189 KONSEP ADIL DALAM KELUARGA POLIGAMI
(Analisis Prespektif Hukum Islam dan Undang Undang Perkawinan Nomor 1Tahun1974)
Norhayati dan Rahmatillah Abstract:
This problem is often discussed in everyday life. Polygamy is a life problem that often occurs around us. The term polygamy is familiar to women, but many people strongly reject polygamy.
The permissibility of polygamy is interpreted as being able to act fairly, but there are many things that must be understood in interpreting polygamy. Islam came to provide justice with the revelation of polygamy verses, without having to abolish polygamy laws, but Islam limits the permissibility of polygamy. As in the letter An-Nisa verse 3 and verse 129, where the justice in question is justice in materialistic, financial, and physical and spiritual maintenance which can be the husband's ability. If the husband does not have the ability then it is better to have only one wife. According to the Prespective, the marriage law is contained in Article 3 which states that a man can only have one wife and a woman can only have one husband, but in other parts polygamy is justified. The permissibility of polygamy is contained in the Marriage Law which is actually only an exception and for that the articles include reasons that allow it.
Keyword :
Fairness, Polygamy, Islamic Law and Marriage Law.
A. Pendahuluan
Poligami merupakan pembahasan dalam perkawinan yang selalu menimbulkan pro dan kontra bagi umat muslim di belahan dunia islam, tidak terkecuali Indonesia. Bagi pihak yang kontra poligami selalu dianggap melahirkan problematika seperti pelecehan terhadap
Norhayati dan Rahmatillah adalah Mahasiswi STAI Rakha Amuntai, email : norhayati0024@gmail.com, rahmatillah702@gmail.com
190
perempuan, penelantaran anak, konflik rumah tangga, perselingkuhan hingga perceraian antara suami dan istri. Sebaliknya bagi pihak yang pro, poligami dianggap sebagai solusi terbaik untuk kemanfaatan para pihak yang melakukan poligami. 1Poligami mengundang kontroversial karena menimbulkan berbagai pandangan antara ketentuan yang diatur dalam agama melalui pendapat para ulama dengan pembatasan Negara melalui perundang-undangan serta praktiknya dalam masyarakat muslim.Dalam hukum islam poligami merupakan suatu perkawinan yang dilakukan oleh laki-laki untuk mengawini sejumlah perempuan dalam waktu yang berbarengan.
Agama islam mengizinkan laki-laki untuk berpoligami, akan tetapi terbatas hanya dengan 4 orang istri. Bila suami tidak mampu dalam hal pemenuhan syarat-syarat yang ditentukan, maka suami diharamkan melakukan poligami. Dan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan bahwa UUP didasari prinsip perkawinan monogamy bukan poligami. Undang-Undang Perkawinan melakukan pembatasan secara ketat untuk mengantisipasi timbulnya hal- hal yang bersifat merugikan bagi salah satu pihak.
Pemberian izin poligami mensyaratkan kemampuan suami untuk berlaku adil. Maka para pihak yang hendal berpoligami perlu untuk memikirkan hal tersebut secara matang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Isu yang berkembang dikalangan masyarakat begitu mudah memberikan izin poligami berujung disalahgunakan sehingga menjadi sumber kesengsaraan sebagian perempuan.Poligami bukanlah masalah kecil, terutama di Indonesia yang telah banyak melakukan poligami. Sehingga pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan izin poligami ataupun menolak poligami sangat mempertimbangkan.2
1Haris Hidayatullah, Adil Dalam Poligami Prespektif Ibnu Hazm, Jurnal Studi Islam, Vol.6, No.,(2015), hlm.1.
2Indah Lestari, Abdul Halim,“Konsep Adil Dalam Perkawinan Poligami Menurut Hakim Perempuan Dalam Putusan Pengadilan Agama ”,Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora, Vol.7, No.2, (2020), hlm. 445-446.
191 B. Pembahasan
1. Pengertian Poligami
Secara etimologis, poligami berasal dari bahasa greek (Yunani), yangterdiri dari dua kata, yaitu polus dan games. Polus berarti banyak, sedangkan games berarti perkawinan, yang mana seorang laki-laki mempunyai istri lebih dari seorang dalam satu waktu. Poerwadarminta yang menyebutkan bahwa poligami adalah seorang laki-laki beristri lebih dari satu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), poligami berarti ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawanjenis dalam waktu yang bersamaan. Kata tersebut dapat mencakup poligimi yakni sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria mengawinibeberapa wanita dalam waktu yang sama, maupun sebaliknya, yakni poliadri, dimana seorang wanita memiliki atau mengawini sekian banyak laki-laki.
Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Populer poligami diartikan sebagaiperkawinan antara seorang dengan dua orang atau lebih, namun cenderungdiartikan perkawinan seorang suami dengan dua orang istri atau lebih.Menurut ajaran Islam, istilah poligami diambil dari bahasa Arab
“ta’addud az-zawjat” yang artinya beristri banyak lebih dari satu.Para sarjana hukum Islam telah sepakat mengatakan bahwa poligami itu adalahperkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari seorang wanita.Namun, batasan umumnya yang dibolehkan hanya sampai empat wanita. Walaupun ada juga yang memahami ayat tentang poligami dengan batasan lebih dari empat atau bahkan lebih dari sembilan istri.
Perbedaan ini disebabkan perbedaan dalam memahami dan menafsirkan ayat Al-Nisa’ : 3 dan an-Nisa : 129
ْ نِاَو
ْ مُت فِخ
َْلَّأ ا وُطِس قُ ت ىَماَتَ ي لا ِْف
اوُحِكناَف اَم
َْباَط مُكَل
َْنِ م
ِْءاَسِ نلا
َْن ثَم
َْثَلُ ثَو
َْعَبُرَو
ْ نِإَف
ْ مُت فِخ
َْلَّأ اوُلِد عَ ت
ْ ةَدِحاَوَ ف
ْ وَأ اَم
ْ مُكُنَ يَْأ تَكَلَم
َْكِلَذ
َْن دَأ
َْلَّأ
192
اوُلوُعَ ت Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka suami khawatir berbuat zalim dan tidak mampu memenuhi semua hak-hak mereka, maka diharamkan berpoligami”.(QS.An-Nisa:3).
Dan dalam surah An-Nisa : 129:
ْ نَلَو آْ وُع يِطَت سَت
ْ نَا ا وُلِد عَ ت
َْ يَب
ِْءۤاَسِ نلا
ْ وَلَو
ْ صَرَح
ْ مُت
َْلَف ا وُل يَِتَ
َْلُك
ِْل يَم لا
اَه وُرَذَتَ ف
ِْةَقَلَعُم لاَك
ْ نِاَو ۗ ا وُحِل صُت ا وُقَ تَ تَو
َْنِاَف
َْٰ لل ا
َْناَك ا ر وُفَغ ا م يِحَر
Artinya:“Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.(QS. An-Nisa:129).
Sebagai dasar penetapan poligami. Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa pengertian poligami menurut masyarakat umum lebih mengenal arti poligami dengan perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan perempuan lebih dari seorang dengan mengikuti aturan dan syarat yang berlaku di tempat tersebut, baik dalam waktu bersamaan maupun dalam waktu terpisah.
3Poligami termasuk persoalan yang masih kontroversi, mengundang berbagai persepsi pro dan kontra. Golongan anti poligami melontarkan sejumlah tudingan yang mengidentikkan poligami dengan sesuatu yang negatif. Persepsi mereka, poligami itu melanggar HAM, poligami merupakan bentuk eksploitasi dan hegemoni laki-laki terhadap perempuan, sebagai bentuk penindasan, tindakan zhalim, penghianatan
3Amiur Nuriddin, Drs. Azhari Akmal Tarigan, ,Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Kencana: Jakarta,2004, hlm. 157.
193 dan memandang remeh wanita serta merupakan perlakuan diskriminatif terhadap wanita.
Tudingan lain, poligami merupakan bentuk pelecehan terhadap martabat kaum perempuan, karena dianggap sebagai medium untuk memuaskan gejolak birahi semata. Laki-laki yang melakukan poligami berarti dia telah melakukan tindak kekerasan atau bahkan penindasan atas hak-hak wanita secara utuh.Sedangkan mereka yang pro poligami menanggapi bahwa poligami merupakan bentuk perkawinan yang sah dan telah dipraktekkan berabad-abad yang lalu oleh semua bangsa didunia. Dalam banyak hal, poligami justru mengangkat martabat kaum perempuan, melindungi moral agar tidak terkontaminasi oleh perbuatan keji dan maksiat yang dilarang oleh Allah SWT, seperti maraknya tempat-tempat pelacuran, prostitusi, wanita-wanita malam yang mencari nafkah dengan menjual diri, dan perbuatan maksiat lainnya yang justru merendahkan martabat perempuan dan mengiring mereka menjadi budak pemuas nafsu si hidung belang. Poligami mengandung unsur penyelamatan, ikhtiar perlindungan serta penghargaan terhadap eksistensi dan martabat kaum perempuan. 4
2. Dasar Hukum Poligami
Poligami sampai saat ini masih diperdebatkan antara yang mendukung dan menentang, pendapat hukum poligami secara garis besar dapat dibagi dalam tiga (3) kelompok, yaitu: pertama, mereka yang membolehkan poligami Secara mutlak (didukung oleh mayoritas ulama klasik). Kedua, mereka yang melarang poligami secara mutlak.
Ketiga, mereka yang membolehkan poligami secara ketat dengan syarat-syarat dan dalam kondisi tertentu. Dalam Al-Qur’an ayat yang kerap dijadikan dalil hukum poligami dan perintah untuk melakukan
4Budi Irwan, Skripsi : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Konsep Adil Dalam Poligami”, (Riau : UIN,2021), hlm. 31-32.
194
poligami oleh umat Islam adalah surat An-Nisa’ayat 3:
ْ نِاَو
ْ مُت فِخ
َْلَّأ ا وُطِس قُ ت ىَماَتَ ي لا ِْف
اوُحِكناَف اَم
َْباَط مُكَل
َْنِ م
ِْءاَسِ نلا
َْن ثَم
َْثَلُ ثَو
َْعَبُرَو
ْ نِإَف
ْ مُت فِخ
َْلَّأ اوُلِد عَ ت
ْ ةَدِحاَوَ ف
ْ وَأ اَم
ْ مُكُنَ يَْأ تَكَلَم
َْكِلَذ
َْن دَأ
َْلَّأ
اوُلوُعَ ت Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka suami khawatir berbuat zalim dan tidak mampu memenuhi semua hak-hak mereka, maka diharamkan berpoligami".(QS. An-Nisa:3).
Dan dalam surah An-Nisa : 129:
ْ نَلَو
ِْطَت سَت آْ وُع ي
ْ نَا ا وُلِد عَ ت
َْ يَب
ِْءۤاَسِ نلا
ْ وَلَو
ْ صَرَح
ْ مُت
َْلَف ا وُل يَِتَ
َْلُك
ِْل يَم لا
اَه وُرَذَتَ ف
ِْةَقَلَعُم لاَك
ْ نِاَو ۗ ا وُحِل صُت ا وُقَ تَ تَو
َْنِاَف
َْٰ لل ا
َْناَك ا ر وُفَغ ا م يِحَر
Artinya:“Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.(QS. An-Nisa:129).
Apakah bolehnya berpoligami itu mutlak untuk semua orang tanpa ada ketentuan dan syarat yang harus dipenuhi. Apabila kita baca surat An-Nisa ayat 3 dan 129 serta korelasi dengan hadits-hadits lain, seperti hadits tentang pelarangan Ali yang hendak melakukan poligami, serta ancaman Rasulullah SAW bagi seorang suami yang tidak dapat berlaku adil terhadap isteri-isterinya, maka dapat dipahami bahwa Islam tidak memerintah, apalagi mewajibkan poligami, dan tidak memberikan kesempatan yang longgar kepada kaummuslimin untuk berpoligami.
Artinya, seorang yang hendak berpoligami harus memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Sedangkan di dalam Undang-Undang Nomor 1
195 tahun 1974 tentang Perkawinan dan KHI Sebagaimana yang berlaku di Indonesia, ternyata juga mengatur tentang syarat poligami. Pasal 5 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 memberikan persyaratan terhadap seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang sebagai berikut :
a. Untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) undang-undang ini harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Adanya persetujuan dari istri/ istri-istri,
2) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan- keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka,
3) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri- istri dan anak-anak mereka.
b. Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab lainya yang perlu mendapat penilaian dari hakim pengadilan.
Demikian syarat-syarat pokok diperbolehkannya melakukan poligamibagi seorang suami. Rincian lebih lanjut dari kualifikasi persyaratan tersebut,diuraikan dalam prosedur pelaksanaan poligami berikut ini: Pasal 40 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 menyebutkan bahwa: “apabila seorang suami bermaksud untuk beristri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengadilan.” Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) diatur dalam pasal 56:38.
1) Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin dariPengadilan Agama.
196
2) Pengajuan permohonan izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan tata carasebagaimana diatur dalam Bab VIII Peraturan Pemerintah No. 9 Tahu 1975.
3) Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau keempat tanpaizin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.
Sedangkan dalam Pasal 57 KHI menyatakan: “Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:
1) Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.
2) Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
3) Istri tidak dapat melahirkan keturunan.”5
Yusuf al-Qardawi membagi hukum poligami menjadi 3, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Boleh Berpoligami
Ada dua keadaan dimana poligami diperbolehkan, yaitu manusia yang kuat keinginannya untuk memiliki keturunan, akan tetapi istrinya tidak beranak (mandul) karena sakit atau sebab lainnya, dan laki-laki yang syahwatnya, akan tetapi istrinya tidak kuat karena sakit atau haid yang terlalu lama dan sebab-sebab lainnya, sementara laki-laki itu tidak tahan dalam waktu lama tanpa wanitanya.
b. Makruh Berpoligami
Muslim menikah dengan satu istri yang menjadi penentram dan penghibur hatinya, pendidik dalam rumah tangganya dan
5Harun Fadli, Skripsi:“Konsep Adil Dalam Poligami”, (Lampung: UIN Raden Intan, 2017), hlm. 42.
197 tempat untuk menumpukkan segala keluh kesah hatinya. Dengan demikian tepatlah suasana sakinah, mawaddah, wa rahmah, yang merupakan sendi-sendi kehidupan suami istri menurut pandangan Al-Qur’an.. Oleh karena itu, ulama mengatakan
“orang yang mempunyai satu istri yang mampu memelihara dan mencukupi kebutuhannya, dimakruhkan untuk berpoligami atau menikah lagi.
c. Haram Berpoligami
Yaitu bagi orang yang lemah (tidak mampu) untuk mencari nafkahuntuk istrinya yang kedua atau khawatir dirinya tidak bisa berlaku adi diantara kedua istrinya. Poligami diperbolehkan hanya dalam keadaan darurat.6
3. Syarat-Syarat Poligami
Islam membolehkan kaum laki-laki menikah dengan lebih dari satu. Akan tetapi kebolehan ini dibatasi dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi, jika tidak terpenuhi maka pelakunya berdosa. Walau sebagian menurut sebagian ulama pernikahannya sah.
a. Adil
Andai Islam mengizinkan empat orang istri, tetapi harus sanggup memperlakukan kedua istrinya dengan adil, baik itu dari makanan, minuman, pakaian, rumah dan makanan pokok, jika tidak sanggup untuk memenuhi kewajibannya berbuat adil, dia dilarang untuk menikahi lebih dari satu istri.Yakni mampu berlaku adil terhadap para istri dalam hal pembagian bermalam dan nafkah. Allah Swt. berfirman : “ Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap anak-
6Budi Irwan, Skripsi : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Konsep Adil Dalam Poligami”, (Riau : UIN,2021), hlm. 38-40.
198
anak yatim (perempuan), maka kawinilah perempuan- perempuan yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Maka jika kamu tidak dapat berlaku adil, maka (hendaklah cukup) satu saja, maka kepada tidak berbuat aniaya.”
b. Kebijaksaan dan Kearifan
Islam adalah risalah terakhir dari Allah Swt, oleh karena itu, islam datang dengan membawa aturan bagi seluruh umat manusia. Islam tidak hanya untuk orang kota tetapi juga bersifat universal.
c. Memiliki Kemampuan Finansial
Yaitu kemampuan memberi nafkah secara adil kepada para istri.7
4. Penerapan Konsep Adil Dalam Keluarga Poligami Prespektif Hukum Islam dan UU No.1 Tahun 1974
Undang-Undang Perkawinan menganut asas monogami. Seperti yang tertuang didalam Pasal 3 yang menyatakan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami, namun pada bagian lain poligami dibenarkan. Kebolehan poligami terdapat didalam Undang-Undang Perkawinan yang sebenarnya hanyalah pengecualian dan untuk itu Pasal-Pasalnya mencantumkan alasan-alasan yang memperbolehkan hal tersebut.8 Salah satu tujuan hukum ialah memberikan keadilan bagi setiap orang, khusunya dalam kehidupan berkeluarga. Dalam hal ini terdapat lima pandangan dari hakim perempuan dalam menganalisis konsep adil dalam perkawinan poligami. Konsep adil berdasarkan
7ATanzilurrohim, “Kajian Tentang Teoritis Poligami”.https://
repository.uinbanten.ac.id (“diakses pada 31 Maret 2022, pukul 18.00”).
8Fatimah Febrianti, Iskandar, “Analisis Konsep Keadilan Dalam Pelaksanaan Poligami”,Jurnal Hukum, Vol.1,No.1,(2021), hlm. 6-7.
199 putusan Nomor 0175/Pdt.G/2019/PA.DPK, Majelis hakim mengabulkan permohonan poligami didasarkan pada ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Perkawinan, apabila seorang suami mampu berlaku adil secara lahir batin terhadap istri dan anak-anaknya.Konsep adil dalam permohonan poligami harus memenuhi unsur adil secara lahir dan batin bagi istri yang pertama. Selain adanya keadilan dalam memenuhi kebutuhan hidup, terdapat juga keadilan dalam melindungi hak istri pertama, yaitu dengan memperhatikan harta bersama yang dimiliki antara suami istri dengan istri pertamanya.
Bukti-bukti harta yang dimiliki selama perkawinan dengan istri pertama akan disebutkan didalam permohonan dan akan dibacakan pada saat persidangan berlangsung. Harta-harta ini tidak boleh diganggu gugat oleh istri kedua, seorang hakim Pengadilan Agama harus memperhatikan dan memberikan perlindungan untuk melindungi hak istri adalah untuk mendapat perlakuan yang baik dari suami. Dalam mengajukan permohonan poligami suami harus memasukkan harta bersama yang dimiliki antara suami dan istri selama perkawinan, sebelum mengajukan permohonan poligami seorang suami harus memenuhi kebutuhan rumah tangga berupa kecukupan material serta bersikap adil terhadap istri dan anaknya. Selain konsep adil istri juga terdapat konsep adil secara lahir untuk anak.
Dengan demikian, apabila permohonan izin poligami dikabulkan maka majelis hakim harus memperhatikan konsep adil yang harus dipenuhi oleh para pihak yang melakukannya. Konsep adil dalam perkawinan poligami adalah adanya istri pertama dengan memenuhi kebutuhan hidup istri seperti jatah belanja bulanan, dan adanya perlindungan hak perempuan dalam harta bersama sehingga calon istri pemohon tidak memiliki hak dalam harta bersama tersebut.9
9IndahLestari, Abdul Halim,“Konsep Adil Dalam Perkawinan Poligami Menurut Hakim Perempuan Dalam Putusan Pengadilan Agama”,Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora,Vol.7, No. 2, (2020), hlm. 450-453.
200
5. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konsep Adil Dalam Keluarga PoligamiPrespektif Hukum Islam dan UU No.1 Tahun 1974
Kompilasi Hukum Islam (KHI) memuat masalah poligami ini pada bagian IX dengan Judul “Beristri lebih dari satu orang” yang diungkap dalam Pasal 55-59 dinyatakan :
a. Beristri lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang istri.
b. Syarat utama beristri lebih dari satu orang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.
c. Apabila syarat utama yang disebutkan pada ayat (2) tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri lebih dari satu orang.Analisi penulisan dalam hal reevansinya ketentuan poligami dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam pada dasarnya menganut asas monogami.
Dalam Undang-Undang Perkawinan tidak disebutkan batasan jumlah istri, berbeda dengan Kopilasi Hukum Islam yang menyebutkan bahwa batasan suami untuk menikah lagi hanya sampai empat orang istri, dalam Undang-Undang Perkawinan maupun Kompilasi Hukum Islam dalam hal alasan seorang suami menikah lagi dari ketentuan Undang-Undang ini tidak ada perbedaan, sama-sama mengarah kepada kondisi si istri, demikian juga persyaratan dari Pengadilan Agama tidak berbeda, yaitu harus adanya persetujuan dari istri maupun istri-istri.
Dalam Kompilasi Hukum Islam, seorang yang ingin poligami harus mendapat izin dari Pengadilan Agama.10
10Fatimah Febrianti, Iskandar, “Analisis Konsep Keadilan Dalam Pelaksanaan Poligami”, Jurnal Hukum, Vol. 1,No.1, (2021), hlm. 8-9.
201
6. Hikmah Poligami
Karena tuntutan pembangunan, Undang-Undang diperbolehkannya poligami tidak dapat diabaikan begitu saja, diantara hikmah-hikmahnya adalah:
a. Untuk mendapatkan keturunan bagi suami yang subur dan istri yang mandul.
b. Untuk menjaga keutuhan keluarga tanpa menceraikan istri, sekalipun istri tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai istri, atau ia mendapat cacat badan atau penyakit yang tak dapat disembuhkan.
c. Untuk menyelamatkan kaum wanita dari krisis akhlak yang tinggal diNegara/ masyarakat yang jumlahnya jauh lebih banyak dari kaum prianya, misal akibat peperangan.
d. Untuk menyelamatkan suami dari yang hypersex dari perbuatan zina dari krisis akhlak lainnya.Namun jika poligami dilakukan tanpa adanya suatu rasa keadilan dantanpa adanya sesuatu keadaan yang darurat maka kekacauan nantinya yang akan timbul dalam rumah tangga.11 C. Kesimpulan
Masyarakat umum lebih mengenal arti poligami dengan perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki laki dengan perempuan lebih dari seorang dengan mengikuti aturan dan syarat yang berlaku ditempat tersebut, baik dalam waktu bersamaan maupun dalam waktu terpisah.
Poligami termasuk persoalan yang masih kontroversi, mengundang berbagai persepsi pro dan kontra. Golongan anti poligami melontarkan sejumlah tudingan yang mengidentikkan poligami dengan sesuatu yang negatif. Persepsi mereka, poligami itu melanggar HAM, poligami merupakan bentuke ksploitasi dan hegemoni laki-laki terhadap
11A Tanzilurrohim, “Kajian Tentang Teoritis Poligami”, https://
repository.uinbanten.ac.id (“diakses pada 31 Maret 2022, pukul18.00”).
202
perempuan, sebagai bentuk penindasan, tindakan zhalim, penghianatan dan memandang remeh wanita serta merupakan perlakuan diskriminatif terhadap wanita.
Poligami sampai saat ini masih diperdebatkan antara yang mendukung dan menentang, pendapat hukum poligami secara garis besar dapat dibagi dalam tiga (3) kelompok, yaitu: pertama, mereka yang membolehkan poligami secara mutlak (didukung oleh mayoritas ulama klasik). Kedua, mereka yang melarang poligami secara mutlak.
Ketiga, mereka yang membolehkan poligami secara ketat dengan syarat-syarat dan dalam kondisi tertentu. Dalam Al-Qur’an ayat yang kerap dijadikan dalil hukum poligami dan perintah untuk melakukan poligami oleh umat Islam adalah surat An-Nisa’ayat 3.
Yusuf al-Qardawi membagi hukum poligami menjadi 3, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Boleh Berpoligami, 2. Makruh Berpoligami, 3. Haram Berpoligami. Syarat-Syarat Poligami, diantaranya: 1. Adil, 2. Kebijaksanaan dan kearifan, 3. Memiliki Kemampuan Finansial.
Daftar Pustaka
203 A Tanzilurrohim. (2022). “Kajian tentang Teoritis Poligami”. https://
repository. uinbanten. ac.id.
Faebrianti, Fatimah, dan Iskandar. (2021). “Analisis Konsep Keadilan dalam Pelaksanaan Poligami”. Jurnal Hukum. Vol.1. No.1.
Harun, Fadli. (2017). Skripsi: “Konsep Adil dalam Poligami”.
(Lampung:UIN Raden Intan).
Hidayatullah, Haris. (2015). “Adil dalam Poligami Perspektif Ibnu Hazm”. Jurnal Studi Islam.
Irwan, Budi. (2021). Skripsi: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Konsep Adil dalam Poligami”. (Riau: UIN).
Lestari, Indah dan Abdul Halim. (2020). “Konsep Adil dalam Perkawinan Poligami Menurut Hakim Perempuan dalam Putusan Pengadilan Agama”. Jurnal Hukum dan Humaniora. Vol.7.
No.2.
Nuriddin, Amiur dan Akmal Tarigan. (2004). Hukum Peradata Islam di Indonesia. Kencana: Jakarta.