• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi SECARA DILUSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi SECARA DILUSI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi

SECARA DILUSI

THE ASSAY OF ANTIBAKTERIAL ACTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT FROM SAMBILOTO HERB ( Andrographis Paniculata, Nees.) TOWARD Salmonella typhi

BY DILUSION METHOD

aNony Puspawati, bDyah Susilowati, Sri Lestari

aFakultas Biologi, Universitas Setia Budi; bFakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127

ABSTRAK

Herba sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.) merupakan bahan obat tradisional yang sejak lama telah digunakan kalangan masyarakat karena berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit dan sebagai antibakteri, salah satunya adalah untuk mengobati tifus. Kandungan kimia herba sambiloto antara lain: flavonoid, saponin, dan tanin Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanolik herba sambiloto sebagai antibakteri terhadap Salmonella typhi ATCC 13311 dan Salmonella typhi hasil isolasi darah penderita tifus. Ekstraksi herba sambiloto dilakukan dengan metode soxhletasi, dengan pelarut etanol 70%. Cara penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak etanolik menggunakan metode dilusi, dengan konsentrasi 50%, 45%, 40%, 35%, 30%, 25%, 20%, 15%, 10%, 5%. Percobaan dilakukan dengan tiga kali replikasi. Berdasarkan percobaan hasil yang diperoleh adalah ekstrak etanolik herba sambiloto mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhi ATCC 13311 dan Salmonella typhi hasil isolasi darah penderita tifus. Pada konsentrasi 26 % ekstrak etanolik herba sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.) dapat membunuh bakteri Salmonella typhi hasil isolasi darah penderita tifus, dan pada konsentrasi 16 % dapat membunuh bakteri Salmonella typhi ATCC 13311. Ada perbedaan efek ekstrak etanolik herba sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.) terhadap bakteri Salmonella typhi, dimana Salmonella typhi ATCC 13311 lebih peka dari pada Salmonella typhi hasil isolasi darah penderita tifus.

Kata kunci: Herba Sambiloto, Ekstrak Etanolik, Antibakteri, Salmonella typhi ABSTRACT

Sambiloto Herbs (Andrographis paniculata, Nees.) is a traditional medicine materials that has been used by the society for a long time to cure various diseases and is also useful for antibacterial, for example to cure typhus. Sambiloto herbs contain for example: flavonoid, saponin, and tannin. This research purpose is to understand the activity of sambiloto herbs etanolic extract as an antibacterium towards Salmonella typhi ATCC 13311 and Salmonella typhi result from the insulation of typhus patient’s blood. Sambiloto herbs extraction was conducted by method of soxhletation was the etanol 70% solvent. The method of this antibacterial activitity test of etanolic ekstract using the dilution method, with the concentration of 50%, 45%, 40%, 35%, 30%, 25%, 20%, 15%, 10%, 5%. The experiment was replicated three times. Based on the experiment, the result is sambiloto herbs’ etanolik extract has an antibacterial activity towards Salmonella typhi ATCC 13311 and to the Salmonella typhi result from the insulation of typhus patient’s blood. In the 26% concentration sambiloto herbs etanolic extract (Andrographis paniculata, Nees.) can destroy bacteria Salmonella typhi result from the insulation of typhus patient’s blood, and in the 16% concentration can destroy bacteria Salmonella typhi ATCC 13311. There is a different effect of the sambiloto herbs’ etanolic extract to Salmonella typhi, where Salmonella typhi ATCC 13311 more sensitive from to the Salmonella typhi result from the insulation of typhus patient’s blood.

Keywords: Sambiloto Herbs, Ethanolic Extract, Anti-bacterial, Salmonella typhi,

(2)

PENDAHULUAN

Sekarang banyak obat-obatan yang dibuat secara sintetik, tetapi tak boleh kita abaikan arti tumbuhan sebagai penghasil bahan yang berkhasiat obat. Kalau kita meninjau banyaknya tumbuhan yang dipakai dalam obat tradisional oleh mereka yang tak mengenal ilmu pengobatan modern, maka rasanya tinggal dilakukannya suatu penyelidikan ilmiah, untuk memperoleh kepastian bahwa penduduk yang mempergunakan macam-macam bahan tumbuhan itu memang beralasan, meskipun pemakaian dari bahan-bahan tersebut tidak memakai dasar-dasar ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan (Gembong, 1994).

Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.) adalah salah satu tanaman yang dapat dipergunakan sebagai obat tradisional. Adapun sistematika tanaman sambiloto menurut Anonim (2000) sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Solanales Suku : Acanthaceae Marga : Andrographis

Jenis : A. paniculata, Nees.

Berdasarkan catatan kuno, sambiloto ini berkhasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, antibakteri, pereda demam, antibatuk, tifoid, detoksikasi. Ramuan tradisional untuk tifus yaitu 10 – 15 lembar daun sambiloto, direbus di dalam 2 gelas air hingga tersisa 1 gelas, lalu ditambahkan madu murni secukupnya, kemudian diminum 3 kali 1 gelas setiap hari (Prapanza dan Marianto, 2003).

Semua bagian tanaman sambiloto, seperti daun, batang, bunga, dan akar, terasa sangat pahit jika dimakan atau direbus untuk diminum, disebabkan oleh adanya senyawa andrographolid. Selain itu sambiloto juga mengandung unsur-unsur mineral (kalium, natrium, kalsium, asam kersik), alkane, keton, aldehid, damar, dan minyak atsiri (Prapanza dan Marianto,

2003). Anonim (2000) menyebutkan bahwa daun sambiloto saponin, flavonoid, dan tanin.

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba juga (Robinson, 1995).

Flavonoid, beberapa fungsinya untuk tumbuhan yang mengandungnya ialah pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus, dan kerja terhadap serangga (Robinson, 1995).

Tanin, adalah kandungan tumbuhan yang bersifat fenol, mempunyai rasa sepat, dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Kadar tanin yang tinggi mempunyai arti pertahanan bagi tumbuhan, membantu mengusir hewan pemangsa tumbuhan, mempunyai aktivitas antioksidan, dan menghambat pertumbuhan tumor. Tanin larut dalam pelarut organik yang polar, tetapi tak larut dalam pelarut organik non polar seperti benzene atau kloroform (Robinson, 1995).

Herba sambiloto dibuat ekstrak kental dengan metode soxhletasi, karena cara ini lebih efisien dan efektif. Digunakan pelarut etanol 70%, karena pelarut ini dapat melarutkan dan menghasilkan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya dalam jumlah maksimal, dengan pengotor dalam skala kecil (Voigt, 1994).

Metode penelitian yang digunakan adalah dilusi, yang dilakukan untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) terhadap bakteri uji.

CARA PENELITIAN

Bahan sample yang digunakan adalah herba sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.) yang diambil dari Balai Penelitian Tanaman Obat, Tawangmangu,

(3)

Karanganyar, Jawa Tengah, pada bulan Maret 2006.

Bahan kimia yang digunakan adalah etanol 70 %, aquadest steril, dan Kloramfenikol.

Media yang digunakan untuk penelitian ini adalah Brain Heart Infusion

(BHI), Bismuth Sulfit Agar (BSA), Kliger Iron Agar (KIA), Lysine Iron Agar (LIA), Sulfida Indol Motilitas (SIM), Citrat.

Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Salmonella typhi ATCC 13311 dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Setia Budi, dan Salmonella typhi

hasil isolasi dari darah penderita tifus yang dibiakkan di Laboratorium Mikrobiologi RSU Brayat Minulyo Surakarta.

Jalannya penelitian meliputi: 1) Determinasi tanaman 2) Pengambilan sampel 3) Pengeringan dan pembuatan serbuk 4) Pemeriksaan organoleptis seruk herba sambiloto 5) Identifikasi serbuk herba sambiloto secara mikroskopis 6) Pemeriksaan kwalitatif serbuk herba sambiloto 7) Penetapan kadar air serbuk herba sambiloto 8) Pembuatan ekstrak secara soxhletasi 9) Identifikasi kandungan kimia 10) Tes ekstrak herba sambiloto bebas etanol 11) Pembuatan suspensi bakteri dari darah penderita 12) Pembuatan suspensi bakteri standart 13) Isolasi bakteri dan identifikasi bakteri uji secara biokimia 14) Pengujian daya antibakteri 15) Analisa data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil determinasi dan deskripsi tanaman sambiloto

1.1. Hasil determinasi tanaman sambiloto.

Menurut C.A. Backer (1968) diperoleh hasil determinasi tanaman sambiloto sebagai berikut:

1a_2a_3a_4a_5a_7a_8b_10a_11a_12b_32 b_33b_34a_35b_36b_39b_40b_36b_39b_4 0b_42a_43a_44a - Andrographis

1a A. paniculata (Burm.F) Nees. Berdasarkan hasil determinasi dapat diketahui bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman

sambiloto (Andrographis paniculata

(Burm.F) Nees.).

1.2. Identifikasi tanaman sambiloto secara makroskopis.

Habitus: herba, semusim, tinggi 20-50 cm. Batang: berkayu, pangkal bulat, masih muda bentuk segi empat setelah tua bulat, percabangan monopodial, warna hijau. Daun: tunggal, bulat telur, bersilang, berhadapan, pangkal dan ujung runcing, tepi rata, panjang ± 5 cm , lebar ± 1,5 cm pertulangan menyirip, panjang tangkai ± 30 mm, hijau keputih-putihan, hijau. Bunga: majemuk, bentuk tandan, diketiak daun, dan diujung batang, kelopak lanset, berbagi lima, pangkal berlekatan, hijau, benang sari dua, bulat panjang, kepala sari bulat, ungu, putik pendek, kepala putik ungu kecoklatan, mahkota lonjong, pangkal berlekatan, ujung pecah menjadi empat, bagian dalam putih bernoda ungu, bagian luar berambut, warna merah. Buah: kotak, bulat panjang, ujung runcing, tengah beralur, masih muda hijau setelah tua warna hitam. Biji: bulat, kecil, masih muda putih kotor, setelah tua coklat. Akar: tunggang, putih kecoklatan.

2. Hasil pengambilan bahan

Mengambil herba sambiloto yang masih segar tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, belum kering, berwarna hijau, masih sehat, dan tidak busuk, yang tumbuh di BPTO Tawangmangu, Jawa Tengah, pada bulan Maret 2006.

3. Hasil Pengeringan dan pembuatan serbuk

Herba Sambiloto yang sudah dikumpulkan, dibersihkan dari kotoran-kotoran dengan menggunakan air mengalir, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari langsung, setelah kering baru diserbuk dengan menggunakan blender dan diayak dengan ayakan nomor 100 (Tabel 1). 4. Hasil pemeriksaan organoleptis serbuk herba sambiloto

Identifikasi organoleptis serbuk herba sambiloto yang telah dilakukan di laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi diamati

(4)

secara visual. Organoleptis ini meliputi bentuk, warna, bau dan rasa (Tabel 2) 5. Hasil identifikasi serbuk secara mikroskopis

Mikroskopis serbuk herba sambiloto berdasarkan pengamatan:

Keterangan :

1. Fragmen epidermis bawah dengan stomata, sistolit, dan sel kelenjar, 2. Fragmen mesofil, 3. Rambut dari kelopak bunga, 4. Sel batu, 5. Fragmen epidermis, 6. Sistolit

6. Hasil pemeriksaan kwalitatif serbuk herba sambiloto (Tabel 3)

7. Hasil penetapan kadar air serbuk herba sambiloto

Penetapan kadar air serbuk herba sambiloto dilakukan dengan alat Moisture balance. Hasil penetapan kadar air herba sambiloto dapat dilihat pada tabel 4.

Hasil tabel 4 diperoleh prosentase kadar air rata-rata 9,07 %. Hasil prosentase kadar air diperoleh dengan menggunakan alat Moisture balance. Kadar air dalam suatu serbuk simplisia tidak boleh lebih dari 10%.

8. Hasil pembuatan ekstrak etanolik herba sambiloto

Serbuk herba sambiloto sebanyak 100,0 gram dibungkus dengan kertas saring kemudian dimasukkan kealat soxhletasi ditambah etanol 70% sebanyak satu setengah sirkulasi dan dihubungkan dengan pendingin (kondensor), setelah itu dilakukan proses ekstraksi. Proses ekstraksi dihentikan setelah cairan yang ada pada alat soxhletasi sudah jernih, ekstrak yang didapat kemudian dipekatkan sampai pelarut habis dengan menggunakan alat evaporator dan didapatkan ekstrak kental.

Pembuatan ekstrak soxhletasi dilakukan sebanyak 3 kali. Ekstrak kemudian dibuat dengan berbagai konsentrasi. Rata – rata prosentase ekastrak adalah 29,27% (Tabel 5).

9. Hasil identifikasi kandungan kimia pada ekstrak etanolik herba sambiloto Hasil identifikasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tanaman sambiloto mengandung flavonoid, saponin, tannin (Tabel 6)

10. Hasil tes ekstrak etanolik herba sambiloto bebas alkohol

Ekstrak herba sambiloto dites untuk mengetahui apakah ekstrak herba sambiloto sudah benar-benar bebas alkohol. Tes bebas alkohol ekstrak etanolik herba sambiloto ditambahkan Asam asetat dan larutan H2SO4 P dipanaskan bila tidak ada bau khas ester berarti sudah tidak terdapat alkohol dalam suatu sampel (Tabel 7).

Hasil tes ekstrak etanolik herba sambiloto sudah bebas dari pelarutnya yaitu etanol 70% yang ditunjukkan dengan tidak adanya bau ester yang khas dari alkohol. 11. Hasil isolasi bakteri Salmonella typhi

Suspensi bakteri yang sudah disiapkan diinokulasikan pada medium Bismuth Sulfit Agar (BSA), kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Hasil pengamatan ditunjukkan dengan koloni yang dihasilkan berwarna hitam disekelilingnya terdapat endapan coklat dengan kilap logam yang disebut mata kelinci atau mata ikan.

12. Hasil identifikasi uji biokimia

Salmonella typhi

Uji biokimia ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran bakteri Salmonella typhi dengan menggunakan medium SIM, KIA, LIA, Citrat (Tabel 8).

Medium SIM (Sulfida Indol Motility) berfungsi untuk mengetahui terbentuknya Sulfida, Indol, dan Motilitas.Bakteri diinokulasikan pada medium SIM, S(+) berarti medium menjadi berwarna hitam, I(-) dengan penambahan indikator Erhlich A dan B atau reagent Kovae pada permukaan

(5)

medium tidak memberi warna merah, M(+) pertumbuhan bakteri menyebar pada medium.Pada medium KIA tampak bagian lereng berwarna merah (K), bagian dasar berwarna kuning (A), disertai pecahnya medium atau medium terangkat ke atas karena adanya gas (G), menunjukkan bahwa bakteri menguraikan glukosa dan laktosa, serta menghasilkan warna hitam S(+). Pada medium LIA tampak lereng dan dasar berwarna ungu (K), dan membentuk warna hitam S(+), hal ini menunjukkan bahwa bakteri mampu mendeaminasi lisin dan menghasilkan H2S. Medium Citrat berfungsi untuk mengetahui apakah bakteri menggunakan citrat sebagai sumber karbon, menunjukkan bahwa citrat (+) berwarna biru.

13. Prosedur Pengujian Daya Antibakteri Secara Dilusi (Gambar 1)

Perhitungan Larutan Uji Etanolik Herba Sambiloto

Pembuatan larutan stock konsentrasi 50% b/v = 50,0 g/

100 ml = 12,5 g/25 ml, menimbang ekstrak 12,50 g, ditambah aquadest steril ad 25 ml. ● 50% → 0,50 ml lar. stock ●45% → 0,45 ml lar.stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●40% → 0,40 ml lar.stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●39% → 0,39 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●38% → 0,38 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●37% → 0,37 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●36% → 0,36 ml lar stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●35% → 0,35 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●30% → 0,30 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●25% → 0,25 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●20% → 0,20 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●19% → 0,19 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●18% → 0,18 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●17% → 0,17 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●16% → 0,16 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●15% → 0,15 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●10% → 0,10 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml ●5 % → 0,05 ml lar. stock+aquadest steril ad 0,5 ml

14. Data hasil Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Salmonella typhi ATCC 13311 dan Salmonella typhi hasil isolasi darah penderita tifus

No. Keterangan KBM S. typhi ATCC 13311 S. typhi RS 1. 16 26 2. 17 26 3. 16 26 x 16,333 26 S 0,577 0 N 3 3

Dari data yang tersebut pada tabel 9 yang diuji secara statistik dengan analisa uji beda dua rata-rata dari dua sampel independent daya antibakteri pada ekstrak etanolik herba sambiloto terhadap

Salmonella typhi ATCC 13311 dan hasil isolasi darah penderita tifus dalam berbagai konsentrasi dengan taraf kepercayaan 95% memperoleh harga thitung > tkritis = 29,030 > 2,132 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efek antibakteri ekstrak etanolik herba sambiloto terhadap

Salmonella typhi, dimana Salmonella typhi

ATCC 13311 lebih peka dari pada

Salmonella typhi hasil isolasi darah penderita tifus (Tabel 9).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

(6)

Pertama, ekstrak etanolik herba sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji Salmonella typhi ATCC 13311 dan Salmonella typhi hasil isolasi darah penderita tifus ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan bakteri pada media.

Kedua, pada konsentrasi 26 % ekstrak etanolik herba sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.) dapat membunuh bakteri Salmonella typhi hasil isolasi darah penderita tifus, dan pada konsentrasi 16 % dapat membunuh bakteri

Salmonella typhi ATCC 13311.

Ketiga, ada perbedaan efek ekstrak etanolik herba sambiloto (Andrographis

paniculata, Nees.) terhadap bakteri

Salmonella typhi, dimana Salmonella typhi

ATCC 13311 lebih peka dari pada

Salmonella typhi hasil isolasi darah

penderita tifus.

SARAN

Pertama, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanolik herba sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.) secara in vivo.

Kedua, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanolik herba sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.) dengan

bakteri patogen lain dan metode penyarian yang lain.

Ketiga, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui adanya zat aktif lain dalam herba sambiloto.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal 29,30.

Prapanza Ivan dan Marianto Adi Lukito, 2003, Khasiat dan Manfaat Sambiloto, PT Agromedia Pustaka, Jakarta, hal 4, 9, 35, 36.

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik

Tumbuhan Tingkat Tinggi,

Diterjemahkan oleh Kosasih Padwawinata, Institut Teknologi Bandung Press, New York, hal 72, 191, 192.

Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi

Farmasi, Diterjemahkan oleh

Soendani Noetono, Edisi V, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 559, 561, 570, 571.

Backer, C.A., And Bakhuizen Van Den Brink,R.C., 1968, Flora of Java, NVP., Noordhof, Groningen, The Netherlands.

(7)

Tabel 1. Hasil pengeringan herba sambiloto

Bobot herba sambiloto Bobot kering Prosentase

3000,0 gram 458,0 gram 15,27%

Tabel 2. Hasil organoleptis serbuk herba sambiloto No Identifikasi Spesifik Hasil Penelitian

1. 2. 3. 4. Bentuk Warna Bau Rasa Serbuk Hijau kelabu Khas aromatik Sangat pahit Tabel 3. Hasil pemeriksaan kwalitatif serbuk herba sambiloto

2 mg serbuk sambiloto Hasil Pustaka

+ 5 tetes H2SO4 P Coklat tua Coklat tua

+ 5 tetes HCl P Coklat Coklat

+ 5 tetes Larutan NaOH P 5% Hijau kekuningan Hijau kekuningan + 5 tetes larutan KOH P 5% Hijau kekuningan Hijau kekuningan + 5 tetes NH3 P 25% Hijau kekunungan Hijau kekuningan

+ 5 tetes FeCl3 P 5% Hijau Hijau

Tabel 4. Hasil penetapan kadar air serbuk herba sambiloto

No. Bobot awal Bobot akhir Prosentase

1. 1,468 1,335 8,86 %

2. 1,408 1,276 8,97 %

3. 1,419 1,283 9,38 %

Tabel 5. Hasil pembuatan ekstrak etanolik serbuk herba sambiloto

No. Berat wadah kosong Berat wadah + ekstrak Ekstrak Prosentase

1. 183,96 gram 213,53 gram 29,57 gram 29,57%

2. 180,72 gram 210,11 gram 29,39 gram 29,39%

3. 178,20 gram 207,05 gram 28,85 gram 28,85%

Tabel 6. Hasil uji kandungan kimia ekstrak etanolik herba sambiloto

Identifikasi Cara identifikasi Hasil Pustaka

Flavonoid Ekstrak + 100ml air panas, kemudian didihkan selama 15 menit dan disaring, filtrat yang diperoleh + serbuk Magnesium + 2ml larutan alkohol, 2ml Asam klorida (1:1) dan pelarut amil alcohol.

Kuning jingga Kuning jingga

Saponin Ekstrak + 100ml air panas, dibiarkan menjadi dingin, dikocok selama 10 menit

Busa stabil selama 3 menit

Busa stabil selama 3 menit

(8)

Tabel 7. Hasil tes bebas alkohol pada ekstrak herba sambiloto

Esterifikasi Tes bebas alkohol Hasil uji Alkohol Ekstrak + H2SO4 P +

CH3COOH

Tidak berbau ester

Tabel 8. Hasil identifikasi uji biokimia Salmonella typhi

Pengujian Hasil Pustaka

SIM - + - - + -

KIA K/AG S(+) K/AG S(+)

LIA K/K S(+) K/K S(+)

Citrat + +

50% 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5%

Seluruh tabung diinkubasi pada 37ºC selama 24 jam, lalu diamati kekeruhannya

Dari tabung yang jernih diinokulasikan pada medium selektif Bismuth Sulfit Agar

(BSA) dalam cawan petri, diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam, lalu diamati ada atau tidaknya Salmonella typhi ATCC 13311

Gambar 1. Prosedur Pengujian Daya Antibakteri Secara Dilusi Ekstrak herba sambiloto

Diambil 0,5ml Diambil 0,5ml Biakan bakteri Salmonella typhi ATCC 13311 dalam media BHI yang sudah diencerkan 1:1000 Biakan bakteri Salmonella typhi dalam media BHI yang sudah diencerkan 1: 1000

(9)

Tabel 9. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanolik herba sambiloto terhadap Salmonella typhi ATCC 13311 dan Salmonella typhi hasil isolasi darah penderita tifus.

Konsentrasi sediaan % v/v

Salmonella typhi ATCC 13311 Salmonella typhi RS I II III I II III 50 - - - - 45 - - - - 40 - - - - 35 - - - - 30 - - - - 29 - - - - - - 28 - - - - - - 27 - - - - - - 26 - - - - - 25 - - - + + + 20 - - - + + + 19 - - - + + + 18 - - - + + + 17 - - - + + + 16 - - - + + + 15 + + + + + + 10 + + + + + + 5 + + + + + + Kontrol (-) - - - - Kontrol (+) + + + + + + Keterangan:

- : tidak ada pertumbuhan bakteri + : ada pertumbuhan bakter

Gambar

Tabel 2. Hasil organoleptis serbuk herba sambiloto  No  Identifikasi Spesifik  Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Namun dalam hal ini belum banyak memberi dampak positif terhadap keserasian bangunan dan lingkungan, masih bercampur baur kawasan perumahan, perdagangan dan pergudangan

Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa penge- tahuan keuangan berpengaruh positif signifikan pada pengelolaan keu- angan keluarga Artinya bahwa sema- kin

Orang tua akan marah jika anak melakukan sesuatu tidak sesuai dengan yang diinginkannya, hal ini juga dapat dilihat pada pertanyaan yang diberikan kepada orang

Tabel 4.5 Hubungan Anatara Konsep Diri dengan Keterampilan Sosial Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kecamatan Sukasari Kota Bandung

Development of Light Mayonnaise Formula Using Carbohydrate-Based Fat Replacement.. Pengaruh Air Perasan Buah Belimbing Wuluh ( Averrhoa bilimbi L.) terhadap Kadar Kolesterol

Metode Geolistrik adalah salah suatu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan dibawah permukaan tanah dengan cara menganalisis arus listrik DC (

kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 2.) Kunjungan kedua 6 hari pasca