan Pembinaan Kelembagaan Petani

(42)

4. Kepala Bidang Hortikultura

a) Seksi Perbenihan Sarana dan Prasarana Hortikultura

b) Seksi Pengembangan Produksi Perlindungan Tanaman Hortikultura c) Seksi Bina Usaha dan Pembinaan Kelembagaan Petani

5. Kepala Bidang Peternakan

a) Seksi Perbenihan Sarana dan Prasarana Peternakan b) Seksi Pengembangan Produksi Perlindungan Peternakan c) Seksi Kesehatan Hewan

6. Kepala Bidang Pengelolaan Lahan dan Air (PLA)

a) Seksi Pengelolaan Air dan Kelembagaan Petani Pemakai Air b) Seksi Pengelolaan Lahan dan Konservasi

c) Seksi Perluasan Areal Sarana dan Prasarana 7. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

a) UPTD Balai Benih Daerah Tanaman Pangan b) UPTD Balai Benih Hortikultura

c) UPTD Ternak Unggul 2. PT. Maju Bersama

Petani yang semakin tergantung pada benih unggul yang mahal serta pupuk dan pestisida dari bahan kimia. Petani kurang memperhatikan pola tanam, memakai pupuk dan pestisida kimia melebihi anjuran dari pemerintah yang berdampak pada beban biaya produksi yang tinggi serta memicu kerusakan ekosistem lahan pertanian.Pada akhirnya Pemanfaatan bahan organik yang berasal dari limbah pertanian dan peternakan serta agen hayati untuk

(43)

mengembalikan kesuburan tanah adalah langkah kongkrit untu mencapai pertanian sehat dan berkelanjutan.

Pada tahun 2007 perusahaan dengan didukung Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kabupaten Bantaeng melakukan pengkajian pemanfaatan limbah ternak. Dan pada tahun 2008 kesadaran masyarakat akan pemanfaatan limbah ternak dan pertanian terus meningkat karena berbagai alasan diantaranya:

1. Limbah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang dapat mengembalikan kesuburan tanah.

2. Meningkatkan produksi pertanian.

3. Mengurangi pemakaian pupuk buatan pabrik

4. Mendukung pertanian yang sehat dan ramah lingkungan.

5. Mendapatkan penghasilan tambahan dari pemanfaatan limbah 6. Membuka lapangan kerja

Antusiasme masyarakat akan kegiatan pemanfaatan limbah sejalan dengan program pemerintah tuk mengembangkan pertanian organik dan berkelanjutan sehingga meningkatkan produksi dan mutu pertanian demi tercapainya ketahan pangan nasional.Pihak-pihak yang ikut mendukung kegiatan ini yaitu instansi terkait yang ada di Kabupaten Bantaeng.

Visi:

Optimalisasi potensi sumber daya manusiaa, sumber daya alam dan sumber daya ternak guna mewujudkan cita-cita dan harapan kebupaten bantaeng maju mandiri berlandaskan iman dan taqwa.

(44)

Misi:

1. Membangun pertanian dan peternakan tangguh dengan inofasi dan teknologi 2. Mendukung pertanian dan peternakan tangguh melalui diversifikasi usaha

pada bidangnya

3. Layanan informasi usaha agribisnis

4. Bantuan dan konsultasi teknik kepada anggota dan masyarakat dibidang pengelolaan limbah ternak dan limbah pertanian menjadi lebih bermanfaat.

A. Hasil Dari Limbah peternakan a. Pupuk Organik Cair (POC)

Pupuk Organik Cair dapat dibuat dari air seni ternak tetapi unsur hara yang terkandung dalam air seni ternak sangat jauh dari yang diperlukan oleh tanaman. Tanaman memerlukan unsur hara yang lengkap dan berkeseimbangan untuk menghasilkan produksi yang terbaik. Menurut teori pembuatan pupuk organik, pupuk organik yang berkualitas tinggi mempunyai kelengkapan dan keseimbangan unsur hara dibuat dari bahan organik yang mengandung protein yang berkualitas tinggi sehingga dapat memenuhi unsur-unsur yang di perlukan oleh tanaman. Organisme pengurai sering disebut protein sel tunggal yang artinya sebagian besar selnya tersusun dari protein.

Diantara sekian banyak organisme pengurai yang terbukti dapat dijadikan bahan baku pembuatan Pupuk Organik Cair adalah jamur/kapang/cendawan mikroskopis (selnya hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop). Dengan demikian unsur hara dalam Pupuk Organik Cair yang dibuat dengan konsep pengolahan limbah peternakan secara terpadu diharapkan sebagian besar berasal dari mikroorganime pengurai.

(45)

b. Biogas

Proses pembentukan biogas meliputi tiga tahap, yaitu : 1. Hidrolisis, yaitu pemecahan bahan organik oleh air. 2. Non metanogenik, yaitu proses pemecahan senyawa organik kompleks (protein, lemak, karbohidrat) senyawa sederhana (asam amino, asam lemak, sakarida) dan CO2 oleh bakteri non metanogenik. 3. Metanogenik, yaitu pemecahan senyawa organik sederhana menjadi gas metana (CH4) dan gas-gas lain. Padatan hasil pemisahan ekstraksi masih mengandung senyawa organik sehingga masih memungkinkan dapat digunakan sebagai substrat pembuatan biogas bahkan pembentukan gas metana dapat lebih cepat karena senyawa organiknya berupa senyawa organik sederhana.

c. Pupuk Organik Padat (POP)

Bahan baku untuk pembuatan POP dapat berasal dari padatan hasil pemisahan cairan dan padatan pada proses ekstraksi POC atau dari lumpur (sludge) pembuatan biogas. Metode yang digunakan bisa pegomposan konvensional atau vermicomposting.

d. Pakan Imbuhan Feed Suplemen atau Feed Additif

Bahan baku untuk pembuatan pakan imbuhan berasal dari hasil ikutan pada proses pembuatan Pupuk Organik Cair. Pakan imbuhan yang dibuat fungsinya sebagai probiotik ketika diberikan pada ternak.

e. Bahan Pakan/Pangan/Suplemen Kesehatan

Bahan baku pembuatan bahan pakan/pangan/suplemen kesehatan dapat berupa padatan dari proses ekstraksi Pupuk Organik Cair atau sludge biogas melalui proses vermicomposting. Vermicomposting menghasilkan biomassa

(46)

cacing tanah yang dapat digunakan sebagai bahan pakan atau bahan pangan atau sebagai suplemen kesehatan.

B. Perkembangan Kelompok Pendamping

1. Kelompok Ternak “Bayangan” Ds Bonto Rita, kec. Bissappu. Memproduksi pupuk kompos, pupur organik cair, dan biopestisida.

2. Kelompok Tani “Allu” Ds. Karatuang, Kec. Bantaeng memproduksi pupuk Kompos

3. Kelompok Tani “Citra” Ds. Mappilawing, Kec. Ere merasa memproduksi Kompos

4. Kelompok Tani Ternak “Palanjong” Ds. Tombolo, Kec. Gantarang Keke memproduksi Kompos dan Pupuk Organik Cair

5. Kelompok Tani Ternak “Subur Jaya” Ds. Patallassang, Kec. Tompo bulu memproduksi Kompos, Pupuk Organik Cair, Biopestisida Agen Hayati 6. Kelompok Ternak “Terbit Terang” Ds. Nipa - Nipa, Kec. Pa’jukukang

memproduksi Kompos dan Pupuk Organik Cair

7. Kelompok Ternak “Beringin Jaya” Ds. Baruga, Kec. Pa’jukukang memproduksi Pupuk Organik Cair

8. Kelompok Ternak “Anugrah” Ds. Bonto Manai Kec. Bissappu memproduksi Kompos

9. Kelompok Tani “Campaga Loe” Ds. Bonto Jaya Kec. Bissappu memproduksi Kompos

10. Kelompok Ternak “Beringin Jaya” Ds. Borong Loe Kec. Pa’jukukang memproduksi Pupuk Organik Cair

(47)

11. Kopontren “Darul Ulum” Ds. Bonto Langkasa, Kec. Bissappu memproduksi kompos

Hasil produksi tersebut di edarkan diseluruh Kabupaten Bantaeng serta diluar daerah dan hasil olahan tersebut dimanfaatkan untuk Komuditi Umbi- Umbian, Sayuran, Padi, Jagung Dan Kakao.

B. Bentuk Kemitraan Pemerintah Dengan Pihak Swasta PT Maju Bersama Dalam Pengelolaan Limbah Ternak Di Kabupaten Bantaeng

Adapun bentuk pola kemitraan yang terjalin antara pemerintah dan PT Maju Bersama yaitu sebagai berikut:

1. Pola inti plasma

Menurut Pasal 27 UU No.9 Tahun 1995, pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha

Sesuai dengan pasal tersebut pihak swsta pun telah menerapkan pola tersebut dengan melakukan kerja sama dengan pihak Usaha Kecil Menengah seperti kelompok tani dan kelompok ternak agar permintaan dan penyaluran hasil limbah dapat maksimal. Seperti yang terterah dalam wawancara berikut:

“ saya melakukan kerja sama dengan pihak UKM agar dapat lebih memaksimalkan permintaan dan penyaluran limbah agar bahan baku dapat terus tersedia” (wawancara AS tanggal 08 Desember 2014).

Informan tersebut memberikan pernyataan bahwa dalam pelaksanaan perencanaan dan pengembangan usaha pemilik usaha melakukan langkah

(48)

antisipasi untuk terus dapat menyediakan bahan baku utama sehingga produksi dapat terus berjalan.

Aktivitas masyarakat sehari-hari di berbagai tempatdan berbagai aspek seperti di pasar, rumah tangga, industry, pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, hortikultura, dan tanaman pangan banyak menghasilkan limbah khususnya limbah organik. Seperti pada wawancara dengan pemilik PT Maju bersama.

“Masyarakat pada umumnya menyebut limbah ini dengan sampah. Dan kehadiran sampah ini dianggap sangat menganggu kenyamanan lingkungan hidup dan merupakan beban yang membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk menanganinya. Masyarakat cenderung membuang atau mungkin melakukan jalan pintas untuk menangani limbah tersebut dengan cara membakarnya”(wawancara AS tanggal 08 Desember 2014).

Paradigma lama yang menanggap sampah adalah merugikan atau mengganggu harus dirubah bahwa sampah dapat mempunyai nilai ekonomi dan bisa dimanfaatkan dalam memperbaiki lingkungan hal ini yang mendasari Kemitraan ini terjadi. Sejalan dengan berkembang ilmu dan teknologi, sampah dapat diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat salah satunya menjadi pupuk organic dengan bantuan mikrooraganis.

Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Pupuk organik merupakan pupuk yang yang terbuat dari bahan-bahan organik yang didegradasikan secara organik. Sumber bahan baku oraganik ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran ternak, sampah rumah tangga non sintetis, limbah-limbah makanan/minuman, dan lain-lainnya.

“Limbah peternakan adalah semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas,

(49)

maupun sisa pakan. Limbah yang berasal dari peternakan berupa kotoran ternak, urine, sisa pakan, dan gas metan CH4 baik yang berasal dari kotoran maupun enteric fermentasi (sistem pencernaan dalam rumen) setiap tahun selalu bertambah seiring dengan pertambahan populasi ternak dalam rangka memenuhi kebutuhan protein hewani.”(wawancara AS tanggal 08 Desember 2014)

Kemitraan pemerintah dengan pihak swasta dalam pengelolaan limbah ternak di Kabupaten Bantaeng pada dasarnya untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan untuk kedua belah pihak. Seperti pada wawancara dengan pemilik perusahaan Bapak Agus Saptana Dermawan sebagai berikut:

“pada awalnya saya melakukan percobaan pembuatan pupuk dari limbah ternak semata-mata karena ingin mencoba suatu terobosan yang belum pernah dilakukan masyarakat Bantaeng, ternyata hal ini di sambut baik oleh pihak pemerintah terkait. ”(wawancara AS tanggal 09 Desember 2014)

Karena sambutan yang baik dari masyarakat dan pihak pemerintah maka kerja keras pun telah dimulai pada waktu itu juga. Pengusaha pupuk organik Agus Saptana Dharmawan memaparkan pupuk kompos padat dari kotoran ternak sebanyak 3.000 ton total harganya Rp 3 miliar karena 1 kilogram pupuk dihargai Rp 1000.

“Untuk satu karung seharga Rp.25.000 ribu per karung (25 kg), dan ini adalah usaha yang kami kelolah secara kelompok, agar kami tidak kewalahan melayani pesanan” (wawancara AS tanggal 10 Desember 2014).

2. Pola Subkontrak

Menurut Pasal 27 UU No.9 Tahun 1995 bahwa pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar, yang di dalamnya usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari produksinya.

(50)

Hal senada di lontarkan pemilik salah satu UKM yang berda di bawah naungan Pt. Maju Bersama.

“Dengan adanya kemitraan ini kami dapat menambah pengetahuan serta telah memiliki sasaran pasar untuk hasil olahan kami” (wawancara MS tanggal 23 Desember 2014)

3. Pola Dagang Umum

Menurut Pasal 27 UU No.9 Tahun 1995, pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar, yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar memasarkan hasil produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya

Pupuk-pupuk ini kemudian di sebarkan ke semua jaringan kelompok tani yang ada di sejumlah wilayah yang ada di Sulsel. Kesuksesan UKM Pupuk ini, membuat dia dan kelompok UKM-nya mendapat penghargaan dari pemerintah. Desember tahun lalu, Agus juga berhasil menerima penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara kategori pelopor Ketahanan Pangan. Selain pupuk padat, dalam satu musim tanam, Agus memproduksi sekira 2.500 botol pupuk cair dimana setiap satu botol dihargai Rp 50.000,-.

“Dalam dua musim tanam, kami bisa mendapatkan Rp250.000.000,- . Jumlah ini kemudian bertambah, setelah kami mendapat pasokan sebanyak 1.000 botol per bulannya.” (wawancara AS tanggal 25 Desember 2014)

(51)

Gambar 1.2 Bagan Pengolahan Limbah Dan Hasilnya

Pengelolaan limbah peternakan untuk skala usaha besar mungkin tidak menjadi masalah karena dukungan teknologi yang canggih diiring dengan modal yang kuat, tetapi tidak demikian dengan skala rumah tangga atau usaha ternak skala kecil dimana faktor modal menjadi kendala utama termasuk modal untuk pengolahan limbah. Sekalipun selama ini usaha pengolahan atau pemanfaatan limbah peternakan sudah banyak dilakukan oleh para peternak. Limbah tersebut diolah menjadi pupuk organik, pakan untuk organisme lain, biogas. Tetapi pengolahan limbah yang dilakukan peternak masih dilakukan secara parsial atau terpisah sesuai dengan tujuan masing-masing. Sehingga memerlukan tambahan biaya.

Selain itu, sumber daya yang dimanfaatkannya hanya limbah ternak, padahal dalam proses tersebut ada sumber daya lain yang sebenarnya mungkin lebih potensial. Sumber daya tersebut adalah organisme pengurai yang apabila diketahui potensinya dan tepat pengelolaannya dapat dimanfaatkan untuk berbagai

(52)

tujuan. Untuk dapat memanfaatkan semua sumber daya tersebut, baik limbah ternak maupun organisme pengurai menjadi produk yang bermanfaat cara pengolahan tersebut harus terpadu.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) Bantaeng A Gani menambahkan, pupuk cair yang diproduksi UKM PT. Maju Bersama sudah ada pemesan dari pengusaha pupuk asal Jakarta.

“1.000 botol sudah ada pengusaha pupuk di Jakarta yang siap memasarkan. Ini adalah hasil dari pameran expo di Jakarta beberapa waktu lalu.” (wawancara GS tanggal 27 Desember 2014).

Terkait dengan hal tersebut pemilik PT Maju Bersama juga mengatakan

“saya mengajukan usaha pengelolaan limbah ternak menjadi pupuk organik agar dapat membantu masyarakat dalam peningkatan mutu pangan dan membantu masyarakat mencapai kesejahteraan serta membantu pemerintah dalam mewujudkan lingkungan hijau dan sehat.

Ya... semacam simbiosismutualismelah”(wawancara AS tanggal 28 Desember 2014)

Berdasarkan keterangan informan tersebut diatas menjelaskan bahwa pemanfataan limbah sangat berguna bagi pertanian untuk meningkatkan kwalitas hasil tani serta membatu tanah dalam meregenerasi nutrisi yang terdapat dalam tanah. Dari wawancara diatas juga dapat dilihat dengan jelas hubungan kerjasama yang signifkan dari semua pihak.

Berkaitan dengan hal yang diberikan informan, wawancara dengan keyinfornan yaitu pekerja di PT Maju Bersama sejalan dengan yang diberikan oleh informan terkutip dalam wawancara sebagai berikut:

“saya sangat bersyukur dengan adanya usaha pembuatan pupuk ini karena membuka lapangan kerja baru di Kabupaten Bantaeng di tambah lagi kami

(53)

para pekerja mendapatkan banyak pengentahuan tambahan”.(wawancara RN tanggal 30 Desember 2014)

Dari pernyataan key informan tersebut di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan sementara bahwa pemerintah telah membuat kesepakatan yang tidak kalah banyak menguntungkan untuk masyarakat yang ada didaerahnya serta berperan aktif dalam memberantas kemalasan masyarakat dengan membuka inofasi baru dalam dunia industry makro.

“dari awal didirikannya perusahaan kami memproduksi 200 ton dan sekarang di tahun 2014 kami mampu memproduksi sebanyak 2.500 ton.”

(wawancara AS tanggal 30 Desember 2014)

Hal ini menunjukkan adanya peningkatan usaha yang di rasa perusahaan dan keuntungan yang nyata di dapatkan para pekerja karena adanya kepercayaan yang dimiliki masyarakat dengan produk yang dihasilkan.

Sebagaimana wawancara dengan dinas peternakan Kabupaten Bantaeng sebagai berikut:

“pemerintah telah melakukan kerjasama yang menguntungkan untuk masyarakat yaitu dengan melakukan kemitraan dengan peruahaan swasta yang siap melakukan kerja sama dalam penanganan limbah ternak yang ada di Kabupaten Bantaeng. ”(wawancara MZ tanggal 05 Januari 2015) Kesiapan pemerintah ini di wujudkan dalam kesepakatan kerja sama dengan pihak swasta.

C. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Limbah Ternak di Kabupaten Bantaeng

Peran Pemerintah Daerah dalam pengelolan limbah ternak di Kabupaten Bantaeng pada dasarnya untuk mengetahui bentuk peranan yang di lakukan pemerintah di Kabupaten Bantaeng. Seperti dalam hal Pemberdayaan Masyarakat dan Pencegahan Pencemaran Lingkungan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada website tersebut pengguna dapat melihat informasi tentang folder-folder pada hirarki GDS, informasi tentang jumlah data yang dapat diakses serta informasi

memerlukan persetujuan Dewan, oleh karena itu dengan rumusan tersebut diatas (Pasal 15) Fraksi POI dapat menerima. Mengenai perlunya persetujuan Dewan dalam pengangkatan dan

Meskipun demikian, interval waktu yang singkat atau memberi jarak juru las dengan berhati-hati, seperti pada pengelasan pipa dengan SMAW, dapat memberi panas

Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pelatihan menulis Arab ini, dapat dijelaskan bahwa: 1) peserta pelatihan menulis Arab ini sudah sangat.. mengenal bahasa Arab

Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Dependent Variable:

Dalam konteks dunia kemahasiswaan pada PTKI, Institut Agama Islam Negeri Kendari berkomitmen untuk memberikan motivasi dan fasilitas agar mahasiswa-mahasiswa IAIN Kendari yang

Koefisien korelasi arahnya positif yang berarti jika siswa mempunyai pemanfaatan sarana dan prasarana belajar sekolah dan aktivitas dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka siswa

Tidak saja prestasi yang telah ditentukan yang wajib dipenuhi oleh salah satu pihak dalam perjanjian, melainkan juga prestasi yang ditentukan oleh undang-undang, dan dilakukan