i DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D.Manfaat Penelitian ... 11
E. Definisi Operasional ... 12
BAB II. Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Mata Kuliah Mikrobiologi Untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif ... 14
A.Kurikulum di Perguruan Tinggi ... 14
B. Pengelompokan mata kuliah di Perguruan Tinggi ... 16
C. Pembelajaran di Perguruan Tinggi ... 20
D.Pembelajaran berbasis proyek ... 24
1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek ... 26
2. Tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek ... 27
3. Merancang Kegiatan Praktikum dalam Pembelajaran ... 31
E. Berpikir kreatif ... 35
F. Pembelajaran Mikrobiologi ... 40
G.Penelitian Relevan ... 44
BAB III. Metodologi Penelitian ... 45
A. Paradigma Penelitian ... 45
B. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 47
C. Desain Penelitian ... 48
D. Instrumen Penelitian ... 58
E. Teknik Pengumpulan Data ... 59
F. Pengolahan dan Analisa Data ... 59
BAB IV. Hasil Penelitian, Pembahasan, dan Keterbatasan ... 67
A. Hasil Penelitian ... 67
1. Hasil studi Pendahuluan ... 67
2. Hasil Tes penguasaan Konsep pada Kelas Uji Terbatas dan Kelas Implementasi ... 68
ii
4. Tahapan Kegiatan Merancang Proyek ... 101
5. Hasil Berpikir Kreatif ... 103
6. Tanggapan Terhadap Program Pembelajaran ... 112
7. Keunggulan dan Kelemahan Program Pembelajaran ... 117
8. Temuan Penelitian ... 117
9. Keterbatasan Penelitian ... 118
B. Pembahasan ... 118 1. Pembelajaran di Perguruan Tinggi ... 118
2. Kegiatan Merancang Proyek Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kreatif Mahasiswa ... 122
3. Proses Merancang Proyek ... 123
4. Penilaian berbasis proyek ... 125
BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI ... 127
A. Kesimpulan ... 127
B. Saran ... 128
C. Rekomendasi ... 128
Daftar Pustaka ... 129
iii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Indikator Pembangunan Manusia di NTB ... 4
Tabel 2.1 Mata kuliah yang diterapkan pada jurusan pendidikan biologi ... 19
Tabel 2.2 Perbedaan Teacher Centered Learning dan Student Centered Learning ... 23
Tabel 2.3 Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Berbasis Proyek ... 26
Tabel 2.4 Perbandingan tahapan pembelajaran berbasis proyek ... 31
Tabel 2.5 Perbedaan Berpikir Kritis dan Kreatif ... 40
Tabel 2.6 Road map penelitian ... 44
Tabel 3.1 Tema Rancangan Produk Pada Uji terbatas Program ... 54
Tabel 3.2 Ema Rancangan Produk Pada Implementasi Program ... 57
Tabel 3.3 Kriteria Gain Penguasaan Konsep dan Berpikir Kreatif ... 60
Tabel 3.4 Kisi-kisi soal fermentasi ... 63
Tabel 3.5 Teknik pengumpulan data pembelajaran berbasis proyek pada mikrobiologi ... 65
Tabel 3.6 Penskoran rancangan proyek ... 66
Tabel 4.1 Analisis SAP Pendidikan Biologi ... 69
Tabel 4.2 Respon mahasiswa pada pembelajaran mikrobiologi ... 71
Tabel 4.3 Respon mahasiswa terhadap LKMM ... 72
Tabel 4.4 Hasil refleksi rancangan proyek mahasiswa pada kelas uji terbatas 78 Tabel 4.5 Penilaian presentasi hasil proyek pada kelas uji terbatas ... 87
Tabel 4.6 Self assessment dan peer assessment pada kelas uji terbatas ... 87
Tabel 4.7 Hasil refleksi rancangan proyek mahasiswa pada kelas implementasi ... 91
Tabel 4.8 Penilaian dalam presentasi hasil proyek pada kelas implementasi .. 100
Tabel 4.9 Self assessment dan peer assessment pada kelas implementasi ... 100
Tabel 4.10 Bentuk kreativitas pada kelas uji terbatas dan kelas implementasi ... 108
Tabel 4.11 Tanggapan mahasiswa terhadap program pembelajaran ... 113
Tabel 4.12 Respon Mahasiswa terhadap Pembelajaran Berbasis Proyek ... 115
iv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1 Persebaran potensi alam di beberapa provinsi ... 2
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian ... 49
Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 61
Gambar 3.3 Tahapan kegiatan merancang proyek sebelum dan yang akan dikembangkan ... 62
Gambar 4.1 Skor penguasaan konsep fermentasi ... 73
Gambar 4.2 Rata-rata Gain penguasaan konsep fermentasi ... 73
Gambar 4.3 Kategori kemampuan penguasaan konsep mahasiswa ... 73
Gambar 4.4 Hasil modifikasi produk fermentasi pada kelas uji terbatas ... 83
Gambar 4.5 Hasil pembuatan produk fermentasi pada kelas implementasi ... 99
Gambar 4.6 Kategori jawaban mahasiswa pada kelas uji terbatas ... 107
Gambar 4.7 Kategori jawaban mahasiswa pada kelas implementasi ... 107
Gambar 4.8 Tahapan kegiatan merancang berbasis proyek ... 109
Gambar 4.9 Tahapan Merancang Proyek melalui Pembelajaran Berbasis Proyek ... 110
Gambar 4.10 Peningkatan berpikir kreatif ... 111
Gambar 4.11 Rata-rata Gain berpikir ... 111
v
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Angket kegiatan pembelajaran Mikrobiologi ... 134
Lampiran 2 Lembar Kegiatan Merancang Mahasiswa pada studi pendahuluan ... 135
Lampiran 3 Pertanyaan penguasaan konsep ... 136
Lampiran 4 Pertanyaan berpikir kreatif ... 142
Lampiran 5 Skor pre test dan post test penguasaan konsep pada kelas uji terbatas ... 143
Lampiran 6 Skor pre test dan post test berpikir kreatif pada kelas uji terbatas ... 144
Lampiran 7 Skor pre test dan post test penguasaan konsep pada implementasi ... 145
Lampiran 8 Skor pre test dan post test berpikir kreatif pada implementasi ... 146
Lampiran 9 Lembar Kegiatan Merancang untuk kelas uji terbatas ... 147
Lampiran 10 Lembar penilaian presentasi ... 148
Lampiran 11 Lembar Kegiatan Merancang untuk kelas implementasi ... 149
Lampiran 12 Angket self assessment dan peer assessment... 150
Lampiran 13 Jawaban pada pre test dan post test kelas uji terbatas ... 151
Lampiran 14 Jawaban pada pre test dan post test kelas implementasi ... 155
Lampiran 15 Rancangan proyek mahasiswa pada kelas uji terbatas ... 161
Lampiran 16 Rancangan proyek mahasiswa pada kelas implementasi ... 195
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Berbicara tentang sumber daya alam, sumber daya alam Indonesia sangat
melimpah, jumlahnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia, letak geografis
yang strategis menunjukkan betapa Indonesia kaya akan sumber daya alam
dengan segala flora dan faunanya (dapat dilihat pada gambar peta). Sumber daya
alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan,
peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi. Sebagai negara agraris,
pertanian menjadi mata pencaharian terpenting bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia (Portal Nasional Republik Indonesia, 2010).
Blunden dan Sumaatmadja (Maryani, 2009) menjelaskan sumber daya
sebagai segala sesuatu yang ada dalam geosystem, bernilai apabila diolah dan
digunakan oleh manusia, karena dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu
didukung oleh sumber daya. Sumber daya meliputi benda mati dan materi hidup
yang dapat dimanfaatkan dan dikelola oleh segala kemampuan manusia. Sumber
daya meliputi sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sumber daya manusia
mencakup segala kemampuan dan potensi yang ada dalam diri manusia (tenaga,
keahlian atau kemampuan intelektual dan kepribadian), sedangkan sumber daya
alam merupakan komponen-komponen yang ada di alam yaitu tanah, air, udara,
2
Gambar 1.1. Peta Indonesia dan sebaran potensi alamnya (Sumber: Portal Nasional R.I; 2010)
Peta di atas menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan
salah satu provinsi yang memiliki potensi alam di berbagai bidang diantaranya
pertanian, kelautan, kehutanan, dan pertambangan. Di bidang pertanian,
komoditas yang banyak dikembangkan antara lain padi, kacang-kacangan,
umbi-umbian, cabe, bawang merah, bawang putih, mangga, pisang, dan nanas. Di
bidang kelautan, NTB mempunyai potensi sumber daya pesisir dan laut dengan
prioritas pada budidaya rumput laut, budidaya tambak, kerang, mutiara, lobster,
kerapu dan budidaya ikan karang lainnya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Di bidang kehutanan, terdapat produksi hasil hutan berupa kayu jati, rotan, madu,
asam, bambu, dan akar lontoh. Di bidang peternakan, NTB merupakan salah satu
daerah produsen dan pemasok utama ternak potong dan bibit untuk kebutuhan
berbagai daerah di Indonesia seperti sapi, kerbau, kambing dan kuda. Di bidang
pertambangan, NTB memiliki sumber daya mineral dan energi. Terdapat enam
jenis bahan galian mineral logam, yang telah memperoleh izin baik segi eksplorasi
maupun eksploitasi seperti emas, perak, tembaga, dan timbal atau timah hitam.
Komoditas-komoditas yang telah disebutkan di atas oleh masyarakat NTB Keterangan:
3
beberapa diproduksi dan sebagian dikirim ke luar daerah NTB (Portal Nasional
Republik Indonesia, 2010).
Komoditas yang dihasilkan dari berbagai bidang seperti yang telah
dijelaskan di atas jarang dikelola oleh masyarakat NTB tetapi dikelola oleh orang
luar NTB, salah satu penyebabnya karena sumber daya manusia di NTB masih
rendah terutama dari segi pendidikan. Menurut Firmansyah (2011) Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) NTB tahun 2009 berada di posisi ke 32 dari 33
provinsi yang ada di Indonesia, ini berarti NTB memiliki kualitas pembangunan
manusia yang masih sangat rendah dibandingkan provinsi lainnya. Salah satu
indikator IPM adalah pendidikan, dari segi pendidikan ini ternyata masih banyak
anak-anak yang putus sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah bahkan
ditingkat perguruan tinggi. Penyebab anak-anak putus sekolah karena
permasalah-an ekonomi, keluarga tidak spermasalah-anggup untuk memenuhi kebutuhpermasalah-an sekolah, bahkpermasalah-an
tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (Harian Republika, 2011).
Setelah putus sekolah, mereka tidak tahu apa yang mesti dilakukan untuk mengisi
kekosongan hidupnya dan akhirnya menjadi pengangguran. Viva News (2010)
melaporkan hasil survey Badan Pusat Statistik per Februari 2010 angka
pengangguran totalnya mencapai 8,59 juta yang terdiri dari lulusan Universitas
14,24%, SMK 13,81%, SMA 11,9%, SMP 7,55%, dan SD ke bawah 3,71%.
Melihat keadaan dirinya yang demikian, banyak diantara mereka berinisiatif
menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI), buruh (buruh bangunan atau buruh tani),
pembantu rumah tangga bahkan menikah diusia muda dengan tujuan untuk
sehari-4
hari. Banyaknya orang dewasa dan anak-anak di NTB memiliki tingkat
pendidikan rendah dan keahlian yang kurang menyebabkan mereka memilih
bermigrasi untuk bekerja dengan keinginan meringankan perekonomian keluarga
(Hasan, 2008). Dasgupta, et al., (2006) mengungkapkan bahwa tiap tahun puluhan
ribu perempuan, laki-laki baik dewasa maupun anak-anak di NTB merantau untuk
mencari kerja ke daerah lain di Indonesia dan ke luar negeri, anak perempuan jauh
lebih sedikit mengenyam pendidikan dibanding anak laki-laki, dengan tingkat
melek huruf dan lama di sekolah untuk perempuan 10% poin lebih rendah dari
rata-rata nasional, data disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Indikator Pembangunan Manusia di NTB
No Indikator Gender
Laki-laki Perempuan
1 Tingkat melek huruf 83,9% 72,4%
2 Lama bersekolah 6,6 tahun 5,2 tahun
Sumber: Dasgupta, et al., 2006
Persoalan putus sekolah tampaknya akan semakin rumit jika melihat
situasi ekonomi saat ini. Apabila dikaitkan dengan semakin rapuhnya industri
sehingga mengancam terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak mustahil
angka putus sekolah akan semakin meningkat. Untuk menghadapi persoalan yang
demikian perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas
baik dari segi fisik, cara berpikir maupun cara bersikap terhadap lingkungannya
melalui pendidikan. Pendidikan merupakan upaya untuk mempersiapkan
mahasiswa agar memiliki kemampuan intelektual, emosional, spritual, dan sosial
5
keahlian bertahan hidup dalam perubahan dan kesulitan yang dialami dalam
kehidupan (Rustaman, 2002; Maryani, 2009).
Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa dan
mengantarkan mereka untuk dapat memahami lingkungan serta mengelolanya
dengan baik. Dengan demikian, konsep yang diberikan dalam proses
pembelajaran harus seirama dengan kemajuan sains dan teknologi, salah satunya
melalui pembelajaran Sains. Sains merupakan konsep pembelajaran tentang alam
dan terkait dengan kehidupan manusia, sehingga sains bermanfaat untuk
memecahkan masalah kehidupannya sehari-hari (Rutherford & Ahlgren,1990).
Pembelajaran sains sangat berperan untuk membangkitkan minat seseorang dalam
memahami tentang alam semesta serta dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu asumsi dasar dalam standarisasi pendidikan sains adalah
pembelajaran sains ditujukan pada kebutuhan peserta didik, terlibat dalam proses
pembelajaran dan mampu mempelajari sains (NRC, 1996). Dengan pembelajaran
sains, peserta didik dapat berpikir secara logis dan melatihkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Menurut Liliasari (2011), pendidikan sains dapat
menolong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan kebiasaan
berpikir untuk dirinya sendiri dan bangsanya.
Pembelajaran di sekolah mestinya diorientasikan untuk membekali
kemampuan menerapkan materi pelajaran tersebut dalam kehidupan. Rutherford
& Ahlgren (1990); Rustaman (2006) menyatakan bahwa untuk melatihkan
kemampuan hidup di masyarakat, sekolah perlu melakukan orientasi kurikulum
6
kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
yaitu Standar kompetensi lulusan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) dirumuskan tujuan pendidikan dasar dan menengah. Tujuan pendidikan
dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (BSNP, 2006).
Pada umumnya, pengajar di LPTK menerapkan metode ceramah, tanya
jawab dan diskusi, jarang sekali menggunakan strategi pembelajaran yang
membuat mahasiswa aktif dan kreatif. Pola proses pembelajaran dosen aktif
dengan mahasiswa pasif ini efektifitasnya rendah, dan tidak dapat
menumbuh-kembangkan proses partisipasi aktif dalam pembelajaran (Dikti, 2008). Teori
tersebut juga didukung oleh hasil dari need assessment yang telah dilakukan di
salah satu perguruan tinggi di Mataram melalui penyebaran angket yang diberikan
ke mahasiswa tentang proses pembelajaran (Mikrobiologi). Sebagian (71,1%)
mahasiswa menyatakan bahwa perkuliahan Mikrobiologi menggunakan ceramah,
diskusi dan tanya jawab. Untuk kegiatan praktikum Mikrobiologi, sebagian besar
(78,1%) mahasiswa menyatakan praktikum dilakukan sesuai dengan petunjuk
praktikum yang dibuat oleh pengampu mata kuliah. Rutherford & Ahlgren (1990)
mengemukakan bahwa proses pembelajaran sains, matematika, dan teknologi
harus berlangsung dengan efektif. Belajar secara efektif yang dimaksudkan adalah
7
melalui pengalaman langsung secara konkrit, serta mahasiswa belajar dengan
melakukan pemecahan masalah dalam kelompok. Menurut Suderajat (2003)
pembelajaran yang dikembangkan di lembaga pendidikan memiliki
kecenderung-an kecenderung-antara lain (1) pengulkecenderung-angkecenderung-an dkecenderung-an hapalkecenderung-an, (2) kurkecenderung-ang mendorong mahasiswa
untuk berpikir kreatif, dan (3) kurang dilatihkan cara pemecahan masalah.
Akibatnya, mahasiswa kurang mampu menerapkan konsep materi pelajaran untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, jika dilatihkan berpikir divergen
maka mahasiswa bisa memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Selain itu,
mahasiswa nantinya diharapkan mempunyai pengalaman belajar yang bermakna
baik berupa bekal keterampilan, sikap, maupun nilai-nilai moral yang relevan
dengan profesi yang akan diembannya (Rustaman, 2000).
Nusa Tenggara Barat termasuk memiliki sumber daya alam yang
melimpah (Gambar 1.1) namun apalah artinya jika tidak didukung oleh sumber
daya manusia yang berkualitas. Sumber daya alam mencakup segala sesuatu yang
tersedia di alam dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia berupa sumber
pangan nabati dan hewani. Ke dua sumber pangan tersebut mengandung
senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang
dapat diolah menjadi aneka produk makanan dan minuman. Oleh karena itu,
LPTK seyogianya memberikan bekal berupa keterampilan-keterampilan agar
mereka bisa mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di
sekitarnya, salah satnya dengan menerapkan strategi pembelajaran yang dapat
melatih berpikir kreatif mahasiswa melalui perkuliahan. Salah satu strategi
8
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pedagogi yang terstruktur, melibatkan
mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian
atau penggalian (inquiry) menggunakan pertanyaan yang otentik, membuat
produk mulai dari merencanakan, merancang, membuat produk, dan merefleksi
penciptaan produk sehingga mahasiswa mengalami pengalaman belajar yang lebih
menarik dan bermakna (Gaer, 1998; Doppelt, 2005; Dikti 2008). Hal ini sesuai
dengan kompetensi lulusan perguruan tinggi yaitu memberi bekal lulusan agar
mempunyai keluasan dalam memilih bidang kehidupan serta dapat meningkatkan
kualitas hidupnya. Melalui pembelajaran sains, pendidik Indonesia seyogianya
mengalami belajar biologi sebagai suatu kebutuhan, sebagai suatu bekal untuk
dapat hidup di lingkungannya, bagaimana setiap warga negara merasakan
pentingnya belajar biologi, bukan sekedar dibebani hapalan yang kurang
bermakna. Agar menjadi lebih bermakna, proses pembelajaran yang digunakan
dimulai dari pertanyaan menantang tentang suatu fenomena, kemudian menugasi
mahasiswa untuk melakukan suatu aktivitas, memusatkan pada pengumpulan dan
penggunaan bukti, bukan sekedar penyampaian informasi secara langsung dan
penekanan pada hapalan (Lawson, 1995; Depdiknas, 2002).
Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan mahasiswa memperluas
wawasan pengetahuan dari suatu mata kuliah atau pelajaran tertentu. Pengetahuan
yang diperoleh menjadi lebih bermakna dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih
menarik, karena pengetahuan itu bermanfaat baginya untuk lebih mengapresiasi
lingkungannya, lebih memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam
9
agar para mahasiswa bisa merancang, dan menciptakan sendiri sebuah karya
dengan kreativitas yang tinggi dan mempunyai nilai ekonomis. Karya tersebut
tentunya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya, dalam
hal ini mengolah hasil-hasil komoditas pertanian karena penduduk di NTB
kebanyakan hidup dari pertanian (Dasgupta et al, 2006). Pembelajaran berbasis
proyek adalah suatu usaha untuk menciptakan praktek-praktek pembelajaran baru
yang relevan dengan melibatkan aspek lingkungan tempat mahasiswa berada dan
belajar. Dengan mempertimbangkan bahwa mahasiswa kependidikan nantinya
akan mengajar di sekolah baik pada tingkat dasar dan menengah, maka mahasiswa
perlu diberikan metode pembelajaran berbasis proyek yaitu membekalkan
mahasiswa kemampuan merancang proyek (merancang produk) yang disisipkan
pada materi pelajaran tertentu, selain itu para siswa dan mahasiswa bisa
menerapkannya untuk mengatasi permasalahan khususnya masalah ekonomi.
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi kajian penelitian ini adalah “Bagaimana
membekali kemampuan merancang proyek yang dapat meningkatkan berpikir
kreatif mahasiswa melalui perkuliahan mikrobiologi pada sub mikrobiologi
pangan dan industri?” berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dijabarkan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik merancang proyek melalui perkuliahan
10
2. Apakah mahasiswa dapat merancang proyek pada sub mikrobiologi pangan
dan industri?
3. Apakah dengan merancang proyek untuk mikrobiologi pangan dan industri
dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa?
4. Apakah merancang proyek untuk mikrobiologi pangan dan industri dapat
meningkatkan berpikir kreatif mahasiswa?
5. Bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran yang
diterapkan?
6. Keunggulan dan kelemahan apa saja yang ada pada pembelajaran berbasis
proyek?
C.Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengembangkan program
pembekalan kemampuan merancang proyek melalui perkuliahan mikrobiologi
pada sub mikrobiologi pangan dan industri yang dapat meningkatkan berpikir
kreatif mahasiswa yang sudah diuji coba. Secara lebih rinci, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menemukan karakteristik rancangan proyek melalui perkuliahan mikrobiologi
berbasis proyek untuk meningkatkan berpikir kreatif mahasiswa.
2. Melatih kemampuan mahasiswa dalam merancang proyek pada perkuliahan
mikrobiologi berbasis proyek.
3. Mengetahui peningkatan penguasaan konsep mahasiswa setelah melakukan
11
4. Mengetahui peningkatan berpikir kreatif mahasiswa setelah melakukan
kegiatan merancang proyek.
5. Memperoleh tanggapan dari dosen dan mahasiswa tentang pembelajaran
berbasis proyek.
6. Menemukan keunggulan dan kelemahan pembelajaran berbasis proyek.
D.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik secara teoritis
maupun secara praktis terutama memberikan sumbangan untuk memperbaiki
proses dan hasil belajar mengajar
1. Manfaat teoritis (a) hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
proses pembelajaran berbasis proyek khususnya pada perkuliahan
mikrobiologi, (b) hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan pengembangan materi dalam pendidikan biologi khususnya
pembelajaran yang ada praktikumnya. 2. Manfaat praktis
a. Bagi pendidik (1) memberikan wawasan terhadap pentingnya suatu
strategi pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
mahasiswa, (2) menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran dalam
mata kuliah yang melibatkan praktikum khususnya untuk
mengembang-kan kreativitas mahasiswa.
b. Bagi mahasiswa calon guru, pembekalan pembelajaran berbasis proyek
12
dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal untuk memecahkan
permasalahan misalnya berwirausaha.
E.Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, dipandang perlu untuk
memberikan batasan-batasan terhadap beberapa istilah yang dikemukakan dalam
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pembekalan Kemampuan Merancang Proyek
Pembekalan kemampuan merancang proyek merupakan pembelajaran
yang membekalkan kemampuan pada mahasiswa untuk merancang proyek
diawali dengan pertanyaan yang nyata dan relevan dengan kehidupan
sehari-hari, mahasiswa mengidentifikasi dan mencari sendiri sumber pangan yang
bisa diolah menjadi sebuah produk makanan atau minuman dengan melakukan
observasi, membuat sebuah rancangan proyek setelah mendapatkan satu solusi
dari solusi alternatif yang dipilih, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan
mencantumkan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan produk yang
akan dibuat.
2. Penguasaan konsep
Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar berupa penguasaan konsep tentang fermentasi yang diperoleh selama
perkuliahan mikrobiologi pada sub mikrobiologi pangan dan industri.
13
bentuk pertanyaan menjodohkan sebanyak 10 soal, pilihan ganda sebanyak 27
soal, dan isian singkat sebanyak 4 soal.
3. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif dalam penelitian ini merupakan kemampuan berpikir
alternatif mahasiswa dalam merancang proyek berdasarkan berpikir kreatif
yang dikemukakan Starko (2005), pada saat kegiatan merancang proyek secara
berkelompok, dan pada saat menjawab tes berpikir kreatif. Untuk mengetahui
berpikir kreatif mahasiswa, ada dua soal yang diajukan yaitu (1) menyebutkan
jenis pangan yang ada di sekitar mereka dan memilih salah satu dari beberapa
yang disebutkan, kemudian mahasiswa diminta merancang pembuatan produk
fermentasi sesuai jenis pangan yang dipilih. (2) ada tiga gambar produk
makanan yang ditampilkan dalam soal, mahasiswa diminta untuk merancang
sebuah produk makanan dari salah satu gambar yang dipilih. Pada kedua soal
tersebut, mahasiswa menuliskan komponen-komponen rancangan proyek
meliputi judul rancangan, permasalahan, solusi, tujuan, metode; alat, bahan,
45 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan pola pikir gagasan penelitian yang
dikembangkan. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan mahasiswa dalam
merancang proyek yang berhubungan dengan materi mikrobiologi pangan dan
industri untuk meningkatkan berpikir kreatif mahasiswa. Alur paradigma
penelitian disajikan dalam gambar 3.1.
1. Kurikulum di LPTK
Kurikulum pendidikan tinggi menurut S.K Mendiknas No. 232/U/2000
adalah seperangkat rencana, isi, cara penyampaian (proses belajar) dan
penilaian (evaluasi) yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi, keempat unsur tersebut
berkaitan erat satu sama lain (Sukmadinata, 2001; Dikti 2008). Dalam sistem
pembelajaran di perguruan tinggi, kompetensi di LPTK yang perlu dirumuskan
adalah proses belajar yang memungkinkan para mahasiswa memiliki
pengalaman belajar yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi tersebut
(Depdiknas-Dikti, 2003).
Kurikulum yang diimplementasikan di perguruan tinggi (LPTK) terdiri
atas kelompok-kelompok mata kuliah yaitu Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MKPK), Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKKK),
46
(MKPB), serta Mata Kuliah Berkehidupan Bersama (MKBB). Hal ini juga
menjadi landasan bahwa ketika kurikulum diimplementasikan sedapat mungkin
mengintegrasikan materi dan proses pembelajaran. Integrasi ini diharapkan
dapat memberikan contoh konkret kepada mahasiswa sehingga dapat menjadi
suatu pembekalan yang penting ketika kelak mereka menjadi seorang guru
(Beauchamp; Zulfiani, 2007).
2. Proses Belajar
Proses belajar pada mata kuliah mikrobiologi meliputi penyampaian
materi dan pelaksanaan praktikum yang terdiri dari 3 sks. Proses belajar
mikrobiologi saat ini masih berorientasi pada teacher centered learning yang
didominasi dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab untuk
penyampaian materinya dan praktikum yang bersifat “buku resep”. Metode
yang diterapkan dalam proses belajar tidak membekalkan mahasiswa untuk
membiasakan berpikir divergen namun lebih ke berpikir konvergen. Oleh
karena itu, perlu diberikan sebuah strategi pembelajaran pada mata kuliah
mikrobiologi untuk melatih berpikir divergen mahasiswa, salah satunya
melalui pembelajaran berbasis proyek. Dari strategi pembelajaran ini, bisa
dikembangkan metode pembelajaran untuk perbaikan proses belajar
berikutnya.
Pembelajaran berbasis proyek lebih menekankan pada kegiatan
merancang proyek. Merancang proyek berawal dari identifikasi sumber daya
alam yang ada di sekitar mahasiswa, kemudian membuat sebuah produk
47
proyek pada mata kuliah mikrobiologi ini dapat melatihkan kebiasaan berpikir
kreatif mahasiswa.
B. Subyek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian adalah mahasiswa semester V yang sedang mengambil
mata kuliah mikrobiologi. Lokasi penelitian di dua LPTK yaitu pendidikan
biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di kota Mataram dan Kurikulum di LPTK
Mata kuliah keahlian berkaya (MKBK)
Mata kuliah Mikrobiologi
Sub mikrobiologi pangan dan industri
Konsep Fermentasi
Proses belajar
Teori dan Praktikum
Strategi pembelajaran
Berpikir kreatif
Pembekalan Kegiatan Merancang Proyek untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif Mahasiswa
Gambar 3.1. Paradigma Penelitian
Lulusan
Pembelajaran berbasis proyek
48
pendidikan biologi di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) di
kota Selong.
C.Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan metode Research and Development
(R&D) yang diadopsi dari Borg and Gall. Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga
tahap yaitu: (1) Define merupakan studi pendahuluan yang meliputi studi literatur
dan studi lapangan, (2) Design merupakan perancangan program, dan (3) Develop
merupakan pengembangan program yang terdiri dari uji terbatas program
pembekalan kemampuan merancang proyek pada mahasiswa FKIP, refleksi dan
revisi program pembekalan kemampuan merancang proyek dari hasil uji coba
terbatas, dan hasil refleksi dan revisi program tersebut diimplementasikan pada
mahasiswa STKIP di Selong, alur penelitian secara keseluruhan disajikan dalam
Gambar 3.2.
1. Define (Studi Pendahuluan)
Studi pendahuluan merupakan tahap awal yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi, sarana, dan program pembelajaran Mikrobiologi yang
dilaksanakan oleh LPTK, dilakukan pada studi lapangan dan studi literatur.
Studi lapangan meliputi: (a) analisis SAP mikrobiologi jurusan pendidikan
biologi di LPTK, (b) observasi perkuliahan mikrobiologi dan kegiatan
praktikum, (c) identifikasi sumber pangan di lingkungan tempat tinggal
49
Studi literatur meliputi: (a) studi kurikulum di LPTK, (b) studi tentang
pembelajaran berbasis proyek dan hasil-hasil penelitian internasional terkait
dengan pembelajaran berbasis proyek dan berpikir kreatif, serta (c) materi
tentang fermentasi makanan.
2. Design (Perancangan Program)
Penelitian ini dirancang untuk membuat program pembelajaran berupa
pembekalan kemampuan merancang proyek yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif pada mata kuliah Mikroiologi
khususnya untuk sub materi Mikrobiologi Pangan dan Industri. Rancangan
program meliputi: a) penyusunan satuan acara perkulihan (SAP), penyusunan
SAP dimaksudkan sebagai panduan dalam pelaksanaan pembelajaran
mikrobiologi pangan dan industri. b) materi mikrobiologi pangan dan industri
(MPI), menyusun materi-materi pokok yang diajarkan pada mikrobiologi
pangan dan industri dengan mengkaji cara fermentasi dan mikroba yang
terlibat dalam fermentasi makanan dan minuman. c) lembar kegiatan
merancang mahasiswa (LKMM), LKMM ini diberikan sebagai panduan dalam
menyusun rancangan proyek. d) menyusun soal-soal penguasaan konsep
fermentasi dan berpikir kreatif.
Strategi pembelajaran dikembangkan berdasarkan metode pembelajaran
berbasis proyek dari Doppelt (2005). Pada proses pengembangannya, peneliti
mengubah beberapa tahapan kegiatan merancang proyek yang diajukan oleh
Doppelt (2005) yaitu pada tahap refleksi untuk diujicobakan pada uji terbatas,
50
pembelajaran berlangsung, mahasiswa didorong untuk berpartisipasi aktif
dalam semua kegiatan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan, baik
di dalam maupun di luar kelas.
3. Develop (Pengembangan Program)
Uji coba program ini menggunakan single-group design yaitu
One-Group Pretest-Postest Design (Borg, et al., 2003) untuk mengetahui
pelaksanaan program pembekalan kemampuan merancang proyek, penguasaan
konsep dan berpikir kreatif mahasiswa pada konsep fermentasi. Karakteristik
kedua perguruan tinggi yang digunakan sama (mahasiswa-mahasiswa
kependidikan). Bentuk desainnya adalah:
O1= Pre test penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif (sebelum pelaksanaan pembekalan kemampuan merancang proyek).
X= Perlakuan dengan pembekalan kemampuan merancang proyek.
O2= Posttest penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif (setelah pembekalan kemampuan merancang proyek).
a. Validasi Instrumen
Validasi ahli (expert judgment), pada pelaksanaan validasi ahli
diperlukan dua bidang keahlian yaitu bidang keahlian materi subjek
fermentasi dan keahlian dalam pembelajaran. Untuk validasi ahli
menggunakan tiga orang ahli untuk menilai kelayakan rumusan
pembelajaran pada konsep fermentasi yang akan dikembangkan.Validasi
pembelajaran dilakukan terhadap rancangan perencanaan pengajaran,
tingkat kognitif penguasaan konsep, dan tahapan merancang proyek.
51
soal-soal penguasaan konsep dan berpikir kreatif. Dari hasil validasi ahli
diperoleh beberapa catatan perbaikan, kemudian dilakukan penyempurnaan
terhadap rumusan pembelajaran maupun materi pembelajaran.
b. Uji Coba Program Pembekalan Kemampuan Merancang Proyek
Hasil rancangan yang telah divalidasi berdasarkan pendapat para
ahli, kemudian diuji coba di lingkungan yang sesungguhnya pada mata
kuliah mikrobiologi di LPTK. Pada pelaksanaan uji terbatas, semua aspek
baik proses maupun hasil pembelajaran diamati sesuai dengan indikator dan
instrumen yang telah dipersiapkan.
Tahapan-tahapan merancang proyek yang dimodifikasi dari Doppelt
(2005) disajikan pada Gambar 3.3. Dalam uji coba program pembekalan
kemampuan merancang proyek dilakukan pre test dan post test untuk
melihat peningkatan hasil belajar, proses kegiatan merancang proyek
tentang fermentasi, dan menguji hasil rancangan proyek (praktikum).
Kuesioner dan pengisian angket diberikan kepada mahasiswa dan dosen
setelah pembelajaran selesai.
1) Uji Terbatas Program Pembekalan Kemampuan Merancang Proyek
Uji terbatas program pembekalan kemampuan merancang
proyek pada mahasiswa semester V pendidikan biologi FKIP di kota
Mataram yang sedang mengambil mata kuliah mikrobiologi, mahasiswa
terdiri dari satu kelas yang berjumlah 28 orang. Sebelum melakukan
kegiatan merancang proyek, terlebih dahulu dibentuk kelompok
52
per kelompok. Penelitian ini difokuskan pada kegiatan merancang
proyek, beberapa tahapan dilakukan dalam kegiatan ini. Pertama,
pembagian format LKMM dan penentuan sumber pangan; setiap
kelompok diberikan format LKMM dan sumber pangan dipilih oleh tiap
kelompok. Sumber pangan yang ditawarkan untuk diolah menjadi
produk fermentasi adalah ketan, susu kedelai, sayur-sayuran, air kelapa,
kacang kedelai, kelapa, dan ikan. Kedua, observasi; setelah diketahui
sumber pangan yang akan diolah, mahasiswa melakukan observasi.
Observasi ini dimaksudkan untuk mencari informasi dari berbagai
sumber seperti langsung bertanya ke ahli pembuatan produk yang ingin
dibuat, mencari informasi di internet, dan membaca buku-buku yang
relevan sehingga mahasiswa mendapatkan berbagai solusi-solusi
alternatif. Ketiga, kegiatan merancang proyek; mahasiswa diberi
kesempatan satu minggu untuk menyusun rancangan proyek dengan
mengisi komponen-komponen rancangan (1) mengajukan
permasalah-an, (2) mengajukan solusi-solusi alternatif dan memilih salah satu
diantara solusi alternatif, (3) menetapkan tujuan, dan (4)
langkah-langkah pelaksanaan proyek meliputi menyebutkan alat dan bahan yang
dibutuhkan, menyusun cara kerja sesuai solusi yang dipilih, menuliskan
jadwal pelaksanaan proyek, dan menyebutkan rincian biaya yang
dibutuhkan untuk pembelian bahan-bahan pembuatan produk. Untuk
kriteria rancangan dapat dilihat pada Tabel 3.7. Keempat, refleksi
53
kelengkapan, kesesuaian dalam mengisi komponen rancangan, dan ada
tidaknya modifikasi dalam pembuatan produk fermentasi berdasarkan
sumber pangan dan solusi alternatif yang dipilih. Pada tahap refleksi ini,
hasil rancangan yang dibuat selanjutnya diberi umpan balik oleh dosen.
Berdasarkan hasil refleksi rancangan pertama, ke tujuh kelompok masih
ada yang belum lengkap dan belum sesuai mengisi komponen
rancangan, serta belum menunjukkan adanya modifikasi atau
pembuatan produk fermentasi dari sumber pangan yang dipilih.
rancangan proyek yang dibuat dikembalikan untuk diperbaiki sesuai
umpan balik yang diberikan oleh dosen. Hasil revisi rancangan proyek
pertama dikumpulkan kembali untuk diberi umpan balik, kegiatan ini
dilakukan sampai hasil rancangan sesuai dengan komponen rancangan
yang diinginkan. Dari tujuh kelompok yang terbentuk, dua diantaranya
membuat rancangan proyek dari sumber pangan yang belum pernah
dibuat sebelumnya, dan lima kelompok membuat rancangan proyek
dengan memodifikasi sumber pangan, tema rancangan proyek ke tujuh
disajikan pada Tabel 3.1. Kelima, pelaksanaan proyek; pelaksanaannya
dilakukan di rumah. Namun ada juga yang melakukan di laboratorium
karena membutuhkan alat seperti inkubator. Keenam, presentasi hasil
proyek; masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya
di kelas untuk menunjukkan kepada dosen dan anggota kelompok
lainnya bagaimana proses kegiatan yang telah dilakukan. Presentasi ini
54
kemungkinan produk yang dibuat bisa dimodifikasi dari sumber pangan
yang sama. Setiap kelompok mendapatkan kesempatan
mempresentasi-kan hasil kegiatannya selama 30 menit dengan rincian 10 menit untuk
menyampaikan hasil kegiatan yang dilakukan selama merancang
produk, 20 menit untuk diskusi dan tanya jawab. Selama presentasi,
observer menilai anggota kelompok yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya. Ketujuh, penilaian; kegiatan
penilaian dilakukan untuk menilai: 1) hasil belajar mahasiswa tentang
penguasaan konsep fermentasi dan berpikir kreatif, 2) rancangan proyek
setiap refleksi, 3) presentasi hasil proyek, 4) penilaian produk, dan 5)
keaktifan mahasiswa selama kegiatan merancang proyek dan kegiatan
uji hasil rancangan proyek (praktikum) dalam bentuk self assessment
dan peer assessment.
Tabel 3.1. Tema Rancangan Proyek Pada Kelas Uji Terbatas
Kelompok Sumber pangan Produk yang dibuat
1 Ketan Tape ketan ungu
2 Susu kedelai Soyghurt khasiat obat (Soycredu)
3 Sayuran Kimchi kangkung
4 Air kelapa Nata de coco pandan
5 Kacang Kedelai Soyghurt rasa pisang kepok 6 Ikan air tawar Peda belut
7 Kelapa Minuman skim kelapa rasa jahe
2) Implementasi Program Pembekalan Kemampuan Merancang Proyek
Implementasi program ini merupakan hasil dari refleksi dan revisi
program pada uji terbatas. Implementasi program dilaksanakan pada
mahasiswa semester V pendidikan biologi STKIP di kota Selong yang
55
34 orang. Sebelum melakukan kegiatan merancang proyek, terlebih
dahulu dibentuk kelompok menjadi delapan kelompok dengan jumlah
anggota 4-5 orang per kelompok.
Berdasarkan hasil refleksi dan revisi program pada uji terbatas,
didapatkan beberapa perubahan tahapan pembekalan kemampuan
merancang proyek untuk diimplementasikan. Hasil refleksi dan revisi
adalah sebagai berikut. Pertama, pemodelan; pembelajaran dimulai
dengan penjelasan tentang pembelajaran berbasis proyek dan bagaimana
memahami komponen-komponen dalam lembar kegiatan merancang
mahasiswa (LKMM) yang telah dibagikan. Untuk sumber pangan yang
akan diolah menjadi produk fermentasi, mahasiswa mengidentifikasi dan
mencari sendiri sesuai dengan sumber pangan yang ada di sekitar
mereka. Kedua, observasi; setelah mahasiswa mengidentifikasi sumber
pangan yang akan diolah, mahasiswa melakukan observasi. Observasi ini
dimaksudkan untuk mencari informasi dari berbagai sumber seperti
langsung bertanya ke ahli pembuatan produk yang ingin dibuat, mencari
informasi di internet, dan membaca buku-buku yang relevan sehingga
mahasiswa mendapatkan berbagai solusi-solusi alternatif. Ketiga,
kegiatan merancang proyek; mahasiswa diberi kesempatan satu minggu
untuk menyusun rancangan proyek dengan mengisi
komponen-komponen rancangan (1) mengajukan permasalahan, (2) mengajukan
solusi-solusi alternatif dan memilih salah satu diantara solusi alternatif,
56
proyek meliputi menyebutkan alat dan bahan yang dibutuhkan,
menyusun cara kerja sesuai solusi yang dipilih, menuliskan jadwal
pelaksanaan proyek, dan menyebutkan rincian biaya yang dibutuhkan
untuk pembelian bahan-bahan pembuatan produk. Keempat, refleksi
rancangan; kegiatan refleksi ini dimaksudkan untuk memeriksa
kelengkapan, kesesuaian dalam mengisi komponen rancangan, dan ada
tidaknya pembuatan produk yang benar-benar baru sesuai hasil
identifikasi sumber pangan yang telah dilakukan sebelumnya.
Berdasarkan hasil refleksi rancangan pertama, ke delapan kelompok
masih ada yang belum lengkap mengisi komponen rancangan namun
produk yang dibuat sudah menunjukkan pembuatan produk fermentasi
yang baru dari hasil identifikasi terhadap sumber pangan yang ada di
sekitar tempat tinggal mahasiswa. Pada tahap refleksi ini, hasil rancangan
pertama tetap diberi umpan balik seperti pada mahasiswa di uji terbatas.
Kelima, diskusi hasil refleksi rancangan; rancangan produk kelompok
mahasiswa yang telah diberi umpan balik kemudian didiskusikan dengan
dosen, dalam diskusi ini mahasiswa menanyakan hal-hal yang kurang
dipahami pada hasil umpan balik rancangan proyek. Berdasarkan hasil
refleksi rancangan dan diskusi hasil refleksi rancangan, kedelapan
kelompok membuat rancangan produk dari bahan yang dicari dan dipilih
sendiri yaitu jagung, kentang, ubi jalar, talas, kacang hijau, kacang
komak, kembang kol dan teri. Produk fermentasi yang dibuat disajikan
57
dilakukan di rumah. Ketujuh, presentasi hasil proyek; masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya di kelas untuk
menunjukkan kepada dosen dan anggota kelompok lainnya bagaimana
proses kegiatan yang telah dilakukan. Setiap kelompok mendapatkan
kesempatan mempresentasikan hasil kegiatannya selama 30 menit
dengan rincian 10 menit untuk menyampaikan hasil kegiatan yang
dilakukan selama merancang produk, 20 menit untuk diskusi dan tanya
jawab. Selama presentasi, observer menilai anggota kelompok yang
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya. Kedelapan,
penilaian; kegiatan penilaian dilakukan untuk menilai: 1) hasil belajar
mahasiswa tentang penguasaan konsep fermentasi dan berpikir kreatif, 2)
rancangan proyek, rancangan yang dibuat oleh mahasiswa diberi skor
setelah tiap refleksi, penskoran rancangan dapat dilihat pada Tabel 3.7.
3) presentasi hasil proyek, 4) penlaian produk, dan 5) keaktifan
mahasiswa selama kegiatan merancang proyek dan kegiatan uji hasil
rancangan proyek (praktikum) dalam bentuk self assessment dan peer
[image:31.595.120.517.216.730.2]assessment.
Tabel 3.2. Tema Rancangan Proyek Pada Kelas Implementasi
Kelompok Sumber pangan Produk yang dibuat
1 Jagung Tape jagung
2 Kentang Tape kentang
3 Ubi jalar Tape ubi jalar
4 Talas Tape talas
5 Kacang hijau Tempe kacang hijau
6 Kacang komak Tempe kacang komak
7 Kembang kol Asinan sayur kembang kol
58 D.Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa jenis instrumen guna membantu peneliti dalam memperoleh data.
beberapa instrumen dalam penelitian ini adalah:
1. SAP sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran.
2. Materi fermentasi, merupakan konsep dasar yang diberikan kepada mahasiswa
pada saat diskusi hasil refleksi. Sebelumnya, materi tersebut sudah diberikan
untuk dicopy dalam bentuk handout.
3. Tes penguasaan konsep fermentasi; untuk memperoleh peningkatan hasil
belajar mahasiswa, bentuk tes yang diajukan adalah (Selected Responses
Assessment): menjodohkan (10 soal), pilihan ganda (27 soal) dan isian singkat
(4 soal). Kisi-kisi penguasaan konsep tentang fermentasi disajikan pada Tabel
3.5 dan bentuk pertanyaan pada penguasaan konsep disajikan pada Lampiran 3.
4. Tes berpikir kreatif berupa kemampuan merancang sebuah produk untuk setiap
mahasiswa dalam bentuk pertanyaan berpikir kreatif disajikan pada Lampiran
4. Tes penguasaan konsep dan berpikir kreatif diberikan secara bersamaan,
sebelum dan sesudah pembelajaran berbasis proyek, komponen rancangan
sama dengan komponen rancangan dalam LKMM.
5. Lembar kegiatan merancang mahasiswa (LKMM), digunakan sebagai panduan
untuk membuat rancangan proyek. LKMM untuk kelas uji terbatas dan
59
6. Angket self assessment dan peer assessment; dalam angket ini, mahasiswa
menilai keaktifan diri sendiri dan menilai teman dalam kelompoknya selama
kegiatan merancang produk dan pelaksanaan proyek.
7. Kuesioner berupa tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran;
tujuannya untuk mendapatkan tanggapan tentang pembelajaran berbasis proyek
yang telah dilaksanakan selama perkuliahan.
E.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan
melalui observasi pembelajaran Mikrobiologi, tes penguasaan konsep, tes berpikir
kreatif, kegiatan merancang proyek, penilaian presentasi kelompok, self
asssessment, peer assessment, dan kuesioner. Data yang diperoleh dari berbagai
kegiatan disajikan pada Tabel 3.6.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif dilakukan terhadap data hasil
observasi, dan kuesioner/tanggapan dari dosen. Sedangkan pengolahan data
kuantitatif digunakan untuk mengolah data hasil pre test dan post test penguasaan
konsep dan berpikir kreatif, refleksi rancangan produk, presentasi hasil proyek,
dan angket Self asssessment dan peer asssessment. Analisis data untuk data
kualitatif dan kuantitatif adalah analisis data deskriftif yaitu menganalisis dengan
60
pada indikator berkaitan dengan kebutuhan dalam pengembangan pembelajaran,
permasalahan, pertanyaan penelitian, dan membuat kesimpulan.
Peningkatan penguasaan konsep fermentasi dan berpikir kreatif
mahasiswa dianalisis dengan menghitung gain setiap mahasiswa (Savinem &
Scott, 2002).
= –
Ket: g = skor peningkatan Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal Smax = skor maksimum
Berdasarkan hasil skor Gain yang diperoleh selanjutnya dikategorikan
ke dalam kriteria-kriteria (Savinem & Scott, 2002) yang disajikan pada tabel di
[image:34.595.113.511.243.628.2]bawah ini:
Tabel. 3.3. Kriteria Gain Penguasaan Konsep dan Berpikir Kreatif
No Skor gain Kategori
1 g < 0,3 Rendah
2 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
61
[image:35.595.99.512.100.753.2]Identifikasi sumber pangan
Gambar 3.2. Alur Penelitian
Validasi ahli; instrumen pembelajaran, instrumen evaluasi, dan instrumen pendukung
D
ef
in
e
Analisis Kebutuhan
Studi literatur Studi lapangan
Analisis temuan-temuan penelitian Analisis berpikir kreatif Analisis SAP mikrobiologi Observasi pembelajaran mikrobiologi Konsep Fermentasi Strategi pembelajaran Indikator berpikir kreatif Rancangan Instrumen: D es ig n
Uji terbatas program pembekalan kemampuan merancang proyek
Implementasi program pembekalan kemampuan merancang proyek berdasarkan uji terbatas
Refleksi dan revisi program pembekalan kemampuan merancang proyek berdasarkan uji terbatas
D ev el o p
Instrumen pembelajaran:
SAP, Materi fermentasi, Tahapan merancang proyek, Format LKMM.
Instrumen Evaluasi:
Tes Penguasaan Konsep Fermentasi, Tes Berpikir Kreatif, Penilaian Rancangan Proyek
Instrumen Pendukung:
Self assessment & Peer assessment, Kuesioner (tanggapan terhadap pembelajaran)
Instrumen program berdasarkan hasil revisi dan masukan ahli
62
Tahapan sebelum dikembangkan* 1. Tujuan desain
2. Inkuiri
3. Solusi-solusi alternatif 4. Memilih salah satu alternatif 5. Langkah-langkah pelaksanaan 6. Evaluasi
Tahapan yang dikembangkan pada uji coba program** 1. Mengajukan permasalahan
2. Observasi
3. Solusi-solusi alternatif
4. Memilih salah satu dari solusi alternatif 5. Langkah-langkah pelaksanaan
6. Refleksi
[image:36.595.112.511.149.652.2]7. Pelaksanaan proyek 8. penilaian
Gambar 3.3. Tahapan kegiatan merancang proyek sebelum dikembangkan dan yang akan dikembangkan
Keterangan=* tahapan merancang berbasis proyek dari Doppelt
63
Tabel.3.4. Kisi-Kisi Soal Fermentasi
Bagian Jenis tes Konsep Indikator Ranah kognitif
No soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6
I Menjodohkan Nama-nama mikroba Mikroba pada berbagai macam makanan fermentasi 1 -10
II Pilihan Ganda Fermentasi Proses fermentasi 1
Persamaan reaksi fermentasi alkohol 2
Tujuan fermentasi 3
Cara kerja pembuatan tempe 5
Mikroba pada fermentasi Starter ragi pada tempe 5
Mikroba pada tempe 6
Jenis mikroba 7
Fungsi mikroba pada fermentasi susu 8
Tujuan penambahan bakteri 9
Penyebab roti mengembang 10
Peranan mikroba 11
Nutrisi mikroba Peranan nutrisi bagi mikroba 12
Nutrisi mikroba 13, 14
Faktor lingkungan (suhu) fermentasi
3 faktor lingkungan pembuatan tempe 15
Faktor suhu menghasilkan kadar alkohol pada tapai ketan 16
Faktor suhu rendah dalam proses fermentasi 17
Tempe menjadi lunak 18
Pelubangan pada pembungkusan tempe 19
Fermentasi alami Fungsi garam pada kecap ikan dan terasi 20
Timbulnya aroma dan rasa pada kecap ikan dan terasi 21
Contoh makanan fermentasi alami 23 22
6
64
Bagian Jenis tes Konsep Indikator Ranah kognitif
No soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Kerusakan makanan fermentasi
Penyebab kerusakan makanan fermentasi 24
Manfaat tempe rusak 25
Roti ditumbuhi jamur 26
Manfaat roti yang sudah rusak 27
III Isian Singkat Fermentasi dan respirasi Perbedaan fermentasi dan respirasi 1
Fermentasi dan pengawetan
Prinsip fermentasi dan pengawetan 2
Suhu fermentasi Faktor suhu dingin dalam fermentasi 3
Pertumumbuhan mikroba
3 macam kondisi lingkungan mikroba 4
IV Berpikir
kreatif Bag A
Fermentasi Menyebutkan sumber pangan 1
Merancang produk makanan fermentasi berdasarkan sumber pangan yang dipilih
2
Berpikir kreatif Bag B
Mengolah sisa makanan Menyebutkan gambar 1
Merancang produk berdasarkan gambar yang disebutkan 2
65
Tabel 3.5. Teknik pengumpulan data pembelajaran berbasis proyek pada mikrobiologi
No Kegiatan Instrumen Data yang diperoleh Sumber data Keterangann
1 Observasi pembelajaran
Angket Data kegiatan pembelajaran
mikrobiologi
Mahasiswa dan dosen
Studi pendahuluan, saat pembelajaran
2 Tes penguasaan konsep
Pertanyaan tentang konsep fermentasi
Skor pre test dan post tes Mahasiswa Sebelum dan sesudah
pembelajaran 3 Tes berpikir
kreatif
Pertanyaan untuk merancang produk
Skor pre test dan post tes Mahasiswa Sebelum dan sesudah
pembelajaran 4 Merancang proyek Format lembar kegiatan
merancang mahasiswa (LKMM)
Rancangan alternatif pembuatan produk fermentasi
Mahasiswa Selama proses
pembelajaran
5 Presentasi hasil proyek
Lembar penilaian presentasi
Skor kelompok dalam
mempresentasikan hasil proyek
Mahasiswa Selama proses presentasi
6 Self asssessment Angket tentang penilaian keaktifan anggota kelompok selama berlangsungnya kegiatan merancang dan melakukan praktikum
Keaktifan selama
berlangsungnya kegiatan merancang proyek dan pelaksanaan proyek
Mahasiswa Akhir pembelajaran, di luar waktu perkuliahan
7 Peer assessment Keaktifan selama
berlangsungnya kegiatan merancang proyek dan pelaksanaan proyek
Mahasiswa Akhir pembelajaran, di luar waktu perkuliahan
8 Menjaring
tanggapan tentang pembelajaran
Kuesioner Tanggapan tentang program
pembelajaran yang dikembangkan
Mahasiswa dan dosen
Akhir pembelajaran, di luar jam perkuliahan
6
66
Tabel 3.6. Penskoran Rancangan Proyek
Komponen Isi rancangan Skor
1 2 3 4
Permasalahan Mengajukan permasalahan Permasalahan tidak relevan Permasalahan relevan tetapi tidak original/umum Permasalahan relevan, tetapi kurang menunjukkan keaslian yang tinggi/ modifikasi
Permasalahan relevan dan menunjukkan tingkat keaslian yang tinggi
Solusi Mengumpulkan
solusi-solusi alternatif
Menyebutkan solusi tetapi kurang tepat; Solusi tidak cocok dengan permasalahan dan tujuan
Menyebutkan solusi dengan benar tetapi hanya
mengkombinasikan ide-ide yang sudah ada (umum)
Menyebutkan solusi dengan benar; Menunjukkan modifikasi ide-ide yang sudah ada
Menyebutkan solusi dengan benar; Menunjukkan produk yang benar-benar baru (asli dan tidak
terduga) Tujuan Menyebutkan tujuan Tujuan tidak sesuai
dengan permasalahan dan solusi yang dikemukakan
Tujuan sesuai dengan permasalahan dan solusi yang dikemukakan
Tujuan sesuai dengan permasalahan dan solusi yang dikemukakan
Tujuan sesuai dengan permasalahan dan solusi yang dikemukakan Cara kerja Menyusun cara kerja/
kegiatan praktikum
Menuliskan cara kerja tetapi tidak sistematis
Menuliskan cara kerja dengan sistematis tetapi kurang jelas
Menuliskan cara kerja dengan sistematis dan jelas (hanya
menyebutkan langkah kerja saja)
Menuliskan cara kerja dengan sangat
sistematis dan sangat jelas
Di adaptasi dari Starko,A.J. (2005). Creativty In The Classroom
6
110 BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
A.KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: ada tiga tahap dalam
kegiatan merancang proyek mikrobiologi melalui pembelajaran berbasis
proyek yakni: Tahap Awal meliputi: a) pemodelan, dan b) observasi. Tahap
Merancang Proyek mencakup: a) mengemukakan permasalahan, b)
solusi-solusi alternatif dan memilih salah satu solusi-solusi alternatif, c) langkah-langkah
pelaksanaan, d) refleksi rancangan, dan e) diskusi hasil refleksi rancangan.
Tahap Akhir terdiri dari: a) pelaksanaan proyek, b) presentasi hasil proyek, dan
c) penilaian.
Kegiatan merancang proyek untuk mikrobiologi pangan dan industri
dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa.
Mahasiswa dapat merancang proyek pada mikrobiologi pangan dan
industri walaupun dilakukan beberapa kali refleksi dan diskusi.
Walaupun masih mengandung kelemahan, pembelajaran mikrobilogi
berbasis proyek mempunyai keunggulan dalam hal membuat mahasiswa aktif
bertanya dan melakukan kegiatan merancang proyek dan ditanggapi positif
111 B.SARAN
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian pengembangan ini, maka
dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran berbasis proyek direncanakan dengan baik seperti
alokasi waktu, materi yang akan diproyekkan, dan pengenalan model
pembelajaran di awal pertemuan.
2. Memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk memilih sendiri jenis pangan
yang akan diolah menjadi sebuah produk.
3. Pelaksanaan proyek (praktikum) diadakan di laboratorium agar kinerja
mahasiswa bisa dinilai.
C.REKOMENDASI
Pembelajaran berbasis proyek perlu diterapkan pada pendidikan formal
namun materi perlu disesuaikan dengan jenjang pendidikan untuk melatih
129 Daftar Pustaka
Akbar, A.I. (2009). Pendidikan Berbasis Hard Skill dan Soft Skill. [On Line]. Tersedia di http://www.analisadaily.com/ [16 Juni 2009].
Anderson, L.W & Krathwol, D.R (eds). (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
Asiska. (2008) . Belajar Berbasis Proyek. [On Line]. Tersedia di http://tpers.net. [16 Juli 2009].
Awang, H., dan Ishak, R. (2008). Creative Thinking Skill Approach through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in The Engineering Classroom. International Journal of Social Sciences 3:1 (18-23).
Borg, W.R., et.al. (2003). Educational Research an Introduction; Seventh Edition. New York: Longman Inc.
Boud, D. (1995). Enhancing Learning through Self Assessment. London. Kogan Page.
BSNP. (2006)a. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Proyek Desentralisasi Pendidikan Dasar (ADB)-Kota Mataram.
BSNP. (2006)b. Standar Isi. Proyek Desentralisasi Pendidikan Dasar (ADB)-Kota Mataram.
Buck Institut of Education (BIE). (2007). What Is Project Based Learning?. [On Line]. Tersedia di http://www.bie. [28 Februari 2010].
Costa, A.L. (1985). Teacher Behaviors that Enable Student Thinking (in) Costa, A.L (Eds), Developing Mind: A Resource book for teaching thinking.
Alexandria ASDC.
Dasgupta, et.al. (2006). Ketika Mereka Dijual: Perdagangan Perempuan dan Anak di 15 Propinsi di Indonesia. Jakarta. Intenational Catholik Migration Commision Indonesia (ICMC) dan American Center for Internatonal Labor Solidarity (ACILS).
130 Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang
Depdiknas.
Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Jakarta. (2008). Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum); Sub Direktorat KPS (Kurikulum dan Program Studi).
Doppelt, Y. (2005). Assessment of Project-Based Learning in a Mechatronics Context. Journal of Technology Education Volume 16 Number 2 Spring 2005. [On Line]. Tersedia: http://scholar.lib.vt.edu./ejournals/JTE. [30 Mei 2009].
Dyer, et.al. (2009). The Innovator’s DNA. [On Line]. Tersedia: www.hbr.org. [30 April 2011].
Evans, J.R. (1991). Creative Thinking in the Decision and Management Sciences. Cincinnati: South-Western Publishing Co.
Fardiaz, S. (2006). Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Firmansyah. (2011). Rendahnya Kualitas Pembangunan Manusia di NTB. [On Line]. Tersedia di http://infopublik.depkominfo.go.id. [6 maret 2011].
Gaer, S. (1998). What is Project-Based Learning?. [On Line]. Tersedia:
http://members.aol.com. [19 Juni 2009].
Gul, E. O., dan Sarah E. R. (2006). A Project-Based Approach to Entrepreneurial
Leadership Education. [On Line]. Tersedia di
www.elsevier.com/locate/technovation. [19 Juni 2009].
Harian Republika. (2011) 5.578 Murid SD di NTB Putus Sekolah. [On Line]. Tersedia di http://www.republika.co.id. [6 maret 2011].
Hasan. (2008). Angka Putus Sekolah Masih Tinggi. [On Line]. Tersedia di
http://www.kompas-tv.com/. [28 Februari 2010].
Herron, S., Douglas, M., & Paula, G. (2008). The Wheel Garden: Project-Based Learning For Cross Curriculum Education. International Journal of Social Sciences 3:1 (44-51).
Hidayat, N, et.al. (2006). Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
131 Hung, D.W., & Wong, A.F.L. (2000). Activity Theory as a Framework for Project
Work in Learning Environment. Educational Technology. 40 (2), 33-37.
Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna, Terjemahan: Ibnu.
Kari, V., Mariana, B., & Dan, M. (2007). Project-Based Learning in Assistive Technology Education. 1st International Conference on Advancements of Medicine and Health Care through TechNology, Meditech 2007; 27-29th September, 2007, Cluj-Napoca-Romania.
Kiswandono, I. (2000). Berpikir Kreatif Suatu Pendekatan Menuju Berpikir Arsitektural. Dimensi Teknik Arsitektur, 28, (1), Juli 2000: 8 – 16.
Koray, O. & Mustafa, S.K. (2009). The Effect of Creative and Critical Thinking Based Laboratory Applications on Creative and Logical Thinking Abilities of Prospective Teachers. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 10, issue 1, Article 2, p.1.
Lawson,A.E. (1995). Science Teaching and The Development of Thinking.Wadswort: California.
Liliasari. (2011). Membangun Masyarakat Melek Sains Berkarakter Bangsa Melalui Pembelajaran. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA Tahun 2011 “Membangun Masyarakat Melek (Literate) Sains Yang Berbudaya Berkarakter Bangsa Melalui Pembelajaran Sains”. Semarang 16 April 2011.
Maryani, E. (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks Pendidikan IPS. Bandung.
McGregor, D. (2007). Developing Thinking; Developing Learning a Guide to Thinking Skill in Education. Enggland . Mc Graw Hill.
Munandar, S.C.U. (2009). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
NRC. (1996). National Science Education Standars. Washington: National Academy Press.
Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S. (2008). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
132 Rahayu, G. R.(2005). Assessment Methods for Measuring Clinical Competence.
Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. Vol 1 (1).
Renata, H. (2008). Effective Teaching Methods Project Based Learning in Physics. US-China Education Review.
Rustaman, N,Y. (1995). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi. Bahan Pelatihan bagi Teknisi dan Laboran Perguruan Tinggi. Kerjasama FPMIPA IKIP Bandung dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bandung: FPMlPA IKIP.
---. (2000). Arah Pendidikan Biologi Pra-Universitas Di Indonesia. “Makalah disajikan pada Simposium Biologi dalam Seminar Nasional Biologi XVI dan Kongres Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XU”. Seminar Nasional Biologi Xvi Kongres Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia. Institut Teknologi Bandung, Bandung, 25-27 Juli 2000.
---. (2002). Perencanaan dan Penilaian Praktikum di Perguruan Tinggi.Disiapkan untuk Program Applied Approach Bagi Dosen UPI Tahun 2002.
---. (2006). Penilaian Otentik dan Penerapannya dalam Pendidikan Sains. Makalah seminar nasional II HISPIPAI. Bandung, 22 – 23 Juli.
Rutherford F.J, & Ahlgren A. (1990). Science for All America. Oxford University Press, New York.
Santiasa, I. W. (2006). “Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NoS”. Makalah disajikan dalam Seminar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura di Semarapura.
Savinem, A & Scott, P. (2002). The Force Concept: A Tool For Monitoring Student Learning. Physics Education. 39 (1), 45-42.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Starko, A.J. (2005). Creativity in the Classroom: Schools of Curious Delight, Third edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers.
Suastra, I.W. (2003). Implementasi Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiri di SLTP. Laporan Penelitian Research Grand IKIP Singaraja. Tidak diterbitkan.
133 Sutrisno, J. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [On Line]. Tersedia di http://www.tblog.com/. [07 Februari 2010].
Suwandi, S. (2010). Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: penerbit Yuma Pustka.
The George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional Module Project Based Learning. [On Line]. Tersedia di http://www.edutopia.org [10 Juli 2007].
Thomas, J. W., et al. (1999). Project Based Learning: A Handbook of Middle and High School Teacher. Novato CA: The Buck Institute For Education.
UNESCO. (1998). Higher Education in the Twenty-first Century: Vision and Action. World Conference on Higher Education. Paris, 5-9 Oktober 1998.
Viva News. (2010). Lebih dari 1,2 Juta Sarjana jadi Penganggur. [On Line]. Tersedia di http://www.vivanews.com/. [6 maret 2011].
Yasemin, G., & Hasan T. (2006). Implementing Project-Based Learning and E-Portfolio Assessment in an Undergraduate Course. Journal of Research on TechNology in Education. Spring 2006: 38 (3).
Yudha, A.S. (2004). Berpikir Kreatif Pecahkan Masalah. [On Lin