• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SISWA TENTANG BIMBINGAN KONSELING DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEAKTIFAN SISWA DI SMP PLUS DARUS SHOLAH KALIWATES JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERSEPSI SISWA TENTANG BIMBINGAN KONSELING DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEAKTIFAN SISWA DI SMP PLUS DARUS SHOLAH KALIWATES JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

RAUDATUL KARIMAH NIM. 084 101 097

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER JURUSAN TARBIYAH

JANUARI, 2015

(2)

IMPLIKASINYA TERHADAP KEAKTIFAN SISWA DI SMP PLUS DARUS SHOLAH KALIWATES JEMBER TAHUN PELAJARAN

2013/2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I) Jurusan Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh :

RAUDATUL KARIMAH NIM. 084 101 097

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER JURUSAN TARBIYAH

JANUARI, 2015

(3)

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I) Jurusan Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh :

RAUDATUL KARIMAH NIM. 084 101 097

DisetujuiPembimbing

Drs. Sarwan, M. Pd NIP. 19631231 199303 1028

(4)

IMPLIKASINYA TERHADAP KEAKTIFAN SISWA DI SMP PLUS DARUS SHOLAH KALIWATES JEMBER TAHUN PELAJARAN

2013/2014

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu

Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Hari : Selasa Tanggal : 20 Januari 2015

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Khoirul Faizin, M.Ag Rusydi Baya'gub, M.Pd.I.

NIP. 19710612 200604 1 001 NIP. 19720930 200710 1 002

Anggota:

1. H. Mursalim, M.Ag. ( )

2. Drs. Sarwan, M.Pd. ( )

Mengetahui Rektor IAIN Jember

Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM NIP 19660322199303 1 002

(5)























Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

SesungguhnyaTuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk”.(QS. An-Nahl: 125) (Departemen Agama RI, 2006: 421 )

(6)

Dengan ketulusan hati dan cinta kasih sayang suciku persembahkan karyaku ini untuk orang-orang yang senantiasa mewarnai hari-hariku, menemani perjuanganku menapaki lika-liku hidupku, dan menuntunku melewati jalan berduri dalam mencapai cita dan cintaku.

Karya ini Aku persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua tercinta yaitu bapak Rofi’I dan ibu Nafsiyah yang selalu membasahi bibirnya dengan untaian doa dan linangan air mata demi kecemerlangan putra putrinya. Do’a dan air matamu adalah semangat hidupku untuk menjadi lebih baik dikala suka dan dukaku.

2. Kepada kakek nenekku yang selalu berdoa untuk kebahagiaan hidupku didunia dan di akhirat.

3. Kakak dan adikku tersayang, yang tak henti mencurahkan kepeduliannya untukku. Semoga kebahagiaan atas kalian.

4. Seluruh guru-guruku dari sejakaku lahir sampai dewasa saat ini.Semoga Allah membalas atas ilmu-ilmu yang telah engkau ajarkan kepadaku dan semoga bermanfaat. Amin

5. Tidak lupa pula untuk sebuah nama yang InsyaAllah akan menjadi imam dalam hidupku yaitu Muhammad irfan yang selalu menemani dan memberi semangat dalam penyusunan skripsiku.

6. Teman-teman terdekatku, yang senatiasa memberiku semangat. Terima kasih atas persahabatan, perhatian dan kasih sayangnya untukku. Semoga Allah senantiasa meridhoi setiap langkahmu

Terimalah karyaku ini sebagai ungkapan terima kasihku untuk kalian yang telah berkorban banyak untuk jadikan diriku pijar keluarga, bangsa, Negara dan agama.

(7)

proses belajar mengajar antara pembimbing dan siswa. Bimbingan dan konseling merupakan komponen integral dari keseluruhan pendidikan di sekolah/madrasah, permasalahan yang dialami siswa beragam dan tidak dapat dihindari meskipun dengan pembelajaran yang baik sekalipun. Bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah memiliki tugas memberikan arahan, bimbingan, serta pemecahan masalah yang di alami siswa, baik mencakup masalah pribadi, belajar, social, maupun karir. Banyak persepsi siswa tentang bimbingan dan konseling di sekolah yang berbeda-beda, dari perbedaan tersebut berimplikasi pada keaktifan siswa di sekolah.

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: bagaimana persepsi siswa tentang bimbingan dan konseling dan implikasinya terhadap keaktifan siswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember Tahun Pelajaran 2013/2014.

Sedangkan sub fokus masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana persepsi siswa tentang bimbingan konseling sebagai polisi sekolah dan implikasinya terhadap keaktifan siswa SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014 ?. b. Bagaimana persepsi siswa tentang bimbingan konseling sebagai tempat siswa bermasalah dan implikasinya terhadap keaktifan siswa SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014?.

Tujuan umum dalam skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang bimbingan konseling dan implikasinya terhadap keaktifan siswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang bimbingan konseling sebagai polisi sekolah dan implikasinya terhadap keaktifan siswa SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014. b. Untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang bimbingan konseling sebagai tempat siswa bermasalah dan implikasinya terhadap keaktifan siswa SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014.

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, interview dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan menurut teori Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Tehnik keabsahan menggunakan triangulasi sumber.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang bimbingan dan konseling dan implikasinya terhadap keaktifan siswa disekolah adalah sebagai polisi sekolah yang selalu mengawasi setiap tingkahlaku siswa dan ditugaskan mencari siswa yang bersalah serta juga guru BK sebagai sahabat siswa untuk meluapkan rasa takut dan duka para siswa. Hal ini disebabkan karena pengetahuan siswa tentang bimbingan konseling masih sangat kurang dan juga guru BK berperan ganda yaitu sebagai konselor dan sering kali dipasrahkan tata tertib sekolah. Persepsi demikian berimplikasi pada kekatifan siswa disekolah.

(8)

Alhamdulillah tiada kata yang patutterucapkan, kecuali rasa syukur kehadirat Allah SWT. Maha pemantau segala aktivitas makhluk_Nya.Hanya dengan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas dan kewajiban akademik dalam bentuk skripsi dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kehadiran baginda Nabi Muhammad SAW, sebagai pendobrak era Jahiliyah menuju ke era Islamiyah. Beliau buah tutur insan dan pemimpin teladan sepanjang zaman.

Dengan rahmat Allah SWT dan ikhtiyar semaksimal mungkin, penulis berusaha untuk menyajikan skripsi berjudul “Persepsi Siswa Tentang Bimbingan Konseling dan Implikasinya Terhadap KeaktifanSiswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember Tahun Pelajaran 2013/2014” yang digunakan untuk persembahan terakhir dan sekaligus untuk memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember.

Dengan upaya semaksimal mungkin, penulis mengupayakan menyajikan yang terbaik, sehingga terwujud penyusunan skripsi ini meskipun belum pada taraf ideal.Adapun penyusunan skripsi ini tidak lain dimaksudkan untuk memenuhi sebagai persyaratan kelulusan guna memperoleh gelar sarjana S-1 yaitu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Institut Agama Islam Negeri IAIN Jember.

Penulis menyadari atas keterbatasan intelektualitas dan pengalaman sehingga tidak mustahil masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam isi dan metode dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritik yang konstruktif dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaans kripsi ini.

Selanjutnya penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik berupa pikiran, motivasi maupun sarana yang terwujud nyata dalam karya ilmiah ini, utamanya yang terhormat :

(9)

Jember yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan studi.

3. Khoirul Faizin, M. Ag selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Jember yang telah memberikan pengarahan, membina dan membimbing penulis dalam prosesi perkuliahan.

4. Drs. Sarwan, M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan motivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dosen IAIN Jember Khususnya Dosen Tarbiyah, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada kami muda-mudahan bermanfaat. Amin 6. Ketua Perpustakaan IAIN Jember beserta stafnya yang telah mengijinkan

penulis untuk meminjamkan buku-buku sebagai refrensi dalam penulisan skripsi ini.

7. Kepala sekolah SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember Drs. H. Zainal Fanani M.Pd.I yang telah memberikan izin untuk penelitian dan memberikan informasi.

8. Segenap Bapak dan Ibu Guru serta seluruh Staf karyawan SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember yang telah banyak memberikan informasi dalam penyusunan skripsi.

Penulis hanya berdo’a semoga segala kebaikan, bantuan serta partisipasi mereka semua mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT.

Demikianlah hantaran awal kami, akhirnya tidak ada yang kami harapkan kecuali ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang dalam bagi pengembangan khazanah keilmuan kita semua. Amin ya Rabbal Alamin

Jember, 05 Desember 2014 Penulis

RAUDATUL KARIMAH

(10)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 13

A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Kajian Teori ... 17

a) Pengertian Persepsi ... 17

b) Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 19

c) Kekeliruan Menafsirkan makna dari Bimbingan dan Konseling ... 34

d) Pengertian Keaktifan Siswa ... ... 42

e) Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa ... ... 45

BAB III : METODE PENELITIAN ... 47

A. Pendekatan Dan Jenis Peneliian ... 47

(11)

F. Keabsahan Data ... 52

G. Tahap – Tahap Penelitian ... 52

BAB IV :PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 55

A. Gambaran Obyektif Penelitian ... 55

B. Penyajian Data Dan Analisis ... 64

C. Pembahasan Temuan ... 71

BAB V : PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 Bab I pasal I menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (Tim penyusun, 2008: 3)

Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan yang bermutu merupakan pendidikan yang seimbang, tidak hanya mengantarkan siswa pada pencapaian standar kemampuan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan produktif. Pencapaian standar kemampuan akademis dan tugas-tugas perkembangan siswa, memerlukan kerjasama yang harmonis antara para pengelola atau manajemen pendidikan, pengajaran dan bimbingan sebab ketiganya merupakan bidang-bidang utama dalam pencapaian tujuan pendidikan. (Samsu Yusuf, 2012: 2)

Dilihat dari kebutuhannya dalam kerangka siswa sebagai manusia yang berada dalam taraf usia belajar, bimbingan merupakan suatu yang sangat penting hal ini dikarenakan peserta didik masih memiliki kejiwaan dan kepribadian yang labil dan masa-masa mencari identitas dan

(13)

cara untuk membina siswa dalam keaktifan belajarnya dikelas. Maka dari itu kehadiran bimbingan dan konseling sangat penting dalam lingkungan sekolah, dalam rangka menyelesaikan masalahnya terutama masalah yang berkenaan dengan persoalan-persoalan pendidikan. Manusia sering dihadapkan pada persoalan-persoalan yang silih berganti dan memiliki kadar permasalahan yang berbeda-beda pula. Allah SWT berfirman dalam surat Al- Baqarah: 155, yaitu:



























Artinya:“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.

dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.

(Departemen Agma RI, 2006: 24)

Dari ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT memang sengaja menguji kekuatan dan kesabaran setiap individu agar dapat memahami dan mengambil hikmah dari berbagai cobaan tersebut. Berbagai macam masalah yang dihadapi manusia sudah disesuikan dengan kadar kemampuannya.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia itu unik, baik dari segi sifat maupun kemampuan. Oleh sebab itu ada manusia yang sanggup mengatasi masalah tanpa bantuan orang lain dan ada pula manusia yang tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri melainkan membutuhkan bantuan orang lain. (Farid Hasyim, 2010: 21)

Di lingkungan sekolah, permasalahan yang dialami para siswa beragam dan tidak dapat dihindari meskipun dengan pembelajaran yang baik

(14)

sekalipun. Hal ini menyebabkan sekolah menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling agar dapat membantu memecahkan masalah yang terjadi pada siswa sehingga perkembangan siswa dapat dipantau. Masalah yang biasanya dialami siswa di sekolah antara lain: Siswa terlambat, bolos, mencuri, berkelahi, merokok, hal ini berdampak atau berakibat pada keaktifan belajar siswa disekolah seperti: keaktifan visual, lisan, mendengarkan, menulis dan membaca. Bagi siswa yang mempuyai permasalahan seperti ini biasanya dipanggil ke ruang BK. Peristiwa seperti ini yang mengakibatkan persepsi siswa bahwa bimbingan dan konseling hanya sebagai tempat siswa yang bermasalah.

Keberadaan Bimbingan Konseling di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember merupakan salah satu upaya pendukung sekolah dalam upaya membantu siswa dalam mengatasi segala permasalahan agar dapat berprestasi dan berkembang secara optimal, sehingga visi dan misi SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember merupakan tujuan universal sebuah institusi atau lembaga untuk mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang ingin dicapai.

Tugas SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember ini sesuai dengan fungsi adanya Bimbingan dan Konseling di sekolah yaitu membantu tenaga pendidikannya dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar berjalan lancar sesuai dengan tujuan pendidikan.

Siswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember selain sebagai siswa juga sebagian ada yang menjadi santri di lingkungan sekolah tersebut,

(15)

hal ini dimungkinkan akan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh siswa terutama dengan jumlah mata pelajaran yang banyak (pelajaran umum di sekolah dan pelajaran agama di lingkungan pesantren) memunculkan permasalahan-permasalahan baru yang akan menghambat proses belajar mengajar di sekolah. Dengan demikian siswa yang memiliki masalah-masalah tersebut akan langsung ditangani oleh guru BK.

Sehubungan dengan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang persepsi siswa terhadap bimbingan konseling dan implikasinya terhadap keaktifan siswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember. Dalam penelitian ini peneliti mengambil obyek penelitian sebagian dari siswa kelas VIII, dan IX. Oleh karena itu, harapan dalam penelitian dapat menjawab mengapa terjadi kekurang optimalan pelaksanaan Bimbingan Konseling di sekolah yang dalam artian mengapa siswa kurang memanfaatkan kegiatan Bimbingan Konseling di sekolah untuk membantu mengembangkan potensi dirinya.

Berangkat dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Persepsi Siswa Terhadap Bimbingan Konseling Dan Implikasinya Terhadap Keaktifan Siswa Di SMPPlus DarusSholah Kaliwates Jember Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang yang menunjukkan bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum dipecahkan secara memuaskan ( Tim

(16)

Penyusun, 2012: 47). Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan memerlukan upaya untuk mencari suatu jawaban. (Sugiono, 2010: 93). Adapun pembahasan ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Fokus Penelitian

Bagaimana persepsi siswa tentang bimbingan konseling dan implikasinya terhadap keaktifan siswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014?

2. Sub Fokus Penelitian

a. Bagaimana persepsi siswa tentang bimbingan konseling sebagai polisi sekolah dan implikasinya terhadap keaktifan siswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014?

b. Bagaimana persepsi siswa tentang bimbingan konseling sebagai tempat siswa bermasalah dan implikasinya terhadap keaktifan siswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Selain rumusan masalah ada hal yang dianggap penting dalam suatu penelitian adalah tujuan penelitian. Bahkan setidaknya tujuan penelitian ini digunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan suatu penelitian (Tim Penyusun, 2012: 42). Berangkat dari sebuah keinginan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan diawal, maka peneliti memiliki

(17)

beberapa tujuan pokok dalam penelitian ini, antaranya:

1. Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang bimbingan konseling dan implikasinya terhadap keaktifan siswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang bimbingan konseling sebagai polisi sekolah dan implikasinya terhadap keaktifan siswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014

b. Untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang bimbingan konseling sebagai tempat siswa bermasalah dan implikasinya terhadap keaktifan siswa di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember tahun pelajaran 2013/2014

3. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian berisi tentamg kontribusi yanga akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaannyan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis serta kegunaan penelitian harus realistis. (Tim Penyusun, 2012: 42)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik untuk peneliti, STAIN Jember, dan seluruh guru khususnya guru bimbingan dan konseling, karyawan, serta siswa-siswi di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember. Diantara manfaat dari penelitian ini yaitu:

(18)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi tentang bimbingan dan konseling yang diterapkan di sekolah, baik dari peran guru (guru mata pelajaran dan guru BK), fungsi, tujuan, layanan, dan evaluasi bimbingan dan konseling.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Penitian

1) Mengembangkan wawasan pengetahuan tentang penulisan karya ilmiah sebagai bekal awal untuk mengadakan penelitian pada masa mendatang.

2) Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang realita social pelaksanaan bimbingan dan konseling dilingkungan pendidikan.

b. Manfaat Bagi STAIN

1) Diharapkan dapat memberi kontribusi dan bahan pengembangan penelitian karya tulis ilmiah bagi mahasiswa STAIN Jember yang mengembangkan kajian dibimbingan dan konseling.

2) Menambah literature perpustakaan STAIN Jember, khususnya bagi jurusan Tarbiyah.

c. Manfaat Bagi SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember

1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan informasi dalam meningkatkan pengembangan dan

(19)

pemahaman siswa terhadap bimbingan dan konseling.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru bimbingan dan konseling agar mampu menstimulus pada siswa. Tujuannya agar siswa lebih tanggap terhadap program yang diselenggrakan oleh guru bimbingan dan konseling.

3) Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan evaluasi bagi guru Bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk memperbaiki serta melakukan inovasi yang lebih baik terhadap pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa-siswi di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember.

D. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah fahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti. (Tim Penyusun, 2012: 42)

Adapun hal-hal yang perlu didefinisi antara lain:

1. Persepsi

Persepsi dalam bukunya (Sarlito, 2009: 86) adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya yang selanjutnya diinterpretasikan.

Siswa adalah setiap orang yang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. ( Hasbullah, 2012: 23)

(20)

Jadi yang dimaksud persepsi siswa dalam penelitian ini adalah pemikiran siswa dalam mengintegrasikan sesuatu yang kemudian diinterpretasikan untuk mengenali suatu peristiwa yang dalam hal ini adalah pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Plus darus Sholah Kaliwates Jember.

2. Bimbingan dan Konseling

Bimbingan bisa berarti bantuan yang diberikan oleh pembimbing mencapai kemandirian dengan menggunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan konseling berarti bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. ( Bimo walgito, 2010: 8)

Dari kedua pengertian dapat disiimpulkan “Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (klien) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar klien memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. (Tohirin, 2008: 26)

3. Implikasi

Dalam kamus besar bahasa indonesia WJS Poerwadarminto (1990:

(21)

221) menyatakan “implikasi berasal dari Bahasa Inggris implication yang artinya maksud, pengertian atau keterlibatan”.

4. Keaktifan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi Suharso (2009: 24) “Kata keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti ”giat, gigih, mampu beraksi dan bereaksi”.

Dalam penelelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada keaktifan belajar siswa disekolah. Adapun keaktifan tersebut adalah: keaktifan dalam aktifitas visual, keaktifan dalam aktifitas lisan, keaktifan dalam aktifitas mendengarkan, keaktifan dalam aktifitas menulis dan membaca, keaktifan dalam aktifitas gerak (M. Dalyono, 1997: 120).

Maksud dari persepsi siswa tentang bimbingan dan konseling dan implikasinya terhadap keaktifan siswa disini adalah anggapan/pendapat siswa tentang bimbingan dan konseling yang dipersepsikan sebagai polisi sekolah dan tempat siswa yang bermasalah dan dampak/akibatnya terhadap keaktifan belajar siswa di sekolah.

E. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan ini akan dijelaskan kerangka pemikiran yang digunakan dalam menyusun skripsi ini, yang mana pembahasannya dibagi menjadi dua, yaitu pembahasan secara teoritis berdasarkan literatur yang ada, serta pembahasan analisis yang berdasarkan data-data yang diperoleh dilapangan, untuk mempermudah dan memperjelas

(22)

proses penyusunan skripsi ini. Adapun sistematika pembahasan ini sebagai berikut:

Pada Bab I, akan dijelaskan mengenai latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan. Fungsi dari Bab I ini adalah untuk memperoleh gambaran umum dari skripsi ini.

Pada Bab II akan dijelaskan mengenai; kajian kepustakaan, yaitu penelitian terdahulu, yaitu mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini; dan kajian teoritik, yaitu kajian tentang persepsi siswa tentang bimbingan dan konseling dan implikasinya terhadap ke aktifan siswa. Fungsi dari Bab II ini adalah untuk mengetahui hasil-hasil dari penelitian yang pernah ada dalam bidang yang sama, serta membicarakan teori yang terkait dengan topik penelitian ini.

Pada Bab III akan dijelaskan mengenai metode penelitian, meliputi:

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisa data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

Fungsi Bab III ini adalah untuk acuan atau pedoman dalam penelitian ini, berupa langkah-langkah yang harus diikuti untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah.

Pada Bab IV akan dijelaskan mengenai gambaran obyek penelitian, penyajian dan analisis data, serta pembahasan temuan. Fungsi Bab IV ini adalah pemaparan data yang diperoleh dilapangan dan juga untuk menarik kesimpulan dalam rangka menjawab masalah yang telah dirumuskan.

(23)

Pada Bab V akan dipaparkan mengenai kesimpulan dan saran- saran. Fungsi dari bab V ini adalah sebagai rangkuman dari semua pembahasan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, sekaligus penyampaian saran-saran bagi pihak yang terkait.

(24)

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini membantu untuk menemukan inspirasi.

Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan. (Tim Penyusun, 2012:

45)

Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yang ada hubungannya dengan tema bimbingan dan konseling antara lain :

1. Widyawati (nim: 084023307), prodi KI Tahun Pelajaran 2006/2007, dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Dalam Rangka Pecegahan Pelanggaran Tata Tertib Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Klakah Lumajang Tahun Pelajaran 2006/2007”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, metode penentuan sampel ditetapkan teknik purposive sampling. Dan metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, interview dan dokumentasi. Untuk analisis data yang sudah diterima menggunakan analisis reflektif thingking.

Hasil penelitiannya adalah: pelaksanaan bimbingan dan konseling secara individual dan kelompok adalah suatu upaya menanggulangi pelanggaran tata tertib siswa baik pelanggaran yang dilakukan didalam kelas yang berupa terlambat dalam masuk sekolah, suka bolos dan lain- lain. Dan pelanggaran yang dilakukan dalam kelas seperti tidak memakai

(25)

seragam dan merokok dalam kelas. Dan teknik guru BK dalam memberikan bimbingan adalah dengan memberikan tugas pribadi dan hukuman yang positif.

Adapun persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang kami lakukan, terletak pada persamaan metode penelitian yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sampelnya menggunakan purposive sampling. Dan metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, interview dan dokumentasi serta membahas tentang bimbingan dan konseling.

Perbedaanya terletak pada fokus permasalah yang dibahas, lokasi penelitian, tahun penelitian, dan hasil penelitian. Widyawati lebih menekankan pada “Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Dalam Rangka Pecegahan Pelanggaran Tata Tertib Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Klakah Lumajang Tahun Pelajaran 2006/2007”.

Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada “Persepsi Siswa Tentang Bimbingan Dan Konseling Dan Implikasinya Terhadap Keaktifan Siswa Di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember Tahun Pelajaran 2013/2014”.

2. Roikhatul Hasanah (nim: 084041173), prodi PAI Tahun pelajaran 2007/2008, dengan judul ”Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Pencegahan Pelanggaran Tata Tertib Pada Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri II Umbulsari Jember Tahun Pelajaran 2007/2008”.

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan

(26)

penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, interview, dan dokumentasi.

Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitiannya adalah masalah penanggulangan dalam pencegahan pelanggaran tata tertib secara continue dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dengan upaya memberikan bimbingan secara individu dan bimbingan kelompok.

Adapun persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang kami lakukan, terletak pada persamaan metode penelitian yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sampelnya menggunakan purposive sampling, Metode pengumpulan data menggunakan observasi, interview, dan dokumentasi.

Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber serta membahas tentang bimbingan dan konseling.

Perbedaanya terletak pada fokus permasalah yang dibahas, lokasi penelitian, tahun penelitian, dan hasil penelitian. Roikhatul jannah lebih menekankan pada “Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Pencegahan Pelanggaran Tata Tertib Pada Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri II Umbulsari Jember Tahun Pelajaran 2007/2008”.

Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada “Persepsi Siswa Tentang Bimbingan Dan Konseling Dan Implikasinya Terhadap

(27)

Keaktifan Siswa Di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember Tahun Pelajaran 2013/2014”.

3. Ike Dwi Nurjannah (nim: 084041108), prodi PAI tahun pelajaran 2007/2008, dengan judul “Peranan Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Siswa Drop Out Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Arjasa Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2007/2008”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sampelnya menggunakan purposive sampling, sedangkan pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, interview, dan dokumentasi, analisis datanya menggunakan deskriptif reflektif.

Hasil penelitiannya adalah peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi siswa drop out di Madrasah Tsanawiyah Negeri Arjasa Kabupaten Jember tahun pelajaran 2007/2008 berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur yang ada. Hal ini terkait pada perkembangan belajar dan meningkatnya minat siswa di dalam berkreatif sehingga proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien.

Adapun persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang kami lakukan, terletak pada persamaan metode penelitian yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sampelnya menggunakan purposive sampling, Metode pengumpulan data menggunakan observasi, interview, dan dokumentasi serta membahas tentang bimbingan dan konseling.

Perbedaanya terletak pada fokus permasalah yang dibahas, lokasi

(28)

penelitian, tahun penelitian, dan hasil penelitian. Ike Dwi Nurjannah lebih “Menekankan Pada Peranan Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Siswa Drop OutDi Madrasah Tsanawiyah Negeri Arjasa Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2007/2008. Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada “Persepsi Siswa Tentang Bimbingan Dan Konseling Dan Implikasinya Terhadap Keaktifan Siswa Di SMP Plus Darus Sholah Kaliwates Jember Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Kajian Teori a. Persepsi

1) Pengertian Persepsi

Dalam kamus bahasa Indonesia persepsi mempunyai arti:

pengamatan, penyususnan, dorongan-dorongan dalam kesatuan- kesatuan, hal mengetahui, melalui indera, tanggapan (indera), daya memahami. (Farida Hamid, 2000: 485)

Sedangkan menurut beberapa pendapat para ahli mengenai persepsi, antara lain:

1. Jalaluddin Rahmat (1992: 51), menurutnya persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

2. Drs. Slameto (2003: 102), mendefisinikan persepsi sebagai proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke

(29)

dalam otak manusia.

Dari uraian tentang tentang pengertian persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses seseorang dalam menangkap sesuatu. mengidentifikasikan dan menafsirkannya lewat interpretasi.

2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentunya ada faktor-faktor yang yang mempengaruhi. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang yang dilihatnya itu.

Secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu :

a. Faktor pelaku persepsi yaitu diri orang yang bersangkutan apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu. Ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut terpengaruh seperti sikap, motif kepentingan, minat, pengamalan dan harapan.

b. Faktor sasaran persepsi dapat berupa orang, benda, atau peristiwa.

c. Faktor situasi merupakan keadaan seseorang ketika melihat sesuatu dan mempersepsinya.

Sedangkan menurut Irwanto dalam “Psikologi Umum”

menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap persepsi,

(30)

yaitu:

a. Perhatian yang selektif b. Ciri-ciri rangsang

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

d. Pengalaman terdahulu (Irwanto, 1991: 96-97).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang terhadap sesuatu tidak muncul begitu saja dengan sendirinya, tetapi ada hal-hal yang mempengaruhi. Oleh karena itulah persepsi yang dimiliki, seseorang berbeda dengan yang lain, walaupun pada obyek yang sama.

3) Proses Terjadinya Persepsi

Seperti telah dijelaskan dalam definisi persepsi, bahwa persepsi bisa disebut sebagai suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melaui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut diteruskan oleh saraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Menurut Bimo Walgito (2010: 45.) “stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang ada diinderanya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi”.

b. Bimbingan Konseling

(31)

1. Konsep Dasar Bimbingan Konseling a. Pengertian

Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata, yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya terkandung beberapa makna, antara lain: menunjukkan, mengarahkan, menentukan, mengatur atau mengemudikan. (Anas Salahudin,2010: 13)

Definisi bimbingan berarti pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang di dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntunan-tuntunan hidup. (Slameto, 2003: 362)

Sedangkan definisi konseling merupakan kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma- norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.

(Tohirin, 2007: 25).

Jadi dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kongseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan oleh orang yang ahli bertujuan agar individu dapat memahami diri dan beradaptasi dengan baik untuk

(32)

kesejahteraan dirinya dan masyarakat.

b. Bimbingan dan Konseling islami

Dari uraian terdahul, telah dipahami tentang bimbingan dan konseling, maka pada uraian berikut ini akan menguraikan pengertian bimbingan dan konseling islami. Namun untuk mendapatkan pengertian yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling islami, terebih dahulu akan dibahas apa tujuan bimbingan dan dan konseling islami itu, siapa yang menjadi klien dari bimbingan dan konseling islami serta siapa pula konselor bimbingan dan konseling islami itu.

Berdasarkan kejelasan tentang hal tersebut diatas, maka akan dapat diperoleh pengertian dari bimbingan dan konseling tersebut. (Hallen A, 2002: 13)

Untuk mendapatkan jawaban tentang apa tujuan bimbingan dan konseling islami itu, maka terlebih dahulu harus dibahas tentang apa hakekat manusia iyu diciptakan.

Sebagaimana telah diketahui bahwa islam memandang bahwa islam memandang bahwa pada hakekatnya manusia itu adalah makhluk Allah yang diciptakan-Nya sebagai khalifah di muka bumi untuk mengabdi kepada-Nya, sebagaimana yang telah ditegaskan-Nya dalam firman Allah SWT. (QS.Adz- Dzaariyat/51:56):















(33)

Artinya:

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Departemen Agma RI, 2006: 523)

Implikasi dari pernyataan Allah SWT tentang penciptaan dan tujuan hidup manusia di atas dunia ini. Maka dapat dirumuskan tujuan dari pelayanan bimbingan dan konseling islami yakni untuk meningkatkan dan menumbuh suburkan kesadaran manusia tentang eksistensinya sebagai makhluk dan khalifah Allah SWT di muka bumi ini, sehingga aktifitas dan tingkah lakunya tidak keluar dari tujuan hidupnya yakni untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah. ((Hallen A, 2002: 15)

Berbicara tetang obyek dari bimbingan dan konseling islami, tentu kita harus kembali meneliti dan menghayati bagaimana kondisi manusia pada saat dilahirkan menurut konsep islam. Menurut konsepsi islam manusia lahir ke dunia dengan di bekali fitrah beragama, sebagaimana dijelaskan oleh Allan SWT dalam firman-Nya (QS. Ar-Ruum/30:30):















































Artinya:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah

(34)

menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.(Departemen Agma RI, 2006: 407)

Jadi fitrah beragama dan sarana/alat untuk mengembangkan fitrah tersebut (pendengaran, penglihatan, hati) merupakan faktor potensi internal yang telah diberikan Allah SWT kepada hambanya yang baru lahir agar ia dapat mengembangkan tugasnya sesuai dengan tujuan penciptaan manusia di muka bumi.

Dari apa yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan islami adalah proses bantuan yang terarah, kontiniu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilkinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam al Qurran dan Hadis Rasulullah ke dalam diri, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan al Quran dan Hadis.

(Hallen A, 2002: 15-17)

Dalam kondisi penyimpangan dari perkembangan fitrah beragama maka individu akan menemukan darinya terlepas dari hubungannya dengan Allah meskipun hubungan dengan manusia tetap berjalan baik. Adapun individu yang terlepas hubungannya dengan manusia lain atau alam semesta, meskipun

(35)

pula individu yang sama sekali tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Allah, manusia dan alam semesta.

Dalam kondisi hubungan yang terputus baik dengan Allah maupun dengan manusia lainnya, alam serta terputus hubungan dengan keduanya, individu tersebut akan merasa terombang ambing dalam kesendirian. Pada saat itulah diperlukan konseling islami yang berfungsi untuk menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama tersebut sehingga individu kembali sadar akan eksistensinya sebagai khalifah di muka bumi yang berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT

Dari uraina yang dikemukakan di atas maka disimpulkan bahwa konseling islami itu adalah merupakan suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikanya, sehingga ia kembali meyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi dan berfungsi untuk menyembah/mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhirnya tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia dan alam semesta.

Dari pemahaman tentang pengertian bimbingan dan konseling islami yang dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh jawaban tentang siapa klien bimbingan dan konseling islami itu. Dalam hal ini yang menjadi klien bimbingan dan

(36)

konseling islami itu adalah setiap individu mulai dari lahirnya sehingga terinternalisasikan norma-norma yang terkandung dalam al Quran dan Hadis dalam setiap perilaku dan sikap hidupnya, serta individu yang mengalami penyimpangan dalam perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya. (Hallen A, 2002: 19-23)

Kesimpulan dari uraian yang dikemukakan diatas bahwa bimbingan dan konseling islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Aunur, 2014: 4)

Pentingnya penggalian konsep bimbingan konseling yang islami, yaitu suatu layanan yang tidak hanya mengupayakan mental yang sehat dan hidup bahagia melainkan bimbingan dan konseling islami juga menuntut kearah hidup yang sakinah, batin merasa tenang dan tentram karena selalu dekat dengan Allah SWT. (Saring marsudi, 2010: 53)

Landasan utama Bimbingan dan Konseling islami adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat islam. Al- Qur’an dan Sunnah Rasul dapatlah diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual bimbingan dan konseling islami. Jika Al- Qur’an dan Sunnah Rasul merupakan landasan utama yang

(37)

dilihat dari asal usulnya, merupakan landasan “naqliyah”, maka landasan lain yng dipergunakan oleh bimbingan dan konseling islami yang sifatnya “aqliyah” adalah filsafat dan ilmu, dalam hal ini filsafat islami dan ilmu atau landasan ilmiyah yang sejalan dengan ajaran islam. (Aunur, 2004: 5)

Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling islami itu adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. (Aunur, 2004: 35)

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendiddikan, status social ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. ( Prayitno, 1999: 114)

Tujuan khusus bimbingan dan konseling disekolah, sebagai berikut:

a) Membantu siswa-siswi untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yanga ada.

b) Membantu siswa-siswi untuk mengembangkan motif-motif

(38)

dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti.

c) Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan

d) Membantu siswa-siswi untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam menyesuaikan diri secara maksimum terhadap masyarakat.

e) Membantu siswa-siswi untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial.

Tujuan bimbingan bagi guru adalah sebagai berikut:

a) Membantu guru dalam berhubungan dengan siswa-siswi.

b) Membantu guru untuk menyesuaikan keunikan individual dengan tuntutan umum sekolah dan masyarakat.

c) Membantu guru dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam keseluruhan program pendidikan.

d) Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan seluruh siswa.

Adapun tujuan bimbingan dan konseling bagi sekolah:

a) Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa yang bermacam-macam.

b) Mengadakan penelitian tentang siswa dari latar belakangnya.

c) Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru

(39)

dan personil lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan.

d) Mengadakan penelitian lanjutan terhadap siswa-siswi yang telah meninggalkan sekolah.

Demikian tujuan bimbingan dan konseling di sekolah.

Berhasil atau tidaknya tergantung pada bimbingan itu sendiri. ( Anas salahudin, 2010: 23)

3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan dalam pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Adapun prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

1. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu

a. Bimbingan dan konseling berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, sekolah dan kontak sosial serta pekerjaan.

b. Bimbinngan dan konseling perlu memperhatikan faktor penyebab timbulnya masalah individu yaitu keadaan sosial, ekonomi dan politik.

2. Prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan

a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan, oleh karena itu harus dipadukan sejalan

(40)

dengan program pendidikan secara menyeluruh.

b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi sekolah (lembaga), kebutuhan individu dan masyarakat.

c. Program pelayanan BK disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan dari jenjang Taman Kanak kanak sampai Perguruan Tinggi.

d. Terdapat pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya dilakukan penelitian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuian antar program yang direncanakan dan pelaksanaanya (Prayitno, 1999: 218-222).

4. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Pada dasarnya bimbingan konseling dilakukan dalam bentuk upaya pemahaman, pencegahan, pemeliharaan dan penyembuhan.

Setiap bentuk upaya tersebut mengacu kepada empat fungsi bimbingan, yaitu :

1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak- pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.

2. Fungsi Penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih jurusan sekolah, jenis sekolah dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

3. Fungsi Adaptasi, yaitu membantu petugas sekolah khususnya guru untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan dan kebutuhan para peserta didik.

(41)

memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal.

5. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam perkembangan secara berkelanjutan. (Yusuf Gunawan, 1992: 42-46)

5. Azas-azas Bimbingan Konseling

Asas-asas yang dimaksudkan adalah:

1. Azas Kerahasiaan

Dalam azas kerahasiaan dimaksudkan bahwa segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal/keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.

Sebagaimana firman Allah dalam surat (Al-Mu’minun/23:8).













Artinya:

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (ya ng dipikulnya) dan janjinya”. (Departemen Agma RI, 2006: 342)

2. Azas Kesukarelaan

Dalam proses bimbingan dan konseling, harus berlangsung atas dasar kesukarelaan konselee dalam menyampaikan masalahnya dan konselor pun dalam memberikan bantuan, mengarahkan dan membantu pemecahan dengan tidak dipaksa.

3. Azas Keterbukaan

Proses bimbingan dan konseling akan efisien jika

(42)

berlangsung dalam suasana keterbukaan baik dari konselor lebih-lebih klien, sehingga kejujuran dalam menyampaikan hal- hal yang berhubungan dengan konseling akan membantu konselor dalam memberikan identifikasi dan penanganan kasus.

( Prayitno, 1999: 115-120) 4. Azas Kekinian

Maksud dari azas kekinian bahwa pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang dialami klien saat sekarang/kini. Walaupun pada dasarnya pelayanan bimbingan konseling menjangkau dimensi waktu yang luas, yaitu masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Sebagaimana firman Allah swt.



































Artinya:

“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-Ashr/103:1-3) (Departemen Agma RI, 2006: 601)

5. Azas Kemandirian

Kemandirian merupakan tujuan dari usaha layanan bimbingan dan konseling, sehingga dalam proses ini konselor harus membantu mengarahkan agar konselee dapat mandiri,

(43)

menyikapi masalah yang akan dihadapi berikutnya. Sebagaiman firman Allah swt.



























Artinya:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya” (QS. Al- Baqarah/2:286) (Departemen Agma RI, 2006: 49) 6. Azas Kegiatan

Pada dasarnya dalam proses bimbingan dan konseling, konselor hanya bersifat membantu, sehingga dalam hal ini klien harus aktif dalam kegiatan bimbingan dan konseling. ( Prayitno, 1999: 115-120)

7. Azas Kedinamisan

Usaha layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada individu yang dibimbing, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sebagaimana firman Allah swt.























Artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar- Ra’du/13: 11) (Departemen Agma RI, 2006: 250) 8. Azas Keterpaduan

Layanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan

(44)

berbagai aspek dari individu yang dibimbing.

9. Azas Kenormatifan

Usaha layanan bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik dalam isi layanan, prosedur, teknik dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang bersangkutan. (Prayitno, 1999: 115-120)

10. Azas Keahlian

Dalam proses bimbingan dan konseling dilakukan oleh seorang ahli secara teratur, sistematis dan dengan menggunakan teknik alat yang memadai, sehingga dapat berhasil mencapai tujuan. (Prayitno, 1999: 115-120)

11. Azas Alih Tangan

Konselor dapat mengirim/mengalihkan klien kepada petugas yang lebih ahli jika klien belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan.Sebagaiman firman Allah swt.







































Artinya:

“Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu (Artinya: tetaplah dalam kekafiranmu sebagaimana aku tetap dalam keislamanku), Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini (Maksudnya:

Allah menjadikan dunia sebagai tempat mencari (hasil)

(45)

orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan (QS. Al-an’am/6:135). (Departemen Agma RI, 2006:145 )

12. Azas Tutwuri Handayani

Azas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing. (Prayitno, 1999: 115-120) 6. Kekeliruan Menafsirkan makna dari Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling (BK) merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan system pendidikan islam. Banyak persepsi dari siswa, guru, orang tua/wali murid dan warga masyarakat terhadap BK karena belum mengetahui dan memahami BK (Tohirin, 2007: 349). Kekeliruan persepsi tentang bimbingan dan konseling diantaranya:

1) Persepsi masyarakat tentanag bimbingan dan konseling

a) Layanan dan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.

Hal ini memang benar apabila bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran. (Salahuddin, 2010: 226)

b) Bimbingan dan konseling hanya untuk orang yang bermasalah/orang yang sakit/tidak normal saja.

Salah satu tugas BK memang membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi, akan tetapi peranana

(46)

bimbingan dan konseling adalah melakukan preventif agar masalah tidak timbul serta melakukan antisipasi agar masalah tidak berkembang menjadi masalah yang besar (Salahuddin, 2010: 226). Bimbingan dan konseling juga diperuntukkan semua kalangan dan bukan hanya untuk orang yang bermasalah saja. (Yusuf,1992: 25)

c) Keberhasilan bimbingan dan konseling bergantung dari sarana dan prasarana.

Hakikatnya keberhasilan konselor bukan dinilai dari faktor luarnya, akan tetapi terletak pada faktor kepribadian konselor yang termasuk didalamnya aspek tentang pemahaman agama, tingkah laku sehari-hari, pergaulan dan gaya hidup (Wardati, 2001: 95).

2) Problematika internal (konselor)

a) Meyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater

Konselor dengan dokter atau psikiater memang memilki kesamaan, yaitu menginginkan klien/pasien terbebas dari penderitaan (Salahuddin, 2010: 227). Perbedaanya adalah dokter menghadapi orang sakit/tidak normal, sedangkan konselor manghadapi orang normal (sehat) namun sedang mengalami masalah. ( Wardati, 2001: 94)

b) Menyamaratakan pemecahan masalah bagi semua klien

(47)

Bagi klien yang memiliki permasalahan yang sama, namun penyelesaiannya tidak bisa disamaratakan. Cara apapun yang diberikan harus disesuaikan dengan pribadi klien.

(Salahuddin, 2010: 228)

3) Problematika dalam dunia pendidikan.

a) Guru bimbingan dan konseling dianggap sebagai polisi sekolah

Anggapan bimbingan dan konseling sebagai polisi sekolah yang bertugas menjaga dan mempertahankan tata tertib disekolah. Guru BK sering kali diberikan tugas untuk pengusut perkelahian ataupun pencurian bahkan memberikan hukuman pada siswa yang bermasalah.

(Wardati, 2001: 97)

b) Bimbingan dan konseling adalah usaha untuk memberikan nasehat.

Bimbingan dan konseling bukan berarti memberikan nasehat pada seseorang. Usaha memberikan nasehat didalamnya terdapat unsur pemaksaan atau penuntut kepatuhan, sedangkan bimbingan dan konseling dalam prosesnya tidak memperbolehkan memaksa klien/siswa untuk patuh.

c) Bimbingan dan konseling dibatasi hanya pada penanganan masalah yang bersifat insidental

(48)

Bimbingan dan konseling pada hakikatnya menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh karena itu seharusnya konselor tidak hanya menunggu klien/siswa datang dan mengungkapkan masalahnya. (Salahuddin, 2010: 232)

Dari pengertian di atas penelitian ini hanya difokuskan pada dua persepsi yaitu bimbingan dan konseling sebagai polisi sekolah dan bimbingan dan konseling sebagai tempat siswa yang bemasalah.

Alasanya agar lebih fokus pada pembahasan tidak terlalu luas.

Persepsi tersebut adalah:

1) Bimbingan dan konseling sebagai polisi sekolah

Bimbingan dan konseling dianggap sebagai polisi sekolah yang hanya bertugas menjaga dan mempertahankan tata tertib dan keamanan. Wajar apabila siswa merasa takut datang kepada guru bimbingan dan konseling karena menganggapa bahwa siswa tersebut telah melakukan kesalahan.

a) Guru bimbingan dan konseling sebagai penjaga dan mempertahankan tata tertib

Seluruh siswa harus mentaati tata tertib yang berlaku disekolah, apabila ada siswa yang melanggar tata tertib yang sudah ditetapkan disekolah, maka guru tersebut harus berhadapan dengan guru bimbingan dan konseling untuk

(49)

mendapatkan sanksi-sanksi. Hal semacam ini dapat membentuk persepsi siswa bahwa bimbingan dan konseling sebagai polisi sekolah.

b) Guru bimbingan dan konseling pemberi hukuman pada siswa

Hukuman sebagai alat pendidikan hendaknya merupaka jawaban atas suatu pelanggaran, sedikit banyak selalu tidak menyenagkan dan selalu bertujuan kearah perbaikan dan kepentingan siswa ( Ngalim purwanto, 2009:

186). Pemberian hukuman pada siswa diadakan karena dua prinsip, yaitu: hukuman yang diadakan karena ada pelanggaran atau kesalahan yang diperbuat dan hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran.

Mengenai hukuman ada beberapa teori yang menjadi dasar, yaitu teori perbaikan, teori ganti rugi, teori perlindungan, teori menakutkan, teori hukum alam (Hasbullah, Dasar- dasar, 31-32).

c) Guru bimbingan dan konseling sering marah-marah

Salah satu yang menjadi ciri bagi guru bimbingan dan konseling yang dianggap sebagai polisi sekolah adalah guru bimbingan dan konseling yang sering marah-marah.

Sesungguhnya dalam agama islam menganjur setiap manusia agar memiliki kemampuan mengendalikan

(50)

kemarahan dan tidak bereaksi secara kasar. (Marwan Ibrahim Al Kaisy, 2002: 50)

2) Bimbingan dan konseling adalah tempat siswa yang bermasalah Sesungguhnya bimbingan dan konseling tidak hanya untuk siswa yang bermasalah ataus siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun bimbingan dan konseling harus melayani seluruh siswa (guidance anad conseling for all).

Persepsi negatif mengenai hakikat bimbingan dan konseling menjadi masalah utama dalam pelaksanaanya. (Sahahuddin, Bimbingan, 230)

Penelitian ini difokuskan pada siswa SMP yang masuk pada usia remaja. Pada masa ini rentan terjadi masalah sebab masih dalam masa tansisi dari anak menuju dewasa dan proses menjadi jati diri. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hokum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan diri sendidri dan ornag-orang disekitarnya. Jenis-jenis kenakalan remaja sekolah biasanya meliputi siswa datang terlambat kesekolah, bolos sekolah, perkelahian, mencuri, merokok dan sebagainya. (Nadya Damayanti, 2012: 50)

Persepsi negatif tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan tempat siswa bermasalah, dianatara masalah-masalah tersebut adalah:

(51)

a) Siswa terlambat

Terlambat adalah lewat dari waktu yang telah ditentukan (Tim Penyusun, 2001: 630). Terlambat merupakan hal yang sering terjadi dikalangan siswa. Hal tersebut terjadi akibat siswa tidak mampu mengatur waktu dengan baik. Apabila ada salah seorang siswa yang terlambat biasanya dipanggil ke ruangan bimbingan dan konseling kemudian diberi hukuman. Peristiwa seperti ini yang mengakibatkan persepsi siwa berangapan bahwa bimbingan dan konseling hanya sebagai tempat siswa yang bermasalah.

b) Bolos sekolah

Bolos dari kamus besar bahasa Indonesia adalah tidak masuk sekolah adan sebagainya. (Tim Penyusun, 2001: 630). Membolos bagi siswa saat ini sudah menjadi budaya dan kebiasaan. Berbagai macam alasan diungkapkan oleh siswa dalam membolos, baik karena tidak suka terhadap mata pelajaranya maupun tidak suka terhadap cara mengajar gurunya. Guru bimbingan dan konseling biasanya memanggil siswa yang membolos tersebut keruang bimbingan dan konseling serta siswa tersebut serta siswa tersebut menapatkan hukuman. Persepsi negatif muncul ketika guru bimbingan dan konseling bertindak demikian.

(52)

c) Siswa mencuri

Mencuri adalah mengambil milik orang lain tanpa ijin atau denga tidak sah dan baiasanya dilakukan degan sembunyi sembunyi (Tim Penyusun, 2001: 630). Mencuri oleh para fuqaha dianggap lengkap apabila harta tersebut diambil secara sembunyi-sembunyi, diambil dengan maksud jahat, barang yang dicuri itu benar-benar milik sah orang yang telah dicuri, barang itu telah diambil kepemilikannya, barang tersebut berada dalam penguasaan si pencuri dan barang tersebut telah mencapai nilai nisab pencuri. ( Rahman I Doi, 2001: 72).

Siswa yang ketahuan mencuri biasanya dipanggil keruang bimbingan dan konseling kemudian dikeluarkan dari sekolah atau diberikan hukuman lainya.

d) Siswa berkelahi

Berkelahi adalah bertengkar dengan disertai kata- kata atau adu tenaga. (Tim Penyusun, 2001: 630)

Guru bimbingan dan konseling terbiasa menangani siswa yang berkelahi baik disekolah maupun diluar sekolah.

e) Siswa merokok disekolah

Para perokok beasanya mulai merokok sejak usia remaja, bahkan ada beberapa yang sudah memulainya sejak kanak-kanak. Apabila disekolah ada siswa yang ketahuan

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu

“ Meningkatan Hasil Belajar Lay Up Bola Basket Melalui Penggunaan Media Pembelajaran Pada Siswa Kelas X DKV SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2017/2018 ” Skripsi,

Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Karawang, secara terperinci yang mengatur tentang

jembatan komunikasi antara SKPD dengan Wartawan serta telah berhasil mendapatkan citra positifnya yaitu citra yang diinginkan dengan adanya inovasi kegiatan untuk

Berdasarkan hasil analisis chi square menunjukkan bahwa penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pengisi memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kesukaan

Daripada kajian tersebut, hanya Bukit Bunuh sahaja yang menunjukkan perbezaan dan kepelbagaian bahan asas dari batuan impaktit seperti metasedimen kerijangan

Pertanahan Nasional dalam proses pelaksanaan reforma agraria dikarenakan kegiatan PRONA bersifat secara masal maka tujuan yang akan dicapai adalah pelayanan

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Walikota Kediri Nomor Tahun 2015 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak dan Sekolah, maka perlu disusun pedoman