• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN NILAI CATUR GATRA MELALUI MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN :Studi pada Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Pertanian Pembangunan Tanjungsari.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN NILAI CATUR GATRA MELALUI MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN :Studi pada Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Pertanian Pembangunan Tanjungsari."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Idetifikasi Masalah ...10

C. Rumusan Masalah ...10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...11

E. Lokasi dan Subjek Penelitian ...13

BAB II KONSEP PENDIDIKAN NILAI CATUR GATRA MELALUI PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) A. Nilai-Nilai Catur Gatra ...15

B. Hakikat Kewirausahaan ...25

1. Pengertian Kewirausahaan ...25

2. Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan ...31

(2)

4. Perilaku Kewirausahaan ...40

C. Hakikat Pendidikan Nilai ...44

1. Pendidikan dan Pembelajaran ...44

2. Pengertian Nilai ……….. 49

3. Nilai dalam Pendidikan ...54

4. Hakikat dan Landasan Pendidikan Nilai ...60

5. Prose Pembentukan Nilai ……… 68

6. Pendidikan Nilai dalam Pendidikan Nasional ...70

7. Pendidikan Nilai di Lingkungan Sekolah ... 72

8. Implementasi Pendidikan Nilai di Lingkungan Sekolah ...89

9. Strategi Pembelajaran Pendidikan Nilai di Sekolah ... 99

10.Kurikulum Pendidikan Nilai di Sekolah ... 102

11.Target Sasaran Pendidikan Nilai di Sekolah ...104

12.Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Nilai ...104

D. Model dan Karakteristik Pembelajaran di SMK ...112

E. Hubungan Pendidikan Umum dengan Pembelajaran di SMK SPP. ... 115

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 120

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 125

1. Metode Penelitian ... 125

2. Sumber dan Jenis Data ... 126

(3)

C. Subjek Penelitian ……… 135

D. Kisi-kisi Penelitian ………. 136

E. Teknik Pengumpulan Data ………... 137

1. Teknik Observasi ...137

2. Teknik Wawancara ...140

3. Teknik Dokumentasi ...142

4. Teknik Studi Pustaka ...142

5. Tahapan-Tahapan Penelitian ...143

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...156

B. Hasil Penelitian ... 161

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 217

D. Pengembangan Model... 299

E. Pandangan Teori Sibernetika ………. 313

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 317

B. Saran-Saran ... 320

DAFTAR PUSTAKA ...322

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..……… 328

(4)

DAFTAR TABEF

No Judul Tabel Hlm

2.1 Ciri-Ciri dan Watak Kewirausahaan 21

2.2 Materi Esensial IPA dan Matematika 94

2.2 Materi Esensial IPS dan Humaniora 96

2.4 Materi Esensial PAI 97

2.5 Langkah-Langkah Pendekatan Analisis Nilai 108 2.6 Langkah-Langkah Pendekatan Klarifikasi Nilai 109

2.1 Kisi-Kisi Penelitian 127

2.2 Sepuluh Strategi Kombinasi untuk Memperkaya Validitas Data Penelitian (McMillan dan Schumacher, 2001)

152

4.1 Perkembangan Sekolah Pertanian di Kabupaten Sumedang Jawa Barat

156

4.2 Program Studi di SMK SPP Tanjungsari Sumedang Jawa Barat 157

4.2 Tenaga Pendidik 159

4.4 Tenaga Non Pendidik 159

4.5 Jumlah Peserta Ujian dengan Jumlah Kelulusan Peserta Didik yang Melanjutkan dan Bekerja

160

4.6 Prestasi Peserta Didik Non Akademik Dalam Empat Tahun Terakhir

160

(5)

4.8 Model Pendidikan Rajin dan Tekun 182

4.9 Model Pendidikan Bekerjasama 191

4.10 Model Pendidikan Pembaharuan 202

4.11 Perbandingan Model Pendidikan Nilai Catur Gatra 202 4.12 SK, KD dan Pengembangan Materi Kewirausahaan Kelas X 206 4.12 Matrikulasi Komponen Pembelajaran Kewirausahaan di SMK

SPP Tanjungsari

208

4.14 Hasil Penelitian tentang Nilai Catur Gatra sebelum dan sesudah perlakuan

214

4.15 Matriks Pendidikan Catur Gatra melalui Pembelajaran Kewirausahaan

(6)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Hlm

2.1 Model Proses Kewirausahaan 29

2.1 Desain Penelitian 129

2.2 Alur Analisis dan Interpretasi Data Kualitatif 149 4.1 Model Pendidikan Nilai Berbasis Catur Gatra (budi pekerti

luhur, kerajinan dan ketekunan, kerjasama, serta pembaharu) di SMK SPP Tanjungsari

162

4.2 Model Pendidikan Nilai Catur Gatra melalui Pembelajaran Kewirausahaan dalam Dimensi Kelas

208

4.2

4.5 4.6

Model Pendidikan Nilai Catur Gatra melalui Pembelajaran Kewirausahaan dalam Tiga Dimensi

Lingkaran dinamis dialektis pendidikan karakter (Koesoema, 2007:217) Kerangka Karakter Terpadu (Sulhan:2010:8)

209

275

286

4.4 Model Pengembangan Proses Pembelajaran Nilai Catur Gatra melalui Mata Pelajaran Kewirausahaan

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam hubungan dengan lingkungan dan kehidupan masyarakat,

pendidikan mengemban tiga sifat penting. Sukmadinata (1997: 30)

mengungkapkan bahwa ketiga sifat tersebut yaitu: pertama, pendidikan

mengandung dan memberikan pertimbangan nilai, yang diarahkan pada

pengembangan pribadi anak, agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan

diharapkan masyarakat. Kedua, pendidikan diarahkan kepada kehidupan dalam

masyarakat. Ketiga, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh

masyarakat tempat pendidikan berlangsung.

Dalam perkembangan persaingan global yang semakin ketat, eksistensi

individu, masyarakat ataupun organisasi akan ditentukan oleh kepemilikan

keunggulan daya saing yang berkesinambungan (sustained competitive

advantage). Hanya dengan sumberdaya manusia yang unggul dan mempunyai

daya saing tinggi, suatu masyarakat ataupun organisasi dapat memprediksi,

mengantisipasi dan mengendalikan setiap perubahan kearah yang diharapkan.

Penguasaan faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, dan tenaga kerja tidak

bisa dijadikan sebagai satu-satunya kekuatan untuk mempertahankan eksistensi di

arena pasar bebas.

Perkembangan situasi global yang sangan pesat telah mempengaruhi

negara-negara maju dan berkembang. Menyikapi akselerasi globak yang sangat

(8)

(Sumberdaya Manusia) agar tidak larut dalam gelombang perubahan global

(Setiady, 2007:12)

Dalam konteks tata kelola pemerintahan, faktor internal penggerak

perubaan yakni pemberlakuan otonomi daerah, sudah membawa perubahan pada

tatanan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik, hal

tersebut menuntut perubahan terhadap beberapa aspek yang diantaranya

pelayanan, kemandirian, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Komponen

yang paling menentukan keberhasilan otonomi daerah dengan segala tuntutan

yang dihadapinya tiada lain adalah kualitas sumberdaya manusia.

Potensi Sumber daya manusia telah membuahkan fenomena globalisasi

yang menunjukan banyak perubahan. Di satu sisi perubahan itu berdampak

positif, yaitu berupa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan

kemudahan kegiatan manusia. Namun pada sisi lain hal itu berdampak negatif

terhadap perilaku manusia, seperti terjadinya benturan-benturan nilai kehidupan

yang tidak terelakan bahkan telah menyeret manusia pada krisis multi dimensi

diantaranya dampak ”dunia tanpa batas” Bordeless World Power and Strategy in

the Interlinked Economy (Ohmae: 1991)

Dalam konteks sumberdaya manusia bidang pertanian, terdapat empat

pilar yang harus diperhatikan yaitu petani, petugas/pejabat struktural, pejabat

fungsional dan stakeholders. Kondisi dan permasalahan sumberdaya manusia

pertanian dicirikan oleh tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah.

Berdasarkan tingkat pendidikan, komposisi tenaga kerja sektor pertanian

Indonesia meliputi SD 83%, SLTP 12%, SLTA 5%, dan perguruan tinggi kurang

(9)

oleh lulusan SLTA (65%); sedangkan dilihat dari sebaran lokasi administrasi,

aparatur pertanian di pusat berjumlah 62%, di provinsi 20% dan di kabupaten

18%. Tingkat pendidikan petani di Indonesia sekitar 87% berlatar belakang SD

(Badan Pengembangan SDM Pertanian,2006).

Dalam konteks pendidikan nasional, Peraturan Pemerintah (PP)

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

pasal 26 ayat 3 butir (3) mengemukakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan

pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Akhir dari proses pendidikan kemampuan peserta didik memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap,

pengembangan kecerdasan atau intelektual. Ketiga aspek inilah (kecerdasan, sikap

dan keterampilan) arah dan tujuan pendidikan yang harus diupayakan.

(Sumarni; 2009)

Tampaknya pelaksanaan pendidikan belum sesuai dengan harapan

diatas. Para guru disekolah masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan mata

pelajaran yang diberikannya, seakan-akan mata pelajaran yang satu dengan yang

lainnya. Hal ini bisa terjadi karena selama ini belum ada pedoman yang bisa

dijadikan rujukan bagaimana seharusnya proses pendidikan berlangsung. Seperti

juga disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun

(10)

Nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP No.19 Tahun 2005 Bab

1 Pasal 1)

Semakin tingginya kasus amoral / asusila yang terjadi di indonesia,

mulai dari korupsi, kolusi, penggunaan narkoba, sampai dengan tawuran antar

sekolah, MBA (married by accident), dan berbagai kasus lainya merupakan

fenomena sosial yang mengundang keprihatinan. Dalam kondisi seperti ini, dunia

pendidikan menjadi sorotan, Pendidikan dinayatakan telah gagal mencetak

generasi yang cerdas secara intelegensi, emosional dan spiritual. (zuriah;2007)

Salah satu masalah yang dihadapi pendidikan adalah masalah lemahnya

proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas

diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi tanpa dituntut

memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Akhirnya ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka

pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi (Sanjaya, W 2006:1)

Pengembangan sumberdaya manusia pertanian melalui SMK SPP dapat

terlaksana dan sesuai dengan tujuan dalam PP di atas, jika setiap komponen dan

fungsi organisasi baik di pusat maupun di daerah memandang upaya

pengembangan sumberdaya manusia bukan sebagai unsur penunjang, melainkan

merupakan bagian integral dari masing-masing fungsi organisasi (integrative

lingkages). Sumberdaya manusia pertanian menyangkut sekitar 39,5 juta tenaga

kerja pertanian yang terdiri atas petani dan petugas, serta jutaan stakeholders

(11)

segmen sumberdaya manusia pertanian. Masalah utama sumberdaya manusia

pertanian diantaranya menyangkut tingkat pendidikan rendah, produktivitas

rendah dan sebaran yang tidak merata. Untuk itu, diperlukan acuan yang menjadi

kebijakan makro pengembangan sumberdaya manusia pertanian, baik di pusat

maupun di daerah.

Memajukan inovasi dalam pembangunan pertanian mungkin tak tercapai

dalam waktu lima tahun, perlu satu generasi lagi. Di sini diperlukan kebesaran

hati para pemimpin untuk tidak bervisi jangka pendek, tapi jauh strategis ke depan

sebagai negarawan. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian

Kementrian Pertanian Republik Indonesia yang diberi mandat oleh pemerintah

untuk mengembangkan sumberdaya manusia pertanian telah menyusun kebijakan

dimaksud. Hal tersebut dituangkan dalam Grand Design Pengembangan

Sumberdaya Manusia Pertanian untuk sepuluh tahun kedepan (Badan

Pengembangan SDM Pertanian, 2006). Grand Design tersebut diharapkan

mampu mengantisipasi perubahan, tantangan, kebutuhan perkembangan

teknologi, aspirasi yang berkembang dan dinamika pembangunan dimasa depan,

serta isu global yang menjadi komitmen Kementrian Pertanian. Dengan adanya

Grand Design yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi, diharapkan tercapainya

harmonisasi, koordinasi, sinergi dan efisiensi pengembangan sumberdaya manusia

pertanian.

Berdasarkan grand design tersebut, sumberdaya manusia pertanian

Indonesia dibangun dan dikembangkan diatas empat landasan filosofis yang

disebut “Catur Gatra”, yaitu;

(12)

2. Rajin dan tekun (diligent);

3. Mampu bekerjasama (cooperative); dan

4. Bersifat pembaharu (innovative)

Catur Gatra tersebut merupakan ciri utama dari sosok manusia pertanian

Indonesia. Dalam rangka mengimplementasikan pengembangan sumberdaya

pertanian tersebut, dicanangkan empat strategi utama, yaitu;

1. Meningkatkan daya saing sumberdaya manusia pertanian;

2. Membangun sistem pengembangan sumberdaya manusia pertanian;

3. Mengoptimalkan fungsi kelembagaan pengembangan sumberdaya manusia

pertanian, dan;

4. Mengembangkan piranti lunak dan piranti keras perangkat pengembangan

sumberdaya manusia pertanian.

SMK SPP sebagai salah satu entitas penting dalam upaya mengembangkan

sumberdaya pertanian, belum memberikan kontribusinya secara optimal. Hal

tersebut terbukti dengan masih banyaknya lulusan SMK SPP saat ini yang hanya

dapat bekerja atau dipekerjakan di dunia usaha atau industri tertentu dan belum

mampu menyediakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri (berwirausaha). Jika

hal ini terus berlangsung bukan tidak mungkin pada masa yang akan datang

terjadi ledakan tenaga kerja terdidik lulusan SMK SPP yang tidak memperoleh

kesempatan kerja. Dengan kata lain melonjaknya pengangguran terdidik di sektor

pertanian.

Masih banyak adanya alumni SMK SPP Tanjungsari setelah lulus sekolah

bekerja tidak dalam dunia pertanian lagi, walaupun mereka telah didik diberikan

(13)

membekali siswa kelak setelah lulus sekolah. Tingkat kehadiran rata-rata peserta

didik pada SMK SPP Tanjungsari masih berkisar 95%, juga tingkat keterlibatan

siswa dalam mengikuti kegiatan pengembangan pribadi hanya mencapai 10%

saja, padahal kegiatan pembentukan kepribadian melalui kegiatan ekstra kulikuler

sangat penting bagi pembentukan karakter siswa terhadap pembentukan sosok

manusia pertanian.

Dengan demikian, tuntutan dan tantangan kedepan dalam konteks

pembangunan sumberdaya manusia pertanian adalah bagaimana membentuk

sumberdaya manusia pertanian yang memiliki sikap mental wirausaha

(kewirausahaan), berkepribadian catur gatra, serta memiliki karakter sebagaimana

disebutkan dalam bunyi tujuan dan fungsi pendidikan nasional (UU No 20 tahun

2003 bab II pasal 3).

Proses pendidikan dengan orientasi kepada pembentukan karakter lulusan

yang memiliki keterpaduan antara kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, serta mengikuti pendidikan lebih lanjut

menjadi tantangan bagi para pengelola SMK SPP dewasa ini.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengembangkan

kajian lebih lanjut tentang upaya pembinaan sumberdaya manusia pertanian di

lingkungan SMK SPP yang berbasis kepada pendidikan nilai, khususnya

nilai-nilai catur gatra yang menjadi identitas sumberdaya pertanian Indonesia

sebagaimana ditegaskan dalam grand design pengembangan sumberdaya manusia

pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia melalui pelajaran

(14)

Sikap mental kewirausahaan seperti kemandirian, kepemimpinan,

keteladanan, kedisiplinan, dan kerja keras merupakan sesuatu yang wajib

terintegrasi dalam pribadi sumberdaya pertanian Indonesia. Demikian halnya

dengan serangkaian karakter yang ditegaskan dalam rumusan fungsi dan tujuan

pendidikan nasional (UU No 20 tahun 2003 bab II pasal 3).

Core value sumberdaya pertanian Indonesia yang terformulasikan dalam

konsep catur gatra, yaitu; berbudi pekerti luhur (morale); rajin dan tekun

(diligent); mampu bekerjasama (cooperative); dan bersifat pembaharuan

(innovative), juga hendaknya terejawantahkan dalam kurikulum dan model

pembelajaran yang dikembangkan di lingkungan SMK-SPP. Dalam konteks

pembelajaran di sekolah menengah kejuruan, mata pelajaran kewirausahaan

merupakan mata pelajaran yang paling beririsan dengan empat nilai utama catur

gatra tersebut. Mata pelajaran kewirausahaan bertujuan agar peserta didik dapat

mengaktualisasikan diri dalam perilaku wirausaha. Isi mata pelajaran

kewirausahaan difokuskan pada perilaku wirausaha sebagai fenomena empiris

yang terjadi di lingkungan peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut, peserta

didik dituntut lebih aktif untuk mempelajari peristiwa-peristiwa ekonomi yang

terjadi di lingkungannya. Pembelajaran kewirausahaan dapat menghasilkan

perilaku wirausaha dan jiwa kepemimpinan, yang sangat terkait dengan cara

mengelola usaha untuk membekali peserta didik agar dapat berusaha secara

mandiri. Ruang lingkup mata pelajaran Kewirausahaan di SMK SPP Tanjungsari,

meliputi sikap dan perilaku wirausaha;Kepemimpinan dan perilaku prestatif;

Solusi masalah; Pembuatan keputusan. Namun demikian, berbagai fenomena

(15)

ketimpangan antara Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran

kewirausahaan khususnya dan kualifikasi lulusan SMK SPP secara umum sebagai

sumberdaya pertanian harapan bangsa yang diharapkan dengan yang terjadi.

Dari hasil observasi lapangan diperoleh data bahwa penjamin mutu

internal lembaga sekolah belum ada. Kehadiran Guru sebagai tenaga pengajar

90% dari yang dijadwalkan. Angka putus sekolah masih ada sekitar 5% dari

jumlah peserta didik yang ada. Prestasi calon peserta didik sebagian besar adalah

menengah kebawah. Dalam kegiatan proses belajar mengajar tampak beberapa

kasus yang penulis tangkap mengenai perilaku peserta didik seperti, didalam hand

phone terdapat video dan gambar porno, pada proses belajar yaitu, peserta didik

ketahuan keluar kelas sebelum jam belajar selesai, masi ada peserta didik pada

waktu tes tertulis yang mencontek, hasil akhir pembelajaran peserta didik dalam

mata ajar kewirausahaan yang belum maksimal dalam penugasan individu dan

kelompok baik itu dari intrakulikuler atau pun ektrakulikuler yang mendukung.

Sehingga apabila hal tersebut masi tampak terjadi didalam pendidikan maka

tujuan catur gatra tidak akan terwujud sebagaimana yang diharapkan.

Beberapa masalah tersebut seharusnya bukan dijadikan wacana perdebatan

untuk menentukan siapa yang salah dan siapa yang harus bertanggung jawab,

namun harus menjadi bahan pemikiran untuk mencari solusi tepat sebagai upaya

cerdas dalam sistem pendidikan. Pentingnya diangkat kembali pendidikan nilai

catur gatra yang diajarkan di SMK SPP harus menjadi perhatian, lalu apa dan

bagaimana system pembelajaran nilai catur gatra ini, khususnya melalui pelajaran

(16)

Hal tersebut yang akan menjadi titik tolak pengkajian atau fokus penelitian

dalam penelitian ini, tepatnya seperti apa sesungguhnya model pembelajaran

berbasis nilai-nilai catur gatra yang dipraktikan di lingkungan SMK SPP selama

ini dan seperti apa proses pembelajaran kewirausahaan yang dipraktikan di

lingkungan SMK SPP, serta model pengembangan seperti apa yang dapat menjadi

alternatif bagi para stakeholder pendidikan SMK SPP dalam

mengimplementasikan model pembelajaran berbasis nilai-nilai catur gatra

sehingga dihasilkan lulusan SMK SPP yang sesuai dengan tuntutan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) dan memiliki kepribadian utuh.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang akan muncul dari paparan diatas dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, diketahui belum ada

pengembangan model pendidikan nilai catur gatra yang melibatkan peserta

didik, pengajar dan lembaga pendidikan;

b. Fakta dilapangan ditemukan bahwa, nilai-nilai catur gatra belum tampak

mengintegrasi terhadap pelajaran kewirausahaan;

c. Diperlukan peningkatan pembelajaran untuk mengarah kepada nilai-nilai

catur gatra baik itu dari bahan yang diajarkan dan tenaga didiknya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

(17)

1. Bagaimana Nilai catur gatra sebelum pembelajaran kewirausahaan yang

dipraktikan di SMK SPP Tanjungsari Kabupaten Sumedang?

2. Bagaimana nilai catur gatra pada peserta didik dalam mempelajari

kewirausahaan?

3. Bagaimana proses penerapan nilai catur gatra melalui pembelajaran

kewirausahaan yang dipraktikan di SMK SPP Tanjungsari Kabupaten

Sumedang?

4. Bagaimana Model Pengembangan yang dapat menjadi alternatif dalam

mempraktikan pendidikan nilai catur gatra melalui pembelajaran

kewirausahaan di lingkungan SMK SPP Tanjungsari Kabupaten Sumedang?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah model

pengembangan tentang implementasi pembelajaran berbasis nilai-nilai catur gatra

di lingkungan SMK SPP dalam upaya membentuk sumberdaya pertanian. Adapun

secara khusus penelelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis:

1. Model pembelajaran berbasis catur gatra yang dipraktikan di SMK SPP

Tanjungsari Kabupaten Sumedang;

2. Proses pendidikan nilai catur gatra yang dipraktikan oleh peserta didik;

3. Proses pendidikan nilai catur gatra melalui pembelajaran kewirausahaan yang

dipraktikan di SMK SPP Tanjungsari Kabupaten Sumedang;

4. Model pengembangan yang dapat menjadi alternatif dalam mempraktikan

pendidikan nilai catur gatra melalui pembelajaran kewirausahaan di

(18)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan

praktis bagi dunia pendidikan dalam membina dan mengembangkan pendidikan

nilai di lingkungan persekolahan, khususnya di SMK SPP. Secara rinci penelitian

ini diharapkan bermanfaat:

1. Secara khusus dapat memberikan gambaran tentang kondisi objektif proses

pembelajaran berbasis nilai catur gatra pada mata pelajaran kewirausahaan

yang dipraktikan di SMK SPP serta menjadi rujukan para praktisi pendidikan

di lingkungan sekolah dalam melakukan proses pembelajaran berbasis nilai

catur gatra.

2. Pada tataran teoretis dapat memberikan kontribusi dalam mengkonstruk model

pembelajaran nilai catur gatra di institusi persekolahan, baik dalam pembinaan

kematangan budi pekerti luhur, penanaman nilai rajin dan tekun (diligent),

bekerjasama (cooperative), serta bersifat pembaharuan (innovative) sebagai

identitas sumberdaya manusia pertanian Indonesia.

3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan dunia pendidikan pada umumnya

dan pendidikan secara institusional pada khususnya sebagai sebuah

kelembagaan pendidikan yang memiliki peranan strategis dalam melakukan

proses pembelajaran nilai moral pada generasi muda bangsa.

4. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para stakeholder pendidikan,

khususnya pemegang kebijakan di lingkungan SMK SPP dalam merumuskan

program yang lebih tepat demi optimalnya proses pencapaian tujuan

pendidikan nasional.

5. Dapat dijadikan penelitian awal dan rujukan ilmiah untuk mengembangkan

(19)

E. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK SPP Tanjungsari, dalam hal ini

penulis memilih sekolah yang ditunjukan diantaranya : berdasarkan surat ijin

penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang,

nomor 070/334-Litbang/Bapp/2010, tanggal 5 Oktober 2010

Dalam penelitian ini, subjek penelitian lebih ditekankan kepada sumber

data yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelian. Sumber

data yang dipilih tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tentang

pendidikan nilai-nilai catur gatra dan bentuk program pembinaan serta

pengembangan pendidikannya bagi siswa SMK-SPP.

Untuk mencapai tujuan penelitian, ditetapkan subjek penelitian secara

purposive mengikuti alur proses penelitian dengan tetap mengacu kepada tujuan

penelitian sebagai garis panduan. Adapun subjek penelitian yang dijadikan

sumber data terdiri atas guru mata pelajaran kewirausahaan, kepala sekolah,

tenaga kependidikan, siswa/i, alumni, dan komite sekolah di SMK-SPP

TanjungsariKabupaten Sumedang.

Dipilihnya SMK-SPP Tanjungsari didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. SMK-SPP Tanjungsari berstatus akreditas Negeri berdasarkan SK

Departemen Pertanian RI No. DI.210/282/IV/2002 tanggal 24 April 2002;

2. SMK-SPP Tanjungsari merupakan Pembina Koordinator SMK-SPP Wilayah

Binaan se Jawa Barat;

3. SMK-SPP Tanjungsari memiliki Program magang bagi siswa berprestasi di

(20)

4. Sesuai dengan tuntutan di lapangan, para siswa diberikan keterampilan

wirausaha yaitu melalui praktik wirausaha yang dilakukan secara perorangan

maupun kelompok. Praktik diarahkan untuk melakukan pengumpulan

informasi pasar, penentuan jenis usaha, penyusunan rencana usaha, serta

pelaksanaan usaha dan penyusunan laporan.

5. Keberadaannya di daerah dengan jumlah siswa yang memadai.

(21)

125

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, merupakan

metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu

atau sekelompok orang yang di anggap berasal dari masalah sosial atau

kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya - upaya penting,

seperti mengajukan pertanyaan - pertanyaan dan prosedur - prosedur,

mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara

induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum dan menafsirkan

makna data. (Creswell,2007)

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan

kebanyakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode

Grounded theory merupakan strategi penelitian yang didalamnya peneliti

”memproduksi” teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi atau interaksi

tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini

mengharuskan peneliti untuk menjalani sejumlah tahap pengumpulan data dan

penyaringan kategori-kategori atas informasi yang diperolah (Charmaz,2006;

Straus dan Corbin,1990,1998). Rancangan ini memiliki dua karakteristik utama,

yaitu (1) perbandingkan yang konstan antara data dan kategori-kategori yang

(22)

126 kelompok-kelompok yang berbeda untuk memaksimalkan kesamaan dan

perbedaan informasi

Oleh karena metode yang digunakannya metode deskriptif dengan variasi

metode studi kasus, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan hipotesis yang

dirumuskan di awal untuk diuji kebenarannya. Hal ini sesuai dengan yang

dungkapkan oleh Arikunto (1998:245) bahwa pada umumnya penelitian deskriptif

merupakan penelitian non hipotesis. Kalaupun dalam perjalannnya terdapat

hipotesis, ia mencuat sebagai bagian dari upaya untuk membangun dan

mengembangkan teori berdasarkan data lapangan (grounded theory).

Pendekatan kualitatif interaktif sengaja dipilih karena penulis menganggap

bahwa karakteristiknya sangat cocok dengan masalah yang menjadi fokus

penelitian. Alwasilah (2006:104-107) sejalan dengan pemikiran Guba dan Lincoln

mengungkapkan bahwa terdapat 14 karakteristik pendekatan kualitatif yaitu; Latar

alamiah; Manusia sebagai instrumen; Pemanfaatan pengetahuan non-proporsional;

Metode-metode kualitatif; Sampel purposif; Analisis data secara induktif; Teori

dilandaskan pada data di lapangan; Desain penelitian mencuat secara alamiah;

Hasil penelitian berdasarkan negosiasi; Cara pelaporan kasus; Interpretasi

idiografik; Aplikasi tentatif; Batas penelitian ditentukan fokus; Keterpercayaan

dengan kriteria khusus.

2. Sumber dan Jenis Data

Sumber data utama dalam konteks penelitian ini adalah kata-kata dan

tindakan yang dilakukan oleh warga SMK SPP Tanjungsari Sumedang Jawa

(23)

127 subjek penelitian. Selain itu, dimanfaatkan pula berbagai dokumen resmi yang

mendukung seperti Laporan Analisis Konteks SMK SPP Tanjungsari, Dokumen I

Kurikulum SMK SPP Tanjungsari, Dokumen II SMK SPP Tanjungsari, dan grand

design pengembangan sumberdaya pertanian dari Kementrian Pertanian. Hal

tersebut merujuk kepada ungkapan Moleong (2007:157-158) yang sejalan dengan

pemikiran Lofland dan Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen, sumber data tertulis lainnya, foto, dan statistik.

Sementara sumber data yang diperlukan dapat diklasifikasikan menjadi

data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari subyek penelitian yaitu

guru mata pelajaran kewirausahaan, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Tenaga

Kependidikan, dan Siswa. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai

dokumen resmi maupun tidak resmi yang berhubungan dengan materi penelitian

dan mendukung data primer. Secara rinci sumberdata yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

a. Pernyataan langsung dari sumber primer berupa kata-kata yang digali melalui

wawancara, pernyataan tertulis melalui angket terbuka, karya tulis buku atau

makalah dari subjek penelitian.

b. Tindakan, diperoleh dari pengambilan keputusan, pelaksanaan tugas dan

lain-lain yang dapat dikumpulkan melalui observasi dan partisipasi, tindakan

tersebut berkaitan dengan proses pembelajaran nilai-nilai catur gatra, sesuai

(24)

128 c. Dokumen, berupa bahan tertulis atau gambar, seperti photo data statistik,

catatan pribadi, bahan pameran dan lain-lain, dalam penelitian ini yang

berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai catur

gatra yang telah dan sedang serta perencanaan untuk masa depan;

d. Peristiwa atau situasi yang berhubungan dengan kegiatan subjek penelitian

dalam perencanaan dan peningkatan kualitas nilai-nilai catur gatra. Sesuai

dengan harapan Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kementrian

Pertanian.

Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan

berperanserta (observasi) merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,

mendengar dan bertanya peneliti terhadap subyek penelitian di SMK SPP

Tanjungsari Sumedang. Hal tersebut dilakukan secara sadar dan terarah karena

memang direncanakan oleh peneliti. Terarah karena memang dari berbagai

macam informasi yang tersedia tidak seluruhnya akan digali oleh peneliti.

Senantiasa bertujuan karena peneliti memiliki seperangkat tujuan penelitian yang

diharapkan dicapai untuk memecahkan sejumlah masalah penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, jumlah subjek penelitian lebih ditekankan

kepada sumber data yang dapat memberikan informasi yang sesuai denga tujuan

penelian. Sumberdata yang dipilih dalam studi ini seperti dikemukakan oleh

Lefland (Moleong, 1989:122) yaitu sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata dari tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

(25)

129

FOKUS PENELITIAN

SUBJEK PENELITIAN

• Peserta Didik • Pendidik/Guru • Tenaga Kependidikan • Kepala Sekolah • Komite Sekolah

WAWANCARA, OBSERVASI, STUDI DOKUMENTASI, STUDI PUSTAKA DATA ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA MODEL PENDIDIKAN BERBASIS NILAI CATUR GATRA PADA

MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI

SMK SPP TANJUNGSARI

MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BEBASIS NILAI CATUR GATRA MELALUI MATA

PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN UJI VALIDITAS, OBJEKTIFITAS DAN RELIABILITAS PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL

Rancangan penelitian yang dikembangkan dapat di gambarkan sebagai

[image:25.595.119.510.183.753.2]

berikut:

(26)

130

B. Konsep Dalam Penelitian 1. Pengembangan Model

Pengembangan adalah upaya atau usaha yang disengaja agar sesuatu

menjadi lebih maju atau sempurna dari sebelumnya, baik kuantitas maupun

kualitas. (popon; 2009)

Elias MA (dalam Hasan, 2001;47) mengemukakan : “a model is a

representation is a real or a planned system” artinya model merupakan

pencerminan, penggambaran system yang ntara atau direncanakan. Model

merupakan sebuah bentuk konstruksi yang dapat berwujud konsep atau maket

yang menggambarkan secara lengkap sebuah pemikiran atau gambaran bentuk

fisik sebuah benda dalam skala yang lebih kecil.

Murdick & Ross (1982:500) menyatakan model merupakan abstraksi

realitas, suatu “penghampiran” kenyataan, sebab model tidak menceritakan

perincian atau detail perencanaan tersebut, melainkan hanya porsi atau

bagian-bagian tertentu yang penting saja, atau yang merupakan sosok kunci atau pokok

(Key Features). Model dapat diartikan juga sebagai sesuatu yang ideal dan sangat

wajar untuk ditiru. Dalam konteks penelitian ini, model yang dimaksud adalah

model pendidikan nilai catur gatra melalui mata pelajaran kewirausahaan di

lingkungan Sekolah Menengah Kejuuran (SMK) Sekolah Pembangunan Pertanian

(SPP).

Produk akhir dari penelitian ini adalah berupa model pengembangan

sebagai alternatif dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis nilai catur

(27)

131

2. Pembelajaran Nilai

Pembelajaran menurut Hamalik (1995:57) adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran adalah siswa, guru, dan tenaga

lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide dan film,

audio, serta video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruangan kelas,

perlengkapan audio visual, dan komputer. Sementara prosedur terdiri atas jadwal

dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Sementara Djahiri (2007:1) mengartikan pembelajaran secara programatik

dan prosedural. Secara programatik pembelajaran dimaknai seperangkat

komponen rancangan pelajaran yang memuat hasil pilihan dan ramuan profesional

perancang/guru untuk dibelajarkan kepada peserta didiknya. Rancangan ini

meliputi 5 komponen (M3SE) yakni; (1) Materi atau bahan pelajaran, (2) Metode

atau kegiatan belajar-mengajar, (3) Media pelajaran atau alat bantu, (4) Sumber

sub 1-2-3, (5) Pola Evaluasi atau penilaian perolehan belajar. Secara prosedural,

pembelajaran adalah proses interaksi/interadiasi antara kegiatan belajar siswa

(KBS) dengan kegiatan mengajar guru (KMG) serta dengan lingkungan

belajarnya (learning environment).

Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran nilai dalam konteks

penelitian ini adalah proses penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri

peserta didik di lingkungan SMK SPP yang melibatkan seluruh komponen

(28)

belajar-132 mengajar, (3) Media pelajaran atau alat bantu, (4) Sumber sub 1-2-3, (5) Pola

Evaluasi atau penilaian perolehan belajar di persekolahan. Pembelajaran nilai

dapat diartikan juga sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan

mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan

hidupnya. Pembelajaran nilai tidak hanya merupakan program khusus yang

diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan

program pendidikan yang dipraktikan di lingkungan SMK SPP.

3. Nilai-Nilai Catur Gatra

Grand design pengembangan sumberdaya manusia pertanian yang

dikeluarkan Kementrian Pertanianmenegaskan bahwa catur gatra merupakan ciri

utama dari sosok manusia pertanian Indonesia. Sumberdaya manusia pertanian

Indonesia dibangun dan dikembangkan diatas empat landasan filosofis yang

disebut “Catur Gatra” meliputi; Berbudi pekerti luhur (morale); Rajin dan tekun

(diligent); Mampu bekerjasama (cooperative); dan Bersifat pembaharuan

(innovative).

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dimaksudkan sebagai alat pengumpul data seperti tes

pada penelitian kuantitatif, adapun instrument utama (key instrument) dalam

penelitian adalah peneliti itu sendiri, maksudnya bahwa peneliti langsung menjadi

pengamat dan pembaca situasi pembudayaan nilai moral yang berlangsung di

SMK SPP Tanjungsari Sumedang.

Peneliti sebagai pengamat dimaksudkan bahwa peneliti tidak sekedar melihat

(29)

133 terhadap situasi tersebut. Sebagai pengamat, peneliti berperanserta dalam

kehidupan sehari-hari subjek penelitian pada setiap situasi yang diinginkan untuk

dapat dipahami. Sedangkan yang dimaksud peneliti sebagai pembaca situasi

adalah peneliti melakukan analisa terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam

situasi tersebut, selanjutnya menyimpulkan sehingga dapat digali maknanya.

Moleong (2007:169-172) mengungkapkan bahwa ciri-ciri manusia sebagai

instrumen mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Responsif. Manusia sebagai instrumen responsif terhadap lingkungan dan

terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan. Sebagai manusia ia

bersifat interaktif terhadap orang dan lingkungannya. Ia tidak hanya

responsif terhadap tanda-tanda, tetapi ia juga menyediakan tanda-tanda

kepada orang-orang. Tanda-tanda yang diberikannya biasanya dimaksudkan

untuk secara sadar berinteraksi dengan konteks yang ia berusaha

memahaminya. Ia responsif karena ia berusaha memahaminya. Ia responsif

karena menyadari perlunya merasakan dimensi-dimensi konteks dan

berusaha agar dimensi-dimensi itu menjadi ekplisit.

2. Dapat menyesuaikan diri. Manusia sebagai instrumen hampir tidak terbatas

dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi pengumpulan data.

Manusia sebagai peneliti dapat melakukan tugas pengumpulan data

sekaligus.

3. Menekankan kebutuhan. Manusia sebagai instrumen memanfaatkan

imajinasi dan kreativitasnya dan memandang dunia ini sebagai suatu

(30)

134 memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang riel,

benar dan mempunyai arti. Pandangan yang menekankan keutuhan ini

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk memandang konteksnya

dimana ada dunia nyata bagi subjek dan responden dan juga memberikan

suasana, keadaan dan perasaan tertentu. Peneliti berkepentingan dengan

konteks dalam keadaan utuh untuk setiap kesempatan.

4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki

oleh peneliti sebelum melakukan penelitian menjadi dasar-dasar yang

membimbingnya dalam melakukan penelitian. Dalam prakteknya, peneliti

memperluas dan meningkatkan pengetahuannya berdasarkan

pengalaman-pengalaman praktisnya. Kemampuan memperluas pengetahuannya juga

diperoleh melalui praktek pengalaman lapangan dengan jalan memperluas

kesadaran terhadap situasi sampai pada dirinya terwujud

keinginan-keinginan tak sadar melebihi pengetahuan yang ada dalam dirinya, sehingga

pengumpulan data dalam proses penelitian menjadi lebih dalam dan lebih

kaya.

5. Memproses data secepatnya. Kemampuan lain yang ada pada diri manusia

sebagai instrumen adalah memproses data secepatnya seteleh diperolehnya,

menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri atas dasar penemuannya,

merumuskan hipotesis kerja sewaktu berada di lapangan, dan mengetes

hipotesis kerja itu pada respondennya. Hal demikian akan membawa peneliti

untuk mengadakan pengamatan dan wawancara yang lebih mendalam lagi

(31)

135

6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan.

Manusia sebagai instrumen memiliki kemampuan lainnya, yaitu

kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek

atau responden. Sering hal ini terjadi apabila informasi yang diberikan oleh

subjek sudah berubah, secepatnya peneliti akan mengetahuinya, kemudian ia

berusaha menggali lebih dalam lagi apa yang melatarbelakangi perubahan

itu. Kemampuan lainnya yang ada pada peneliti adalah kemampuan

mengikhtisarkan informasi yang begitu banyak diceritakan oleh responden

dalam wawancara. Kemampuan mengikhtisarkan itu digunakannya ketika

suatu wawancara berlanngsung.

7. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan

idiosinkratik. Manusia sebagai instrumen memiliki pula kemampuan untuk

menggali informasi yang lain dari yang lain, yang tidak direncanakan

semula, yang tidak diduga terlebih dahulu, atau yang tidak lazim terjadi.

Kemampuan peneliti bukan menghindari melainkan justru mencari dan

berusaha menggalinya lebih dalam. Kemampuan demikian tidak ada

tandingannya dalam penelitian mana pun dan sangat bermanfaat bagi

penemuan ilmu pengetahuan baru.

C. Subjek Penelitian

Dalam konteks penelitian ini, secara umum penelitian ditujukan kepada

semua pihak yang terlibat dalam praktik pembalajaran nilai catur gatra melalui

mata pelajaran kewirausahaan di lingkungan SMK SPP Tanjungsari. Sedangkan

(32)

136 oleh SMK SPP Tanjungsari Sumedang. Dengan demikian, satuan kajian dalam

konteks penelitian ini adalah warga sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru

mata pelajaran kewirausahaan, tenaga kependidikan, komite sekolah, siswa. Atas

dasar pertimbangan tersebut, maka ditetapkan kelompok-kelompok subjek

penelitian sebagai berikut :

1. Peserta didik SMK SPP Tanjungsari kelas X, program keahlian Tanaman

Pangan dan Hortikutura;

2. Guru pengajar mata pelajaran Kewirausahaan;

3. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum;

4. Tata Usaha;

5. Kepala Sekolah;

6. Komite Sekolah;

7. Pengelola Perpustakaan;

Subjek penelitian ini sekaligus menjadi sampel penelitian, yang akan

dikembangkan secara purposive yaitu disesuaikan dengan tujuan, kemudian

jumlah dan jenis yang dikembangkan secara snowball sampling hingga

mencapai titik jenuh (S.Nasution, 2003;32)

D. Kisi-Kisi Penelitian

Proses pengumpulan data penelitian ini, mengacu pada kisi-kisi penelitian

(33)
[image:33.595.110.538.108.627.2]

137

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Penelitian

KISI-KISI PENGUMPULAN DATA

! " # $ % &" " " ' " ( ) (

( "" $ *+

, ( % &" " - " , & . /$ # $ % " "

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan empat teknik

yakni observasi/pengamatan berperanserta, wawancara, dokumentasi dan studi

pustaka.

1. Teknik Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan sistematis dan terencana

yang dimaksudkan untuk memperoleh data yang dikontrol validitas dan

reliabilitasnya. Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah

observasi sambil partisipasi atau disebut juga pengamatan berperanserta,

maksudnya peneliti mengamati sekaligus ikut serta dalam kegiatan yang

(34)

138 hal ini Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan, Tenaga

Kependidikan, Komite Sekolah, Siswa, dan Alumni tidak sepenuhnya artinya

dalam batas tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan

antara kedudukan peneliti sebagai orang luar (pengamat) dan sebagai orang

yang ikut berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan responden.

Selain sambil partisipasi, observasipun dilakukan secara terbuka,

artinya diketahui oleh responden karena sebelumnya telah mengadakan survey

terhadap responden dan kehadiran peneliti ditengah-tengah responden atas ijin

responden. Seperti dalam melakukan observasi kelas, peneliti meminta ijin

dan membuat janji waktu yang tepat dengan pendidik kelas sehingga proses

pengamatan atas sepengetahuan pendidik bersangkutan.

Terdapat beberapa alasan mengapa dalam penelitian ini pengamatan

dimanfaatkan sebesar-besarnya. Moleong (2007: 174-175) sejalan dengan

pendapat Guba dan Lincoln memberikan sejumlah alasan sebagai berikut:

a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung.

Pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu

kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya

peneliti ingin menanyakannya kepada subjek, tetapi karena ia hendak

memperoleh keyakinan tentang keabsahan data tersebut; jalan yang

ditempuhnya adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung

(35)

139 b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,

kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada

keadaan sebenarnya.

c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang

berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang

langsung diperoleh dari data.

d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang

dijaringnya ada yang keliru atau bias. Kemungkinan keliru itu terjadi

karena kurang dapat mengingat peristiwa atau hasil wawancara, adanya

jarak antara peneliti dan yang diwawancarai, ataupun karena reaksi

peneliti yang emosional pada suatu saat. Jalan yang terbaik untuk

mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan

pengamatan.

e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami

situasi-situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin

memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan dapat

menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk

perilaku yang kompleks.

f. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak

dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Selama melakukan pengamatan, peneliti mencatat setiap fenomena

yang ditemukan dan sesampainya di rumah (pada malam hari) catatan yang

(36)

140 yang dibagi menjadi dua bagian, yakni catatan deskriptif dan catatan reflektif.

Selanjutnya, dalam rangka mengkonfirmasi dan menindaklanjuti

temuan-temuan pada saat observasi yang sudah dituangkan ke dalam catatan lapangan,

maka peneliti selanjutnya melakukan proses wawancara terhadap kepala

sekolah, guru mata pelajaran kewirausahaan, tenaga kependidikan, komite

sekolah, siswa, dan alumni yang sudah direncanakan sebelumnya.

2. Teknik Wawancara

Dengan wawancara diharapkan dapat menjaring sejumlah data verbal

mengenai persepsi informan maupun responden tentang dunia empirik yang

mereka hadapi. Pemikiran, tanggapan, maupun pandangan yang

diverbalisasikan akan lebih mudah dipahami oleh peneliti dibandingkan

dengan bahasa (ekspresi) tubuh. Oleh karena itu, menurut Nasution (1996:69)

teknik pengamatan saja tidak cukup memadai dalam melakukan suatu

penelitian. Wawancara dilakukan secara mendalam (in-depth interview)

dengan tetap berpegang pada pedoman wawancara yang telah dipersiapkan.

Hal ini dilakukan agar arah percakapan tidak terlalu menyimpang dari data

yang digali, juga untuk menghidari terjadinya bias penelitian. Untuk

mendapatkan validitas informasi maka pada saat wawancara berlangsung,

peneliti berusaha membina hubungan baik dengan cara menciptakan iklim

saling menghargai, saling mempercayai, saling memberi dan menerima.

Menurut Alwasilah (2006:195) yang sejalan dengan pendapat Lincoln

dan Guba bahwa terdapat lima langkah penting dalam melakukan wawancara,

(37)

141 a. Menentukan siapa yang akan diinterviu;

b. Menyiapkan bahan-bahan interviu;

c. Langkah-langkah pendahuluan;

d. Mengatur kecepatan menginterviu dan mengupayakan agar tetap

produktif;

e. Mengakhiri interviu.

Berdasarkan langkah-langkah yang diungkapkan oleh Alwasilah di

atas, langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan siapa yang

akan di wawancara, hal ini dilaksanakan setelah dilakukan observasi

pendahuluan di sekitar lingkungan SMK SPP Tanjungsari.

Setelah orang yang akan diwawancara jelas, selanjutnya peneliti

menyusun pedoman wawancara sebagai kompas dalam praktik wawancara

agar senantiasa terarah kepada fokus penelitian. Dalam praktiknya, pertanyaan

terlontar secara sitematis sesuai dengan pedoman, namun tidak jarang

ditambahkan beberapa pertanyaan tambahan atas fenomena baru yang

mencuat. Pedoman wawancara isinya mengacu kepada rumusan masalah, hasil

observasi dan hasil wawancara sebelumnya. Sementara ruang lingkup

pedoman wawancara berbeda setiap sasaran responden yang diwawancarai

(lihat lampiran).

Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan untuk melengkapi

data-data hasil observasi. Wawancara dilakukan terhadap subyek penelitian

yang dalam hal ini kepala sekolah, guru mata pelajaran kewirausahaan, tenaga

(38)

142 dilaksanakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yakni

wawancara yang dilakukan untuk menanyakan permasalahan-permasalahan

seputar pertanyaan penelitian dalam rangka memperjelas data atau informasi

yang tidak jelas pada saat observasi/pengamatan berperanserta.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data

karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Di samping itu Nasution

(1996:86) mengungkapkan bahwa dokumen dapat memberikan latar belakang

yang luas mengenai pokok penelitian, dan dapat dijadikan triangulasi untuk

mengecek kesesuaian data. Dokumen dapat dipandang sebagai info yang dapat

membantu dalam menganalisis dan menginterpretasi data.

Dalam konteks penelitian ini, teknik dokumentasi dilakukan untuk

mengetahui dokumen tentang bagaimana proses pembelajaran nilai catur gatra

di SMK SPP Tanjungsari Sumedang sebelum penelitian dilaksanakan.

Dokumen diperoleh dari kepala sekolah, guru mata pelajaran, komite sekolah,

tenaga kependidikan, pembina ekstrakurikuler, siswa dan alumni.

4. Teknik Studi Pustaka

Studi pustaka dilaksanakan untuk mengumpulkan data ilmiah dari

berbagai literatur yang berhubungan dengan pendidikan umum, pendidikan

nilai-moral, pendidikan pada sekolah dasar, strategi belajar mengajar,

(39)

143 Dalam memperoleh data-data ilmiah ini, penulis mengkaji

referensi-referensi kepustakaan dari perpustakaan Universitas Pendidikan Indonseia

(UPI), perpustakaan Program Studi Pendidikan Umum/Nilai SPS UPI,

perpustakaan SMK SPP Tanjungsari Sumedang, perpustakaan pribadi penulis,

internet, majalah, koran dan sumber lainnya.

5. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahapa-tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini merujuk kepada tiga

tahapan penelitian kualitatif yang disarankan Nasution (2003 : 33). Ketiga tahapan

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap orientasi, tahap ini diperlukan untuk mempertajam pemaknaan peneliti terhadap informasi yang dapat membantu dalam pemecahan masalah,

termasuk wawancara pendahuluan. Informasi yang diperoleh dianalisis untuk

menemukan hal-hal yang bersifat ekstrim, menarik perhatian dan berguna

dalam penelitian. Moleong (1999:85) menyebut tahap ini sebagai tahap

pralapangan. Tahap ini pada dasarnya merupakan orientasi lapangan, peneliti

berusaha menjajagi hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan

lingkungan fisik, untuk kemudian mencoba menghubungkannya dengan

masalah penelitian sebagaimana telah digambarkan oleh peneliti. Secara

umum terdapat beberapa hal pokok yang dilakukan pada tahap ini, yakni

menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus izin,

menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, dan

menyiapkan peralatan penelitian. Tahap ini pun sekaligus menjadi landasan

(40)

144 tahap ini, penelitian melakukan diskusi informal dengan beberapa warga

sekolah, khususnya dengan kepala sekolah beberapa pendidik yang ada di

sekolah.

b. Tahapan eksplorasi, diperlukan untuk mempertajam fokus penelitian. Observasi dipusatkan pada hal-hal yang relevan dan fokus penelitian,

demikian halnya untuk kegiatan wawancara lebih ditujukan kepada responden

yang benar-benar kompoten; Moleong (1999:85) menyebutnya sebagai tahap

pekerjana lapangan. Tahap ini disebut juga tahap eksplorasi karena pada

tahap ini peneliti mulai menggali informasi/data secara intensif sesuai dengan

teknik pengumpulan data yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada tahap ini

peneliti mulai melibatkan diri pada latar penelitian (setting) dan membina

hubungan baik dengan anggota sistem sosial bersangkutan.

Peneliti mencoba untuk memahami latar penelitian, mengembangkan

hubungan yang akrab dengan responden, mempelajari bahasa responden,

memetakan peranan, serta berperanserta sambil mengumpulkan data. Secara

lebih rinci, berikut fokus utama yang menjadi sasaran pada tahap kedua ini:

1) Menggali apakah warga sekolah, khususnya kepala sekolah dan guru mata

pelajaran kewirausahaan mengetahui dan memahami nila-nilai catur gatra

sebagaimana yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan Sumberdaya

Pertanian Kementrian Pertanian.

2) Meneropong implementasi model pembelajaran berbasis nilai-nilai catur

gatra melalui mata pelajaran kewirausahaan yang dikembangkan di SMK

(41)

145 3) Mengumpulkan data empiris yang dapat mendukung upaya perumusan

model pengembangan pembelajaran berbasis nilai catur gatra yang dapat

dipraktikan di lingkungan SMK SPP.

c. Tahapmember check” dimana data terkumpul baik melalui pengamatan maupun wawancara, dianalisis kemudian dibagikan kepada responden yang

bersangkutan untuk dibaca dan dinilai sesuai dengan informasi yang

diberikan masing-masing. Tujuan “member check” ialah agar responden

dapat mengecek kebenaran data lapangan yang disusun peneliti sesuai dengan

data yang diberikannya.

Setelah tiga tahapan di atas terlewati, selanjutnya dilakukan pengolahan

dan analisis data hasil penelitian. Dalam praktiknya dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Kategorisasi dan Kodifikasi.

Pada tahap ini data yang telah terkumpul ditulis dalam bentuk kartu data,

kemudian dikategorisasikan dengan pembubuhan kode, tentunya pengkodean

dengan pembubuhan kode dan disesuaikan dengan pedoman kode yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Kategori dan kodefikasi data ini diperlukan untuk

memudahkan dalam interprestasi dan verifikasi data selanjutnya (Alwasilah,

2003:160);

2) Reduksi Data

Pada tahap ini data yang terkumpul dari lapangan setelah di kategorisasikan

kemudian dikodefikasikan dalam bentuk laporan yang rinci, kemudian

(42)

146 penting. Data yang tidak relevan dengan hal-hal penting menurut penelitian ini

direduksi dan dieleminir untuk disisih dari proses pengolahan selanjutnya;

3) Display dan Klasifikasi Data

Tahap ini untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian

tertentu, maka akan dilakukan klasifikasi dengan menggunakan berbagai

matriks. Dengan berbagai matriks dibuat, paling tidak dapat membantu

peneliti untuk memudahkan dalam melihat temuan penelitian secara holistik;

4) Analisis dan Interpretasi Data.

Proses analisis dan interpretasi data dilakukan oleh peneliti baik di lokasi

maupun di luar lokasi penelitian. Sekumpulan data hasil wawancara dan

pengamatan yang bersifat abstrak dan fenomenologis langsung dianalisis dan

diinterpretasikan dengan mengkodifikasi dan mengklasifikasi data kasus

perkasus. Adapun khusus data-data yang dijaring melalui studi dokumentasi

dianalisis di luar lokasi penelitian.

Proses analisis data dalam studi ini dimulai dengan menelaah seluruh data

yang berhasil dikumpulkan, baik dari hasil wawancara, pengamatan, maupun

dari studi dokumentasi. Data-data tersebut sudah tentu masih berupa

tumpukan data mentah yang tidak mungkin untuk ditransfer secara langsung

ke dalam laporan penelitian. Tumpukan data tersebut diramu menjadi catatan

lapangan yang didalamnya dikelompokkan menjadi catatan deskpriptif dan

catatan reflektif.

Proses pembuatan catatan lapangan memerhatikan hal-hal yang

(43)

147 a) Pencatatan awal. Pencatatan ini dilakukan sewaktu berada di latar

penelitian dengan jalan menuliskan hanya kata-kata kunci pada buku-nota.

b) Pembuatan catatan lapangan lengkap setelah kembali ke tempat tinggal.

Pembuatan catatan ini dilakukan dalam suasana yang tenang dan tidak ada

gangguan. Hasilnya sudah berupa catatan lapangan lengkap.

c) Apabila waktu ke lapangan penelitian kemudian teringat bahwa masih ada

yang belum dicatat dan dimasukkan dalam catatan lapangan, dan hal itu

dimasukkan.

Data yang sudah tertuang dalam catatan lapangan selanjutnya

dianalisis untuk kepentingan pengembangan teori atau penemuan teori baru.

Menurut Moleong (2007: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pengolahan dan penganalisaan data merupakan upaya menata data

secara sistematis. Maksudnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti

terhadap masalah yang sedang diteliti dan upaya memahami maknanya.

Langkah pertama dalam pengolahan data yang sudah dituangkan dalam

catatan lapangan adalah membuat koding atas fenomena yang ditemukan,

selanjutnya membuat kategorisasi dan pengembangan teori.

Penelitian kulitatif pada umumnya menggunakan prosedur yang umum

(44)

148 mencampurkan prosedur umum dangan langkah-langkah khusus. Ringkasan

proses analisis data dapat dilihat pada gambar 3.2.(Creswell:2007)

Gambar.3.2 mengilustrasikan pendekatan lienear dan hierarkis yang

dibangun dari bawah keatas, tetapi didalam praktiknya pendekatan ini lebih

interaktif; beragam tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai

dengan susunan yang telah disajikan pendkeatan tersebut dapat dijabarkan

lebih detail dalam langkah-langkah analisis berikut :

Langkah 1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.

Langkah ini melibatkan transkripsi wawancara, men-scaning materi, mengetik

data lapangan, atau memilah milah dan menyusun data tersebut kedalam

jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.

Langkah 2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah

membangun general sense atas informasi yang diperoleh dan merepleksikan

maknanya secara keseluruhan.

Langkah 3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data.

Coding merupakan proses mengolah materi / informasi menjadi

segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya (Rosman &Rallis,1998;171). Langkah

ini melibatkan beberapa tahap : mengambil data tulisan atau gambar yang

telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mengsegmentasi

kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau gambar-gambar tersebut ke dalam

kategori-kategori, kemudian melabeli kategori ini dengan istilah-istilah

khusus, yang seringkali didasarkan pada istilah/ bahasa yang benar-benar

(45)
[image:45.595.120.508.145.587.2]

149

Gambar 3.2: Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif

Berdasarkan bagan tersebut dapat diketahui bahwa dalam studi

kualitatif, analisis data adalah sebuah proses sistematik yang bertujuan untuk

menyeleksi, mengkategori, membandingkan, mensintesa, dan menginterpretasi

data untuk membangun suatu gambaran komprehenshif tentang fenomena

yang sedang diteliti.

McMillan dan Schumacher (2001:463) mengungkapkan bahwa proses

analisis data kualitatif pada dasarnya berlangsung secara berulang (cyclical)

dan terintegrasi ke dalam seluruh tahapan penelitian. Analisis data sudah Menginterprestasi tema-tema/

deskripsi-deskripsi

Menghubungkan tema-tema / deskripsi - deskripsi

Deskripsi Tema-tema

Memvalidasi keakuratan informasi

Data mentah (transkipsi, data lapangan, gambar dan sebagainya) Mengolah dan mempersiapkan data

Untuk dianalisis Membaca keseluruhan

(46)

150 dilakukan peneliti sejak penelitian berlangsung hingga masa akhir

pengumpulan data. Karena itu, ketika menganalisis data penelitian ini, peneliti

berulang ulang bergerak dari data deskriptif ke arah tingkat analisis yang lebih

abstrak, kemudian kembali lagi pada tingkat abstraksi sebelumnya, memeriksa

secara berulang analisis dan interpretasi yang telah dibuat, bernegosiasi

kembali ke lapangan untuk memeriksa secara cermat data yang masih

memerlukan tambahan informasi dan demikian seterusnya.

Dalam konteks penelitian ini, peneliti mengadaptasikan analisis data

kualitatif sebagaimana disarankan oleh McMillan dan Schumacher

(2001:466), yaitu:

a) Inductive analysis, yaitu proses analisis data yang dilakukan dengan

mengikuti langkah-langkah cyclical untuk mengembangkan topik,

kategori, dan pola-pola data guna memunculkan sebuah sintesa deskriptif

yang lebih abstrak.

b) Interim analysis, yaitu melakukan analisis yang sifatnya sementara selama

pengumpulan data. hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat

berbagai keputusan dalam pengumpulan data dan mengidentifikasi topik

dan pola-pola yang muncul secara berulang. Dalam analisis ini, teknik

yang peneliti gunakan mengadopsi strategi yang disarankan McMillan dan

Schumacher yaiut:

c) Meninjau semua data yang telah dikumpulkan yang berkaitan dengan

(47)

151 pada upaya memperoleh sebuah perspektif global mengenai jajaran

topik-topik data.

d) Mencermati makna-makna yang berulang dan bisa dijadikan sebagai tema

atau pola-pola utama. Tema-tema bisa didapatkan dari bahasan dan

percakapan dalam latar sosial, aktivitas yang berulang, perasaan, dan

apa-apa yang dikatan orang. Untuk membuat tema, peneliti memberi komentar

terhadap temuan dalam catatan pengamatan, mengelaborasi hasil

wawancara, dan mereflesikan rekaman rekaman data.

e) Berfokus kepada masalah utama yang menjadi fokus penelitian. Karena

kebanyakan data kualitatif bersifat terlalu luas dan bisa memunculkan

beberapa studi, maka penelitian harus mempersempit fokus untuk analisis

datanya secara intensif.

Langkah terakhir setelah data dianalisis dan diinterpretasikan adalah

memadukan data dengan teori-teori yang relevan dan konsepsi penulis

tentang permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Dalam konteks

penelitian ini, langkah terakhir penelitian diarahkan kepada proses

pengembangan model pembelajaran berbasis nilai catur gatra di SMK SPP

Tanjungsari Sumedang

5) Membuat Verifikasi, Kesimpulan, dan Rekomendasi.

Dalam penelitian ini pengambilan kesimpulan dikembangkan sejak awal dan

terus menerus dikembangkan serta diverifikasi selama penelitian berlangsung

sehingga membentuk grounded theory. Sedangkan rekomendasi ditujukan

(48)

152 berbasis nilai catur gatra di lingkungan SMK SPP serta bagi para peneliti

selanjutnya.

6) Validitas, Objektifitas dan Reliabilitas Penelitian

Agar nilai kebenaran secara ilmiahnya dapat teruji serta memiliki nilai

keajegan, maka dalam penelitian ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas atas

data yang ditemukan dari lapangan.

1) Validitas dan Objektifitas.

Validitas merupakan kebenaran dan kejujuran sebuah deskpripsi,

kesimpulan, penjelasan, tafsiran dan segala jenis laporan. Pengujian validitas

penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik, Alwasilah

(2006:175-184) mengungkapkan bahwa terdapat 14 teknik dalam menguji

validitas penelitian kualitatif sebagai berikut: 1) Pendekatan Modus Operandi

(MO); 2) Mencari bukti yang menyimpang dan kasus negatif; 3) Triangulasi;

4) Masukan, asupan atau feedback; 5) Mengecek ulang atau member ckecks.

6) ”Rich” data atau data yang melimpah. 7) Quasi-statistics; 8) Perbandingan;

9) Audit; 10) Obervasi jangka panjang (long-term observation); 11) Metode

partisipatori (participatory mode of research); 12) Bias penelitian; 13) Jurnal

reflektif (Reflective Journal); 14) Catatan pengambilan keputusan.

Sementara McMillan dan Schumacher (2001) mengemukakan sepuluh

kombinasi strategi yang bisa digunakan peneliti kualitatif untuk memperkaya

validitas data penelitiannya. Secara umum kesepuluh kombinasi strategi tersebut

(49)
[image:49.595.111.517.152.632.2]

153

Tabel 3.2

Sepuluh Strategi Kombinasi untuk Memperkaya Validitas Data Penelitian (McMillan dan Schumacher, 2001)

Strategi De

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Penelitian
Gambar 3.2: Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Namun masih ada 2 kategori lapangan Usaha yang mengalami kontraksi sehingga menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2017 tidak secepat triwulan sebelumnya

“ Pengaruh Disiplin belajar, Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI SMK Pasundan 1

Menurut Sugiyono (2009 : 11) “metode peneliti an deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat

Dimana tulisan ini ditujukan kepada masyarakat untuk memberikan informasi mengenai bengkel mobil PT.ADI KENCANA MOTOR beserta produk-produk dan layanan yang ditawarkan.

Papan nama UNY di bagian tengah yang terbuat dari seng diganti dengan tulisan yang terbuat dari Stainlessteel warna emas yang ditempelkan pada bentuk lengkung di bagian

Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyadi (2011), dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan

Beribadah merupakan salah satu etika yang disemai dalam mindset para santri dan guru-guru di Pesantren Gontor dalam menjalankan aktivitas seharian. Beribadah juga

Saran yang penulis kemukakan adalah pertama, bahwa hendaknya di dalam peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991 hendaknya di berikan penambahan pasal