YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
73 PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RESIKO
SISTIMATIK TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA INDEKS LQ 45 TAHUN 2014-2018
--- Dede Pramurza, Dewi Ernita
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sakti Alam Kerinci
(Naskah diterima: 1 September 2022, disetujui: 31 Oktober 2022)
Abstract
This study aims to determine the effect of fundamental factors and systematic risk on stock prices with objects in companies listed on the LQ 45 index in 2014-2018. Fundamental factors are measured using Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) which have represented each company reporting account. While systematic risk is measured using stock beta. The samples used in this study were 21 companies listed on the LQ 45 index for 2014-2018 and the sample was taken using purvosive sampling.
The results of the study found that the independent variables namely Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) and Systematic Risk had no effect on stock prices while Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) had an influence. This study has an adjusted R-square value of 0.813 which indicates the ability of the independent variables in this study to include Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) and systematic risk. can explain the dependent variable of 81.3%, while the remaining 18.9% is explained by other variables that are not included in this research model.
Companies need to pay attention to the ability to maintain the value of Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) because this affects investors' considerations in investing
Keywords: fundamental factors and systematic risk
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental dan risiko sistematis terhadap harga saham dengan objek pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018. Faktor fundamental diukur menggunakan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS),Debt to Equity Ratio (DER) yang telah mewakili setiap akun pelaporan perusahaan. Sedangkan risiko sistematis diukur menggunakan beta saham. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 21 perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018 dan pengambilan sampel menggunakan purvosive sampling. Hasil penelitian menemukan bahwa variabel independen yaitu Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Resiko Sistimatis tidak berpengaruh terhadap harga saham sedangkan Earning Per Share (EPS),Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh. Penelitian ini memiliki nilai adjusted R- square sebesar 0,813 yang menunjukan kemampuan variabel independen pada penelitian ini meliputi Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS),Debt to
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
74 Equity Ratio (DER) dan risiko sistematis dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 81,3%, sedangkan sisanya sebesar 18,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Perusahaan perlu memperhatikan kemampuan dalam menjaga nilai Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) karena hal tersebut mempengaruhi pertimbangan investor dalam berinvestasi
Kata Kunci : factor-faktor fundamental dan resiko sistematis
I. LATAR BELAKANG
Keberadaan pasar modal di Indonesia dirasakan sangat penting bagi kegiatan perekonomian di Indonesia. Dimana diharapkan dengan adanya pasar modal mampu berfungsi secara optimal dalam memberi kontribusi pada perekonomian.
Pasar modal juga merupakan fasilitator dalam menjembatani hubungan antara investor sebagai pemilik dana dengan perusahaan yang menjual sahamnya dalam membiayai kegiatan operasional dan usahanya. Perkembangan pasar modal di Indonesia yang baik merupakan indikator bahwa pasar modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan, selain itu dengan semakin berkembangnya pasar modal juga menunjukan adanya kepercayaan pemodal akan investasi di pasar modal Indonesia cukup baik. Dengan berkembangnya pasar modal Indonesia yang baik merupakan cita-cita seluruh stakeholders.
Maka untuk itu dibutuhkan kerja sama seluruh pihak agar dapat menjaga pasar modal
Indonesia pada kondisi stabil dengan mengerahkan seluruh upaya terbaik.
Tingkat permintaan dan penawaran terhadap harga saham mempengaruhi fluktuatif harga saham dipasar modal. Selain itu pasar modal juga memberikan informasi kondidi dan kinerja keuangan perusahaan yang akan mempengaruhi harga saham yang tawarkan ke publik yang menjadi gambaran masa depan perusahaan dimasa yang akan datang yang dilihat dari profitabiliasnya. Hal ini merupakan modal dasar investor dalam memutuskan dirinya untuk berinvestasi. Keputusan untuk beinvestasi tentu juga memiliki resiko, dimana resiko merupakan penyimpangan tingkat keuntungan yang di peroleh dengan tingkat keuntungan investasi. Resiko dalam berinvestasi saham secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu : Resiko Sistematis dan Resiko Tidak Sistematis dimana Resiko Sistematis merupakan resiko yang tidak dapat dihindari sedangkan Resiko Tidak Sistematis merupakan resiko investasi yang dapat di hindari melalui
K
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
75 diversifikasi saham dengan membentuk
portofolio optimal.
Untuk menghindari resiko dalam beinvestasi, para investor cenderung mengambil titik aman berinvestasi dengan membeli saham perusahaan yang masuk pada indeks yang dipantau perkembangannya oleh Bursa Efek Indonesia. Salah satunya Indeks LQ 45 yang merupakan salah satu indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI), di mana indeks tersebut diperoleh dari perhitungan 45 emiten dengan seleksi kriteria seperti penilaian atas likuiditas.
Untuk mengetahui kinerja saham-saham perusahaan pada Indeks LQ 45, Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau dan mengevaluasi kinerja saham-saham di dalam Indeks LQ 45. Setiap 6 bulan sekali, BEI juga mengadakan penilaian terhadap Indeks LQ 45.
Saham yang kinerjanya menurun akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan bagi perusahaan yang duduk di jajaran LQ 45 merupakan suatu kehormatan bagi sebuah perusahaan karena hal itu menandakan jika pelaku pasar modal percaya dan juga telah mengakui jika tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar dari perusahaan tersebut baik.
Maka dengan penjelasan diatas peneliti tertarik mengajukan judul penelitian dengan judul
“Pengaruh faktor-faktor fundamental dan resiko sistimatik terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018”.
1.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat secara parsial dan simultan pengaruh faktor-faktor fundamental dan resiko sistimatik terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014- 2018.
2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh faktor-faktor fundamental dan resiko sistimatik terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018.
1.2 Tujuan Penelitian
Secara umum ada beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelummnya, yang menjadi kebaruan penelitian. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh pengaruh faktor-faktor fundamental dan resiko sistimatik terhadap harga saham pada
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
76 perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45
tahun 2014-2018.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal pada pasal 1 butir 14, definisi pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang telah diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Fahmi (2014) adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau memperkuat modal perusahaan.
Sedangkan menurut, Rivai, et al., (2013) pasar modal merupakan suatu tempat yang terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan sering dikenal sebagai bursa efek. Maka dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah suatu tempat kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum perdagangan efek perusahaan publik yang menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran
jual dan beli efek dari pihak lain dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau memperkuat modal perusahaan
2.2 Saham
Menurut Fahmi (2014) defenisi saham adalah merupakan Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan dengan kertas yang tercantum jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya dan persediaan yang siap untuk dijual. Menurut Rivai, et al., (2013), wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut merupakan pemilik perusahaan. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut. Bagi investor sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran dalam memperoleh laba perusahaan yang berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.
Menurut Eduardus Tandelilin (2010) mendefinisikan bahwa saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Sedangkan menurut
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
77 Kasmir (2014) saham merupakan surat
berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya pemilik saham merupakan pemilik perusahaan, semakin besar saham yang dimilikinya maka semakin besar pula kekuasaannya diperusahaan tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal dengan nama dividen dan pembagiannya ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS.
Maka dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa saham adalah Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan dengan wujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut merupakan pemilik perusahaan yang semakin besar saham yang dimilikinya maka semakin besar pula kekuasaannya diperusahaan tersebut.
2.3 Harga Saham
Menurut Brigham dan Houston (2010) harga saham merupakan penentu kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “rata-
rata” jika investor membeli saham. Menurut Jogiyanto (2013) bahwa harga saham adalah harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal. Menurut Tandelilin (2010) harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro suatu negara serta kondisi ekonomi global. Dari pengertian-pengertian diatas peneliti dapat menyatakan bahwa harga saham bisa berubah-ubah dalam waktu yang begitu cepat karena harga saham ditentukan berdasarkan mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal.
2.4 Faktor-faktor fundamental
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham terdiri dari :
1. ROA (Return On Asset)
Menurut Kasmir (2014) yaitu merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
78 perusahaan. Menurut Fahmi (2014)
pengertian return on assets sering juga disebut sebagai return on investment, karena ROA ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan
2. ROE (Return On Equity),
Menurut Kasmir (2014) Return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat. Rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham di bagi dengan total ekuitas pemegang saham
3. Earning Per Share (EPS),
Menurut Eduardus Tandelilin (2010) EPS menujukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Fahmi (2014) merupakan pendapatan per
lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.
4. Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Fahmi (2014) Debt to Equity Ratio (DER) ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Sedangkan menurut Kasmir (2014), Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas.
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kredior) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang.
2.5 Resiko Sistimatik
Menurut Eduardus Tandelilin (2010) dalam teori portofolio modern telah diperkenalkan bahwa risiko investasi total
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
79 dapat dipisahkan menjadi dua jenis risiko, atas
dasar apakah suatu jenis risiko tertentu dapat dihilangkan dengan diversifikasi, atau tidak.
Kedua jenis risiko tersebut yaitu :
1. Risiko Sistematis atau dikenal dengan risiko pasar merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan.
2. Risiko Tidak Sistematis atau dikenal sebagai dengan risiko spesifik (risiko perusahaan), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.
Menurut Jogiyanto, (2013) untuk mengukur resiko sistimayik menggunakan Resiko Beta yang merupakan pengukur risiko sistematis (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu.
Jika fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio secara statistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar, maka beta dari sekuritas atau portofolio tersebut bernilai1.
KERANGKA PEMIKIRAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup dalam penelitian ini mengenai Pengaruh Pengaruh faktor-faktor fundamental dan resiko sistimatik terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018. Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dari bulan Agustus sampai dengan September 2019 3.2 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data sekunder yaitu data yang telah diolah yang diperoleh dari studi kepustakaan serta laporan-laporan yang
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
80 berhubungan dengan penelitian, data ini
merupakan data teoritis dijadikan sebagai penguat dan sebagai landasan berpikir pada penelitian ini.
3.3 Sumber data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah laporan-laporan keuangan perusahaan perusahaan tercatat yang tergabung pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018 melalui website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id 3.4 Metode Pengumpulan Data
Tenik pengumpulan data dalam penelitian ini mengambil data dengan cara penelitian kepustakaan (library research) yaitu mencari landasan teori dan konsep-konsep yang relevan dengan penelitian ini dari buku literature, jurnal-jurnal yang terkait dengan penelitian ini serta data yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id 3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2014:115) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah
pada perusahaan yang tergabung pada Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2014- 2018 yaitu sebanyak 45 perusahaan.
3.5.2 Sampel
Sugiyono, (2014:116) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sampel dari penelitian ini ditentukan dengan metode puosive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria dan sistematika tertentu.
Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan yang tergabung pada Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia konsisten dari tahun 2014 sampai 2018
2. Mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam website perusahaan atau website Bursa Efek Indonesia selama periode 2014-2018.
3. Mengungkapkan data-data yang berkaitan dengan variabel penelitian dan tersedia secara lengkap pada publikasi selama periode 2014-2018.
4. Tidak delisting dari Bursa Efek Indonesia selama periode 20143-2018.
5. Tidak pindah sektor selama tahun pengamatan 2014-2018.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
81 6. Perusahaan yang tergabung pada Indeks
LQ 45 di Bursa Efek Indonesia konsisten dari tahun 2014 sampai 2018
Berdasarkan kriteria diatas maka dapat kita ketahui dari 45 perusahaan yang tergabung di LQ45 tidak semuanya yang menenuhi kriteria. Adapun perusahaan tergabung pada Indeks LQ 45 yang memenuhi kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :
Perusahaan Terdaftar Indeks LQ 45 tahun 2014-2018
No. Nama Perusahaan Kriteria Perusahaan
Sampel 1 2 3 4 5 6
1. Astra Argo Lestari − √ √ √ √ √ X
2. Adro Energi √ √ √ √ √ √ √
3. Akr Coporindo √ √ √ √ √ √ √
4. Aneka Tambang − √ √ √ √ √ X
5. Astra International √ √ √ √ √ √ √
6. Alam Sutera Realty − √ √ √ √ √ X
7. Bank Central Asia √ √ √ √ √ √ √
8. Bank Negara Indonesia √ √ √ √ √ √ √ 9. Bank Rakyat Indonesia √ √ √ √ √ √ √ 10. Bank Tabungan Negara − √ √ √ √ √ X
11. Bank Danamon − √ √ √ √ √ X
12. Bhakti Investama − √ √ √ √ √ X
13. Sentul City − √ √ √ √ √ X
14. Bank Mandiri √ √ √ √ √ √ √
15. Global Mediacom √ √ √ √ √ √ X
16. Bumi Seong Damai √ √ √ √ √ √ √
17. Bumi Recouses − √ √ √ √ √ X
18. BW Platation − √ √ √ √ √ X
19. Charoen Pokphand Indo − √ √ √ √ √ X
20. XL AXiata − √ √ √ √ √ X
21. Gudang Garam √ √ √ √ √ √ √
22. Garuda Indonesia − √ √ √ √ √ X
23. Harum Energy − √ √ √ √ √ X
24. Indofood CBP √ √ √ √ √ √ √
25. Indomobil Sukses Int. − √ √ √ √ √ X
26. Vale Indonesia − √ √ √ √ √ X
27. Indofood Sukses Makmur √ √ √ √ √ √ √
28. Indika Energy √ √ √ √ √ √ √
29. Indocement Tunggal P √ √ √ √ √ √ √
30. Indo Tambang Raya − √ √ √ √ √ X
31. Jasa Marga √ √ √ √ √ √ √
32. Kalbe Farma √ √ √ √ √ √ √
33. Lippo Karawaci √ √ √ √ √ √ √
34. PP London Sumatera − √ √ √ √ √ X
35. Malindo Feedmill − √ √ √ √ √ X
36. Mitra Adiperkasa − √ √ √ √ √ X
37. Media Nusantara Citra √ √ √ √ √ √ √ 38. Perusahaan Gas Negara √ √ √ √ √ √ √
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perusahaan yang memenuhi kriteria atau konsisten pada indeks LQ 45 pada penelitian ini sebanyak 21 perusahaan.
3.6 Alat Analisis Data
1. Analisis Regreasi Linear Berganda Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Persamaan yang digunakan adalah :
Y = a + + + + + e Dimana :
Y : Harga Saham X1 : ROA
X2 : ROE X3 : EPS X4 : DER
X5 : Resiko Sistimatik
b1, b2, b3, b4, b5 : Angka arah atau koefisien regresi
a : Konstanta e : Residual
2. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besar kecilnya X terhadap Y dapat ditentukan dengan Rumus
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
82 determinasi dengan menggunakan rumus dari
Sugiyono (2013) sebagai berikut : KD = x 100 %
Keterangan :
KD : Koefisien Determinasi r : Koefisien Korelasi 3.7 Uji Hipotesis
1. Hipotesis Uji F (Secara Simultan)
Menurut Sugiyono (2013), uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat didalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen dengan rumus :
Keterangan :
= Koefisien determinasi k = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota data atau kasus
F hasil perhitungan ini dibandingkan dengan F tabel yang diperoleh dengan menggunakan tingkat resiko atau signifikan level 5%.
a. H0 ditolak jika F hitung > F tabel atau nilai sig < ɑ
b. H0 diterima jika F hitung < F tabel atau nilai sig < ɑ
2. Hipotesis Uji t (Secara Parsial)
Uji t melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikasi peran secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap konsta.
Menurut Sugiyono (2013), menggunakan rumus:
Keterangan:
t = Distribusi t r = Korelasi parsial
= Koefisiensi determinasi n = Jumlah anggota sampel
Hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan t tabel dengan menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
83 a. H0 ditolak jika t hitung > t tabel atau
nilai sig < ɑ
b. H0 diterima jika t hitung > t tabel atau nilai sig < ɑ
Dengan hipotesis sebagai berikut:
1. Variabel independen
H0 : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel return on asset, return on equity, Earning per Share, Debt to Equity Ratio dan Resiko sistimatik secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018 H0 : 0 : Terdapat pengaruh yang
signifikan antara masing- masing variabel return on asset, return on equity, Earning per Share, Debt to Equity Ratio dan Resiko sistimatik secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan
yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018 IV. OBJEK PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek
Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.Adapun perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dapat diketahui sebagai berikut :
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
84 1. Perang Dunia I dan II (Kolianial Belanda)
Pada masa perang dunia oertama tepatnya pada Desember 1912. Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda namun tahun pada masa Perang Dunia I 1914-1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. Pada tahun 1925-1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya namun tahun 1939.
Dikarenakan isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup kembali selama kurun waktu tahun 1942-1952.
2. Pasca Kemerdekaan (1952-1977)
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 sampai tahun 1977 walaupun ada Program nasionalisasi perusahaan Belanda.Bursa Efek semakin tidak aktif.
Sampai dengan tahun 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
3. Tahun 1977- 1990
Pada 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal).Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
Bahkan dari tahun 1977 sampai 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu.
Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24.Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
Pada tahun 1987 ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia dan antara tahun 1988 sampai 1990 Paket deregulasi di bidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan.
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat tepatnya pada 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Desember 1988
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
85 Pemerintah mengeluarkan Paket
Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. Dan pada 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
4. Tahun 1990-1999
Pada 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ.
BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.Pada 22 Mei 1995 Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).Dan dilanjutkan pada 10 November 1995 , pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Dengan adanya perkembangan teknologi pada tahun1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
5. Tahun 2000- Sekarang
Pada tahun 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
Tahun 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Selanjutnya tahun 2007:
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada 2 Maret 2009 : Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS- NextG. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini memulai operasinya pada 1 Desember 2007, Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama Erry Firmansyah, mantan direktur utama BEJ, Mantan Direktur Utama Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan.
4.1.2 Profil Singkat Perusahaan Indeks LQ -45
Adapun profil singkat Perusahaan Indeks LQ 45 yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
86 1. Adaro Energy Tbk (ADRO) didirikan
dengan nama PT Padang Karunia tanggal 28 Juli 2004 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Juli 2005. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Adaro Energy Tbk, yaitu: PT Adaro Strategic Investments (43,91%) dan Garibaldi Thohir (presiden direktur) (6,18%). IPO pada tanggal ada 04 Juli 2008, ADRO.
2. AKR Corporindo Tbk (AKRA) didirikan di Surabaya tanggal 28 Nopember 1977 dengan nama PT Aneka Kimia Raya dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada bulan Juni 1978.Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham AKR Corporindo Tbk adalah PT Arthakencana Rayatama (58,58%).Penawaran Umum Perdana Saham AKRA (IPO) dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 03 Oktober 1994.
3. Astra International Tbk (ASII) didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated.
Pemegang saham terbesar Astra International Tbk adalah Jardine Cycle &
Carriage Ltd (50,11%), perusahaan yang
didirikan di Singapura. Jardine Cycle &
Carriage Ltd merupakan entitas anak dari Jardine Matheson Holdings Ltd, perusahaan yang didirikan di Bermuda.
Astra memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), antara lain: Astra Agro Lestari Tbk (AALI), Astra Graphia Tbk (ASGR), Astra Otoparts Tbk (AUTO) dan United Tractors Tbk (UNTR). Selain itu, Astra juga memiliki satu perusahaan asosiasi yang juga tercatat di BEI, yaitu Bank Permata Tbk (BNLI). Penawaran Umum Perdana Saham ASII (IPO) dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 April 1990.
4. Bank Central Asia Tbk (Bank BCA) (BBCA) didirikan di Indonesia tanggal 10 Agustus 1955 dengan nama “N.V.
Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory” dan mulai beroperasi di bidang perbankan sejak tanggal 12 Oktober 1956. Saat ini, Bank BCA memiliki 989 kantor cabang di seluruh Indonesia serta 2 kantor perwakilan luar negeri yang berlokasi di Hong Kong dan Singapura.Pemegang saham yang memiliki
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
87 5% atau lebih saham Bank BCA adalah PT
Dwimuria Investama Andalan (54,94%).
Pemegang saham PT Dwimuria Investama Andalan adalah sdr. Robert Budi Hartono dan Sdr. Bambang Hartono, sehingga pengendali terakhir Bank BCA adalah sdr.
Robert Budi Hartono dan Sdr. Bambang Hartono.Penawaran Umum Saham Perdana BBCA (IPO) dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Mei 2000.
5. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (Bank BNI) (BBNI) didirikan 05 Juli 1946 di Indonesia sebagai Bank Sentral. Pada tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi “Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 60,00%.Penawaran Umum Perdana Saham BBNI (IPO) dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 25 November 1996.
6. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Bank BRI) (BBRI) didirikan 16 Desember
1895. Saat ini, BBRI memiliki 19 kantor wilayah, 1 kantor inspeksi pusat, 19 kantor inspeksi wilayah, 462 kantor cabang domestik, 1 kantor cabang khusus, 609 kantor cabang pembantu, 984 kantor kas, 5.380 BRI unit, 3.180 teras & teras keliling dan 3 teras kapal.Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBRI (IPO) kepada masyarakat.
7. Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri) (BMRI) didirikan 02 Oktober 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999. Saat ini, Bank Mandiri mempunyai 12 kantor wilayah domestik, 83 kantor area, dan 1.297 kantor cabang pembantu, 1.075 kantor mandiri mitra usaha, 178 kantor kas dan 6 cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands, Singapura, Hong Kong, Dili Timor Leste, Dili Timor Plaza dan Shanghai (Republik Rakyat Cina).Bank Mandiri didirikan melalui penggabungan usaha PT Bank Bumi Daya (Persero) (“BBD”), PT Bank Dagang Negara (Persero) (“BDN”), PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero)
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
88 (“Bank Exim”) dan PT Bank
Pembangunan Indonesia (Persero) (“Bapindo”).Pemegang saham pengendali Bank Mandiri adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 60%.Pada tanggal 23 Juni 2003, BMRI memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BMRI (IPO)
8. Gudang Garam Tbk (dahulu PT Perusahaan Rokok Tjap) (GGRM) didirikan tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Gudang Garam Tbk adalah PT Suryaduta Investama (69,29%) dan PT Suryamitra Kusuma (6,26%). PT Suryaduta Investama merupakan induk usaha dan induk usaha terakhir GGRM.Penawaran Umum Perdana Saham GGRM (IPO) dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Agustus 1990.
9. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan 02 September 2009 dan mulai beroperasi secara komersial pada
tahun 1 Oktober 2009. ICBP merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha Divisi Mi Instan dan Divisi Penyedap Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), pemegang saham pengendali. Induk usaha dari Indofood CBP Sukses Makmur Tbk adalah INDF, dimana INDF memiliki 80,53%
saham yang ditempatkan dan disetor penuh ICBP, sedangkan induk usaha terakhir dari ICBP adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong.Penawaran Umum Perdana Saham ICBP (IPO) kepada masyarakat dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 07 Oktober 2010.
10. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Induk usaha dari Indofood Sukses Makmur Tbk adalah CAB Holding Limited (miliki 50,07% saham INDF), Seychelles, sedangkan induk usaha terakhir dari Indofood Sukses Makmur Tbk adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong.Penawaran Umum Perdana Saham INDF (IPO) dan dicatatkan pada Bursa
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
89 Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli
1994.
11. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) didirikan tanggal 16 Januari 1985 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1985. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, yaitu: Brichwood Omnia Limited, Inggris (induk usaha) (51,00%). Penawaran Umum Perdana Saham INTP (IPO) kepada masyarakat dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05 Desember 1989.
12. Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) didirikan tanggal 01 Maret 1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978. Pemegang saham pengendali Jasa Marga (Persero) Tbk adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 70,00%.
13. Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September 1966 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966.Pemegang saham yang memiliki 5%
atau lebih saham Kalbe Farma Tbk, antara lain: PT Gira Sole Prima (10.17%), PT Santa Seha Sanadi (9.71%), PT Diptanala
Bahana (9.49%), PT Lucasta Murni Cemerlang (9.47%), PT Ladang Ira Panen (9.21%) dan PT Bina Arta Charisma (8.61%). Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) KLBF kepada masyarakat dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1991.
14. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) didirikan tanggal 15 Oktober 1990 dengan nama PT Tunggal Reksakencana. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Lippo Karawaci Tbk, yaitu: PT Inti Anugerah Pratama (pengendali) (24,04%) dan Sierra Inc. (pengendali) (16,83%). Penawaran Umum Perdana Saham LPKR (IPO) kepada dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Juni 1996.
15. Media Nusantara Citra Tbk (MNC) (MNCN) didirikan 17 Juni 1997 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Desember 2001. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Media Nusantara Citra Tbk adalah Global Mediacom Tbk (BMTR), dengan persentase kepemilikan sebesar 60,75%.
Penawaran Umum Perdana Saham MNCN (IPO) kepada masyarakat dan dicatatkan
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
90 pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 22 Juni 2007.
16. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau dikenal dengan nama PGN (Persero) Tbk (PGAS) didirikan tahun 1859 dengan nama
“Firma L. J. N. Eindhoven & Co.
Gravenhage”. Kemudian, pada tahun 1950, pada saat diambil alih oleh Pemerintah Belanda, PGAS diberi nama “NV.
Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV.
NIGM)”. Pada tahun 1958, saat diambil alih oleh PemerintahRepublik Indonesia, nama PGN diganti menjadi “Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG)” yang kemudian beralih status menjadi BPU-PLN pada tahun 1961.Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah, PGAS ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal sebagai “Perusahaan Negara Gas (PN. Gas)”. Pemegang saham yang memliki 5% atau lebih saham Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah Negara Republik Indonesia (56,96%). Penawaran Umum Perdana Saham PGAS (IPO) kepada masyarakat dan dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 2003.
17. Bukit Asam Tbk (PTBA) didirikan tanggal 02 Maret 1981. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bukit Asam (Persero) Tbk, yaitu: PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), dengan persentase kepemilikan sebesar 65,93.Penawaran Umum Perdana Saham PTBA (IPO) kepada masyarakat dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Desember 2002.
18. Solusi Bangun Indonesia Tbk (dahulu Holcim Indonesia Tbk dan sebelumnya Semen Cibinong Tbk) (SMCB) didirikan 15 Juni 1971 dan mulai beroperasisecara komersial pada tahun 1975. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Solusi Bangun Indonesia Tbk adalah PT Semen Indonesia Industri Bangunan (induk usaha), dengan persentase kepemilikan sebesar 98,31%. Indukusaha terakhir Perseroaan adalah Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR).Penawaran Umum Perdana Saham SMCB (IPO) kepada masyarakat dicatatkan pada Bursa Efek
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
91 Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Agustus
1977.
19. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk biasa dikenal dengan nama Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) pada mulanya merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Telkom diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”).
Pemegang saham pengendali Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk adalah Pemerintah Republik Indonesia, dengan memiliki 1 Saham Preferen (Saham Seri A Dwiwarna) dan 52,56% di saham Seri B.
20. United Tractors Tbk (UNTR) didirikan di Indonesia pada tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works dan memulai kegiatan operasinya pada tahun 1973. Induk usaha dari United Tractors Tbk adalah Astra International Tbk / ASII (59,50%), sedangkan induk utama dari United Tractors Tbk adalah Jardine Matheson Holdings Ltd, yang didirikan di Bermuda. Pada tahun 1989,
UNTR melalui Penawaran Umum Perdana Saham menawarkan sahamnya kepada masyarakat
21. Unilever Indonesia Tbk (UNVR) didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1933. Induk usaha Unilever Indonesia adalah Unilever Indonesia Holding B.V.
dengan persentase kepemilikan sebesar 84,99%, sedangkan induk usaha utama adalah Unilever N.V., Belanda. Penawaran Umum Perdana Saham UNVR (IPO) kepada masyarakat dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Januari 1982.
V. PEMBAHASAN
a. Analisis Data
Analisis Regresi Linear Berganda
Persamaan regreasi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients berdasarkan output SPSS versi 20 pada variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Resiko Sistematis terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
92 tahun 2014-2018. Adapun data penelitian
sebagai berikut
Tabel 5.1
Data Penelitian Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE),
Earning Per Share (EPS),Debt to Equity Ratio (DER) dan Resiko Sistematis dan
harga saham pada perusahaan yangterdaftar pada indeks LQ 45
tahun 2014-2018
No, KODE TAHUN ROA ROE EPS DER RESIKO SISTEMATIS
HARGA SAHAM
1 ADRO
2014 0,03 0,18 1144,43 0,46 1,03 22426 2015 0,14 0,22 1590 0,57 0,72 23634
2016 0,21 0,6 393 0,84 1,87 16754
2017 0,27 0,12 1042 0,38 -1,19 15189
2018 0,3 0,11 1044 0,35 1,7 14826
2 AKRA
2014 0,05 0,07 88,7 1,11 2,05 976 2015 0,07 0,05 69,17 0,97 1,84 979 2016 0,07 0,04 65,74 0,78 1,98 748 2017 0,08 0,09 140,56 0,72 0,77 1708 2018 0,08 0,13 204,71 0,67 1,82 2464
3 ASII
2014 0,09 0,11 167,04 1,73 1,33 4851 2015 0,06 0,13 206,99 1,48 1,08 4994 2016 0,07 0,14 262,36 1,09 0,11 7704 2017 0,08 0,13 253,22 0,96 1,22 6239 2018 0,08 0,14 299,94 0,86 1,25 6343
4 BBCA
2014 0,03 0,21 479,63 1,02 1,67 7739 2015 0,03 0,18 473,8 0,96 2,02 7975 2016 0,03 0,12 357,31 0,94 0,56 6753 2017 0,03 0,13 374,37 0,87 1,95 8168 2018 0,03 0,14 466,39 0,89 1,14 8175
5 BBNI
2014 0,03 0,22 578,13 6,76 1,73 10050 2015 0,02 0,21 668,66 6,06 1,69 13939 2016 0,02 0,2 730,83 5,6 0,01 13757 2017 0,02 0,18 835,76 4,97 2,05 16643 2018 0,02 0,17 945,45 4,68 1,21 23675
6 BBRI
2014 0,03 0,27 865,22 7,11 0,44 1017 2015 0,03 0,25 982,67 5,59 0,52 1400 2016 0,03 0,22 1029,53 5,26 1 1609 2017 0,03 0,17 1061,88 5,52 0,54 1994 2018 0,02 0,17 235,08 5,79 0,42 3330
7 BMRI
2014 0,02 0,21 780,16 6,89 1,56 3793 2015 0,02 0,2 851,65 7,21 -0,25 4807 2016 0,01 0,18 871,5 6,76 -0,19 4582 2017 0,02 0,09 591,71 5,84 1,52 5746 2018 0,02 0,12 442,28 5,73 0,25 8200
8 GGRM
2014 0,09 0,21 166,07 7,26 1,91 1715 2015 0,1 0,21 217,53 7,16 0,84 2192 2016 0,11 0,16 122,17 6,16 1,14 1895 2017 0,12 0,08 105,86 5,38 0,75 1891 2018 0,11 0,17 268,45 5,22 0,45 1867
9 ICBP
2014 0,11 0,15 2249,76 0,68 0,98 40389 2015 0,11 0,1 2790,19 0,52 1,39 44143 2016 0,13 0,17 3344,78 0,63 1,17 52548 2017 0,11 0,17 3470,26 0,57 0,94 58345 2018 0,14 0,18 4029,78 0,57 0,85 66873
10 INDF
2014 0,1 0,17 381,63 0,73 2,26 4676 2015 0,15 0,17 446,62 0,75 0,65 6458 2016 0,17 0,18 514,62 0,67 0,25 7030 2017 0,11 0,19 308,73 0,59 1,13 7803 2018 0,14 0,17 325,55 0,58 1,18 8354
11 INTP
2014 0,18 0,09 285,16 0,6 2,32 7643 2015 0,16 0,12 442,5 0,66 0,78 7489 2016 0,13 0,08 338,02 0,62 1,9 7246 2017 0,06 0,12 472,02 0,56 2,02 8253 2018 0,04 0,11 474,75 0,56 1,03 7668
12 JSMR
2014 0,04 0,22 1361,02 1,04 -0,65 17552 2015 0,04 0,21 1431,82 1,08 1,16 19596 2016 0,03 0,18 1183,48 1,13 2,04 17743 2017 0,03 0,15 1051,37 0,87 -0,77 13765 2018 0,02 0,07 505,22 0,88 2,31 18555
13 KLBF
2014 0,17 0,11 196,52 0,16 1,33 5330 2015 0,15 0,1 206,39 0,17 2,04 7112 2016 0,15 0,11 213,14 0,16 0,62 5808 2017 0,16 0,1 243,97 0,15 0,49 4237 2018 0,16 0,11 273,91 0,18 0,09 5646
14 LPKR
2014 0,08 0,23 37,8 1,61 1,94 1298 2015 0,02 0,21 44,05 1,79 1,66 1796 2016 0,03 0,19 42,76 1,97 0,27 1294 2017 0,02 0,19 49,06 2,27 -1,3 1498 2018 0,03 0,18 51,28 3,31 2,44 1432
15 MNCN
2014 0,14 0,11 69,01 0,33 1,22 977 2015 0,09 0,17 135,85 0,27 0,91 931
2016 0,1 0,05 44,38 0,25 0,5 823
2017 0,1 0,05 53,18 0,22 0,53 743
2018 0,1 0,28 37,13 0,2 1,9 482
16 PGAS
2014 0,13 0,11 112,78 1,21 0,97 1971 2015 0,06 0,13 134,36 1,14 0,86 1917 2016 0,04 0,08 91,36 1,18 0,91 1512 2017 0,03 0,07 87,04 1,07 0,13 1550
2018 0,05 0,09 111,9 0,9 2 1280
17 PTBA
2014 0,14 0,23 119,95 0,21 1,53 2710 2015 0,12 0,2 123,42 0,2 0,15 2798 2016 0,11 0,13 83,05 0,21 0,8 1911 2017 0,21 0,15 95,87 0,24 0,59 1890 2018 0,21 0,16 101,8 0,2 -0,16 1605
18 SMRG
2014 0,16 0,33 435,56 0,24 0,09 4998 2015 0,12 0,25 370,78 0,45 1,94 5385 2016 0,1 0,13 242,58 0,51 1,66 2690 2017 0,03 0,09 168,67 0,5 0,27 2851
2018 0,06 0,46 80 0,54 -1,3 2681
19 TLKM
2014 0,15 0,25 792,55 0,6 2,44 1854 2015 0,14 0,23 875,02 1,1 0,91 2122 2016 0,16 0,22 883,59 1,15 0,5 1023
20 UNTR
2014 0,08 0,24 905,37 0,55 0,97 15768 2015 0,08 0,22 938,35 0,71 0,86 14939 2016 0,05 0,16 762,28 0,82 0,91 10889 2017 0,09 0,15 762,3 0,76 0,13 9560
2018 0,1 0,06 339,54 0,59 2 12458
21 UNVR
2014 0,4 0,26 140,92 0,41 1,53 2323 2015 0,37 0,25 145,22 0,37 0,15 2941 2016 0,38 0,25 153,22 0,39 0,8 3278 2017 0,37 0,27 171,93 0,45 0,59 3874 2018 0,47 0,29 219,69 0,61 -0,16 4081
Tabel 5.1
Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (73-83)
93
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2009.551 1558.171 1.290 .200
ROA -675.357 6373.957 -.005 -.106 .916
ROE -8422.984 6442.031 -.059 -1.308 .194
EPS 14.572 .693 .901 21.036 .000
DER -669.033 254.279 -.125 -2.631 .010
RESIKO SISTEMATIS 642.383 603.259 .046 1.065 .290
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Dari tabel 5.2 diatas digambarkan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 2009,551 -675,357 X1 – 8422,984 X2
+14,572 X3 -669,033 X4 +642,383 X5
+ e
Dengan penjelasan dari persamaan di atas adalah :
1. Nilai dari a = 2009,551 artinya jika variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Resiko Sistematis dianggap 0 (nol) atau diabaikan maka variabel harga saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018 mengalami kenaikan sebesar 2009,551
2. Nilai = -675,357 artinya tanda negatif mengartikan bahwa pengaruh dari Return On Asset (ROA), adalah negatif, semakin kurang baik Return On Asset (ROA), maka ada kecenderungan
penurunan dari Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018
3. Nilai = – 8422,984 artinya tanda negatif mengartikan bahwa pengaruh dari Return On Equity (ROE), adalah negatif, semakin kurang baik Return On Equity (ROE), maka ada kecenderungan penurunan dari Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018
4. Nilai = +14,572 artinya tanda positif mengartikan bahwa pengaruh dari Earning Per Share (EPS), adalah positif, semakin baik Earning Per Share (EPS), maka ada kecenderungan kenaikan dari Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018
5. Nilai = -669,033 artinya tanda negatif mengartikan bahwa pengaruh dari Debt to Equity Ratio (DER) adalah negatif, semakin kurang baik Debt to Equity Ratio (DER) maka ada kecenderungan penurunan dari dari Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tahun 2014-2018