iv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
PERBANDINGAN EFEK HERBA SAMBILOTO (Andrographis
paniculata (Burm. F.) Nees) DAN PEGAGAN (Centella asiatica
[L.] Urban) SERTA KOMBINASINYA TERHADAP
PENURUNAN PERSENTASE JUMLAH EOSINOFIL PADA
MENCIT SWISS WEBSTER DENGAN DERMATITIS
ALERGIKA
Natasya Meike Kambey, 2016 ; Pembimbing I : Dr Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M.Si
Dermatitis alergika adalah peradangan kulit yang sering ditemukan dalam masyarakat. Obat kimiawi merupakan salah satu cara untuk pengobatan dermatitis alergika, selain itu banyak masyarakat yang menggunakan tanaman obat anti alergi. Sambiloto dan pegagan sebagai Tanaman Obat Asli Indonesia secara empiris memiliki manfaat untuk pengobatan dermatitis alergika.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol herba pegagan dan sambiloto serta kombinasi terhadap jumlah eosinofil pada mencit dengan dermatitis alergika.
Penelitian ini merupakan ekperimental uji praklinis di laboratorium yang bersifat longitudinal. Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit, yang dibagi dalam 14 kelompok perlakuan (n=14), yaitu 9 kelompok uji dengan dosis tertentu dari ekstrak etanol herba sambiloto, herba pegagan, serta kombinasi keduanya, 1 kelompok obat kortikosteroid, obat anti histamin, kombinasi obat, kontrol positif dan kontrol negatif.
Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang sangat signifikan pada persentase jumlah eosinofil yang diberi ekstrak etanol herba sambiloto, herba pegagan, dan kombinasi keduanya apabila dibandingkan dengan kontrol positif (p<0,01). Pemberian dosis kombinasi lebih baik jika dibandingkan dengan pemberian dosis tunggal.
Simpulan yang didapat adalah ekstrak etanol herba pegagan, herba sambiloto, serta kombinasi keduanya dapat menurunkan persentase jumlah eosinofil mencit dengan dermatitis alergika, serta penggunaan dosis kombinasi lebih baik jika dibandingkan dengan dosis tunggal.
v Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
Comparison effects of Green Chiretta (Andrographis paniculata)
and Indian Pennywort (Centella asiatica) as well as the combination
of both toward the number of eosinophils in allergic dermatitis
using mice as the experimental animal
Natasya Meike Kambey, 2014 ; Tutor I : Dr Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes Tutor II: Djaja Rusmana, dr., M.Si
Allergic dermatitis is a skin inflammation that is often found in the community. Medicinal chemistry is one of allergic dermatitis treatment; in addition, many people use anti-allergy drug plants. Green chiretta and Indian pennywort as Native Medicinal Plants empirically have benefits for allergic dermatitis treatment.
The purpose of this experiment was to identify the effect of ethanol extract Green chiretta herb, Indian Pennywort herb as well as the combination of both toward inflammation diameter and number of eosinophils in mice with allergic dermatitis.
This study was an experimental preclinical testing in laboratory, spatially longitudinal. This research used mice as experimental animals, which were divided into 14 groups (n=14), namely 9 test groups with a certain dose of ethanol extract of Green chiretta herbs, Indian pennywort herbs, and a combination of both and 1 group as corticosteroid, an antihistamine, a combination of both, a positive control and a negative control.
Results of this study were, there was very significant difference in the numbers of eosinophil which were given ethanol extract of Green chiretta herbs, Indiana pennywort herbs, and a combination of both when compared to the positive control (p<0,01). Furthermore, combination dose was better when compared to single dose.
The conclusion is the ethanol extract of the Green chiretta herb, Indian pennywort herb, as well as a combination of both can reduce the number of eosinophils in mice with allergic dermatitis, as well as the use of dose combination is better if compared to a single dose.
viii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Identifikasi Masalah ... 3
1.3.Maksud dan Tujuan ... 3
1.4.Kegunaan Penelitian ... 4
1.4.1. Kegunaan Akademis ... 4
1.4.2. Kegunaan Praktis ... 4
1.5.Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4
1.5.1. Kerangka Pemikiran ... 4
1.5.2. Hipotesis Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1.Histologi dan Fungsi Kulit ... 7
2.1.1. Epidermis ... 7
2.1.2. Dermis ... 10
2.1.3. Hipodermis ... 11
ix
Universitas Kristen Maranatha
2.1.1. Reaksi Hipersensitivitas ... 12
2.1.2. Reaksi Hipersensitivitas Tipe I ... 12
2.2.Dermatitis Atopik ... 17
2.2.1. Etiologi ... 17
2.2.2. Gejala Klinik ... 19
2.2.3. Patogenesis ... 20
2.2.4. Diagnosis Dermatitis Atopik ... 21
2.3.Tanaman Obat ... 22
2.3.1. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall ex Nees) ... 22
2.3.1.1. Klasifikasi dan Morfologi... 23
2.3.1.2. Kandungan Kimia ... 23
2.3.1.3. Khasiat dan Penggunaan... 24
2.3.1.4. Farmakologi ... 25
2.3.2. Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) ... 25
2.3.2.1. Klasifikasi dan Morfologi... 26
2.3.2.2. Kandungan Kimia ... 27
2.3.2.3. Khasiat dan Penggunaan... 27
2.3.2.4. Farmakologi ... 28
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 29
3.1.Alat, Bahan dan Subjek Penelitian ... 29
3.1.1. Alat Penelitian ... 29
3.1.2. Bahan Penelitian ... 29
3.1.3. Subjek Penelitian ... 30
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
3.3.Metode Penelitian ... 30
3.3.1. Desain Penelitian ... 30
3.3.2. Variabel Penelitian ... 30
3.3.2.1. Definisi Konsepsional Variabel ... 30
3.3.2.2. Definisi Operasional Variabel ... 31
x
Universitas Kristen Maranatha
3.4.Prosedur Kerja ... 33
3.4.1. Persiapan Bahan Uji ... 33
3.4.2. Persiapan Hewan Coba ... 33
3.4.3. Prosedur Penelitian ... 33
3.4.4. Cara Pemeriksaan ... 35
3.5.Metode Analisis ... 36
3.6.Hipotesis Statistik ... 36
3.7.Kriteria Uji ... 36
3.8.Aspek Etik Penelitian ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1. Hasil Penelitian ... 37
4.2.Pembahasan ... 46
4.3.Uji Hipotesis ... 48
4.3.1. Hipotesis 1 ... 48
4.3.2. Hipotesis 2 ... 49
4.3.3. Hipotesis 3 ... 49
4.3.4. Hipotesis 4 ... 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 52
5.1. Simpulan ... 52
5.2. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN ... 57
xi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis Dermatitis Atopik ... 20 Tabel 4.1. Hasil Penelitian Pengaruh Pemberian EEHS, EEHP serta Kombinasi
EEHS dan EEHP terhadap Persentase Penurunan Jumlah Eosinofil pada Mencit yang Diinduksi Ovalbumin ... 37 Tabel 4.2. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Penelitian Pengaruh EEHS, EEHP,
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kulit ... 7
Gambar 2.2. Fase Sensitasi dan Fase Aktivasi Hipersensitivitas Tipe I ... 15
Gambar 2.3. Proses Degranulasi Sel Mast dan Sel Basofil ... 15
Gambar 2.4. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall ex Nees) ... 22
Gambar 2.5. Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban)... 26
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran Dosis ... 57
Lampiran 2. Lampiran Ekstrak ... 61
Lampiran 3. Lampiran Data ... 64
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Reaksi hipersensitivitas tipe I atau reaksi alergi adalah reaksi imunologis (reaksi peradangan) yang diakibatkan oleh alergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi IgE, sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular yang mengakibatkan akumulasi sel-sel radang terutama eosinofil. Diperkirakan 10-20% penduduk pernah atau sedang menderita reaksi alergi. Reaksi alergi dapat menyerang seluruh organ tubuh, organ yang sering terkena antara lain gaster (gastroenteritis alergi), hidung (rinitis alergika), saluran napas bagian bawah (asma bronkial), dan kulit seperti dermatitis alergika (Sudoyo et al., 2009; Kumar et al., 2010; Kim, 2015).
Dermatitis alergika merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia ((Leung et al., 2008). Dermatitis alergika adalah peradangan kulit kronis disertai gatal yang terjadi pada orang yang mempunyai riwayat alergika (Harahap, 2000). Prevalensi dermatitis alergika pada anak-anak sekitar 10-20% dan prevalensi pada orang dewasa sekitar 0.9%. Dermatitis alergika memiliki frekuensi lebih besar pada orang Asia dan orang kulit hitam dibandingkan dengan orang kulit putih. Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih banyak terkena dibandingkan laki-laki dengan ratio kira-kira 1,4:1. Dermatitis alergika ditandai dengan adanya rasa gatal, lesi pada kulit seperti eritema dan papula eritem, serta peningkatan sel eosinofil. Adapun, komplikasi pada dermatitis alergika ialah infeksi sekunder yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus akibat fungsi kulit yang terganggu (Kim, 2015).
2
Universitas Kristen Maranatha
Penggunaan bahan kimiawi dianggap lebih cepat dalam penyembuhan, tetapi memberikan banyak efek samping. Maka dari itu, timbul kesadaran untuk menggunakan bahan alami karena sifatnya yang relatif aman. Beberapa diantaranya yang dapat digunakan adalah herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall. ex Nees) dan herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) yang secara empiris berkhasiat sebagai anti inflamasi dan anti alergi (Chang, 1987; Bruneton, 1999; Mills & Bone, 2000; Setiawan Dalimartha, 2004; Departemen Kesehatan, 2000).
Herba pegagan (Centella asitica [L.] Urban) mengandung asiaticoside
dan madecassoside yang bermanfaat menstimulasi sintesis kolagen, antioksidan, anti inflamasi, dan antialergi pada kulit (Bruneton, 1999; Departemen Kesehatan, 2010). Herba sambiloto (Andrographis paniculata
(Burm. F.) Wall. ex Nees) mengandung zat andrographolide yang bermanfaat sebagai anti inflamasi (Mills & Bone, 2000). Senyawa flavonoid yang terkandung pada kedua herba tersebut bermanfaat sebagai anti inflamasi dan antioksidan (Departemen Kesehatan, 2011). Pada penelitian terdahulu membuktikan, bahwa infusa herba sambiloto berefek sebagai antialergi dan imunomodulator yang ditandai adanya penurunan persentase jumlah eosinofil pada sediaan SADT mencit dengan dermatitis alergika (Tiara Apriani, 2001; Nevin C. Junarsa, 2002). Adapun penelitian terdahulu membuktikan, bahwa infusa herba pegagan berefek sebagai anti alergi yang ditandai adanya penurunan persentase eosinofil pada SADT mencit dengan dermatitis alergika (Nanda Ekarini, 2002).
Berdasarkan manfaat dan khasiatnya, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai efek ekstrak etanol herba sambiloto
3
Universitas Kristen Maranatha
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apakah pemberian ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
2. Apakah pemberian ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit
Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
3. Apakah pemberian kombinasi ekstrak etanol herba sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) dan ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) berefek menurunkan persentase jumlah sel eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
4. Apakah pemberian kombinasi memiliki efek lebih efektif dibandingkan dengan pemberian tunggal dalam menurunkan persentase jumlah sel eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah memperoleh obat alternatif untuk mengatasi dermatitis atopik yang dapat mengurangi reaksi inflamasi, khususnya herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees), herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban), serta kombinasinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai:
1. Efek pemberian ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
2. Efek pemberian ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit
4
Universitas Kristen Maranatha
3. Efek pemberian kombinasi ekstrak etanol herba sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) dan ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika. 4. Efek pemberian kombinasi memiliki efek lebih efektif dibandingkan
dengan pemberian tunggal dalam menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Akademis
Memberikan informasi dan menambah wawasan farmakologi tanaman herbal khususnya mengenai efek herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall. ex Nees) dan herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) terhadap dermatitis alergika.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Mengembangkan obat alternatif dermatitis alergika yang lebih optimal bagi masyarakat, yaitu ekstrak etanol herba sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) dan ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) yang berefek antiinflamasi.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1Kerangka Pemikiran
5
Universitas Kristen Maranatha
imun dalam 3 tahap, yaitu fase sensitasi, fase aktivasi, dan fase efektor sehingga terjadi akumulasi sel eosinofil (Kumar et al., 2010; Bratawidjaja
et al., 2014).
Reaksi hipersensitivitas tipe 1 adalah suatu gangguan kompleks yang terjadi akibat terpicunya sel mast, yang diperantarai oleh IgE beserta akumulasi sel radang di tempat pengendapan antigen. Proses-proses ini sebagian besar diatur oleh induksi T helper 2 (Th2) cell yang meningkatkan sintesis IgE dan akumulasi sel radang, terutama sel eosinofil. Hal ini disebabkan terjadi pelepasan mediator-mediator sel mast berupa histamin, prostaglandin D2 (PGD2), leukotrien (C4, D4, E4), Platelet Activating Factor (PAF), Eosinofil Chemotacting Factor (ECF) yang merupakan faktor kemotaktik eosinofil (Kumar et al., 2010).
6
Universitas Kristen Maranatha al., 2010). Pada penelitian terdahulu pun membuktikan, bahwa infusa herba sambiloto berefek sebagai antialergi dan imunomodulator yang ditandai adanya penurunan persentase jumlah eosinofil pada sediaan SADT mencit dengan dermatitis alergika (Tiara, 2001; Nevin, 2002). Adapun penelitian terdahulu membuktikan, bahwa infusa herba pegagan berefek sebagai anti alergi yang ditandai adanya penurunan persentase eosinofil pada SADT mencit dengan dermatitis alergika (Nanda, 2002).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
1. Pemberian ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata
(Burm. F.) Nees) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
2. Pemberian ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
3. Pemberian kombinasi ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) dan ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
52 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
1. Pemberian ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata
(Burm. F.) Nees) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
2. Pemberian ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
3. Pemberian kombinasi ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) dan ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) berefek menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
4. Pemberian kombinasi memiliki efek lebih efektif dibandingkan dengan pemberian tunggal dalam menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
5. Pemberian kombinasi herba dosis 3 memiliki efek yang paling efektif dalam menurunkan persentase jumlah eosinofil pada mencit Swiss Webster dengan dermatitis alergika.
5.2Saran
Penelitian ini merupakan penelitian tahap awal yang perlu dilanjutkan dengan berbagai penelitian lainya. Dengan demikian, saran untuk penelitian selanjutannya adalah:
53
Universitas Kristen Maranatha
3)Penelitian dilanjutkan dengan waktu lebih lama dari 24 jam setelah pemberian ekstrak herba sambiloto dan ekstrak herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban), serta kombinasinya secara per oral, untuk mendapatkan waktu yang optimal dalam perkembangan efek anti-inflamasi.
4)Penelitian dilanjutkan dengan uji toksisitas terhadap herba sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) dan herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban). Dengan demikian, herba sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) dan herba pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) dapat dikembangkan sebagai Herbal Medicine yang berefek anti-alergi.
54 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, A. D., & Mahdi. (2003). Penatalaksanaan Penyakit Alergi (1 ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Altman, L. C., Becker, J. W., & Williams, P. V. (2000). Allergy in Primary Care (1 ed.). United States of America: W.B Saunders Company.
Apriani, T. (2006). Efek Infusa Herba Sambiloto (Andrographis Herba) Sebagai Antialergi Terhadap Dermatitis Alergika Pada Hewan Coba Mencit. Bandung.
Arndt, K. A. (1984). Pedoman Terapi Dermatologis. Jakarta: Yayasan Essentia Medica.
Baratawidjaja, K. G., & Rengganis, I. (2014). Imunologi Dasar (11 ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bratawidjaja, K. G. (2004). Imunologi Dasar (6 ed., Vol. I). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bruneton, J. (1999). Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants (2 ed., Vol. I). (C. K. Hatton, Trans.) New York: Lavoisier Publishing. Chang, H. M., & But, P. P. (1987). Pharmacology and Applications of
Chinese Materia Medica (Vol. II). Singapore: World Scientific.
Setiawan Dalimartha. (2001). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (1 ed.). Jakarta: Trubus Agriwidya.
Setiawan Dalimartha. (2004). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (1 ed., Vol. II). Jakarta: Trubus Agriwidya.
Djuanda, A. (2002). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (II ed.). (S. Djuanda, M. Hamzah, & S. Aisah, Eds.) Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ekarini, N. (2006). Infusa Herba Pegagan (Centella Herba) Sebagai Anti Alergi Pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Bandung.
55
Universitas Kristen Maranatha
James, W., Odom, R., & Berger, T. (2006). Andrews Disease of the Skin
(10 ed.). Canada: Elsevier.
Junarsa, N. C. (2006). Efek Herba Sambiloto (Andrographis Herba) Sebagai Imunomodulator Pada Mencit Dengan Dermatitis Alergika.
Bandung.
Junqueira, C., Carneiro, J., & Kelley, R. (2000). Histologi Dasar. (S. Komala, A. Santoso, Eds., & J. Tambayong, Trans.) Jakarta: EGC. Kartasasmita, C. B., Supandiman, I., Sumarman, I., Djajakusumah, T., &
Dahlan, Z. (2006). Pedoman Penatalaksanaan Alergi dan Imunologi (1 ed.). Bandung: Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PERALUMNI) cabang Bandung.
Katzung, B. G. (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Kim, B. S. (2015, July 01). Atopic Dermatitis. Retrieved January 12, 2016, from Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/1049085-overview
Kumar, V., Abbas, A. K., & Fausto, N. (2010). Dasar Patologis Penyakit
(7 ed., Vol. I). (L. Y. Rachman, F. Dany, L. Rendy, Eds., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta, Indonesia: EGC.
Kumar, V., Abbas, A. K., & Fausto, N. (2010). Robbin And Cotran Pathologic Basis of Disease (8 ed.). Philadelphia: Sanders Elsevier. Leeson, R., Leeson, T., & Paparo, A. (1996). Buku Ajar Histologi (VI ed.).
(K. Siswojo, J. Tambajong, S. Wonodirekso, I. Suryono, R. Tanzil, & R. Soeharto, Trans.) Jakarta: EGC.
Leung, D. Y., Eichenfield, L. F., & Boguniewicz, M. (2008). Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine (7 ed., Vol. 1 & 2). United States of America: McGraw Hill.
Markham, K. R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid (I ed., Vol. I). (K. Padmawinata, Trans.) Bandung, Indonesia: ITB.
Mills, S., & Bone, K. (2000). Principles And Partice of Phytotherapy.
London: Churchill Livingstone.
Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., & Rodwell, V. W. (2010).
Biokimia Harper (27 ed., Vol. I). (A. P. Bani, T. M. Sikumbang, Eds., & A. Hartono, Trans.) Jakarta, Indonesia: EGC.
Pearce, E. C. (2011). Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis (36 ed.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Perry, L. M. (1980). Medicinal Plant of Cast and Southeast Asia (2 ed.). USA: The Massachusetts Institute of Technology.
Prapanza, I., & Marianto, L. A. (2002). Khasiat dan Manfaat Sambiloto.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Prapanza, I., & Marianto, L. (2003). Khasiat dan Manfaat Sambiloto Raja Pahit Penakluk Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka.
RI, D. K. (2000). Acuan Sediaan Herbal (1 ed., Vol. 1). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
56
Roitt, I. (2003). Imunologi (8 ed.). Jakarta: Widya Medika.
Santosa, D., & Gunawan, D. (2002). Ramuan Traditional Untuk Penyakit Kulit (III ed.). Jakarta: Penebar Swadaya.
Sastroamidjojo, S. (2001). Obat Asli Indonesia. (P. A. Tjokronegoro, Ed.) Jakarta: Dian Rakyat.
Soesilo, S. (1989). Vandemekum Bahan Obat Alam. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Sudarsono, Pudjoarinto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Dradjad, M., et al. (1996). Tumbuhan Obat. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat Tradisional Universitas Gajah Mada.
Sudoyo, A. W., Stiyohadi, B., Alwi, I., K, M. S., & Setiati, S. (Eds.). Pemanfaatan untuk Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Winarto, W., & Surbakti, M. (2003). Khasiat dan Manfaat Pegagan (1 ed.). Jakarta: Agromedia Pustaka.
Wirawan, R., & Silman, E. (1996). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana (2 ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.