• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Resistensi Paham Radikalisme Berbasis Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Resistensi Paham Radikalisme Berbasis Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Resistensi Paham Radikalisme Berbasis Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah

Oleh: Moch. Mukhlison

Resistensi Paham Radikalisme Berbasis Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah

Resistance to Understanding Radicalism Based on Learning at Islamic Elementary School

Moch. Mukhlison1

1 Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri

1moch.mukhlison89@gmail.com

Abstract

This study tries to focus on the resistance movement of Islamic primary education to the radicalism movement in elementary schools. The reason is, many findings explain that many radicalism movements are included in basic Islamic educational institutions. The process of infiltration was sour, including through religious activities by taking speakers from outside, it turned out that the lecturers were affiliated with radical groups, alumni networks, infiltration through teaching materials, and so on. Currently, many basic Islamic institutions are aware of this, so they carry out various activities or programs to carry out resistance or resistance such as those carried out by elementary schools. This study uses a qualitative approach with a naturalistic inquiry paradigm. By examining a qualitative approach, this research produces descriptive data in the form of written or spoken words from people and observable behavior, where the research emphasizes natural settings and holistically meaningful individual actions. The results showed two core findings according to focus. First, broadly speaking, elementary schools out a resistance movement against radicalism by basing its understanding on the concept of Islam rahmatan lil alamin. The second is the open implementation of the resistance movement by applying the Islamic concept of rahmatan lil alamin in the curriculum which emphasizes socio-religious habituation and how students live in a multicultural social environment. This courage in openness is driven by the support factor of the largest religious organization in Indonesia, namely Nahdlotul Ulama (NU) as an affiliate.

Keyword: Resistance, Elementary School Education, Radicalism Abstrak

Penelitian ini mencoba untuk memfokuskan pada gerakan resistensi pendidikan dasar sekolah dasar Islam terhadap gerakan radikalisme di sekolah dasar. Pasalnya, banyak temuan yang menjelaskan bahwa gerakan radikalisme banyak masuk di lembaga pendidikan Islam dasar. Proses infiltrasi bermacam-masam, diantaranya meluli kegiatan keagamaan dengan mengambil penceramah dari luar, ternyata penceramahnya berafiliasi dengan kelompok radikal, jaringan alumni, infiltrasi melalui bahan ajar, dan lain sebagainya. Saat ini, banyak lembaga Islam dasar menyedari hal tersebut,

Avalaible online: https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/pgmi Article doi: https://doi.org/10.33367/jiee.v4i2.2932

Submission: 2022-09-08 Review: 2022-09-27 Revision: 2022-09-29 Accepted: 2022-09-30

(2)

sehingga melakukan berbagai kegiatan atau program untuk melakukan resistensi atau perlawanan seperti yang dilakukan oleh pendidikan dasar sekolah dasar Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma naturalistic inquiry. Dengan telaah pendekatan kualitatif, penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dimana penelitian ditekankan pada seting alami dan tindakan individu yang bermakna secara holistik. Hasil penelitian menunjukkan dua inti temuan sesuai fokus. Pertama, secara garis besar, SDI Miftahul Huda melakukan gerakan resistensi terhadap paham radikalisme dengan mendasarkan pemahaman pada konsep Islam rahmatan lil alamin. Kedua implementasi gerakan resistensi secara terbuka dengan menerapkan konsep Islam rahmatan lil alamin dalam kurikulum yang menekankan pembiasaan sosio-religius dan bagaimana peserta didik hidup di lingkungan sosial yang multikultural. Keberanian dalam keterbukaan ini didorong adanya faktor dukungan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yaitu Nahdlotul Ulama (NU) sebagai afiliasinya.

Kata Kunci: Resistensi, Pendidikan Sekolah Dasar, Garakan Radikalisme Pendahuluan

Indonesia memiliki banyak variasi lembaga pendidikan Islam. Subhan dalam menguraikan pendidikan Islam di Indonesia1 menyebut keberagaman variasi ini tidak dapat dipisahkan dari potret keberagaman organisasi sosial keagamaan pula. Keberadaan bagaima- napun, banyaknya macam lembaga pendidikan Islam di Indonesia saat ini modernisasi dipandang sebagai proses pergumulan dan negosiasi identitas lembaga pendidikan yang dihadapkan dengan modernitas.

Subhan menyebut paling tidak ada empat organisasi dan institusi yang melakukan proses negosiasi atas tercip- tanya modernisasi pendidikan Islam di Indonesia. Pertama, Muhammadiyah sebagai representasi utama kelompok Islam modernis di Indonesia. Kedua, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai repre- sentasi kelompok muslim tradisionalis

1 Subhan, Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia.

yang menyelenggarakan pendidikan pesantren. Namun belakangan juga mengadopsi sistem pendidikan Islam modern. Ketiga, Kementerian Agama sebagai representasi Negara yang memiliki otoritas dalam melakukan supervisi, regulasi, administrasi, dan modernisasi madrasah. Dan keempat, lembaga pendidikan berbasis ideologi salafi yang belakangan banyak mem- bangun lembaga pendidikan Islam dan pesantren model baru.2

Sejalan dengan menjamurnya or- mas-ormas Islam pasca reformasi, pen- didikan (tarbiyah) dianggap pintu efek- tif bagi penyebaran dakwah Islam. Kini, lahir ribuan pendidikan Islam terpadu (jenjang PAUD, TK, SD hingga SLTA) yang didirikan oleh ormas-ormas Islam tertentu dari berbagai jenjang pendi- dikan. Ormas-ormas Islam itu memiliki ciri keagamaan tertentu yang ‘berbeda’

dengan yang lain. Ciri-ciri keagamaan

2 Subhan, 9.

(3)

yang mereka anut tersebut dicirikan oleh Abu Rokhmad dalam artikelnya berjudul Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Islam dengan tiga ciri mendasar. Yaitu: (1) Khas Islam Timur Tengah; (2) Leterlek dan harfiah dalam memahami Islam; (3) Menge- nalkan istilah-istilah baru yang bernu- ansa Arab seperti, ḥalaqah, dawrah, mabit dan seterusnya.3

Sejauh ini, penelitian tentang penyebaran paham keagamaan yang cenderung radikal sampai mengantar- kan pada tindakan terorisme masih berkutat pada lembaga pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai dengan perguruan tinggi. Sangat jarang ditemui, bahkan belum ada yang melakukan penelitian tentang penye- baran radikalisme di sekolah dasar.

Padahal, penyebaran paham keagamaan yang berpotensi menciptakan tindakan radikal di sekolah dasar sangat me- mungkinkan terjadi dengan pertim- bangan bahwa sekolah dasar merupa- kan lahan basah untuk menanamkan keagamaan radikalisme sejak dini. Feno- mena pengenaan kostum serba hitam dengan cadar dan membawa senja replika dalam kegiatan Pawai Budaya PAUD dan TK Kota Probolinggo4 sebagai buktinya. Fakta ini kiranya memberikan protret pendidikan paling dasar yang ternyata rentan disusupi paham radikal.

3 Abu Rokhmad, “Rasikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal,” Walisongo:

Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no. 1 (May 30, 2012): 79–114.

4 Rina Widiastuti, “Viral Karnaval TK Bercadar Dan Bersenjata, Ini Kata Pihak Sekolah,” Tempo, 18 Agustus 2018, https://nasional.tempo.co/

read/1118333/viral-karnaval-tk-bercadar-dan- bersenjata-ini-kata-pihak-sekolah.

Penelitian ini akan secara khusus menganalisa penyebaran paham radikal sekaligus pencegahannya melalui kacamata Islam rahmatan lil alamin di institusi pendidikan sekolah dasar Islam di Kabupaten Nganjuk. Terdapat sepu- luh Sekolah Dasar Islam Swasta yang tersebar di Kabupaten Nganjuk, dua diantaranya berupa Madrasah Ibtida’i- yah.5 Menarik untuk melihat afiliasi masing-masing sekolah dengan organi- sasi masyarakat maupun partai tertentu.

Inilah kiranya yang mendasari beberapa sekolah dasar Islam yang memiliki corak paham keagamaan yang berbeda pula.

Banyak sekolah yang menganggap bahkan tidak sadar bahwa sekolah mereka telah disusupi paham radikal.

Baik melalui bahan ajar maupun guru kelas. Sebagai buktinya, institusi paling dasar sekalipun juga rentan disusupi paham radikal.6

Metode

Dengan mempertimbangkan jenis data dan tujuan penelitian, paradigma yang digunakan dalam studi ini adalah paradigma non-positivistik atau natura- lisme atau naturalistic inquiry.7 Peneli- tian ini mengambil lokasi, Sekolah Dasar Islam Miftahul Huda yang berlokasi di Jalan Barito IV No. 11, Keringan, Mangundikaran, Kec. Nganjuk, Kabupa- ten Nganjuk. Penelitian ini menggali data dengan melakukan observasi dan

5 Kemendikbud, “Data Referensi Pendidikan,”

diakses 4 Februari 2020, https://referensi.data.

kemdikbud.go.id/ index11.php?level=3&kode=

051414&id=5.

6 Masduqi.

7 Norman K. Denzin, The Research Act: A Theoretical Introduction to Sociological Methods (Transaction publishers, 2017), 69.

(4)

melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru-guru Agama. Sebagai bagian dari tri anggulasi data, peneliti melakukan fokus group discotion (FGD) dengan kepala sekolah dan seluruh guru di Sekolah Dasar Islam Miftahul Huda.

Penjelasan dari masing-masing poin tersebut diatas bersifat operasional, dalam arti bagaimana penggunaannya di lapangan, bukan penjelasan secara teo- ritik.

Temuan dan Pembahasan

1. Paradigma Gerakan Resistensi di Miftahul Huda Nganjuk

Sebagai lembaga pendidikan sekolah berbasis Islam, memiliki peran penting untuk membangun karakter corak sikap keberagamaan siswanya.

Apalagi sekolah Islam pada tingkat yang paling dasar ini. Peran serta guru dan lingkungan sekolah atas apa yang diajarkan sangat berpengaruh memben- tuk karakter paham yang siswa anut dan jalankan. Bahkan, sampai mereka dewasa, pengalaman waktu kecil sangat sulit untuk dilupakan. Mereka sedikit banyak masih teringat atas apa yang mereka alami di waktu kecilnya. Seperti disebut oleh John Locke, seorang tokoh filsafat empirisme murni menyebut bahwa pikiran anak harus disebut sebagai tabula rasa atau kertas kosong8. Dalam salah satu karyanya berjudulkan An Essay concerning Human Unders- tanding, ia menulis bagaimana seorang anak kecil memperoleh pengetahuan dan pengalaman untuk mencatatnya dalam kertas kosong pikiran mereka.

8 Baca lebih lengkap tentang teori empirisme John Locke dalam rangka menentang pandangan Rasionalisme Modern Rene Descartes. John

Sejatinya, SDI Miftahul Huda memahami bahwa Pendidikan sebagai media dakwah Islam. Dakwah Islamiyah yang dilakukan sebagai kewajiban, yaitu ber-amar ma'ruf dan nahi 'anil mungkar.

Sedangkan metode dakwah yang dilakukan dianggap sesuai tuntunan al- Qur'an yaitu: pertama, bilhikmah (kebijaksanaan). Yaitu cara-cara pe- nyampaian pesan dakwah yang sesuai dengan keadaan social dan budaya penerima dakwah. Metode dakwah ini dianggap lebih fleksibel namun tetap bijak dalam mengambil keputusan, menyesuaikan situasi dan kondisi dakwah tersebut dijalankan.

Kedua, mau'idah hasanah (nase- hat yang baik). Yakni memberikan nasehat atau mengingatkan seseorang dengan tutur kata yang baik. Metode ini digunakan agar penerima dakwah tidak tersinggung dengan nasehat yang di- sampaikan. Metode seperti ini lebih mudah diterima tanpa ada rasa keter- paksaan. Ketiga, mujadalah (bertukar pikiran dengan cara yang baik). Yaitu, berdakwah dengan menggunakan cara bertukar pendapat. Dalam melakukan dakwah seperti ini tidaklah mencari pembenaran atas pendapat tertentu, melainkan menghargai pendapat orang lain. Dalam dakwah seperti ini tidak dicari kemenangan dalam berdepat, melainkan yang dicari adalah mutiara kebenaran. Meski metode ini rentan debat, untuk itu yang penting dilakukan adalah dengan sangat memperhatikan kode etik dalam berdakwah dan menghargai pendapat orang lain.

Locke, An Essay Concerning Human Unders- tanding (Kay & Troutman, 1847).

(5)

Sekolah Dasar Islam (SDI) Mif- tahul Huda didirikan atas dasar semangat untuk mewujudkan anak- anak bangsa yang berkarakter Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah An-nahdliyah, cinta Indonesia dan segenap budayanya serta kemampuan intelektual tinggi dan keterampilan yang memadahi, guna dijadikan bekal untuk melanjutkan se- kolah pada jenjang lebih tinggi, yang pada akhirnya akan menjadi generasi emas Indonesia.

Sementara itu, tujuh poin misi SDI Miftahul Huda Nganjuk ini adalah:

1. Mentransformasikan ajaran dan nilai-nilai keislaman ahlussunnah wal jama’ah, ke-Indonesiaan dan kemanusiaan kepada semua siswa dan masyarakat;

2. Menyelenggarakan pengelolaan lembaga pendidikan yang amanah, profesional dan aktif menjalin kemitraan dengan stakeholder sekolah;

3. Mengintegrasikan kurikulum nasio- nal, kebutuhan global, pendidikan karakter keagamaan, didukung oleh ketrampilan bahasa Inggris – Arab dan multi media;

4. Memastikan bahwa semua siswa mampu mencapai kompetensi aka- demik minimal 8,00 dan kompe- tensi bahasa Inggris dan Arab secara lancar baik reading, speaking, maupun writing serta penguasaan ICT (information, computer &

technology) dalam proses pembela- jaran;

5. Menciptakan lingkungan belajar yang bersih, menyenangkan, islami dan menjadikan guru sebagai tela- dan (uswah) bagi siswa;

6. Mengembangkan materi dan meto- de dakwah islamiyah sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini dan memperkaya khazanah pengeta- huan peradaban negara-negara Islam dan negara-negara dengan penduduk islam terbesar guna terbangunnya wawasan yang men- dunia;

7. Menjalin kerjasama dengan berba- gai lembaga baik Pemerintah maupun swasta, dalam maupun luar negeri untuk mengembangkan sara- na prasana dan model pendidikan serta pengayaan materi kurikulum baik kurikulum sekolah maupun materi dakwah islamiyah.

2. Landasan Paham Gerakan Resis- tensi

Pengelola Yayasan Miftahul Huda menyadari bahwa Islam mengajarkan tentang rahmatan lil alamin. Hal terse- but disampaikan oleh Ketua Yayasan Miftahul Huda H. Roni Sya’roni, SH ketika peneliti menginterview di rumah kediamannya. Jawaban paling menarik yang disampaikan adalah tentang visi pokok di Yayasan Mifatahul Huda Keringan Nganjuk. Salah satu visinya yaitu membentuk pemahaman Islam ahlu sunnah wal jama'ah an-nahdliyyah.

Tidak hanya menyebut agama Islam yang berideologi ahlu sunnah wal jama'ah, namun dipertegas lagi dengan kata an-nahdliyyah. Istilah ini menurut H. Roni merujuk pada ideologi orga- nisasi masyarakat Nahdlatul Ulama.

"Ideologi ahlu sunnah di sini sama seperti di NU itu lah. Dengan menganut pada madzhaibul arba'ah atau empat madzhab. Asy'ariyah dalam sisi aqidahnya, Al-Ghozaly dalam sisi

(6)

tasawufnya, dan lain sebagainya. Terus kemudian di sini kita sudah jelaskan tidak hanya ahlu sunnah wal jama'ah tapi kita pastikan adalah an-nahdliyyah.

Dengan begitu metode-metode yang selama ini dikembangkan yang juga menjadi visinya NU. Memang sudah jelas jenis kelamin kita itu akidah ahlsu sunnah wal jama'ah an-nahdliyyah.

Gampangannya, kita sebut 'ala thoriqoti nahdlotil ulama."9

Penegasan tersebut bertujuan untuk memberi penjelasan bahwa ahlu sunnah wal jamaah (Aswaja) ini untuk membedakan dengan pandangan dari non NU. Dalam literatur akademik, disebut bahwa Nahdlatul Ulama menganut dua madzhab dalam bidang aqidah, empat madzhab di dalam bidang fikih, dan dua madzhab di dalam bidang tasawuf. Dua madzhab dalam bidang aqidah tersebut yaitu menganut Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Empat madzhab dalam bidang fikih di atas ialah menganut salah satu pendapat Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Hanafi, atau Imam Malik.

Sementara, dua madzhab yang dianut dalam bidang tasawuf yaitu Imam Ghozali dan Imam Junaid Al Baghdadi.10

Berbagai pandangan imam-imam tersebut kemudian ditarik garis besarnya ke dalam konsep metodologi.

Konsep metodologi pemikiran ini dianggap sebagai cara pemikiran yang cocok dan layak untuk diterapkan.

Metodologi pemikiran ini dikenal dengan istilah 4T, yang merupakan

9 H. Roni Sya’roni, Ketua Yayasan Miftahul Huda, 3 Agustus 2020.

10 Dijelaskan lebih lanjut di Tim, “Profil SDI Miftahul Huda.”

singkatan dari tawasuth, tawazun, ta'adul, dan tasamuh. Tawasuth meru- pakan pandangan yang selalu mengam- bil jalan tengah atau moderat. Tawazun yang merupakan sikap yang mengede- pankan keberimbangan dan harmoni.

Ta'adul yang merupakan sikap adil setiap mengambil keputusan. Dan Tasa- muh sebagai sikap toleran dalam berhu- bungan dengan sesama manusia.

Metodelogi pemikiran Aswaja seperti ini senantiasa menghindari sikap tatoruf atau ekstrim, baik sikap ekstrim kanan ataupun sikap ekstrim kiri. Metodologi Inilah yang menjadi tolak ukur dan esensi identitas sebagai ciri paham ahlu sunnah waljama'ah an-nahdliyah.

Menurutnya, pemahaman Islam yang rahmatan lil alamin itu kemudian diturunkan ke dalam program-program sekolah. "Kalau dulu sebelum covid dila- kukan dari pagi sampai sore. Kalau sudah sore mereka para siswa belajar di pondok pesantren. Pembelajaran Islam rahmatan lil alamin itu multi dimensi dan pasti visioner dengan melihat kebutuhan masyarakat kedepan yaitu masyarakat yang global tanpa ada sekat- sekat teritorial", ungkapnya saat diwa- wancarai peneliti di rumahnya.11

Sebagai lembaga pendidikan sekolah dasar, SDI Miftahul huda mela- kukan internalisasi pemahaman agama sekaligus praktek beragamanya. sebagai sebuah lembaga pendidikan yang paling dasar, mereka memahamai perlunya memberikan pembekalan pemahaman keagamaan sejak dini. Namun, pembe-

11 H. Roni Sya’roni, Ketua Yayasan Miftahul Huda.

(7)

rian pembelajaran itu disadarinya tidak mudah untuk dilakukan. Perlu berbagai pendekatan sehingga menemukan me- todologi dan konsep yang cocok untuk diterapkan. Melalui pendekatan itulah, pendidikan keagamaan diinternalisa- sikan.

Implementasi dalam pembelaja- ran aqidah diambilkan dari kitab aqi- datu al awam sebagai dasar paham ideologis. Di dalamnya diajarkan ber- bagai sifat-sifat Allah yang termasuk sifat wajib, jaiz, dan sifat muhal bagi Allah. Selain itu, siswa diajarkan berinteraksi dengan masyarakat juga menarik untuk dibahas. Mereka para siswa diajarkan memiliki sikap inklusif yang tidak tertutup dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Beberapa kegiatan sengaja diadakan oleh pihak sekolah dalam rangka pembiasaan.

Sebagai contoh, di Bulan Ramadhan para siswa diwajibkan membawa makanan dalam kemasan yang kemudian dibagi- kan langsung ke masyarakat sekitar sekolah. Dalam kegiatan tersebut para siswa diajarkan untuk saling berbagi dan memiliki sifat dermawan. "Jadi kita tidak hanya menagajak mereka untuk suka bersedekah, sedekah itu pahalanya begini begitu dan lain sebagainya. Tidak hanya di omongan saja, tapi memang benar-benar dipraktekkan".12 Dengan harapan standard kelulusannya yang ala ahlu Sunnah waljamaah an nahdliyah pengetahuan dengan wawasan keaga- maan dan kebangsaan.

Pembelajaran dengan Bahasa pengantar Bahasa inggris karena pihak- nya menyadari bahwa Bahasa terbagi ke dalam dua aspek yang saling berkaitan.

12 Wawancara dengan H. Roni Sya’roni.

Bahasa bisa dikategorikan sebagai pengetahuan di satu sisi, dan bahasa sebagai ketereampilan di sisi lainnya.

Dikatakan Islam yang rahmatan lil ala- min akan terbangun karena islam diterima oleh bangsa yang memiliki kebudayaan yang kuat. Dengan begitu, islam akan memberi ruh semangat membangun peradaban. Sebaliknya, jika Islam yang dibawa oleh orang-orang yang tidak memiliki kebudayaan maka Islam akan cenderung dangkal dan radikal. Islam yang tidak memiliki kebudayaan akan mudah hancur dan terpecah belah justru karena orang- orang yang ada di dalamnya. Selanjutnya Islam yang berperadaban akan lebih fleksibel terhadap situasi dan perkem- bangan zaman. Karena sesungguhnya Islam sendiri merupakan agama yang relevan sepanjang zaman.

Perihal hubungan mereka de- ngan masyarakat non-Muslim, pihak yayasan tidak dapat memberikan contoh secara kongkrit. Hal itu dikare- nakan siswa yang sekolah di SDI Miftahul Huda keseluruhan beragama yang sama yaitu Islam. Namun, menu- rutnya di dalam pembelajaran itu dipastikan bahwa diajarkan wawasan bahwa semua manusia itu perlu dihargai. Pengajaran seperti itu dimak- sudkan agar semua guru dan siswa menghargai semua manusia tanpa pandang agama mereka. Sementara itu, di tataran guru juga harus memiliki paham keagamaan toleran yang sama.

Ajaran tentang menghargai dan meng- hormati semua manusia termasuk non Muslim tidak semata-mata ditekankan

(8)

kepada murid, akan tetapi juga para pengajar di SDI Miftahul Huda.

3. Implementasi Gerakan Resistensi Kebetulan, SDI Miftahul Huda termasuk di dalam salah satu gugus SD yang sama dengan SD Katolik di lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Nganjuk.

Hubungan SDI Miftahul Huda dengan SD Katolik yang termasuk ke dalam satu gugus sekolah dasar tampak begitu akrab. Hal itu diwujudkan dalam interaksi antar guru dua sekolah itu salah satunya dengan sharing program dan metode pembelajaran. Justru dalam suatu momentum diceritakan satu gugus SD tersebut berkumpul di dalam satu acara. Menariknya, para siswa SDI Miftahul Huda terlihat sangat akrab dengan siswa dari SD Katolik.

Keakraban tersebut ternyata dihubungkan oleh satu media komuni- kasi, yaitu bahasa Inggris. Di SDI Miftahul Huda, program bahasa Inggris diterapkan di lingkungan sekolah.

Semua siswa SDI Miftahul Huda diwajibkan berkomunikasi mengguna- kan bahasa Inggris. Baik di dalam kegiatan belajar mengajar maupun pada waktu istirahat, mereka wajib meng- gunakan bahasa Inggris ketika berko- munikasi dengan sesama temannya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memberi pengantar dengan bahasa Inggris. Sementara materi untuk kemu- dian disampaikan menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut dilakukan agar selain siswa menguasai bahasa Inggris, mereka juga tidak kehilangan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi nega- ranya.

Penerapan bahasa Ingris di setiap harinya itu diharapkan mampu menjadi

penopang mereka para siswa yang hidup di era modern. Seluruh penge- tahuan dan interaksi lainnya di dunia global saat ini tidak bisa dipungkiri menggunakan bahasa Inggris. Penera- pan bahasa Inggris ini menjadi program unggulan yang digadang-gadang siswa bisa hidup cerah di kemudian hari.

Selama di sekolah, siswa wajib berin- teraksi menggunakan bahasa Inggris.

Jika ketahuan, mereka akan dikenakan denda Rp. 500 rupiah per kata. Penga- was dalam penerapan bahasa ini tidak oleh guru atau teacher, melainkan oleh siswa lain. Siswa yang bertugas menga- wasi dan melakukan denda atas sanksi disebut Police. Mereka adalah siswa yang masih duduk di kelas 3. Setiap istirahat tiba, mereka selalu berpatroli dan keliling sekolah mengontrol siswa lain yang ditemukan melanggar.

Tidak hanya tentang bahasa komunikasi yang tidak menggunakan bahasa Inggris yang dianggap melang- gar. Ada beberapa aturan yang dite- rapkan dan harus ditaati oleh semua siswa. Ada di antaranya juga siswa harus membuang sampah pada tempatnya, sekaligus mereka tidak boleh jajan di lingkungan sekolah. Jika ketahuan, akan dilakukan penindakan oleh police seko- lah tersebut, dengan pengenaan denda pada siswa yang melanggar itu. Denda yang dikenakan ini sebenarnya hanya sebagai panismen agar mereka taat pada aturan dan belajar disiplin, meskipun yang menindak temannya sendiri bah- kan adik kelasnya bagi siswa yang berada di kelas 4, kelas 5, dan kelas 6.

Hal itu mengajari mereka untuk taat pada aturannya dan bukan pada orangnya.

(9)

Denda yang terakumulasi dari hasil denda tersebut sebenarnya tidak untuk siapa-siapa atau kegiatan sekolah.

Melainkan, uang hasil denda tersebut masuk ke dalam kas rekening siswa.

Uang kas tersebut akan diberikan ketika mereka sudah lulus sekolah melalui rekening siswa. Uang denda ini sejatinya bukan untuk kepentingan sekolah, mela- inkan dikembalikan kepada siswa masing-masing. Akan tetapi informasi ini sengaja tidak diberitahukan kepada siswa agar mereka tetap taat kepada aturan sekolah. Model kurikulum SD Islam Miftahul Huda adalah K-Tigabelas Plus. Yaitu kurikulum berbasis kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

Sekolah ini tetap berpijak pada 8 standar nasional pendidikan dengan memperkuat karakter ke-Islaman Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah dan kebangsaan Indonesia. SDI Miftahul Huda mengem- bangkan ilmu pengetahuan melalui kompe- tensi nalar literatif (Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris) dan nalar numeratif (matematika dan sains) serta pengem- bangan keterampilan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan inovasi pembelajaran. Jika ditarik garis besarnya, SDI Miftahul Huda mengembangkan 4 pilar kurikulum yang bisa dilihat pada skema di bawah ini.

Dua elemen penting yang harus dipahami oleh siswa adalah wawasan keislaman dan ke-Indonesiaan. Ke- Islaman menjadi penting sebagai basis pemahaman ajaran bagi mereka karena muslim. Sekaligus nilai ke-Indonesiaan juga sama pentingnya karena bagai- manapun mereka tinggal di Indonesia.

Indonesia sebagai wilayah dan negara dimana mereka tinggal. Dengan pema- haman ke-Indonesiaan yang mempuni,

mereka diharapkan sebagai generasi yang mencintai tanah airnya. Tanah air yang aman membuat penduduknya sejahtera akan membuat nyaman mereka dalam beribadah. Mencintai tanah air itu sendiri merupakan wujud ibadah dalam rangka mewujudkan jargon "hubbul wathon minal iman".

Kesimpulan

Hasil penelitian di lapangan, peneliti menemukan perbedaan dan persamaan dalam mengimplementasi- kan gerakan resistensi gerakan radi- kalisme di Lembaga Pendidikan Islam Dasar. Kesamaaan SDI Miftahul Huda dan SDIT Ulul Albab dalam mengimplen- tasikan pemahaman resistensi terhadap gerakan radikalisme menggunakan pa- radigma ajaran Islam rahmatan lil alamin. Meskipun tafsir kedua Lembaga tersebut berbeda. Perbedaan ini dise- babkan adanya pengaruh organisasi keagamaan yang menjadi afiliasinya. SDI Miftahul huda mendefinisikan Islam rahmatan lil alamin sebagai ajaran mutlak dan harus dilaksanakan. Semen- tara itu, SDIT Ulul Albab mendefinisikan rahmatan lil alamin itu sebagai wujud kasih sayang Tuhan kepada umatnya.

Daftar Pustaka

Abaza, Mona. Changing Images of Three Generations of Azharites in Indonesia. 88. Institute of Southeast Asian, 1993.

———. “Islamic Education.” Perceptions and Exchanges: Indonesian Students in Cairo, Paris: Cahier de Archipel, 1994.

Abdullah, Taufik. “History, Political Images and Cultural Encounter:

The Dutch in the Indonesian

(10)

Archipelago.” Studia Islamika 1,

no. 3 (1994).

http://journal.uinjkt.ac.id/index.

php/studia-

islamika/article/view/848.

Abuddin Nata. “Islam Rahmatan Lil Alamin Sebagai Model Pendidikan Islam Memasuki Asean Community,” 7 Maret 2016. http://fitk.uin- malang.ac.id/.

Afif, Zarkasi, Agus Nurul Saripudin, Muhammad Fatichuddin, Muhammad Zamroni Ahbab, dan Ibnu Athoillah. Quran In Word Kemenag. MS. Word. Jakarta:

Lajnah Pentashih Mushaf al- Quran Kemenag, 2016.

Al-Jurjani, Abu Hasan. At-Ta’rifat. ad-Dar at-Tunisiyah li an-Nasyr, 1971.

Al-Mahalli, Imam Jalaluddin, dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. 6 ed. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008.

Al-Tabari. Jami’ Al-Bayan. Muassasah Al- Risalah, 2000.

Ammi Nur Ba’its. “Mendidik Generasi Rabbani.” Buletin At-Tauhid.

Diakses 13 Agustus 2020.

https://buletin.muslim.or.id/me ndidik-generasi-rabbani/.

“Arti kata langgar-2 - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.”

Diakses 29 Agustus 2020.

https://kbbi.web.id/langgar-2.

Ashfahani, Ar-Raghib al-. Mu’jam Mufradat Alfadh al-Qur’an.

Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Azra, Azyumardi. Globalization of Indonesian Muslim discourse:

contemporary religious- intellectual connections between

Indonesia and the Middle East.

Jakarta: INIS, 2002.

Carey, Peter BR. Orang Jawa dan Masyarakat Cina 1755-1825.

Jakarta: Pustaka Azet, 1986.

Creswell, John W. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches. Third edition.

Los Angeles: SAGE Publications, Inc, 2012.

Denzin, Norman K. The Research Act: A Theoretical Introduction to Sociological Methods.

Transaction Publishers, 2017.

Dey, Ian. Qualitative Data Analysis: A User-Friendly Guide for Social Scientists. London: New York, NY : Routledge, 1993.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren:

Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1982.

Din, Abd al-Amir Syam al-. al-Fikr al- Tarbawiy ind Ibn Khaldun wa Ibn Al-Azraaq. Libanon: Daar Iqra, t.t.

Esposito, John L. Ancaman Islam: Mitos atau Realitas? Bandung: Mizan, 1994.

Fadjar, A. Malik, Dhorifi Zumar, dan Sulthon Fa Dja’far. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Dunia, 1999.

Farid Abdul Khaliq. Fi al-Fiqh al-Islami:

Mabadi’ Dusturiyat. Mesir: Daar el-Surq, 1968.

Fisher, Simon, Jawed Ludin, Stave Williams, Dekha Ibrahim Abdi, Richard Smith, dan Sue Williams.

Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak.

Jakarta: The British Council, 2001.

Freire, Paulo. Pendidikan yang membebaskan. Diterjemahkan oleh Martin Eran dan Mujib

(11)

Hermani. Malang: Media Lintas Batas (Melibas), 2001.

Fuad, A. Jauhar. “Infiltrasi Salafi Wahabi pada Buku Teks di Madrasah dan Respons Warga Nahdliyin.”

Maraji: Jurnal Ilmu Keislaman 1, no. 2 (2 Maret 2015): 361–92.

Fuad Jabali, ed. Islam Rahmatan Lil

‘Alamin. Jakarta: Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2011.

Gülen, M. Fethullah. Toward Global Civilization Love Tolerance.

Tughra Books, 2010.

H. Roni Sya’roni. Ketua Yayasan Miftahul Huda, 3 Agustus 2020.

Hamidullah, Muhammad. Majmu’ al- Watsaiq al-Siyasiyat li al-’Ahd al- Nabawi wa al-Khilafat al- Rasyidat. Beirut: Dar al-Irsyad, 1969.

Hari Pujianto. “Studi Tentang Penafsiran Sufistik Al Ghazali Terhadap al- Qur’an Surat An Nur Ayat 35.”

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 1997.

Husein, Fatimah. Muslim-Christian relations in the New Order Indonesia: the exclusivist and inclusivist Muslims’ perspectives.

PT Mizan Publika, 2004.

Ilyas, Hamim. Fikih Akbar: Prinsip- Prinsip Teologis Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Tangerang Selatan:

Pustaka Alvabet, 2018.

Jawzi, Ibn al-. Nuzhah al-A’yun al- Nawazir. Muassasa al-Risalah, 1987.

JPNN, Yan. “Diduga Terkait Terorisme, Dede Yusuf Disergap Densus 88 Antiteror.” Berita.

www.jpnn.com, 16 Mei 2019.

https://www.jpnn.com/news/di duga-terkait-terorisme-dede-

yusuf-disergap-densus-88- antiteror/.

Kemendikbud. “Data Referensi Pendidikan.” Diakses 4 Februari 2020.

https://referensi.data.kemdikbu d.go.id/index11.php?level=3&ko de=051414&id=5.

Kuntowijoyo. Paradigma Islam:

Interpretasi Untuk Aksi.

Disunting oleh AE Priyono.

Yogyakarta: Tiara Wacana, 2017.

Kurnia, Ayu. “Profil Dr. Yusuf al- Qaradhawi.” Diakses 13 Agustus 2020.

https://m.merdeka.com/dr- yusuf-al-qaradhawi/profil/.

Laila, Azzah Nor, dan Fathur Rohman.

“Pesantren Amtsilati Sebagai Role Model Pendidikan Berbasis Anti Radikalisme di Jepara.” | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam 1, no. 2 (2018).

Le Bon, Gustav. Arab civilization. French:

Libairie Firmin Diderot, 1884.

Mahmudah. Wali Murid SDIT Ulul Albab, 4 Februari 2020.

Malik, Abd., Nugroho, dan Aris Dwi.

“Paradigma Penelitian Sosiologi.”

Sosiologi Reflektif 8, no. 1 (2013).

Masduqi, Irwan. “Deradikalisasi Pendidikan Islam Berbasis Khazanah Pesantren.” Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 1 (2013):

1–20.

Meleong, Lexy J. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989.

Meria, Aziza. “Pendidikan Islam di Era Globalisasi dalam Membangun Karakter Bangsa.” Al-Ta lim Journal 19, no. 1 (20 Februari

2012): 87–92.

(12)

https://doi.org/10.15548/jt.v19 i1.10.

Muhab, Sukro, Ade Mujiyat, Yessy Yanita Sari, Endah Tri K, dan Suhartono.

Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu - Jaringan Sekolah Islam Terpadu. Disunting oleh Suhartono. Jakarta: CV. Robbani Press, 2011.

Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2009.

Norwegian Ministry of Justice and Public Security. “Action Plan against Radicalisation and Violent Extremism.” Action Plan.

Norwegian Ministry of Justice and Public Security, 2014.

“Pengertian Sekolah Islam Terpadu | Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) INDONESIA.” Diakses 25 Agustus 2021. https://jsit- indonesia.com/sample-

page/pengertian-sekolah-islam- terpadu/.

“Portal Kab. Nganjuk.” Diakses 13

Agustus 2020.

https://www.nganjukkab.go.id/.

Qardhawi, Yusuf al-. al-Muslimûn wa al-

’Aulamah. Kairo: Dar Tauzi’wa al- Nasyr, 2000.

Rahardjo, M. Dawam, dan Budhy Munawar Rachman. Ensiklopedi al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci. Cet. 1. Jakarta: Paramadina dan Jurnal Ulumul Qur’an, 1996.

Rahman, Fazlur. Islam and Modernity:

Transformation of an Intellectual Tradition. Vol. 15. Chicago:

University of Chicago Press, 1984.

Rahmat, M. Imdadun. Ideologi Politik PKS; Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen. LKIS PELANGI AKSARA, 2008.

Ramadhan, Haris. “Deradikalisasi Paham Keagamaan melalui Pendidikan Islam Rahmatan Lil’alamin: Studi Pemikiran Pendidikan Islam KH.

Abdurrahman Wahid.” Masters, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2016.

http://etheses.uin- malang.ac.id/6236/.

Ricklefs, Merle Calvin. Sejarah Indonesia Modern, 1200-2004. Jakarta:

Penerbit Serambi, 2005.

Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman.

Modern Sociological Theory.

McGraw-Hill, 2004.

Roff, William R. “Indonesian and Malay Students in Cairo in the 1920’s.”

Indonesia, no. 9 (1970): 73–87.

Rokhmad, Abu. “Rasikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal.” Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no. 1 (30 Mei 2012): 79–114.

BPS. “Sensus Penduduk 2010 - Penduduk Menurut Umur

Tunggal, Daerah

Perkotaan/Perdesaan, dan Jenis Kelamin | Provinsi Jawa Timur.”

Diakses 13 Agustus 2020.

http://sp2010.bps.go.id/index.p hp/site/tabel?tid=262&wid=350 0000000.

Shawi, Shalah. “Wahdat al-’Amal alIslâmiy fî Muwâjahat A’âshir al’Aulamah.” al-Manâr al-Jadîd, 2000.

Shihab, M Quraish. Tafsir Al-Misbah. 4 ed. VIII vol. Jakarta: Lentera Hati, 2005.

(13)

Shihab, Moh Quraish, ed. Ensiklopedia al- Qur’an: Kajian Kosakata. Cet. 1.

Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru. Jakarta:

Rajawali Pers, 2009.

Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern.

Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1986.

Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:

Kencana, 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta, 2011.

———. Metode Penelitian Pendidikan:

(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung:

Alfabeta, 2008.

Sunyoto, Agus. Atlas Walisongo.

Bandung: Pustaka Iman, 2012.

Sutrisno. Fazlur Rahman Kajian terhadap Metode, Epistimoilogi dan Sistem Pendidikan Islam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Tim. “Profil Pendirian Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ulul Albab.” LPI Ulul Albab, 2006.

Nganjuk.

———. “Profil Sekolah Dasar Islam Miftahul Huda,” 2018.

“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,” 2003.

Arsip Nasional.

Ustadz Marjo. Ketua Yayasan Ulul Albab, 16 Agustus 2020.

Wahid, Abdurrahman. Islamku Islam Anda Islam Kita. Jakarta: Wahid Institute, 2006.

Wan Mohd Nor Wan Daud. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.

Naquib Al-Attas. Diterjemahkan oleh Hamid Fahmi et al. Bandung:

Mizan, 2003.

Watt, William Montgomery. Muhammad at Medina. London: Oxford University Press, 1969.

———. Muhammad: Prophet and Statesman. London: Oxford University Press, 1961.

Widiastuti, Rina. “Viral Karnaval TK Bercadar Dan Bersenjata, Ini Kata Pihak Sekolah.” Tempo, 18

Agustus 2018.

https://nasional.tempo.co/read/

1118333/viral-karnaval-tk- bercadar-dan-bersenjata-ini- kata-pihak-sekolah.

Wiwik Budiwiyatni. Kepala Sekolah SDIT Ulul Albab Loceret, 5 Agustus 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya siswa membuat ke- simpulan terkait materi yang telah dipelajari dengan menggunakan bahasa sendiri yang jelas serta tersusun secara logis dan sistematis

Umur memiliki peranan yang cukup penting misalnya umur pertama kali beranak sangat mempengaruhi produktivitas ternak tersebut sebab ternak yang dikawinkan pada

[r]

Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk : kayu, papan terentang, untuk steger menggunakan dolken, kaso atau scaffoldingLain-lain bahan yang

Laporan Tren Global tahunan terbaru dari UNHCR menunjukan peningkatan tajam dalam jumlah orang-orang yang terpaksa lari dari rumah mereka, yaitu sebanyak 59,5 juta orang terpaksa

Pengertian pelatihan menurut Sikula yang dikutip oleh Mangkunegara (2007), pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematik dan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah rekam medis pasien, catatan pengobatan pasien dan rincian biaya medis langsung selama pengobatan untuk mengetahui

Situasi ini menjadikan masyarakat menjadi semakin terbuka pada keyakinan-keyakinan lain. Sehingga mereka menjadi terbagi dua, yaitu mereka yang terpengaruh oleh perkembangan