ABSTRAK
EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L).Urban) PADA VARIASI DOSIS HIPNOTIK TERHADAP PENURUNAN
KOORDINASI MOTORIK MENCIT BETINA GALUR Swiss-Webster
Merlyn Datu Karamang, 2007. Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing II : Jo Suherman, dr., M.S., AIF.
Insomnia adalah gangguan tidur paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian obat-obat seperti hipnotik-sedatif untuk mengatasi insomnia ternyata memberikan banyak efek samping salah satunya penurunan koordinasi motorik. Herba Pegagan ( Centella asiatica (L). Urban) merupakan tanaman yang dapat dipakai sebagai obat hipnotik sedatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica (L). Urban) pada variasi dosis hipnotik terhadap penurunan koordinasi motorik.
Penelitian ini menggunakan metoda prospektif eksperimental sungguhan, memakai Rancang Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif, dengan hewan coba mencit betina galur Swiss-Webster, berat badan 24-27 gr sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan (n=4), yaitu kelompok yang diberi ekstrak etanol herba pegagan (EEHP) dosis 1 (0.14 g/KgBB), dosis 2 (0.28 g/KgBB), dosis 3 (0.56 g/KgBB), dosis 4 (1.12 g/KgBB) serta NaCMC 1% sebagai kontrol dan alprazolam dosis 0,0325 mg/KgBB sebagai pembanding. Data yang diukur adalah besarnya sudut luncur dalam derajat. Data dianalisis dengan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan Tukey HSD dengan = 0.5, menggunakan program SPSS 11.0.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan sangat signifikan pada kelompok yang diberi ekstrak etanol herba pegagan (EEHP) mulai dari dosis 1 sampai 4 terhadap kelompok kontrol (NaCMC 1%) (p<0.01). Efek ekstrak etanol herba pegagan dosis (EEHP) dosis 1 tidak berbeda signifikan dengan dosis 2 (p>0.05) tetapi berbeda sangat signifikan dengan dosis 3, dosis 4 dan pembanding (alprazolam) (p<0.01). Efek ekstrak etanol herba pegagan (EEHP) dosis 3, dosis 4 dan pembanding (alprazolam) tidak berbeda signifikan (p>0.05).
ABSTRACT
THE EFFECT OF THE HYPNOTIC DOSAGE VARIANT OF HERB PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA (L). URBAN) ETHANOL EXTRACTS
ON THE MOTORIC COORDINATION IMPAIRMENT OF FEMALE SWISS-WEBSTER MOUSE
This research was a real prospective experimental, comparative, using Complete Random Design (CRD) with specimen female Swiss-Webster mouse, weighs 24-27 grams as many as 24 mice; divided into six different treated groups (n=4), 4 groups were treated with first dosage (0.14g/KgBW), second dosage (0.28g/KgBW), third dosage (0.56g/KgBW), fourth dosage (1.12g/KgBW) herb Pegagan ethanol extracts (EEHP); 1 group for control was treated with NaCMC 1% and the group as comparison was treated with alprazolam (0.0325g/KgBW). The parameter measured was the sliding angle in degree. The data was analysed using one way ANOVA method and then continues with Tukey HSD with = 0.05 used SPSS 11.0 program. The result of the research shows that significance differences between the groups treated with herb Pegagan ethanol extracts (EEHP) started with the first dosage until the fourth dosage and the control group (NaCMC 1%) (p<0.01). None significance difference between the group treated with the first dosage of herb Pegagan ethanol extracts (EEHP) and the second dosage (p>0.05) but there were significance differences with the third dosage, the fourth dosage and the comparison (alprazolam) groups (p<0.01). None significance differences between the group treated with dosage, the fourth dosage and the comparison (alprazolam) groups (p>0.05).
PRAKATA
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Efek Ekstrak Etanol Herba Pegagan (Centella asiatica (L).Urban) Pada Variasi Dosis Hipnotik Terhadap Penurunan Koordinasi Motorik Mencit Betina Galur Swiss Webster” dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes., selaku pembimbing utama Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran dengan penuh kesabaran selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Jo Suherman, dr., M.S., AIF., selaku pembimbing pendamping Karya Tulis Ilmiah ini yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Pinandojo Djojosoewarno, dr., drs,. AIF., atas kesediaannya menjadi dosen penguji, terima kasih atas saran dan masukan untuk Karya Tulis
7. Vivi, Rina, yang telah menemani dan membantu dalam penelitian di Lab. Farmakologi.
8. Bapak Nana Tjahyana dan Kristiyono sebagai staf Laboratorium Farmakologi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
9. Teman- teman kos: Pidonk, Mindo, Bertha, Meti, Ucrit yang telah memberikan dukungan moril.
10.Ivan, Tiwi, Ken yang membantu penyelesaian KTI.
11.Ka Maria, Christine, Elma, Ka Oda, Ka Dina yang memberikan semangat. 12.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, ucapan
terima kasih sebanyak-banyaknya atas bantuan dan dukungannya selama ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Bandung, 4 Januari 2007 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT... v
PRAKATA... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR DIAGRAM... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan... 2
1.4 Kegunaan Penelitian... 2
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3
1.6 Metode Penelitian... 3
1.7 Lokasi dan Waktu ... 4
BAB II PENDAHULUAN... 5
2.1 Sistem Keseimbangan ... 5
2.1.1 Apparatus Vestibularis ... 6
2.1.1.2 Utrikulus dan Sakulus ... 7
2.1.1.3 Reflek Sikap Vestibular ... 8
2.1.1.4 Mekanisme Vestibular Untuk Menstabilkan Mata ... 8
2.1.2 Proprioseptif Leher ... 9
2.1.3 Informasi Propriosptif dan Eksteroseptif Dari Bagian Tubuh Lain ... 10
2.1.4 Informasi Visual... 10
2.1.5 Hubungan Neuron Antar Aparatus Vestibular Dengan SSP... 10
2.2 Benzodiazepin ... 12
2.2.1 Farmakokinetika... 12
2.2.1.1 Absopsi... 12
2.2.1.2 Distribusi ... 12
2.2.1.3 Biotransformasi ... 12
2.2.1.4 Eksresi ... 13
2.5.1 Deskripsi Pegagan (Centella asiatica (L). Urban)... 16
2.5.2 Taksonomi... 17
2.5.3 Kandungan Kimia ... 18
2.5.4 Manfaat ... 18
2.5.5 Dosis Hipnotik Pegagan ... 18
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN... 21
3.1 Desain Penelitian... 21
3.2 Bahan dan Alat ... 21
3.2.1 Bahan Penelitian... 21
3.2.2 Alat yang digunakan ... 21
3.3 Hewan Coba ... 22
3.4 Variable Penelitian ... 22
3.5 Metode Penarikan Sampel... 22
3.6 Persiapan Penelitian ... 23
3.6.1 Pembuatan Ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L). Urban) ... 23
3.6.2 Persiapan Hewan Coba ... 24
3.7 Prosedur Penelitian... 24
3.8 Data yang Diukur ... 25
3.7 Analisa Data ... 25
BAB IV HASIL DAN PAMBAHASAN... 27
4.1 Hasil Penelitian ... 27
4.2 Pembahasan... 28
4.3 Uji Hipothesis ... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 32
5.1 Kesimpulan ... 32
5.2 Saran... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
LAMPIRAN 1 ... 36
LAMPIRAN 2 ... 37
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Sudut Luncur Berbagai Perlakuan ... 27 Tabel 4.2 Uji ANAVA Terhadap Rerata Sudut Luncur Antar Kelompok
Perlakuan...28 Tabel 4.3 Uji Tukey HSD Terhadap Beda Rerata Sudut Luncur Antar Kelompok
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Aparatus Vestibular... 6
Gambar 2.2 GABA, Benzodiazepin, Barbiturat dan Reseptor GABAA... 13
Gambar 2.3 Struktur Kimia Alprazolam... 14
Gambar 2.4 Tanaman Pegagan ... 17
Gambar 3.1 Papan Luncur dan Busur Derajat ... 24
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Komponen Saraf Dalam Pengaturan Sikap dan
Keseimbangan ... 5 Gambar 2.2 Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Pegagan (Centella
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN DOSIS
Dosis ekstrak pegagan (Centella asiatica) dosis hipnotik Dosis pegagan ( Centella asiatica (L). Urban) (Tang. 1992)
Dosis pegagan = 100mg/kg BB tikus/oral
BB tikus = 200g
Dosis tikus = 100mgx0.2
= 20mg
Faktor konversi tikus (200g) mencit (20g) = 0.14 (Pagel & Barnes, 1964)
Konversi untuk mencit dengan BB 20g = 20x0.14 = 2.8mgr/0.5ml
Dosis untuk mencit dengan BB 27g = 27/20 x 2.8 = 3.78 mgr/0.05ml
Dosis untuk 1 Kg mencit = 1000/27 x 3.78 mgr = 140 mgr/KgBB
= 0.14 g/KgBB
Dosis yang digunakan :
Dosis 1 = 0.14 g/KgBB mencit
Dosis 2 = 2 x 0.14 g/KgBB = 0.28 g/KgBB mencit
Dosis 3 = 4 x 0.14 g/KgBB = 0.56 g/KgBB mencit
Dosis 4 = 8 x 0.14 g/KgBB = 1.12 g/KgBB mencit
Dosis Alprazolam
Dosis alprazolam untuk manusia 70 kg = 0.25 mg
Faktor konversi manusia ke mencit = 0.0026 (Pagel & Barnes, 1964)
Dosis alprazolam untuk mencit (20g) = 0.0026 x 0.25 mgr
= 0.00065 mgr
Dosis alprazolam untuk mencit (27g) = 27/20 x 0.00065 mgr/0.5ml
= 0.0008775 mgr/0.5ml
Dosis untuk 1 Kg mencit = 1000/27 x 0.0008775
37
LAMPIRAN II
DATA KASAR HASIL PERCOBAAN (Sudut luncur)
Ekstrak etanol herba pegagan (EEHP) dosis 0.14g/KgBB per oral :
Mencit I : 360
Mencit II : 380
Mencit III : 360
Mencit IV : 370
Jumlah : 147
Mean : 37.250
Ekstrak etanol herba pegagan (EEHP) dosis 0.28g/KgBB per oral :
Mencit I : 370
Mencit II : 370
Mencit III : 370
Mencit IV : 380
Jumlah : 149
Mean : 37.250
Ekstrak etanol herba pegagan (EEHP) dosis 0.56g/KgBB per oral :
Mencit I : 290
Mencit II : 300
Mencit III : 330
Mencit IV : 300
Jumlah : 122
Ekstrak etanol herba pegagan (EEHP) dosis 1.12g/KgBB per oral :
Mencit I : 320
Mencit II : 280
Mencit III : 280
Mencit IV : 240
Jumlah : 112
Mean : 28.000
Pembanding (alprazolam 0.0325 mgr/KgBB peroral ):
Mencit I : 300
Mencit II : 310
Mencit III : 280
Mencit IV : 350
Jumlah : 124
Mean : 31.000
Kontrol ( NaCMC 2% 0.5mlper oral) :
Mencit I : 450
Mencit II : 490
Mencit III : 440
Mencit IV : 470
Jumlah : 185
39
LAMPIRAN III
UJI STATISTIK
Efek ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica (L). Urban) terhadap koordinasi
motorik mencit betina galur Swiss Webster
ANAVA
980.708 5 196.142 40.46 .000 87.250 18 4.847
4 31.00 2.944 1.472 26.32 35.68 28 35
4 47.25 2.363 1.181 43.49 51.01 44 49
4 37.25 .957 .479 35.73 38.77 36 38
4 37.25 .500 .250 36.45 38.05 37 38
4 30.50 1.732 .866 27.74 33.26 29 33
4 28.00 3.266 1.633 22.80 33.20 24 32
* 35.21 6.814 1.391 32.33 38.09 24 49
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hasil mencit Tukey HSD
-16.250* 1.557 .000 -21.20 -11.30 -6.250* 1.557 .009 -11.20 -1.30 -6.250* 1.557 .009 -11.20 -1.30 .500 1.557 .999 -4.45 5.45 3.000 1.557 .418 -1.95 7.95 16.250* 1.557 .000 11.30 21.20 10.000* 1.557 .000 5.05 14.95 10.000* 1.557 .000 5.05 14.95 16.750* 1.557 .000 11.80 21.70 19.250* 1.557 .000 14.30 24.20 6.250* 1.557 .009 1.30 11.20 -10.000* 1.557 .000 -14.95 -5.05
.000 1.557 1.0 -4.95 4.95
6.750* 1.557 .005 1.80 11.70 9.250* 1.557 .000 4.30 14.20 6.250* 1.557 .009 1.30 11.20 -10.000* 1.557 .000 -14.95 -5.05
.000 1.557 1.0 -4.95 4.95
6.750* 1.557 .005 1.80 11.70 9.250* 1.557 .000 4.30 14.20 -.500 1.557 .999 -5.45 4.45 -16.750* 1.557 .000 -21.70 -11.80 -6.750* 1.557 .005 -11.70 -1.80 -6.750* 1.557 .005 -11.70 -1.80 2.500 1.557 .605 -2.45 7.45 -3.000 1.557 .418 -7.95 1.95 -19.250* 1.557 .000 -24.20 -14.30 -9.250* 1.557 .000 -14.20 -4.30 -9.250* 1.557 .000 -14.20 -4.30 -2.500 1.557 .605 -7.45 2.45 (J)
41
Homogeneous Subsets
hasil mencit
Tukey HSDa
4 28.00
4 30.50
4 31.00
4 37.25
4 37.25
4 47.25
.418 1.000 1.000
kelompok perlakuan EEHP-4
EEHP-3 Pembanding EEHP-1 EEHP-2 Kontrol Sig.
N 1 2 3
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Merlyn Datu Karamang
Nomor Pokok Mahasiswa : 0310148
Tempat dan tanggal lahir : Majalengka, 22 Februari 1985
Alamat : BTN Munjul Indah B/30, Majalengka
Riwayat Pendidikan :
SDN 4 Majalengka, lulus tahun 1996
SMPK Yahya Bandung, lulus tahun 1999
SMUK Yahya Bandung, lulus tahun 2002
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Insomnia adalah gangguan tidur yang paling sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Pada penelitian di Jakarta tahun 1988 terhadap 2500 siswa SLTP Negeri,
sekitar 31 % mengalami insomnia. Di Skotlandia, 45% dari wanita yang berusia lebih
dari 75 tahun mempunyai kebiasaan makan obat tidur secara teratur (Satya
Joewaran,1988).
Hal yang meresahkan, insomnia dapat memberi masalah sepanjang hari karena
menyebabkan cepat lelah, sulit berkonsentrasi, lekas marah dan 2.5 kali lebih sering
mengalami kecelakaan lalu lintas dibanding orang yang cukup tidur (Iskandar
Japardi, 2002). Peningkatan kejadian kecelakaan lalu lintas juga dapat disebabkan
oleh adanya gangguan koordinasi motorik sebagai akibat dari pemberian obat-obat
yang mendepresi SSP seperti obat hipnotik-sedatif yang biasa digunakan sebagai obat
tidur untuk mengatasi insomnia (Rudi Salan, 1988).
Pemberian obat-obat seperti hipnotik-sedatif pada orang berusia lanjut dapat
menyebabkan penurunan koordinasi motorik sehingga meningkatkan resiko jatuh
(Rudi Salan, 1988). Selain itu pemberian hipnotik-sedatif memberikan banyak efek
samping seperti ketergantungan psikosis, bizarre, paranoid, depresi bahkan bunuh
diri. Timbul reaksi putus obat seperti panik, konvulsi dan delirium (Charney; Milhic;
Harris, 2001).
Masyarakat mulai beralih dari pengobatan modern ke pengobatan tradisional yaitu
dengan menggunakan tanaman obat. Tanaman obat dianggap lebih mudah didapat
dan lebih aman karena berasal dari alam dan bersifat alamiah (Juckett, 2004).
Tanaman obat yang secara empiris digunakan untuk mengatasi insomnia salah
satunya adalah pegagan (Centella asiatica (L).Urban) (Cauffield, 1999). Penelitian
2
Misilanti pada tahun 2005, didapatkan bahwa pada 0.07g/KgBB, 0.14g/KgBB,
0.28g/KgBB, 0.56g/KgBB berefek hipnotik.
Penelitian mengenai pengaruh herba pegagan (Centella asiatica (L).Urban)
terhadap koordinasi motorik belum diketahui. Penulis tertarik untuk meneliti
pengaruh herba pegagan (Centella asiatica (L).Urban) pada variasi dosis hipnotik
terhadap penurunan koordinasi motorik.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica (L).Urban) pada variasi
dosis hipnotik menimbulkan penurunan koordinasi motorik.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk menjadikan pegagan (Centella asiatica
(L).Urban) sebagai obat tidur alternatif yang telah diketahui efek terhadap penurunan
koordinasi motorik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak etanol herba
pegagan (Centella asiatica (L).Urban) pada variasi dosis hipnotik menimbulkan
penurunan koordinasi motorik.
1.4 Kegunaan Penelitian
A. Manfaat akademis :
Pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dalam bidang farmakologi tanaman obat, khususnya herba
pegagan (Centella asiatica (L).Urban) pada dosis hipnotik terhadap penurunan
koordinasi motorik.
3
B. Manfaat praktis :
Herba pegagan (Centella asiatica (L).Urban) diharapkan dalam penerapannya
dapat dijadikan obat tidur dengan informasi tentang penurunan koordinasi motorik
yang telah diketahui.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Pengaturan sikap dan keseimbangan diperoleh secara spontan dari impuls
sensorik yang berasal dari vestibular, visual, muskuloskeletal (proprioseptif)
ditambah sensasi dari tekan dan raba, kemudiaan diproses di SSP (Tungland, 2006).
GABA berfungsi sebagai transmitter penghambat eksitabilitas neuron di SSP
(Kruk & Pycock, 1991). Depresi pada SSP menyebabkan penurunan koordinasi
motorik (Charney; Mihic; Harris, 2001).
Ekstrak alkohol pegagan (Centella asiatica (L).Urban) meningkatkan GABA pada
mencit (Brinkhaus, 2000). Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) mengandung
triterpenoid (Brinkhaus, 2000; DerMarderosian 1999). Triterpenoid berikatan dengan
reseptor GABA (Aoshima & Hamamoto, 1999). Stimulasi reseptor GABA
menimbulkan kenaikan permeabilitas ion klorida, menginduksi hiperpolarisasi, dan
menurunkan kecepatan hantaran impuls (Kruk & Pycock, 1991). Penurunan impuls
ini menyebabkan impuls dari pusat (serebellum, nukleus vestibularis batang otak) ke
perifer (otot), perifer ke pusat terganggu sehingga menimbulkan penurunan
koordinasi motorik.
Hipotesis : ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica (L).Urban) pada
variasi dosis hipnotik menimbulkan penurunan koordinasi motorik.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan prospektif eksperimental sungguhan dengan
4
Data yang diukur adalah besarnya sudut luncur dalam derajat.
Analisis data dengan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata
Tukey HSD dengan =0.05.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica (L) Urban) pada variasi dosis
hipnotik (EEHP-1 sampai EEHP-4) menyebabkan penurunan koordinasi motorik,
dengan EEHP-1 (0.14g/KgBB) dan EEHP-2 (0.28g/KgBB) lebih ringan daripada
EEHP-3 (0.56g/KgBB) dan EEHP-4 (1.12g/KgBB).
5.2 Saran
Disarankan penggunaan herba pegagan sebagai obat hipnotik dalam dosis rendah
dan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pelarut yang lain, hewan coba yang lain ,
isolasi dan penggunaan zat aktif secara langsung. Juga dilakukan uji klinik pada
DAFTAR PUSTAKA
Annonymous. 2003. Pegaga.
http://www.mardi.my/herba1/pegaga.html., August 3 th 2006.
Aoshima, H., Hamamoto, K. 1999. Terpenoid and steroid. http://www.soc. Nii.ac.jp/jsbba/bbb6304e.html., March 4th 2006.
Brinkhaus. 2000. Gotu kola.
http://metagenics.com/resources/imc/OneMedicineProf/ProfLookups/Herbs.html., November 5th 2006.
Budi Riyanto Wreksoatmodjo. 2004. Vertigo: Aspek neurology.
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/144_14VertigoAspekNeurologi.pdf/., November 3th 2006.
Cauffield. 1999. Gotu kola.
http://metagenics.com/resources/imc/OneMedicineProf/ProfLookups/Herbs.html., November 5th 2006.
Charney D.S; Mihic S.J; Harris R.A. 2001. Hypnotics and sedatives. In: Goodman & Gillman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. Edited by Hardman, J.G. ; Limbird, L.E. 10th edition. New York: Mc Graw Hill Book Company. p. 399-424.
DerMarderosian, 1999. Gotu kola.
http://metagenics.com/resources/imc/OneMedicineProf/ProfLookups/Herbs.html., November 5th 2006.
Drug.com. 2005. Alprazolam.
http://www.drugs.com/alprazolam.html., November 16th 2006.
Guyton & Hall. 1997. Pengaturan fungsi motorik oleh korteks dan batang otak. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: ECG. h. 879-885.
Guyton & Hall. 1997. Susunan sistem saraf; fungsi dasar sinaps dan substansi
transmitter. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: ECG. h. 719.
IPTEKnet. 2005. Tanaman Obat Indonesia.
34
Iskandar Japardi, 2002. Gangguan tidur.
http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Downloads&file=index &req=getit&lid=126., December 3th 2006.
Iskandar Japardi, 2003. Nervus vestibulocochlearis.
http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Downloads&file=index &req=getit&lid=677., December 3th 2006.
Juckett G. 2004. Herbal medicines. In: Stitzel R.E. and Craig C.R., eds. Modern pharmacology with clinical applications. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p. 785.
Keith A., Andrea.B. 1996. Sedative hipnotics.
http://www.csusm.edu/DandB/Sedatives.html., November 16th 2006.
Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar Statistika. Jakarta: PT Raya Orafindo Persada. h. 257-262.
Kruk, Pycock. 1991. Farmakologi epilepsy. Dalam: Wibowo Samento, Abdula Gafir., editor: Farmakoterapi dalam neurologi. Jakarta: Salemba Medika. h. 26.
Meta Sinta Sari Wiria & Tony Handoko SK. 1995. Hipnotik sedatif dan alkohol. Dalam : Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 124-134.
Mark Draper. 2005. The adaptive effects of virtual interfaces: vestibulo-ocular reflex and simulator sickness. http--www_hitl_washington_edu-publications-r-98-22-image95_gif.html., November 4th 2006.
Nani Cahyani S. 2004. Pengantar sistem motorik somatik.
http://ikdu.fk.ui.ac.id/motorik%20somatik2004.pdf., September 4th 2006.
Paget.G.E., and Barnes, I.M. 1964.Toxicity Test in Evolution of Drug Activities Pharmacometrics. Edited by Laurence D.R and Bacharach A.L. Volume 1. Academic Press London and New York. p. 161-152.
Rudi Salan. 1998. Terapi medisinal pada insomnia
35
Satya Joewaran. 1998. Psikopatologi insomia.
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/53_08_Psikopatologi insomnia.html., May 4th 2006.
Setiawan Dalimartha. 2000. Pegagan. Dalam: Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. h. 149-155.
Tang W., Eisen brand G. 1992. Centella asiatica (L.)Urb. In: Chinese drugs of plant origin. Spinger-verlag. p. 273-275.
Trevor, A.J., Way, W.L. 2002. Hipnotik sedatif.Dalam: Katzung B.G., ed.
Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika. h. 25-41.
Tungland. 2006. Keeping our balance.
http://www.tinnitus.org.uk/information/info%20sheets/pdf/keeping_our_balance. pdf., August 3th 2006.
Turner R A. 1965. Motor control an Inclined plane. In: Screening methods in pharmacology. Academic press New york and London. p. 75.
USDA. 2006. Plant profile.
http://plants.usda.gov/cgi_bin/plant_profile.cgi?symbol=CEAS., November 4th 2006.
Wikipedia. 2006. Alprazolam.