• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efek Antipiretik Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees) dan Ekstrak Alang-Alang (Imprerata cylindrica (L.)Beauv) Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Efek Antipiretik Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees) dan Ekstrak Alang-Alang (Imprerata cylindrica (L.)Beauv) Pada Mencit Swiss Webster Jantan."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

PERBANDINGAN EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK

SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) DAN

EKSTRAK ALANG-ALANG (Imperata cylindrica (L.) Beauv)

PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

Jennifer Prisilla, 2013, Pembimbing 1 : Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr, M.Kes

Demam adalah keadaan saat suhu tubuh manusia di atas 38o Celcius. Demam dapat menyertai berbagai penyakit terutama penyakit infeksi, sehingga sering ditemukan dalam masyarakat. Demam yang tidak segera diobati, dapat menimbulkan kejang demam pada anak-anak. Di Indonesia dikenal obat herbal sebagai pengobatan alternatif antipiretik, contohnya adalah sambiloto dan alang-alang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan ekstrak herba alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) sebagai antipiretik dan membandingkan potensinya.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan hewan coba mencit Swiss Webster yang diinduksi menggunakan vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT). Data yang diukur adalah suhu setelah pemberian sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees), alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv), akuades, dan parasetamol dalam derajat celcius. Analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut Tukey HSD, dengan α = 0,05.

Pemberian bahan uji berupa sambiloto (36,14OC) dan alang-alang (36,69OC) memberikan penurunan suhu yang berbeda bermakna dengan akuades (37,90OC) (p < 0,05). Suhu setelah pemberian sambiloto (36,14OC) tidak berbeda bermakna dengan alang-alang (36,69OC) pada mencit yang diinduksi demam dengan vaksin DPT (p> 0,05).

Simpulan penelitian ini adalah sambiloto dan alang-alang berefek sebagai antipiretik dan mempunyai potensi yang sama sebagai antipiretik.

Kata kunci: Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees), alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv), demam, antipiretik.

(2)

v

ABSTRACT

COMPARISON OF ANTIPYRETIC EFFECT OF GREEN

CHIRETTA

’S EXTRACT

(Andrographis paniculata (Burm. f.)

Nees) AND COGON GRASS

EXTRACT (Imperata cylindrica (L.)

Beauv) TO MALE SWISS WEBSTER MICE

Jennifer Prisilla, 2013, First Tutor : Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr, M.Kes

Fever is a condition when human body temperature above 38oC. Fever accompanies various diseases especially infection, therefore fever is commonly found. Fever that not treated promptly can cause febrile seizure in children. In Indonesia, herbal medicine is a well known alternative treatment that can be effective as antipyretic, such as green chiretta and cogon grass.

The purposes of this study are to assess the effect of green chiretta’s extract and cogon grass’s extract as antipyretic and to compare their potency.

This study is an experimental laboratoric research using Completely Randomized Design using male Swiss Webster mice which vaccinated by Diphtheria Pertussis and Tetanus (DPT) to induced fever. The measured data is the decreasing temperature after green chiretta’s extract, cogon grass’s extract, aquadest, and paracetamol were given. The measurement of mice’s temperature was statistically analyzed with one way ANAVA continued by Tukey HSD, with

α= 0.05.

The administration of green chiretta’s extract (36,14OC) and cogon grass’s extract (36,69OC) decreased mice’s body temperature significantly more than aquadest’s (37,90OC) (p < 0.05). Green chiretta (36,14OC) and cogon grass (36,69OC) doesn’t have significant difference in decreasing mice’s body temperature (p> 0.05).

The conclusions of this study are, green chiretta and cogon grass are effective as antipyretic and they have equal potency as antipyretic.

(3)
(4)

ix

2.5.6 Khasiat Lain Alang-alang ... 22

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian ... 23

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 23

3.1.2 Subjek Penelitian ... 23

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

3.3 Metode Penelitian ... 24

3.3.1 Desain Penelitian ... 24

3.3.2 Variabel Penelitian ... 24

3.3.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 24

3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 24

3.3.3 Besar Sampel Penelitian ... 25

3.3.4 Prosedur Kerja ... 25

3.3.4.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 25

3.3.4.2 Persiapan Hewan Coba ... 26

3.3.4.3 Prosedur Penelitian ... 26

3.3.4.4 Metode Analisis ... 27

3.4 Aspek Etik Penelitian ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 28

4.2 Pembahasan ... 30

4.3 Uji Hipotesis ... 31

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 34

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN ... 38

(5)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Suhu Mencit Sebelum Induksi Demam ... 29 Tabel 4.2 Rerata Suhu Tubuh Mencit yang Diinduksi Demam Setelah

(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Respon Tubuh Terhadap Paparan Dingin ... 10

Gambar 2.2 Respon Tubuh Terhadap Paparan Panas ... 11

Gambar 2.3 Skema Mekanisme Terjadinya Demam... 12

Gambar 2.4 Pengukuran Suhu Oral ... 13

Gambar 2.5 Persiapan Pengukuran Suhu Rektal ... 14

Gambar 2.6 Pengukuran Suhu Rektal ... 14

Gambar 2.7 Pengukuran Suhu Axilla ... 15

Gambar 2.8 Pengukuran Suhu Membran Timpani... 15

Gambar 2.9 Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees ... 16

Gambar 2.10 Skema Mekanisme Kerja Andrographolid dan Flavonoid Menurunkan Suhu Tubuh ... 19

Gambar 2.11 Imperata cylindrica (L.) Beauv ... 20

(7)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Lengkap Hasil Pengukuran Suhu ... 38 Lampiran 2 Hasil Uji Statistik Uji Homogenitas ... 40 Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Bahan Uji Pada Menit ke 15 Sampai Menit ke

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam merupakan peningkatan suhu tubuh yang melebihi variasi normal harian dan terjadi dengan peningkatan set poin hipotalamik. (Dinarello & Porat, 2008) Definisi lain demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal, yaitu 38o Celcius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak yang dapat diukur secara oral, rektal, dan aksila. (Ismoedijanto, 2000) Demam dapat menyertai berbagai penyakit terutama penyakit infeksi, sehingga sering ditemukan dalam masyarakat.

Demam yang tidak segera diobati, dapat menimbulkan kejang demam pada anak-anak. Definisi kejang demam menurut The International League Against Epilepsy (ILAE) adalah suatu kejang epileptik yang terjadi pada anak-anak disertai oleh demam, tanpa ditemukan tanda-tanda infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. (ILAE, 1993) Secara umum, kerugian yang ditimbulkan oleh demam adalah produktivitas menurun dan timbul rasa lelah.

Cara yang lazim digunakan sebagai terapi antipiretik adalah dengan obat kimia, seperti parasetamol dan aspirin, namun pengggunaan obat kimia memiliki banyak efek samping. Efek samping parasetamol adalah mual, reaksi alergi, nekrosis tubuli renalis, kerusakan hati, anemia hemolitik, dan koma hipoglikemik. Sedangkan efek samping dari aspirin adalah alkalosis respiratoar, kerusakan hati, pendarahan lambung, dan memperpanjang masa pendarahan. (P. Freddy Wilmana & Sulistia Gan, 2007)

Berkembangnya penelitian mengenai obat tradisional telah mengubah pola pikir masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam kehidupan sehari-hari mulai meningkat, karena obat tradisional telah terbukti aman dan efektif. Kelebihan lain dari obat tradisional adalah harganya yang murah dan mudah didapat oleh masyarakat. (Graz, et al., 2011)

(9)

2

famili Poaceae. (Jaya, dkk., 2009) Bagian dari sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) yang dapat digunakan sebagai obat adalah seluruh bagian tanaman, penggunaan sebagai obat adalah dengan direbus dengan air, setelah dingin air rebusan tersebut diminum. Bagian dari alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) yang dapat digunakan sebagai obat adalah seluruh bagiannya, mulai dari akar, batang, daun dan bunga alang-alang, digunakan sebagai obat dengan cara meminum air rebusannya.

Penggunaan secara empiris sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) sebagai antipiretik mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster yang diinduksi vaksin DPT, dengan membandingkan manakah yang memiliki efek antipiretik lebih baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)

mempunyai efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster yang diinduksi vaksin DPT.

2. Apakah ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) mempunyai efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster yang diinduksi vaksin DPT.

3. Manakah yang lebih baik antara ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv).

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

(10)

3

Tujuan penelitian ini adalah:

 Menilai efek ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

 Menilai efek ekstrak herba alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) berefek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

 Menilai potensi antara ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) sebagai antipiretik.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai efek ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) sebagai antipiretik.

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat untuk penggunaan sambiloto dan alang-alang sebagai antipiretik.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pirogen adalah substansi yang dapat menyebabkan demam. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien biasanya berupa produk mikroba, toksin, atau keseluruhan mikroba tersebut. Endotoksin adalah molekul pirogen yang paling kuat pada manusia. Selain pirogen eksogen, tubuh juga memproduksi sitokin pirogen yaitu IL-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF), ciliary neutrophic factor (CNTF), dan interferon (INF) yang menyebabkan produksi prostaglandin (PGE2). Peningkatan kadar prostaglandin (PGE2) di otak

akan menyebabkan peningkatan set poin hipothalamus sehingga terjadi demam (Dinarello & Porat, 2008).

(11)

4

Setoaji, zat dalam sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) yang berefek antipiretik adalah flavonoid. Flavonoid bekerja menghambat sintesis prostaglandin yang akan berefek menurunkan demam. (Setoaji & Arie, 2004) Andrographolide dan neoandrographolide menghambat nitric oxide yang distimulasi oleh lipopolisakarida (LPS), sehingga bersifat sebagai anti-inflamasi. (Wang, et al., 2010)

Efek antipiretik dari ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv), juga telah dilaporkan. Kandungan yang berefek sebagai antipiretik adalah senyawa flavon tanpa gugus OH bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-0H, flavanon, atau isoflavon. Zat-zat tersebut berefek menghambat sintesis prostaglandin (PGE2) dan mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah perifer,

sehingga meningkatkan sekresi keringat yang akan menurunkan suhu tubuh. (Jaya, dkk., 2009)

1.6 Hipotesis

 Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster yang diinduksi vaksin DPT.

 Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster yang diinduksi vaksin DPT.

(12)

34

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Simpulan umum:

 Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

 Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

 Sambiloto dan alang-alang mempunyai potensi yang sama sebagai antipiretik.

Simpulan tambahan:

 Potensi sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) dan kontrol pembanding sebagai antipiretik sama.

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan pendahuluan yang perlu dilanjutkan dengan penelitian-penelitian lain seperti :

1. Uji toksisitas

(13)

PERBANDINGAN EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK SAMBILOTO

(

Andrographis paniculata

(Burm. f.) Nees) DAN EKSTRAK

ALANG-ALANG (

Imperata cylindrica

(L.) Beauv) PADA MENCIT

SWISS WEBSTER JANTAN

Jennifer Prisilla

Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Maranatha Bandung

ABSTRAK

Demam adalah keadaan saat suhu tubuh manusia di atas 38o Celcius. Demam dapat

menyertai berbagai penyakit terutama penyakit infeksi, sehingga sering ditemukan dalam masyarakat. Demam yang tidak segera diobati, dapat menimbulkan kejang demam pada anak-anak. Di Indonesia dikenal obat herbal sebagai pengobatan alternatif antipiretik, contohnya adalah sambiloto dan alang-alang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan ekstrak herba alang-alang (Imperata cylindrica (L.)Beauv) sebagai antipiretik dan membandingkan potensinya.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan hewan coba mencit Swiss Webster yang diinduksi menggunakan vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT). Data yang diukur adalah suhu setelah pemberian sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees), alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv), akuades, dan parasetamol dalam derajat celcius. Analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut Tukey HSD, dengan α = 0,05.

Pemberian bahan uji berupa sambiloto (36,14OC) dan alang-alang (36,69OC)

memberikan penurunan suhu yang berbeda bermakna dengan akuades (37,90OC) (p <

0,05). Suhu setelah pemberian sambiloto (36,14OC) tidak berbeda bermakna dengan

alang-alang (36,69OC) pada mencit yang diinduksi demam dengan vaksin DPT (p> 0,05).

Simpulan penelitian ini adalah sambiloto dan alang-alang berefek sebagai antipiretik dan mempunyai potensi yang sama sebagai antipiretik.

Kata kunci: Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees), alang-alang (Imperata cylindrica (L.)Beauv), demam, antipiretik.

ABSTRACT

Fever is a condition when human body temperature above 38oC. Fever accompanies various

diseases especially infection, therefore fever is commonly found. Fever that not treated promptly can cause febrile seizure in children. In Indonesia, herbal medicine is a well known alternative treatment that can be effective as antipyretic, such as green chiretta and cogon grass.

The purposes of this study are to assess the effect of green chiretta’s extract and cogon grass’s

extract as antipyretic and to compare their potency.

This study is an experimental laboratoric research using Completely Randomized Design using male Swiss Webster mice which vaccinated by Diphtheria Pertussis and Tetanus (DPT) to

induced fever. The measured data is the decreasing temperature after green chiretta’s extract, cogon grass’s extract, aquadest, and paracetamol were given. The measurement of mice’s temperature was statistically analyzed with one way ANAVA continued by Tukey HSD, with

α= 0.05.

The administration of green chiretta’s extract (36,14OC) and cogon grass’s extract (36,69OC)

(14)

chiretta (36,14OC) and cogon grass (36,69OC) doesn’t have significant difference in decreasing

mice’s body temperature (p> 0.05).

The conclusions of this study are, green chiretta and cogon grass are effective as antipyretic and they have equal potency as antipyretic.

Key words: Green chiretta (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees), cogon grass (Imperata cylindrica (L.) Beauv), fever, antipyretic.

PENDAHULUAN

Demam merupakan peningkatan suhu tubuh yang melebihi variasi normal

harian dan terjadi dengan peningkatan set poin hipotalamik.(1) Definisi lain

demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal, yaitu 38o Celcius. Suhu

tubuh adalah suhu visera, hati, otak yang dapat diukur secara oral, rektal, dan

aksila. (2) Demam dapat menyertai berbagai penyakit terutama penyakit infeksi,

sehingga sering ditemukan dalam masyarakat.

Demam yang tidak segera diobati, dapat menimbulkan kejang demam pada

anak-anak. Definisi kejang demam menurut The International League Against

Epilepsy (ILAE) adalah suatu kejang epileptik yang terjadi pada anak-anak

disertai oleh demam, tanpa ditemukan tanda-tanda infeksi intrakranial atau

penyebab tertentu. (3) Secara umum, kerugian yang ditimbulkan oleh demam

adalah produktivitas menurun dan timbul rasa lelah.

Cara yang lazim digunakan sebagai terapi antipiretik adalah dengan obat

kimia, seperti parasetamol dan aspirin, namun pengggunaan obat kimia

memiliki banyak efek samping. Efek samping parasetamol adalah mual, reaksi

alergi, nekrosis tubuli renalis, kerusakan hati, anemia hemolitik, dan koma

hipoglikemik. Sedangkan efek samping dari aspirin adalah alkalosis respiratoar,

kerusakan hati, pendarahan lambung, dan memperpanjang masa pendarahan.

(4)

Berkembangnya penelitian mengenai obat tradisional telah mengubah pola

pikir masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam kehidupan sehari-hari

mulai meningkat, karena obat tradisional telah terbukti aman dan efektif.

Kelebihan lain dari obat tradisional adalah harganya yang murah dan mudah

(15)

Tanaman obat yang umum digunakan sebagai antipiretik di Indonesia

adalah sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees), termasuk dalam

famili Acanthaceae dan alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) termasuk

dalam famili Poaceae. (6) Bagian dari sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.

f.) Nees) yang dapat digunakan sebagai obat adalah seluruh bagian tanaman,

penggunaan sebagai obat adalah dengan direbus dengan air, setelah dingin air

rebusan tersebut diminum. Bagian dari alang-alang (Imperata cylindrica (L.)

Beauv) yang dapat digunakan sebagai obat adalah seluruh bagiannya, mulai dari

akar, batang, daun dan bunga alang-alang, digunakan sebagai obat dengan cara

meminum air rebusannya.

Penggunaan secara empiris sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.)

Nees) dan alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) sebagai antipiretik

mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek

ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan ekstrak

alang-alang (Imperata cylindrica (L.)Beauv) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss

Webster yang diinduksi vaksin DPT, dengan membandingkan manakah yang

memiliki efek antipiretik lebih baik.

Maksud dan Tujuan penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh obat alternatif untuk

mengatasi demam.

Tujuan penelitian ini adalah:

 Menilai efek ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.)

Nees) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

 Menilai efek ekstrak herba alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv)

berefek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

 Menilai potensi antara ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.

f.) Nees) dan ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) sebagai

(16)

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini merupakan eksperimenyal laboratorik. Data setelah perlakuan

diuji menggunakan ANAVA satu arah. Apabila terdapat perbedaan dilanjutkan

dengan uji Tukey HSD dengan α = 0,05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan

nilai p < 0,05. Analisis menggunakan perangkat lunak komputer.

Bahan-bahan penelitian ini meliputi ekstrak sambiloto (Andrographis

paniculata (Burm. f.) Nees), ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv),

vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus), parasetamol, akuades, paraffin, dan

alkohol 70%. Alat-alat yang digunakan adalah termometer digital, gelas beker,

jarum suntik 1 mL, timbangan, sonde oral, kandang mencit, botol minum mencit,

dan sarung tangan.

Subjek penelitian menggunakan mencit (Mus Musculus) galur Swiss Webster

jantan usia 8 minggu, berat badan 20-25 gram dengan rerata 22,7 gram. Mencit

diperoleh dari Laboratorium Biologi Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH),

Institut Teknologi Bandung (ITB).

Prosedur Penelitian

 Mencit diletakkan dalam kotak plastik ukuran 30x40 cm, diberi sekam.

Masing-masing bak berisi 6 ekor hewan coba.

 Mencit dipuasakan ± 18 jam, minum tetap diberikan. Berat badan

masing-masing mencit ditimbang dengan timbangan hewan dan suhu tubuh

sebelum diberi vaksin DPT diukur menggunakan termometer yang telah

diberi paraffin.

 Seluruh mencit dibagi secara acak ke dalam 4 kelompok, masing-masing

6 ekor.

 Masing-masing mencit pada setiap kelompok diberi vaksin DPT dengan

dosis 0,0013 mL pada tungkai belakang mencit secara IM, tunggu hingga

terjadi demam (±30 menit).

 Setelah 30 menit, perlakuan diberikan secara per oral pada

masing-masing mencit sesuai dengan kelompoknya. Kelompok 1: 6 ekor mencit

diberi perlakuan larutan ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata

(17)

diberi perlakuan ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv)

dengan dosis 15 mg/ kgBB. Kelompok 3 (kontrol positif): 6 ekor mencit

diberi 0,5 mL akuades. Kelompok 4 (kontrol pembanding): 6 ekor mencit

diberi parasetamol dengan dosis pada manusia dewasa adalah 0,5-1

gram/ kali, maksimal 4 gram/ hari.

 Setelah diberi perlakuan, suhu tubuh masing-masing mencit diukur per

rektal menggunakan termometer yang telah diberi paraffin. Pengukuran

dilakukan setiap 15 menit hingga menit ke-120 setelah perlakuan. Hasil

pengukuran dicatat dan dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Suhu Mencit Sebelum Induksi Demam (Derajat Celcius)

Mencit Sambiloto Alang-alang Kontrol Positif

menunjukkan bahwa suhu mencit awal sebelum induksi adalah homogen pada

setiap kelompok.

Setelah pengukuran suhu awal, mencit diinduksi demam dengan

menggunakan vaksin DPT, tiga puluh menit kemudian, diberikan bahan uji, lalu

pengukuran suhu mencit dilakukan setiap 15 menit setelah pemberian bahan uji

sampai menit ke 120. Hasil pengukuran suhu tersebut yaitu pada menit ke 15

sampai menit ke 120 dirata-rata. Hasilnya disajikan dalam tabel 4.2.

(18)

Mencit Sambiloto Alang-alang Kontrol

Hasil uji statistik menggunakan ANAVA satu arah dan diperoleh nilai

p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan minimal pada sepasang

kelompok. Perbedaan antar kelompok selanjutnya diuji menggunakan uji lanjut

dengan metode Tukey HSD. Hasilnya disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut Perbedaan Suhu Pada Tiap Kelompok Perlakuan

Sambiloto

menggunakan vaksin DPT yang berbeda bermakna dengan kontrol positif

(37,90OC) yang hanya diinduksi demam dan diberi akuades saja. Pemberian

bahan uji sambiloto dan alang-alang memiliki potensi yang sama dengan

pemberian parasetamol sebagai kontrol pembanding (36,00OC).

Berdasarkankan hasil penelitian yang telah dilakukan, sambiloto dan

alang-alang mampu menurunkan suhu tubuh, sehingga efektif sebagai

antipiretik. Sambiloto dan alang-alang juga memiliki potensi yang sama baik

(19)

Sambiloto telah teruji dapat menurunkan suhu tubuh tikus pada

penelitian yang dilakukan oleh Suebsasana, et al. Zat dalam sambiloto yang

mampu menurunkan suhu tubuh adalah sebagai antipiretik adalah

andrographolid dan flavonoid. (7) Andrographolid dan flavonoid bekerja

dengan menghambat sintesis prostaglandin, sehingga menurunkan demam.

(8);(9)

Alang-alang juga terbukti bersifat sebagai antipiretik, yang digunakan

secara umum pada ramuan tradisional Korea. (10) Menurut penelitian Jaya,

Setyari, dan Arundina, seluruh bagian dari alang-alang mampu berkhasiat

sebagai antipiretik. Kandungan yang berefek sebagai antipiretik adalah senyawa

flavon tanpa gugus OH bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-0H, flavanon,

atau isoflavon. Zat-zat tersebut berefek menghambat sintesis prostaglandin

(PGE2) dan mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah perifer. (6)

Belum ada penelitian yang membandingkan potensi antipiretik antara

sambiloto dan alang-alang. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat

perbedaan bermakna dari hasil perhitungan statistik, sehingga dapat

disimpulkan potensi sambiloto dan alang-alang sebagai antipiretik sama.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Simpulan umum:

 Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) berefek antipiretik

pada mencit Swiss Webster.

 Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) berefek antipiretik pada

mencit Swiss Webster.

 Sambiloto dan alang-alang mempunyai potensi yang sama sebagai

antipiretik.

Simpulan tambahan:

 Potensi sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan

alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) dan kontrol pembanding sebagai

(20)

Saran

Penelitian ini merupakan pendahuluan yang perlu dilanjutkan dengan

penelitian-penelitian lain seperti :

1. Uji toksisitas

2. Penentuan dosis yang optimal

3. Uji klinik

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinarello, Charles A and Porat, Reuven. Fever and Hyperthermia. [book auth.] Anthony S Fauci, et al. Harrison's Principals of Internal Medicine 17th edition. New York : McGraw-Hill Companies, 2008, pp. 118-120.

2. Demam Pada Anak. Ismoedijanto. 2000, Sari Pediatri Vol.2, pp. 103-108.

3. Guidelines for Epidemiologic studies on Epilepsy. (ILAE), The International League Against Epilepsy. 1993, Epilepsia, p. 34.

4. Wilmana, P. Freddy and Gan, Sulistia. Analgesik-Antipiretik Analgesik

Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. [book auth.] Amir Syarif, et al.

Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru, 2007, pp. 234-238.

5. To what extent can traditional medicine contribute a complementary or alternative solution to malaria control programmes? Graz, Bertrand, Kitua, Andrew Y and Malebo, Hamisi M.

2011, Malaria Journal, p. 10(Suppl 1).

6. Efek Antipiretik Infusum Batang Alang-Alang {Imperata cylindrica (L.) Beauv}. Jaya, Antonius Satrya, Setyari, Wisnu and Arundina, Ira. 2009, Oral Biology Dental Journal, pp. 1, 1.

7. Analgesic, antipyretic, anti-inflammatory and toxic effects of andrographolide derivatives in experimental animals. Suebsasana, S, et al. 2009, Archives of Pharmacal Research, pp. 1191-200.

8. Setoaji and Arie, Prambudi. 2004, Efek Antipiretik Ekstrak Tanaman Sambiloto (ANdrograpis paniculata Ness) Pada Tikus Putih, p. 1.

9. PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS DEKOK DAUN SAMBILOTO

(Andrographis paniculata Ness) TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DI DEMAMKAN. Yuniarti, Ida. 2008, p. 1.

(21)

35

DAFTAR PUSTAKA

Bickley, L. S., & Szilagyi, P. G. 2009. Bates' Guide to Physical Examination and History Taking. Edisi 10. USA: Lippincott Williams & Wilkins.p. 81-82

Coile, N. C., & Shilling, D. G. 1993. Cogongrass, Imperata cylindrica (L.) Beauv.: a good grass gone bad! Botany Circular 28. Gainesville: Florida Department of Agriculture and Consumer Services. Division of Plant.

Dalimartha S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 4. Jakarta: Puspa Swara. Hal 1-2

Dalimartha S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Trubus Agriwidya. Hal 120-122

Dinarello, C. A., & Porat, R. 2008. Fever and Hyperthermia. In A. S. Fauci, D. L. Kasper, D. L. Longo, J. Loscalzo, E. Braunwald, S. L. Hauser, et al., Harrison's Principals of Internal Medicine. Edisi 17. (pp. 118-120). New York: McGraw-Hill Companies.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 2012. Tanaman

Alang-alang dan Khasiatnya.

http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/artikel/detailarti kel/250. 26 September, 2013.

Graz, B., Kitua, A. Y., & Malebo, H. M. 2011. To what extent can traditional medicine contribute a complementary or alternative solution to malaria control programmes? Malaria Journal , Vol. 10 (Suppl 1).

Hanafiah, K. A. 2005. Prinsip Percobaan dari Perancangannya. Rancangan Percobaan : Aplikasi Kondisional Bidang Pertanaman, Peternakan, Industri dan Hayati. Edisi 1. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Heiserman, D. L. 2013. Taking Vital Signs., from Waybuilder: http://www.waybuilder.net/sweethaven/medtech/vitals/default.asp?iNum=02 04. 3 Oktober, 2013.

International League Against Epilepsy (ILAE). 1993. Guidelines for Epidemiologic studies on Epilepsy. Epilepsia, 34: 592-596

(22)

36

Jaya, A. S., Setyari, W., & Arundina, I. 2009. Efek Antipiretik Infusum Batang Alang-Alang {Imperata cylindrica (L.) Beauv}. Oral Biology Dental Journal , Vol.1 No.1

Katzung, B. G. 2007. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC. Hal 339-352, 488-489, 559-563

Park, J. H. 2004. Medicinal Plants of Korea. Seoul: Shinil Publishing Co.p. 101 Santa, I. G. P. 1996. Studi Taksonomi Sambiloto Andrographis paniculata

(Burm.F.) Ness. Warta Tumbuhan Obat Indonesia , Vol.3 No.1 Hal.15-16 Sardjono, M. D., Loupatty, D. M., Hargono, D. F., Setiawan, D. M., Alwi, D. M.,

Muhastiningsih, et al. 2010. Guidelines for The Use of Herbal Medicines in Family Health Care Sixth Edition. Ministry of Health, Republic of Indonesia.p. 13

Setoaji, & Arie, P. 2004. Efek Antipiretik Ekstrak Tanaman Sambiloto

(Andrograpis paniculata Ness) Pada Tikus Putih.

http://fk.uns.ac.id/index.php/abstrakskripsi/detail/13/efek-antipiretik-ekstrak-tanaman-sambiloto-andrographis-paniculata-ness-pada-tikus-putih. 18 Januari, 2013.

Sherwood, L. 2010. Human Physiology From Cells to Systems. Edisi 7. Canada: Brooks/Cole, Cengage Learning.p. 650-656

Suebsasana, S., Pongnaratorn, P., Sattayasai, J., Arkaravichien, T., Tiamkao, S., & Aromdee, C. 2009. Analgesic, antipyretic, anti-inflammatory and toxic effects of andrographolide derivatives in experimental animals. Archives of Pharmacal Research. Vol.32 No.9. p. 1191-200.

Wang, W., Wang, J., Dong, S. F., Liu, C. H., Italiani, P., Sun, S.H., et al. (2010). Immunomodulatory activity of andrographolide on macrophage activation and specific antibody response. Acta Pharmacologica Sinica , 31: 191-200. Widyarto, B., Hidayat, M., Djojosoewarno, P., Santosa, S., & Husin, W. 2009.

Keterampilan Klinik Dasar. Edisi 2. Bandung: Maranatha University Press. Hal 16-17

(23)

37

Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan, Dep. Kesehatan RI.

Gambar

Tabel 4.1 Suhu Mencit Sebelum Induksi Demam (Derajat Celcius)
Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut Perbedaan Suhu Pada Tiap Kelompok Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Thematic Dominoes adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan salam dan menanyakan kabar. Menyampaikan tema pelajaran. Sebagai apersepsi guru menanyakan beberapa pertanyaan

Tentu pendidikan dan kesejahteraan tidak memiliki hubungan yang bersifat langsung, akan tetapi melalui proses panjang di mana pendidikan yang baik akan memberi peluang pada

After analyzing and identification process, the main contribution of this research is to develop ontology knowledge to describe what kind of data heterogeneity problem on

Adapun alur penelitian itu mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri atas kegiatan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (Depdiknas, 2003:19).

Komnas Perempuan, 2010, Tak Hanya di Rumah: Pengalaman Perempuan akan Kekerasan di Pusaran Relasi Kekuasaan yang Timpang

6 Populasi dalam penelitian ini adalah LSM yang menjadi peserta di Pelatihan PRB dan Tanggap Darurat dalam program LEARN II per 1 tahun yaitu Juli 2012 s/d Juni

1) Bidan harus mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan pada ibu dan bayi baru lahir. Menggunakan sarung tangan bersih pada saat melakukan kontak dengan darah

[r]